Anda di halaman 1dari 18

DB

DB

PROPOSAL PENGABDIAN DESA BINAAN

“PENINGKATAN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT DUSUN MURPEJI-LINGSAR


TERHADAP PENTINGNYA ADMINISTRASI PENCATATAN PERNIKAHAN
MELALUI SOSIALISASI SIDANG ISTBAT NIKAH
DI PENGADILAN AGAMA”

OLEH :

NAILI RAHMAWATI, M.Ag.

PUSAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M)


LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2018
A. JUDUL
“Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar
Terhadap Pentingnya Administrasi Pencatatan Pernikahan Melalui Sosialisasi
Sidang Istbat Nikah di Pengadilan Agama”.
B. ISU DAN FOKUS PENGABDIAN
Dusun Murpeji yang merupakan salah satu dusun yang ada Desa
Dasan Geria, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat yang lokasinya
terletak di atas bukit Murpeji. Lokasi keberadaannya yang relatif jauh dari
kawasan perkotaan secara tidak langsung mempengaruhi pola hidup
masyarakat, baik yang terkait dengan aspek pendidikan, sosial-ekonomi
maupun aspek kesadaran dan pemahaman terhadap pentingnya kepastian
hukum bagi pengaturan segala aspek kehidupan mereka. Masyarakat Dusun
Murpeji-Lingsar memiliki penduduk yang sebagian besar beragama Islam, di
mana rata-rata tingkat pendidikan masyarakat tergolong masih sangat rendah.
Data awal yang diperoleh menunjukkan bahwa kondisi rata-rata penduduk
Dusun Murpeji-Lingsar ini hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat
sekolah dasar (SD), hanya sebagian kecil warga masyarakat yang bisa
menempuh pendidikan tingkat pertama (SLTP) atau tingkat atas (SLTA),
apalagi untuk bisa menikmati pendidikan sarjana.1 Kondisi ini terjadi karena
tidak tersedianya lembaga pendidikan formil dan non formil di Dusun ini,
sehingga masyarakat yang ingin menempuh pendidikan sekolah dasar saja
harus menempuh jarak yang cukup jauh ke Desa Dasan Geria, ataupun ke kota
Kecamatan Lingsar.
Selain faktor ketidak-tersediaan lembaga pendidikan formil dan non
formil di Dusun Murpeji-Lingsar ini, adanya kualitas pendidikan masyarakat
yang masih tergolong minim ini tidak terlepas dari kondisi perekonomian
masyarakat yang realitanya masih terbilang rendah karena hanya masih
mengandalkan sumber penghasilan dari hasil kebun dan hutan yang ada di
sekitar Dusun Murpeji-Lingsar. Sesuai dengan data kegiatan pengabdian
sebelumnya yang dilakukan Pengabdi yang menilik tentang Kelompok Wanita

1
Wawancara dengan Kepala Dusun Murpeji-Lingsar, tanggal 03 Maret 2018.

2
Tani (KWT) “Karya Mandiri” Dusun Murpeji untuk meng-aktivasi kegiatan
budidaya ayam kampung menunjukkan masyarakat Dusun Murpeji sebagian
besar masih memiliki tingkat perekonomian yang masih rendah, di mana
sekitar 90% warga Dusun Murpeji merupakan petani yang mengandalkan
sumber penghasilannya dari kekayaan sumber daya alam sekitar yang
dipenuhi pohon aren, pohon kelapa dan pohon-pohon buah lainnya.
Pendapatan rata-rata pendapatan per-bulan warga Dusun Murpeji ini berkisar
antara Rp. 1.000.000,- hingga 2.000.000,-.2
Tentunya, kondisi masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar yang serba
terbatas ini berimbas pada rendahnya aspek kesadaran masyarakat dalam
memahami pentingnya keberadaan hukum bernegara, terutama dalam
memahami pentingnya administrasi kependudukan, termasuk untuk
melakukan pencatatan (administrasi) peristiwa pernikahan warga masyarakat.
Apalagi masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar adalah masyarakat agamis yang
lebih mempercayakan segala sesuatunya atas aturan-aturan hukum agama
(syariat Islam), di mana sahnya pernikahan menurut syariat agama Islam
ketika sudah terpenuhi rukun dan syarat pernikahan tersebut, akan menjadi
cukup bagi mereka dalam menentukan sah suatu pernikahan.
Data awal menunjukkan bahwa di Dusun Murpeji-Lingsar terdapat
sekitar 471 pasangan suami isteri, di mana dari jumlah tersebut hanya sekitar
kurang dari 100 pasangan suami isteri saja yang telah memiliki buku nikah. 3
Apalagi, ternyata pembuatan buku nikah bagi warga yang telah memiliki
tersebut dibuatkan jauh setelah peristiwa pernikahan mereka, bahkan tidak
jarang pasangan suami isteri tersebut sudah memiliki anak-cucu. Biasanya
pasangan ini terkesan dalam keadaan terpaksa membuat buku nikah tersebut
untuk keperluan bekerja anak-cucu mereka ke luar negeri atau untuk
mengurus keperluan administrasi untuk persyaratan haji atau umrah.
Tingginya jumlah penduduk beragama Islam, tingkat pendidikan yang
tergolong masih rendah, kurangnya pemahaman hukum, serta kesadaran
2
Ibid.
3
Dokumentasi Data Penduduk Dusun Murpeji, Desa Dasan Geria, Kecamatan Lingsar, Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2018. Diambil tanggal 06 Maret 2018.

3
pentingnya pencatatan pernikahan, memungkinkan terjadinya pernikahan sirri
di tengah-tengah masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar. Hal ini sekaligus
menjadi permasalahan yang terus menerus terjadi di dalam masyarakat, di
mana kondisi yang ada menunjukkan data-data peningkatan jumlah pasangan
suami istri yang tidak mencatatkan hubungan pernikahannya pada Kantor
Urusan Agama setempat. Padahal, saat ini di satu sisi masyarakat Dusun
Murpeji-Lingsar sangat membutuhkan dokumen kependudukan yang terkait
dengan pencatatan peristiwa pernikahan pasangan suami isteri warga
masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar dalam bentuk buku nikah.
Penetapan isu dan fokus pengabdian dengan mengangkat Dusun
Murpeji-Lingsar sebagai obyek dampingan lebih didasarkan pada beberapa
pertimbangan sebagai urgensinya, di antaranya adalah:
1. Keterbatasan Akses Obyek Dampingan dari Ketersediaan Infrastruktur
Penunjang.
Lokasi Dusun Murpeji yang berada sekitar 20 km dari kota
Mataram ini dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor lebih
kurang 30 menit, sedangkan jika menggunakan kendaraan roda empat
membutuhkan waktu tempuh sekitar 45 lebih dengan jalan menanjak
sekitar 1 kilometer dari lokasi Kantor Desa Dasan Geria.
Melihat lokasi dampingan yang relatif jauh dari perkotaan dengan
kondisi infrastruktur yang sangat minim (terbatas), khususnya ketersediaan
lembaga pendidikan sebagai pintu pembuka wawasan dan pengetahuan
masyarakat, paling tidak alasan ini dapat dijadikan pertimbangan utama
yang memiliki urgensi untuk mengangkat Dusun Murpeji-Lingsar sebagai
lokasi obyek dampingan yang perlu dijadikan pertimbangan prioritas
dalam rangka program pengabdian dari Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN)
Mataram, khususnya dari aspek realisasi Program Penguatan Tingkat
Kepatuhan dan Kesadaran Hukum Masyarakat.
2. Tingginya Jumlah Pasangan Suami Isteri Warga Masyarakat Obyek
Dampingan yang Tidak Mempunyai Buku Nikah.

4
Data sementara yang diperoleh melalui pengamatan awal (first
observation) di lokasi obyek dampingan menunjukkan jumlah pasangan
suami isteri warga masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar yang tidak
mencatatkan peristiwa pernikahannya sangat besar sekali. Jika
diprosentasekan, jumlah pasangan suami isteri warga masyarakat Dusun
Murpeji-Lingsar yang tidak mempunyai buku nikah sekitar 90% (sembilan
puluh persen).4
Jumlah ini tidak-lah mengherankan karena sebagian besar warga
masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar menganggap pernikahan secara Islam
jika telah ditetapkan sah, maka pernikahan pasangan suami isteri warga
mst Dusun Murpeji-Lingsar telah dianggap sah, dan oleh karenanya
pencatatan pernikahan untuk diadministrasikan melalui buku nikah
tersebut tdiak-lah dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting. Hal ini
sangat berkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan kesadaran warga
masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar terhadap pentingnya kepemilikan
dokumen kependudukan. Karenanya, paling tidak kondisi memiliki
relevansi dan urgensi yang sangat kuat untuk memprioritaskan Dusun
Murpeji-Lingsar sebagai lokasi obyek dampingan yang perlu dijadikan
pertimbangan utama realisasi Program Penguatan Tingkat Kepatuhan dan
Kesadaran Hukum Masyarakat melalui pengabdian dari Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri
(UIN) Mataram.
3. Rendahnya Pemahaman dan Kesadaran Hukum Masyarakat Obyek
Dampingan terhadap Pentingnya Data Kependudukan.
Keterbatasan sarana lembaga pendidikan yang tersedia di lokasi
obyek dampingan akan sangat mempengaruhi pola pemikiran dan
pemahaman warga masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar. Dengan rata-rata
tamatan sekolah dasar (SD) paling tidak bisa diasumsikan tingkat
intelektualitas dan kemajuan pola berpikir masyarakat Dusun Murpeji-
Lingsar masih sangan minim dan jauh dari alam keterbukaan informasi

4
Ibid.

5
untuk bisa mengembangkan diri ke arah pemikiran yang lebih maju dan
berkualitas dalam menata kehidupan mereka, minimal untuk lingkungan
terkecil yaitu keluarga.
Terlebih, dalam kehidupan masyarakat warga Dusun Murpeji-
Lingsar, adanya peran tokoh agama dan tokoh masyarakat yang sangat
dominan dalam masyarakat tidak dimaksimalkan untuk membuka
wawasan dan paradigma warga masyarakat yang bisa dilakukan melalui
media ceramah, sosialisasi dan sebagainya. Tokoh agama ataupun tokoh
masyarakat hanya menekankan pentingnya kepatuhan terhadap aturan-
aturan agama dan menganggap aturan-aturan bernegara sebagai pelengkap
saja.5 Maka tidaklah mengherankan jika kondisi pemahaman dan
kesadaran masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar terhadap pentingnya
dokumentasi kependudukan sangatlah rendah, termasuk untuk
dokumentasi peristiwa pernikahan warganya. Melihat kondisi ini, relevansi
untuk mengimplementasikan Program Penguatan Tingkat Kepatuhan dan
Kesadaran Hukum Masyarakat melalui kegiatan Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
menjadi sangat penting untuk mendapat sorotan prioritas.
Dengan melihat data tentang tingginya jumlah pasangan suami isteri
di Dusun Murpeji-Lingsar yang tidak memiliki buku nikah merupakan fokus
pengabdian yang menjadi isu sentral kegiatan dampingan bina desa ini.
Karenanya, peningkatan pemahaman dan kesadaran hukum masyarakat Dusun
Murpeji-Lingsar terhadap pentingnya administrasi pencatatan pernikahan
melalui sosialisasi sidang istbat nikah di pengadilan agama menjadi sangat
urgen untuk dijadikan program berkelanjutan (sustainability) yang akan
memberikan manfaat yang sangat luas warga masyarakat Dusun Murpeji-
Lingsar.
C. ALASAN MEMILIH DAMPINGAN
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
menyatakan bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria

5
Ibid.

6
dan seorang wanita sebagai suami istri sebagai tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha
Esa.” Selanjutnya dalam Pasal 2 UU No. 1 Tahun1979 menyatakan bahwa,
sahnya perkawinan apabila dilakukan menurut masing-masing agama dan
perkawinan tersebut dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Ketentuan ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipilih
keberlakuannya. Artinya, bahwa kedua ketentuan ini harus dilakukan sehingga
sahnya perkawinan tidak hanya dihadapan agama, akan tetapi harus sah di
hadapan Negara yang ditandai dengan dikeluarkannya buku nikah yang
pejabat negara yang berwenang. Tujuan pencatatan perkawinan adalah
menjadikan peristiwa perkawinan menjadi jelas, baik bagi hubungan suami-
istri dalam perkawinan tersebut maupun pihak lainnya, sebagai alat bukti bagi
anak-anak kelak kemudian apabila timbul sengketa, baik antara anak kandung
maupun saudara tiri sendiri.
Adanya pencatatan juga telah terjadi perlindungan kepentingan bagi
para pihak dalam sebuah perkawinan. Di samping itu, pencatatan perkawinan
merupakan upaya untuk menjaga kesucian (mitsaqhan qhalidzan) aspek
hukum yang timbul dari perkawinan. Realisasi dari pencatatan itu, melahirkan
Akta Nikah yang masing-masing salinannya dimiliki oleh isteri dan suami.
Akta tersebut, dapat digunakan oleh masing-masing pihak bila ada yang
merasa dirugikan dari adanya ikatan perkawinan itu untuk mendapatkan
haknya.6 Dengan pencatatan perkawinan, maka telah melaksanakan tertib
administrasi kependudukan dalam bentuk buku nikah, sehingga nantinya
sekaligus akan menjadikan alat bukti dalam membantu segala perbuatan
hukum lainnya dalam perkawinan.
Adapun akibah hukum yang timbul bila suatu perkawinan tidak
dicatatkan oleh pejabat yang berwenang, maka dianggap tidak pernah terjadi
peristiwa hukum yang disebut perkawinan. Anak yang dilahirkan dalam
perkawinan yang tidak didaftarkan tersebut hanya mempunyai hubungan
6
Sri Turatmiyah, Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan (Fasakh) Dalam Perspektif Hukum
Perlindungan Anak Dan Istri Di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Palembang, Prosiding
SNaPP2014Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 |EISSN 2303-2472, hlm. 398.

7
keperdataan dengan Ibu yang melahirkannya dan keluarganya sedangkan
hubungan keperdataan dengan ayahnya tidak ada, sebagaimana yang
disebutkan dalam Pasal 42 dan 43 UU No. 1 Tahun 1974 bahwa anak yang sah
adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah,
serta anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Akibat lebih jauh dari perkawinan
yang tidak tercatat adalah, baik isteri maupun anak-anak yang dilahirkan dari
perkawinan tersebut tidak berhak menuntut nafkah ataupun warisan dari
ayahnya. Akibat perkawinan yang tidak didaftarkan akan memberi kedudukan
seorang wanita (istri) semakin lemah, dimana istri dan anak-anak yang
dilahirkannya tidak mendapatkan kepastian hukum dan hilangnya hak-hak
yang timbul dalam perkawinan tersebut.
Lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 5 Kompilasi Hukum Islam (KHI)
menyatakan bahwa agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat
Islam setiap perkawinan harus dicatat. Untuk memenuhi ketentuan dalam
Pasal 5 tersebut, setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di
bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah. Selanjutnya dipertegas dalam
Pasal 7 KHI, bahwa bahwa, adanya suatu perkawinan hanya bisa dibuktikan
dengan akta perkawinan atau akta nikah yang dicatat dalam register. Bahkan
ditegaskan, akta perkawinan atau akta nikah merupakan satusatunya alat bukti
perkawinan.7 Dengan perkataan lain, perkawinan yang dicatatkan pada
Pegawai Pencatat Nikah (PPN) Kantor Urusan Agama Kecamatan akan
diterbitkan Akta Nikah atau Buku Nikah merupakan unsur konstitutif (yang
melahirkan) perkawinan.Tanpa akta perkawinan yang dicatat, secara hukum
tidak ada atau belum ada perkawinan. Dalam hal perkawinan tidak dapat
dibuktikan dengan Akta Nikah , dapat diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan
Agama, terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan: (a) Adanya
perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian; (b) Hilangnya Akta Nikah;
(c) Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan;
(d) Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang No.

7
Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: BIMAS Departemen Agama, 1992).

8
1 Tahun 1974 dan; (e) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak
mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974;
(4) yang berhak mengajukan permohonan itsbat nikah ialah suami atau isteri,
anak-anak mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan
perkawinan itu. Program pengabdian masyarakat merupakan suatu bentuk
sarana untuk melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat
terhadap pentingnya pendaftaran perkawinan.
Dusun Murpeji-Lingsar dipilih sebagai lokasi pengabdian dikarenakan
daerah ini memang secara umum belum pernah dilakukan penyuluhan ataupun
sosialisasi tentang perkawinan.8 Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
tingkat pendidikan masyarakat setempat masih tergolong rendah, menjadi
alasan semakin meningkatnya pasangan suami istri yang tidak mencatatkan
perkawinannya pada Kantor Urusan Agama (khususnya bagi pasangan yang
memeluk agama Islam). Sehingga pasangan suami istri tersebut belum
memiliki buku nikah dan belum mempunyai kelengkapan data kependudukan
yang tercatat di Kantor Catatan Sipil setempat, seperti Akta Kelahiran. Oleh
karenanya, sangat dibutuhkan untuk melakukan pembinaan dan pemberdayaan
masyarakat dalam rangka peningkatan kesadaran hukum kepada masyarakat
terhadap pentingnya pencatatan pernikahan dan tertib administrasi
kependudukan.
Program kegiatan pengabdian ini sangat penting untuk direalisasikan
dengan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat melalui sosialisasi dan
penyuluhan hukum tentang pentingnya pencatatan perkawinan serta akibat
perkawinan yang tidak dicatatkan yang akan berakibat terhadap status
anak yang dilahirkan maupun harta yang dihasilkan dalam perkawinan.
2. Untuk mengurangi terjadinya perkawinan yang tidak dicatatkan, yang
mana dengan melakukan pencatatan perkawinan secara langsung akan
menciptakan kepastian hukum.

8
Wawancara dengan Kepala Dusun Murpeji-Lingsar, tanggal 03 Maret 2018.

9
3. Untuk meningkatkan peran serta tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk
membantu program pemerintah untuk melakukan tertib administrasi
kependudukan.
Melihat berbagai alasan untuk memilih dampingan ini sebagai obyek
pengabdian, maka tentunya kegiatan ini membutuhkan keterlibatan pihak-
pihak yang berkompeten, sehingga dengan berjalannya kegiatan desa binaan
ini setidaknya akan mampu merealisasikan berbagai tujuan kegiatan
pengabdian pada masyarakat yang merupakan program tahunan PPM-LP2M
UIN Mataram yaitu untuk penguatan tingkat kepatuhan dan kesadaran hukum
masyarakat, yang salah satunya direalisasikan dengan program dampingan
yang terkait dengan administrasi kependudukan, khususnya pencatatan
pernikahan di Dusun Murpeji-Lingsar.
D. KONDISI DAMPINGAN SAAT INI
Kondisi riil yang ada di Dusun Murpeji-Lingsar sebagaimana hasil
survey awal atau prelemenary research memberikan gambaran terkini yang
terkait dengan kondisi dampingan sebagai berikut:
1. Sebagian besar warga masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar merupakan
pemeluk agama Islam, namun sebagian besar dari mereka ini, khususnya
pasangan suami isteri tidak memiliki dokumen administrasi kependudukan
tentang peristiwa pernikahan mereka, yaitu buku nikah.
2. Keberadaan tokoh agama dan tokoh masyarakat di Dusun Murpeji-Lingsar
untuk saat ini belum memiliki peran yang signifikan untuk memberikan
peningkatan pemahaman warga Dusun Murpeji-Lingsar terhadap
pentingnya pencatatan pernikahan yang merupakan bagian dari
administrasi kependudukan yang harus dimiliki oleh setiap warga Negara
Indonesia, termasuk warga masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar.
3. Tidak pernah adanya kegiatan sosialisasi dan penyuluhan hukum tentang
pentingnya pencatatan perkawinan dan akibat perkawinan yang tidak
dicatatkan dari pihak atau lembaga terkait, seperti Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil, Kantor Urusan Kementrian Agama, Pengadilan Agama
setempat.

10
E. KONDISI DAMPINGAN YANG DIHARAPKAN
Melalui program pendampingan di Dusun Murpeji-Lingsar ini, maka
kondisi yang diharapkan sebagai dampak positif bagi warga masyarakat
Dusun Murpeji-Lingsar khususnya antara lain:
1. Terwujudnya peningkatan kesadaran hukum masyarakat melalui tentang
pentingnya pencatatan perkawinan serta akibat perkawinan yang tidak
dicatatkan .
2. Dapat mengikis datau mengurangi kemungkinan terjadinya perkawinan
yang tidak dicatatkan (nikah sirri) yang sebelumnya seperti sudah
dianggap biasa.
3. Meningkatkan peran serta tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk
membantu program pemerintah untuk melakukan tertib administrasi
kependudukan.

F. STRATEGI DAN METODE PENGABDIAN


Realisasi kegiatan Program Penguatan Tingkat Kepatuhan dan
Kesadaran Hukum Masyarakat melalui kegiatan Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
dengan mengambil obyek dampingan di Dusun Murpeji-Lingsar dengan
mengambil topik “Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat Dusun
Murpeji-Lingsar Terhadap Pentingnya Administrasi Pencatatan Pernikahan
Melalui Sosialisasi Sidang Istbat Nikah di Pengadilan Agama” dilaksanakan
dengan menggunakan strategi dan metode sebagai berikut:
1. Melakukan Identifikasi Masalah
Kegiatan untuk mengidentifikasi permasalahan kegiatan
Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar
Terhadap Pentingnya Administrasi Pencatatan Pernikahan Melalui
Sosialisasi Sidang Istbat Nikah di Pengadilan Agama ini dilakukan melalui
kegiatan Need Assessment, yaitu mendiskusikan apa yang menjadi
permasalahan masyarakat dengan beberapa tokoh masyarakat ataupun

11
warga masyarakat yang berkompeten dan bagaimana untuk
menindaklanjuti permasalahan yang ada dengan menemukan solusi yang
tepat sesuai dengan kemampuan pelaksana program.
2. Analisis Kebutuhan
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan (obyek
dampingan), pengabdi dapat melakukan analisis kebutuhan guna
memenuhi keperluan pelaksanaan program Peningkatan Kesadaran
Hukum Masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar Terhadap Pentingnya
Administrasi Pencatatan Pernikahan Melalui Sosialisasi Sidang Istbat
Nikah di Pengadilan Agama ini. Analisis kebutuhan ini dimulai dari
pendataan pasangan suami isteri yang belum memiliki buku nikah hingga
melakukan koordinasi dengan instansi yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan ini, realiasasi kegiatan hingga membuat pelaporan.
3. Penyusunan dan Pelaksanaan Program Dampingan
Adapun tahapan-tahapan dalam program pengabdian berupa
dampingan desa binaan ini adalah:
a. Melakukan pendataan pasangan suami isteri warga masyarakat Dusun
Murpeji-Lingsar yang belum memiliki buku nikah.
b. Melakukan koordinasi dengan instansi-instansi yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan penyukuhan hukum tentang
pentingnya pencatatan pernikahan bagi warga masyarakat Dusun
Murpeji-Lingsar.
c. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan hukum tentang
pentingnya pencatatan pernikahan bagi warga masyarakat Dusun
Murpeji-Lingsar.
d. Membantu pasangan suami isteri warga masyarakat Dusun Murpeji-
Lingsar yang belum memiliki buku nikah untuk memenuhi
kelengkapan administrasi yang dibutuhkan dalam sidang isbat nikah di
pengadilan agama, yaitu antara lain dengan:
1) Membantu secara teknis pembuatan permohonan isbat nikah yang
akan didaftarkan di pengadilan agama.

12
2) Membantu melengkapi kelengkapan pembuktian dan saksi yang
harus dihadirkan di siding isbat nikah di pengadilan agama.
Koordinasi dengan instansi yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan sosialisasi dan penyukuhan hukum. Koordinasi dengan
instansi yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan
penyukuhan hukum.
3) Membantu teknis administrasi pasca sidang itsbat nikah untuk
pembuatan buku nikah di kantor KUA setempat.
e. Melakukan evaluasi dan monitoring terhadap seluruh hasil kegiatan
dampingan pasca sosialisasi dan penyuluhan hukum untuk melihat
kelangsungan dan keberhasilan kegiatan ini.
f. Membuat laporan pengabdian sebagai tahapan akhir bentuk
pertanggungjawaban realisasi kegiatan pengabdi.
Adapun secara detil tahapan-tahapan kegiatan pengabdian ini
sebagaimana bagan kegiatan berikut:

Dusun Murpeji
Koordinasi dengan Pendataan
instansi
Pendampingan
Pelaksanaan
yang terkait
kegiatan
untuk
pasangan dengan
Evaluasi kelengkapan
suamisosialisasi
pelaksanaan
Pelaporan
dan
isteri yangdan
Monitoringadministrasi
penyuluhan
kegiatan
belum
Kegiatan dokumentasi.
sosialisasi
memiliki hukum.
buku dan penyuluhan hukum.
nikah. Kegiatan

G. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT (STAKEHOLDERS)


Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan ini, Pengabdi akan
melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, antara lain:
1. Warga masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar.

13
Kegiatan kerjasama dengan warga masyarakat Dusun Murpeji-
Lingsar, khususnya pasangan suami isteri yang belum memiliki buku
nikah. Kehadiran dan pelibatan mereka dibutuhkan untuk mensukseskan
kegiatan sosialisasi dan penyuluhan hukum ini sebagai obyek dampingan
utama. Kelompok warga masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar yang tidak
mempunyai buku nikah ini merupakan obyek dampingan kegiatan
pengabdian sebagai sasaran target kegiatan.
2. Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Aparat Pemerintahan Dusun
Murpeji dan Desa Dasan Geria
Pelibatan tokoh agama dan tokoh masyarakat Dusun Murpeji
dalam kegiatan ini, selain sebagai obyek dampingan, juga bertindak
sekaligus menjadi subyek dampingan yang memiliki peran sentral bagi
suksesnya kegiatan ini. Sentralitas kedua tokoh ini dibutuhkan dalam
memberikan pemahaman dan kesadaran langsung bagi warga Dusun
Murpeji, karena legalitas mereka inilah di mata masyarakat yang paling
memiliki pengaruh.
Sementara kerjasama dengan aparat pemerintahan yang ada di
Dusun Murpeji dan juga dengan pemerintahan Desa Dasan Geria sebagai
bentuk penghormatan Pengabdi karena pihak-pihak ini telah memberikan
wadah dan ijin bagi terlaksananya proses pengabdian masyarakat yang
merupakan daerah otonomnya.
3. Petugas Penyuluh KUA dan Pengadilan Agama.
Bentuk kerjasama dengan petugas punyuluhan dari KUA dan
Pengadilan Agama adalah sebagai nara sumber utama bagi program
kegiatan sosialisasi dan penyuluhan hukum di Dusun Murpeji-Lingsar.
Para Petugas ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
pengetahuan teknis tentang perlunya pencatatan administrasi
kependudukan di masyarakat, termasuk bagaimana menyelesaiakan
permasalahan administrasi bagi warga masyarakat yang belum memiliki
Buku Nikah.
H. RESOURCES PENDUKUNG

14
Pertimbangan-pertimbangan sumber daya pendukung kegiatan
pengabdian ini antara lain:
1. Pengabdi, sebagai tenaga pengajar memiliki kompetensi dan relevansi
untuk menerapkan keilmuan yang dimiliki secara praktis, di mana salah
satunya diwujudkan berupa pendampingan melalui kegiatan sosialisasi dan
penyuluhan hukum bagi warga masyarakat Dusun Murpeji-Lingsar.
2. Aparat Pemerintahan Dusun Murpeji dan Desa Dasan Geria, sebagai
sumber daya pendukung merupakan unsur yang sangat penting bagi
susksesnya kegiatan dampingan pengabdian ini, karena tanpa keberadaan
ijin dari kedua lembaga ini, maka kegiatan pengabdian desa binaan ini
tidak akan bisa terlaksana.
3. Petugas Penyuluh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan
Pengadilan Agama, sebagai sebagai tenaga pendukung utama untuk
mensukseskan kegiatan dampingan/pengabdian ini, yaitu merupakan
tenaga praktisi yang memiliki kompetensi utama terkait dengan kegiatan
dampingan ini.
I. BESARAN ANGGARAN DAN ALOKASI WAKTU
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pendampingan ini
bersumber dari DIPA PPM-LP2M IAIN Mataram dengan nilai sebesar
Rp.13.275.000,- (tiga belas juta dua ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) dengan
perincian sebagai tabel berikut:

15
Tabel 1. Rencana Anggaran Biaya
Biaya
No Komponen   Total
 
Satuan Harga
    Frekwensi (Rp)
  Set
I Belanja Gaji & Tunjangan          
1 Pembantu Pengabdi 4 4 OH 100,000 1,600,000
2 Moderator Pengabdian 1 1 OK 500,000 500,000
3 Narasumber Pengabdian 2 2 OJ 800,000 3,200,000
  Jumlah         5,300,000
II Belanja Perjalanan          
1 Pembantu Pengabdi 4 4 OH 150,000 2,400,000
2 Moderator pengabdian 1 1 OK 150,000 150,000
3 Pengabdi 1 5 OH 150,000 750,000
4 Narasumber Pengabdian 2 1 OK 150,000 300,000
  Jumlah         3,600,000
III Belanja Barang          
1 Konsumsi          
  - Nasi Kotak 1 50 OK 30,000 1,500,000
  - Snak 1 50 OK 10,000 500,000
2 ATK          
  - Buku Tulis 1 50 OK 7,500 375,000
  - Ballpoint 1 50 OK 3,000 150,000
  - Map Plastik 1 50 OK 4,500 225,000
  - Kertas A4 70 gram 1 2 OK 35,000 70,000
  - Faber Castel 1 5 OK 15,000 75,000
  - Tinta Epson Hitam 1 1 OK 100,000 100,000
  - Materai 6000 1 6 OK 7,000 42,000
  - Stapler 1 1 OK 20,500 20,500
  - Flashdisk 1 1 OK 107,500 107,500
  - Isi stapler 1 1 OK 5,000 5,000
  - Tinta Canon Warna 1 1 OK 105,000 105,000
3 Spanduk 1 1 OK 125,000 150,000
4 Penggandaan          
  - Penjilidan laporan 1 3 OK 15,000 45,000
  - Penjilidan Proposal 1 2 OK 15,000 30,000
  - Materi 2 40 OK 10,000 800,000
  - Laporan 500 1 Lembar 150 75,000

16
  Jumlah         4,375,000
TOTAL
          13,275,000
I, II, III

Sedangkan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pengabdian ini


sekitar 3 bulan dengan perincian jadwal kegiatan sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2. Jadwa Kegiatan Pengabdian

Bulan Ke-
No Kegiatan I II III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Observasi
2. Pendataan
3. Koordinasi
4. Sosialisasi 1
5. Sosialisasi 2
6. Pendampingan
7. Evaluasi & Monitoring
8. Pelaporan

DAFTAR PUSTAKA

Sri Turatmiyah, Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan (Fasakh) Dalam


Perspektif Hukum Perlindungan Anak Dan Istri di Wilayah Hukum
Pengadilan Agama Palembang, Prosiding SNaPP2014Sosial,
Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 |EISSN 2303-2472

17
Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta, BIMAS Departemen
Agama, 1992

18

Anda mungkin juga menyukai