Tinjauan Pustaka Lapsus
Tinjauan Pustaka Lapsus
Oleh:
Pembimbing
dr. Wayan Indriani Eka Putri, M.Biomed, Sp.OG
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, maka laporan kasus dengan topik “Abses Tuba
Ovarium” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Departemen/KSM Obstetri dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUD Karangasem.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. I Made Wenata Jembawan, Sp.OG, selaku Ketua Departemen/KSM
Obstetri dan Ginekologi RSUD Karangasem.
2. dr. Wayan Indriani Eka Putri, M.Biomed, Sp.OG, selaku pembimbing
dan penguji laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.............................................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................................iii
Daftar Gambar...............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................3
2.1 Definisi ..................................................................................................................3
2.2 Epidemiologi .........................................................................................................3
2.3 Etiologi ..................................................................................................................4
2.4 Patofisiologi............................................................................................................4
2.5 Klasifikasi ............................................................................................................11
2.6 Diagnosis..............................................................................................................12
2.7 Diagnosis Banding................................................................................................14
2.8 Komplikasi............................................................................................................16
2.9 Penatalaksaan........................................................................................................18
2.10 Prognosis..............................................................................................................28
BAB III LAPORAN KASUS........................................................................................30
3.1 Identitas................................................................................................................30
3.2 Anamnesis............................................................................................................30
3.3 Pemeriksaan Fisik.................................................................................................32
3.4 Diagnosis..............................................................................................................35
3.5 Penatalaksanaan Kasus.........................................................................................36
3.6 Perjalanan Penyakit..............................................................................................37
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................38
BAB V KESIMPULAN.................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Abses Tubo Ovarial adalah pembengkakan yang terjadi pada tuba ovarial
yang ditandai dengan radang bernanah, baik di salah satu tuba ovarial maupun
keduanya. ATO merupakan komplikasi jangka panjang dari salfingitis akut, tetapi
biasanya akan muncul dengan infeksi berulang atau kerusakan kronis dari jaringan
adnexa. Biasanya dibedakan dengan ada tidaknya rupture, dapat terjadi bilateral
walaupun 60% dari kasus abses yang dilaporkan merupakan kejadian unilateral
dengan atau tanpa penggunaan IUD dan abses biasanya polimikroba. Penyebab utama
dari ATO adalah ascending infeksi dari saluran genitalia atas menuju ke rongga
peritoneal menyebabkan Infeksi radang panggul dan menyebabkan Absess Tuba
Ovari. Infeksi ini biasanya meluas hinggal ke usus dan kandung kemih. ATO
disebabkan oleh infeksi berulang dari infeksi radang panggul, keterlambatan dalam
pengobatan, serta keterlibatan faktor virulensi dari kuman pathogen. ATO paling
banyak disebabkan oleh infeksi yang bersifat ascending menuju tuba fallopi
menyebabkan kerusakan pada endothelial sehingga menyebabkan edema pada
infundibulum dan menghasilkan blockade pada tuba. Pada ATO terdapat massa yang
bersifat necrosis, disertai dengan pertumbuhan bakteri yang bersifat anaerob
Faktor resiko pada kasus ATO, hampir sama dengan faktor resiko pada
infeksi radang panggul, seperti wanita usia reproduktif, riwayat sosi- ekonomi yang
rendah, kebersihan yang kurang. penggunaan IUD, heteroseksual, torsi indung telur,
kehamilan ektopik, serta kista ovarium yang pecah, dan infeksi pada pyelum serta
saluran kencing.
C. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan yang didapatkan dari laboratorium kurang
bermakna. Bisa terdapat peningkatan maupun penurunan dari sel darah
putih, didapatkan peningkatan dari laju endap darah lebih dari sama
dengan 19.5 mm setiap 30 menit, serta peningkatan dari C- reactive
protein lebih dari 11.5 mg/L. Dimana peningkatan dari C- reactive
protein merupakan pemeriksaan penunjang laboratorium paling akurat
untuk abses tubo ovari, hal ini juga sebagai pertimbangan keberhasilan
terapi medikamentosa pada abses tubo ovari. Selain peningkatan C-
Reactive Protein, juga didapatkan peningkatan dari marker Ca-125
dimana hal ini merupakan laboratorium paling akurat dari abses tubo
ovari.
b) USG
Dapat membantu untuk mendeteksi perubahan seperti
terjadinya progressi, regresi, ruptur atau pembentukan pus.. Pada USG
didapatkan pembesaran gambaran pembesaran volume sel telur dan
bersifat polikistik, penebalan dari isi cairan sel telur dengan septum
yang tidak lengkap atau gambaran “cog wheel sign”,dan adanya
gambaran cairan yang bebas pada cul- de- sac. Pada perjalanan lebih
lanjut, didapatkan, sel telur dan dinding tuba fallopi tidak dapat
dibedakan, dan hal ini sudah menunjukkan adanya abses tubo ovari.
Pada abses tubo ovary didapatkan kompleks masa kistik yang
multiocular dengan penebalan dinding yang irregular, disertai partisi
dan bagian echoic pada bagian dalam.
Pada uterus yang inflamasi terdapat gambaran polikistik yang
reaktif (karena edema), dan ketika menjadi satu dengan tuba, hal ini
disebut tubo-ovari kompleks
c) CT (computed tomography)
Gambaran CT- SCAN sangat berguna ketika adanya kelainan
patologi pada gastrointestinal. Pada ATO didapatkan, penebalan
dinding, dan terdapat massa yang berisi cairan padat pada adnexa
dengan inter septa. Jika terdapat gelembung gas yang bersifat interna
ini sangat berhubungan dengan abses pada usus bukan pada abses
tubo ovari. Pada ATO, penggunaan modalitas penunjang CT Scan
memiliki sensitivitas 94 % dan spesifisitas 100 %, dimana hal ini
baik untuk membedakan ATO dengan abses lain di daerah pelvis.
Tampilan paling sering dari ATO adalah lokasi unilateral (73%),
multilokular (89%), dinding yang tebal dan seragam. Beberapa hal
yang jarang ditemukan adalah penebalan usus (59%), penebalan
ligament uteroscaral (64%) dan pylosalpinx (50%).
d) MRI
Pada abbess tubo ovari , MRI memiliki intensitas sinyal
yang rendah pada T1- weighted imaging, dan intensitas sinyal
yang tinggi pada T2, dan penggunaan modalitas MRI didapatkan
memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas yang tinggi yaitu 95
% dan 89 % dibandingkan modalitas ultrasonografi.
2.7 Komplikasi
a. ATO utuh:
Pecah sampai sepsis reinfeksi di kemudian hari (jangka pendek)
Ileus, infertile, kehamilan ektopik dan nyeri (jangka panjang)
b. ATO pecah:
Syok sepsis
Abses intraabdominal, abses prenikus, abses paru/otak
Penyulit terkait laparotomi
2.8 Prognosis
a. ATO utuh
Pada umumnya prognosis baik, apabila dengan pengobatan tidak ada
perbaikan keluhan dan gejala maupun pengecilan tumor, lebih baik
dikerjakan laparatomi, sehingga abses tidak menjadi pecah yang
mungkin perlu tindakan lebih luas. Namun, terdapat efek samping
berupa infertilitas setelah tindakan laparotomi
b. ATO pecah
Pada abses yang pecah, akan terjadi septicemia, dan hal ini bisa
menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan segera