Kuliah daring
Oleh:
Djoko Poernomo
Dosen Teori Organisasi
Prodi Administrasi Bisnis
FISIP UNEJ
13 Mei 2020
Pendahuluan
Setiap individu, kelompok/group, dan organisasi mempunyai kepentingan untuk
mempertahankan hidup dan berkembang menjadi besar. Kepentingan mereka kadang
bertabrakan antara satu dengan lainnya namun tidak jarang pula kepentingan mereka dapat di
kelola dengan baik lewat kerjasama (baca: organisasi) sehingga semua kepentingan mereka dapat
terpenuhi. Atas nama kepentingan, mereka melakukan serangkaian kegiatan sehingga dunia ini
menjadi dinamis sepanjang waktu.
Sesuai dengan perkembangan teorinya, organisasi merupakan sub-sistem dari system yang lebih
besa,r yakni lingkungan luarnya (external environment). Sebagai bagian dari lingkungan,
perkembangan organisasi (baca: kesuksesan organisasi mewujudkan tujuan organisasi atau
kinerja yang diharapkan) selain ditentukan oleh aktivitas-aktivitas lingkungan internal organisasi
internal environment), juga ditentukan oleh kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan
luarnya. Oleh sebab itu, kecermatan membaca perubahan lingkungan luar organisasi yang berupa
ancaman maupun peluang yang ada sangat dibutuhkan untuk diselaraskan dengan kekuatan dan
kelemahan organisasi. Inilah yang dikenal luas sebagai analisis SWOT (strength, weaknesses,
opportunity, threat). Jika terjadi ancaman dari lingkungan luar maka organisasi pasti menghindar
jika tidak mampu mengatasinya, sebaliknya jika terdapat peluang maka organisasi
memanfaatkannya melalui kekuatan yang dimiliki dengan meminimalkan kelemahannya.
Apapun jenis organisasi (bisnis ataupun non-bisnis), skala usahanya (mikro, kecil, menengah,
besar), pasti menjalankan aktivitas utama, yakni melakukan proses transformasi dari masukan
(input) menjadi keluaran (output). Kebutuhan input organisasi diperoleh dari pasar input dan
“penjualan” keluaran organisasi ada di pasar output. Oleh karena itulah, organisasai mempunyai
kepentingan di pasar input dan pasar output. Demikian pula, pasar input dan pasar output punya
kepentingan terhadap organisasi. Pasar input sebagai pasar yang memasok kebutuhan organisasi
dan pasar output sebagai tempat untuk menjual produk yang dihasilkan oleh organisasi.
Pemangku kepentingan pada dasarnya dapat diklasifikasikan kedalam 2 hal, yakni pemangku
kepentingan internal dan pemangku kepentingan eksternal organisasi. Freeman mendefinisikan
Stakeholders sebagai sejumlah kelompok/grup atau individu yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh serangkaian kegiatan pencapaian tujuan/sasaran organisasi.
Elemen Stakeholders
Elemen para pemangku kepentingan pada organisasi bisnis pada dasarnya dapat dipetakan ke
dalam elemen utama sebagaimana seperti gambar di bawah.
Gambar 1. Elemen-elemen Utama Perusahaan (organisasi)
Sumber: Donaldson & Preston, 1995.
Berpijak pada gambar di atas, dapat dipahami bahwa paling tidak terdapat 4 elemen utama atau
pemangku kepentingan organisasi (perusahaan) yakni: investor, pemasok, tenaga kerja, dan
pembeli atau konsumen. Mereka kemudian memperluas kajiannya bahwa para pemangku
kepentingan organisasi (perusahaan) adalah seperti pada gambar di bawah.
Owners
Political Financial
groups community
Government Activist
groups
Suppliers Customers
Firm
Competitors Customers
advocate
groups
Trade Unions
associations
Employees
Perhatikan baik-baik gambar 2 dan 3 di atas. Tanda panah yang ujungnya bolak balik
menandakan mereka saling memiliki kepentingan. Tentu saja, setiap pemangku kepentingan
berbeda-beda kepentingannya sehingga perlu diidentifikasi kepentingan setiap aktornya. Contoh,
kepentingan para supplier berbeda dengan konsumen terhadap perusahaan. Demikian juga,
kepentingan perusahaan tentunya berbeda ketika berhadapan dengan masing-masing pemangku
kepentingan. Inilah yang saya katakan di bagian awal, dunia menjadi menjadi dinamis karena
semua pemangku kepentingan ingin kepentingannya terpenuhi.
Apa yang disampaikan Freeman (1984) relatif serupa dengan konsepnya Friedman & Miles,
(2006) sebagai berikut: asosiasi dagang atau asosiasi pemasok atau distributor, lembaga swadaya
masyarakat, para pesaing, pemerintah, regulator, para pembuat kebijakan, pemilik modal, para
pemegang saham, perbankan, media, mitra bisnis/usaha, akademisi, generasi penerus, generasi
lama. Gambar di bawah merupakan mapping pemangku kepentingan dari Friedmann & Miles
(2006).
Perhatikan secara seksama gambar 4. Tanda panah yang ujungnya bolak-balik yang tidak
terputus-putus menandakan para pemangku kepentingan saling mempengaruhi sedangkan yang
ujungnya tidak bolak-balik menandakan sebenarnya organisasi tidak memiliki kepentingan
kepada mereka namun mereka memiliki kepeentingan. Oleh sebab itu, seyogyanya organisasi
juga memperhitungkan kepentingan mereka (media, aktivis, pesaing, dsb).
Organisasi adalah media berkumpulnya orang-orang yang diikat oleh serangkaian regulasi
sedangkan manajemen adalah sejumlah aktivitas dari orang-orang tersebut yang diatur
sedemikian rupa melalui perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian.
Keputusan untuk memobilisasi sumber daya organisasi adalah fungsi pokok dari pemimpin atau
kepemimpinan. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang sangat perhatian terhadap yang
dipimpin. Terdapat sejumlah gaya kepemimpinan, misalnya kepemimpinan transaksional,
transformasional, melayani dan lainnya.
Varian kepemimpinan lain misalnya yang dikenalkan oleh Ki Hajar Dewantara: ing ngarso sung
tulodo (di depan memberi contoh/keteladanan), ing madya mangun karso (di tengah menciptakan
prakarsa & kerjasama), tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan & semangat).
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang dapat menciptakan hubungan yang
harmonis dengan personil organisasi maupun yang bukan personil organisasi. Kerangka
hubungan antara organisasi dan manajemen kemudian kepemimpinan serta hubungan antar
manusia seperti terlihat pada gambar di bawah.
Organisasi
Manajemen
Kepemimpinan
Hubungan
Antar Manusia
Deskripsi di atas menyiratkan bahwa para pemangku kepentingan dengan segala kepentingannya
perlu dikelola (to manage) dengan baik agar mereka tidak kecewa. Terdapat sejumlah prinsip di
dalam mengelola para pemangku kepentingan (principles of stakeholder management) yakni:
Prinsip 1: Manajer sebaiknya mengakui/menghargai dan memonitor secara aktif pusat-
pusat para pemangku kepentingan yang legitimate dan memperhitungkan kepentingan
mereka di dalam membuat keputusan dalam operasinya,
Prinsip 2: Manajer sebaiknya mendengar dan melakukan komunikasi terbuka dengan para
pemangku kepentingan tentang kepentingan masing-masing dan kontribusinya, serta
tentang risiko-risiko yang mereka asumsikan karena keterlibatannya dengan perusahaan,
Prinsip 3: Manajer sebaiknya mengadopsi proses-proses dan cara-cara berperilaku yang
menarik ke perhatian dan kapabilitas masing-masing para pemangku kepentingan,
Prinsip 4: Manajer sebaiknya mengakui adanya saling ketergantungan upaya-upaya dan
ganjaran diantara para pemangku kepentingan, serta berupaya mencapai distribusi
manfaat dan beban akitivitas perusahaan yang fair diantara mereka kedalam perhitungan
risiko masing-masing serta kerentanan mereka,
Prinsip 5: Manajer sebaiknya bekerja secara kooperatif dengan entitas lainnya, publik
maupun privat, menjamin bahwa risiko dan bahaya muncul dari aktivitas-aktivitas
perusahaan yang berusaha diminimalkan dan mereka tidak bisa menghindar,
dikompensasi secara memadai,
Prinsip 6: Manajer sebaiknya menghindari aktivitas-aktivitas yang melanggar
kemanusiaan atau hak orang yang tidak dapat diterima oleh para pemangku kepentingan,
Prinsip 7: Manajer sebaiknya mengakui konflik yang potesial antara (i) peranannya
sendiri sebagai pemangku kepentingan perusahaan, (ii) tanggung jawab mereka secara
legal dan moral untuk kepentingan para pemangku kepentingan, dan sebaiknya konflik
diselesaikan melalui komunikasi terbuka, laporan yang jujur, system insentif, dan
dibutuhkan dimanapun.
(Friedman & Miles, 2006).
Gambar di bawah adalah strategi pengelolaan para pemangku kepentingan.
Penjelasan:
Kwadran 1: potensi kerjasama tinggi & potensi ancaman rendah.
Masuk tipe 1. Strategi yang perlu dibangun ialah pelibatan, strategi penciptaan dukungan.
Kwadran 2: potensi kerjasama rendah & potensi ancaman rendah.
Masuk tipe 2. Strategi yang perlu dibangun ialah monitoring, strategi marginal.
Kwadran 3: potensi kerjasama rendah & potensi ancaman tinggi.
Masuk tipe 3. Strategi yang perlu dibangun adalah bertahan, tidak ada strategi yang mendukung.
Kwadran 4: potensi kerjasama tinggi & potensi ancaman tinggi.
Masuk tipe 4. Strategi yang perlu dibangun adalah strategi kolaborasi, strategi campuran.
Penutup
Semoga tetap sehat. Selamat belajar dari rumah.
Referensi
Argandona, A. 2011, Stakeholders Theory and Value Creation, IESE Business School-
University of Navarra, Spain.
Donaldson & Preston, 1995, The Stakeholders theory of the Corporation: Concepts,
Evidence, and Implications, Academic of Management Review, Vol. 20, No. 1, 65-91.
Esse, B. Szántó, R. Wimmer, Á. 2012, Business relationships and relationships with
stakeholders – Perception of Hungarian executives, The IMP Journal, Volume 6. Issue 2.
Freeman, RE. 1984, Strategic Management – A Stakeholders Approach, Pitman
Publishing Inc, Marshfied, Massachusetts, USA.
Friedman, Andrew L. & Miles, Samantha. 2006, Stakeholders: Theory & Practice,
Oxford University Press.
Harrison, J. Frreman, RE. Cavalcanti, SAM. 2015, Stakeholder Theory As an Ethical
Approach to Effective Management: applying the theory to multiple contexts, REVIEW Of
BUSINESS MANAGEMENT, ISSN 1806-4892, Vol. 17, No. 55, pp. 858-869.
Lepawsky, A. 1960, Administration: The Art and Science of Organization and
Management, Alfred A. Knoff, New York.
Oates, G. 2013, Exploring the Links between Stakeholder Type, and Strategic Response
to Stakeholder and Institutional Demands in the Public Sector Context, International Journal of
Business and Management; Vol. 8, No. 21; ISSN 1833-3850, E-ISSN 1833-8119.
Parmar, BL. Freeman, RE. Harrison, J. Wicks, AC. de Colle, S. Purnell. L. 2010,
Stakeholder Theory: The State of The Art, The Academy of Management Annals, DOI:
10.1080/19416520.2010.495581.
Steurer, R. 2006, Mapping Stakeholder Theory Anew: From the Stakeholder Theory of
the Firm to Three Perspectives on Business Society Relations, Institute of Forest, Environmental,
and Natural Resource Policy, Vienna, Discussion Paper 1.
Teori Kontingensi Organisasi
Djoko Poernomo
Dosen Mata kuliah Teori Organisasi
Prodi Administrasi Bisnis
FISIP UNEJ
13 Mei 2020
Pendahuluan
• Tidak ada satu cara terbaik berorganisasi dan cara-cara apapun untuk mengorganisasi sama-
sama tidak berjalan efektif, perlu mendapat perhatian kita. Serangkaian studi memperkuat
hal tersebut sebagaimana diungkap oleh Martani Husein (1990) sebagai berikut.
• Pertama, studi Burns & Stalker pada 20 firma di Inggris dan Skotlandia mengidentifikasi ada 2
jenis organisasi: ORGANIK dan MEKANISTIK. Kedua jenis organisasi tersebut berjalan efektif
pada situasi dan kondisi yang cocok. Organisasi yang ‘organik’ berjalan efektif pada pasar dan
teknologi yang berubah dengan cepat sedangkan yang ‘mekanistik’ hanya efektif pada kondisi
pasar stabil.
• Kedua, studi Woodward terhadap 100 firma di Inggris menemukan TEKNOLOGI PRODUKSI
menjadi variabel penting dalam bentuk organisasi. Ia menyimpulkan organisasi yang
mempunyai tingkat keberhasilan tinggi adalah organisasi dengan struktur yang sesuai dengan
jenis teknologinya (jenis 1: teknologi pembuatan produk tunggal atau dalam kelompok ukuran
kecil; jenis 2: teknologi produksi massal atau dalam kelompok ukuran besar; dan jenis 3:
teknologi produksi menurut proses). Jadi dapat disimpulkan, struktur organisasi dengan
teknologi jenis 1 berbeda dengan jenis 2 dan 3.
Lanjutan …
Classical
1900-1930
Neo Classical
Modern/
1930-1960
Contingency
1960-1975 Postmodern
Lanjutan…
Arus Utama Pendekatan Teori Organisasi
• Pertama, pendekatan Klasik (classical approach). Pendekatan Klasik atau teori klasik fokus pada anatomi
organisasi sehingga kurang memperhatikan aspek sosial. Tokoh-tokoh yang masuk pendekatan klasik adalah
Max Weber, Frederick Winslow Taylor, Henry Fayol, Luther Gulick & Lyndall Urwick, Chester Barnard.
• Kedua, pendekatan Neo Klasik (neo-classical approach). pendekatan Neo Klasik menambahkan kajian yang
bersifat sosial (human relation dalam organisasi) untuk melengkapi kekurangan pendekatan Klasik. Tokoh
yang dapat dimasukkan kedalam pendekatan ini misalnya Elton Mayo, Herbert A. Simon, Philips Selznick,
Herbert A. Simon & James March, John W. Meyer & Brian Rowan, Paul J. DiMaggio & Walter W. Powell.
Kedua pendekatan tersebut seolah-olah sudah lengkap namun karena kajiannya atau fokusnya berbeda
maka tetap saja masing-masing berbeda dalam menganalisis organisasi dalam mewujudkan tujuan pokok
organisasi. Kedua pendekatan di atas (jika disatukan) dapat dikatakan lebih fokus kepada lingkungan
internal organisasi sedangkan lingkungan di luar organisasi kurang diperhatikan.
• Ketiga, muncul pendekatan Modern (modern approach). Pendekatan ini memasukkan variabel-variabel
lingkungan eksternal organisasi selain membahas variabel internal organisasi. Pakar lain menggunakan
istilah CONTINGENCY APPROACH (Galbraith, 1990-an) atau ada yang menggunakan istilah system approach.
Substansi pendekatan modern atau kontingensi atau sistem adalah organisasi dianggap sebagai bagian
(subsystem) dari sistem yang lebih besar yakni lingkungan. Pendekatan modern, dengan demikian
merupakan pendekatan komprehensif karena menganalisis semua pendekatan di atas serta menambahkan
variabel-variabel yang belum dibahas yakni lingkungan luar organisasi. Tokoh-tokoh yang dapat
dikelompokkan kedalam pendekatan ini adalah yang tidak dimasukkan kedalam dua pendekatan
sebelumnya.
Tokoh Teori Kontingensi Organisasi
Lanjutan…
Lanjutan…
Joan Woodward
Lanjutan …
• Small-batch technology – A manufacturing technology used to produce unique or small batches of custom
products; Automation tends to be low; Skilled craftsmen and craftswomen are central; Associates operate
with considerable autonomy; Few management levels and few managers; Skilled craftsmen and
craftswomen; Work is varied, requiring independent judgment of associates.
• Mass production technology – A manufacturing technology used to produce large quantities of relatively
standardized products; Associates have relatively narrow jobs and rely heavily on sophisticated equipment in
their work; More management levels and more managers per associate; Associates handle relatively routine
jobs in a less organic environment; Staff specialists and managers design procedures in advance.
• Process production technology – A manufacturing technology used to produce large amounts of products
such as electricity and gasoline in a highly automated system where associates and managers do not directly
touch raw materials and in-process work. Even more management levels and more managers per associate;
Tall hierarchies designed for monitoring various aspects of the organization; Lower-level associates enjoy
some level of discretion, as they must be free to act in emergencies; Lower-level associates in process
organizations are plant operators and maintenance specialists with strong training.
• Mass customization – A manufacturing technology that involves integrating sophisticated information
technology and management methods to produce a flexible manufacturing system with the ability to
customize products for many customers in a short time cycle. Need a more flexible and organic structure
Lanjutan …
• Hubungan teknologi, lingkungan, dan struktur; tidak hanya pada organisasi bisnis
• Organisasi yg mempunyai pengalaman yg sama berkenaan dengan lingkungan
punya perilaku yang hampir sama
• Berarti untuk desain struktur organisasi
• Organisasi sebagai sistem terbuka
• Ide-ide Thompson tentang hubungan teknologi, lingkungan dan struktur tidak hanya
terbatas pada organisasi bisnis tetapi juga diluar bisnis.
• Menurutnya ada kesamaan antara organisasi bisnis dan non bisnis dalam menanggapi
pengaruh lingkungan dan teknologi terhadap struktur.
• Organisasi-organisasi yang memiliki pengalaman dan problem-problem yang sama
dalam berhubungan dengan lingkungan dan struktur akan memiliki perilaku yang
hampir sama
Lanjutan…
• Task variability - The number of different problem types that are encountered over
time.
• Task analyzability - The degree to which problems can be solved using known steps
and procedures.
• Routine - There is little variation in the fundamental nature of problems encountered
over time, but any new problems can be solved using readily available methods.
• Craft - There is little variation in the fundamental nature of problems encountered
over time, but any new problems often require a novel search for unique solutions.
• Engineering - There is significant variation in the fundamental nature of problems
encountered over time, and new problems can be solved using readily available
methods.
• Nonroutine - There is significant variation in the fundamental nature of problems
encountered over time, and new problems often require new methods to find unique
solutions.
Burns and Stalker