PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakuakn pada tanggal 31 Maret 2020 pukul 08.00 WIB
pasien atas nama Tn. G usia 62 tahun. Usia pasien sesuai dengan teori yang
menjelaskan bahwa infark miokard akut dapat menyerang pada usia lebih dari
40 tahun, dari jenis kelamin sesuai dengan teori yakni insiden pada pria lebih
tinggi daripada wanita. Karena pada wanita kejadian meningka setelah
menopause. Manifestasi klinis yang ditemukan yaitu pasien mengeluh sesak
napas, sesuai dengan menifestasi klinis pada teori didapatkan sesak nafas.
Pada penkajian didapatkan bahwa pasien tanggal 31 Maret 2020 sekitar
pukul 03.10 WIB mengalami nyeri hebat pada dada sebelah kiri nembus
sampai ke punggung dengan provoking (P) : ketika aktivitas, quality (Q) :
tertusuk, region (R) : pada dada sebelah kiri, scale (S) : skala 5, dan time (T)
hilang timbul., keluar keringat dingin, mual dan mengalami sesak napas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kuantitatif, GCS E4 V5 M6.
Dari hasil pemeriksaan lab didapatkan hasil CKMB adalah 32 U/l yang
artinya melebihi normalnya yaitu <25 U/l. Hasil EKG 22 februari 2018 : ST
Elevasi pada lead 1, AVF, V2, V3, V4, V5, V6 kesimpulan STEMI
anterolateral dan hasil untuk pemeriksaan radiologi 15 Februari 2018 klinis
STEMI, kesan cardiomegali dengan edema pulmo.
2. Diagnose Keperawatan
Pada asuhan keperawatan teori tentang infark miokard akut didapatkan
diagnose sebagai berikut :
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia
jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri).
b) Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas.
c) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan, iskemik, kerusakan otot
jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
d) Hipervolemia berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan
natrium / retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein
plasma.
e) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik / nekrotik jaringan
miocard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam
aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum.
f) Ansietas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis.
3. Intervensi Keperawatan
Pada perumusan masalah asuhan keperawatan teori terhadap asuhan
keperawatan empiris, tidak terjadi kesenjangan yang terjadi pada asuhan
keperawatan teori. Untuk perencanaan menggunakan kriteria hasil yang
mengacu pada pencapaian tujuan yang sesuai dengan perencanaan pada
asuhan keperawatan empiris.
Dalam tujuan asuhan keperawatan empiris pada pasien dicantumkan
kriteris hasil dan waktu untuk mengetahui masalah pasien secara efektif fan
efisien yang disesuaikan dengan keadaan pasien secara langsung.
Pada diagnose keperawatan pola napas tidak efektif dilakukan beberapa
perencanaan berupa alat bantu napas berupa oksigen mengacu pada Standart
Intervensi Keperawatan Indonesia, yaitu :
Observasi
1. Monitor frekuensi, kedalaman, usaha napas
2. Monitor pola napas (mis: bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kusssmaul,
cheyne-stokes)
3. Monitor bunyi nafas tambahan (mis: gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
4. Monitor saturasi oksigen
5. Monitor hasil x-ray thorax
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Terapeutik
1. Posisikan semifowler atau fowler
2. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
3. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya penggunaan terapi oksigen
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, penggunaan oksigen dan
pemberian bronkodilator
4. Implementasi Keperawatan
Dari intervensi yang sudah dijelaskan semuanya akan di implentasikan
pada pasien karena penanganan pasien berada di IGD. Implementasi
dilakukan selama 30 menit dengan harapan pola napas pasien dapat kembali
efektif.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi selama 30 menit dilakukan evaluasi
didapatkan hasil pola napas tidak efektif teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan.