Anda di halaman 1dari 10

Efek Hemostatik Ekstrak Meniran

(Phyllantus Niruri L.) Pada Mencit (Sp. Albino Balp. C)


The Haemostatic Effect Of Phyllantus Niruri Linn
Extract In Mice (Sp. Albino Balp. C)
Addina Munawaroh*, Anis Irmawati**, Diana Nurwati**
* Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi
** Staf Pengajar Departemen Biologi Oral
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Surabaya – Indonesia

ABSTRACT
Background: Traditional medicine with herbal being used for so long in Indonesia such as Meniran
(Phyllanthus niruri L.). Phyllanthus niruri Linn is also a well known medicinal plant which has been
used in many parts of the world as hepatoprotective, antiviral, antibacterial, analgesic, antispasmodic,
anti-tumor activity, antioxidant and anti diabetic due to these chemical substances. One of the
chemical substances of Phyllanthus niruri Linn is tannin, which is known as an astringent in medical
world. As an astringent, tannin can precipitate the blood protein and it can cause the function of blood
protein as anticoagulant become pursued. Empirically, tannin may has haemostatic effect in bleeding
on mice’s tail wound. Purpose: The aim of this study was to prove the haemostatic effect of
Phyllanthus niruri Linn extract in bleeding on mice’s tail wound. Method : Fourty eigth samples were
examined which was separated by 4 groups, 1 st group as control group, 2 nd group as 1st sample group
(with 22,5% of Phyllanthus niruri Linn extract), 3 rd group as 2nd sample group (with 45% of
Phyllanthus niruri Linn extract) and 4 th group as 3rd sample group (with 90% of Phyllanthus niruri
Linn extract). The focus of the haemostatic effect is bleeding time on mice’s tail wound. The results of
whole blood clotting time using precipitated blood of mice’s tail which is dropped until it stopped
physiologically, timer used as counter during the blood precipitation and were examined with oneway
ANOVA then continued with HSD Test. Result: This study is proving the haemostatic effect of 22,5%
of Phyllanthus niruri Linn extract in bleeding on mice’s tail wound and there are different significancy
between 1st sample group (with 22,5% of Phyllanthus niruri Linn extract) and 3 rd sample group (with
90% of Phyllanthus niruri Linn extract) (p<0,05). Conclusion: Phyllanthus niruri Linn extract with
the rate 22,5% has haemostatic effect in bleeding on mice’s tail wound.

Keywords: Phyllanthus niruri Linn, bleeding time, haemostatic agent, tannin.


Korespondensi (correspondence): Addina Munawaroh, Pendidikan Dokter Gigi,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Jln. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo
No. 47 Surabaya 60132, Indonesia.

PENDAHULUAN
Pengobatan tradisional dengan tanaman yang berkhasiat telah lama digunakan
oleh masyarakat di Indonesia. Sebagian obat tradisional yang berasal dari tanaman
berkhasiat tersebut terbukti secara empirik efektif untuk penyembuhan berbagai
macam penyakit, namun hingga saat ini pemanfaatan obat tradisional belum optimal,
salah satunya adalah Meniran (Phyllanthus niruri L.) yang banyak tumbuh di daerah
beriklim sedang dan tropis seperti Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Studi tentang
ekstrak dari berbagai bagian tumbuhan ini telah mengungkapkan adanya efek
antioksidan, antimalaria (antiplasmodium), antihyperuricemic, analgesic, diuretic,
hipotensif, hipoglikemik, hepatoprotektif, hepatokuratif, hipolipemik, nematisidal,
nephrolithiatic, menghambat proses HIV-1 transcriptase, menghambat replikasi
Human Immunodeficiency Virus (HIV), urolithiatic dan memiliki kemampuan
menjadi vasorelaksan.1
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam Meniran antara lain flavonoid,
alkaloid, astragalin, brevifolin, asam karboksilat, cymene, ellagic acid, galokatekin,
hipofilantin, lignan, lintetralin, lupeol, metil salisilat, niranthin, nirtetralin, niruretin,
nirurin, niruriside, norsecurinine, phyllanthin, phyllanthine, phyllanthenol,
phyllochrysine, filltetralin, quercetin, quercetol, quercitrin, rutin, saponin,
triacontanal, tricontanol dan tanin (corilagin, geraniin, ellagitanin, repandusinic acids
dan repandusinic acid A). Bahan yang terkandung dalam Meniran tersebut dapat
mengatasi berbagai penyakit, antara lain penyakit kulit, radang, malaria, diare,
sariawan, batu ginjal, dan penyakit kuning.2,3,4 Selain itu, Meniran juga dapat
bermanfaat sebagai penyembuh luka.5 Salah satu kandungan Meniran yang diduga
mempunyai efektifitas hemostasis adalah tanin. Tanin diketahui mempunyai sifat
astringent, dapat mempresipitasi protein pada permukaan sel sehingga permeabilitas
sel dapat menurun.6
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud meneliti adanya efek hemostatik
dari kandungan tanin yang terdapat pada ekstrak Meniran (Phyllanthus niruri L.)
terhadap perdarahan akibat luka pada ekor mencit dengan konsentrasi ekstrak
Meniran sebesar 22,5%; 45% dan 90%.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan
rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pada bulan Juni 2010.
Pembuatan ekstrak herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) dilakukan di Laboratorium
Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Surabaya. Penelitian ini menggunakan hewan
percobaan mencit jantan putih (Sp. Albino Balp C.), sehat (berbulu licin, mengkilat
dan bersih, gemuk, tidak mengeluarkan lendir atau nanah dari hidung, mata atau
telinga, ekornya tidak cacat), berumur 4 bulan dengan berat 20 – 30 gram. Sampel
tiap perlakuan akan dipilih secara random dengan besar sampel yang telah ditentukan
menurut rumus7 sebanyak 12 ekor mencit tiap kelompok.
Pada penelitian ini alat dan bahan yang digunakan adalah kapas, mencit jantan
usia 4 bulan, timbangan mencit, tabung ekstrak, kertas serap, spidol, betadine
solution, kandang mencit, tabung pemegang mencit, gunting, stopwatch, ekstrak
Meniran dengan konsentrasi 22,5%; 45% dan 90% (Phyllantus niruri L), ether 10%,
aquades steril, makanan dan minuman.
Setelah mencit beradaptasi dengan lingkungannya (± 7 hari), beratnya ditimbang
dengan timbangan mencit. Mencit dibagi menjadi 4 kelompok yaitu, kelompok 1
adalah kelompok kontrol, kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang ekornya
dicelupkan ke dalam ekstrak Meniran 22,5%, kelompok 3 adalah kelompok
perlakuan yang ekornya dicelupkan ke dalam ekstrak Meniran 45% dan kelompok 4
adalah kelompok perlakuan yang ekornya dicelupkan ke dalam ekstrak Meniran 90%.
Mencit dimasukkan ke dalam tabung pemegang mencit, kemudian diberikan ether
10% dienduskan ke hidung mencit untuk mendapatkan efek sedasi, kemudian ujung
ekor mencit dipotong dengan Ø = 0,3 cm. Pada kelompok kontrol, setelah ekor
mencit dipotong kemudian lukanya diolesi aquades selama 3 detik, lalu darahnya
diteteskan pada kertas serap sampai darah berhenti dan stopwatch dipakai untuk
mencatat waktu perdarahan. Setelah darah berhenti, ekor mencit yang luka diolesi
betadine. Pada 3 kelompok lainnya mencit mendapat perlakuan yang sama, tetapi
setelah ekor mencit dipotong kemudian ekor dicelupkan ke dalam ekstrak meniran
dengan konsentrasi masing-masing kelompok adalah 22,5%; 45% dan 90% selama 3
detik kemudian darahnya diteteskan pada kertas serap sampai darah berhenti dan
stopwatch dipakai untuk mencatat waktu perdarahan.
Analisis data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikelompokkan, lalu ditabulasikan dan
dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah untuk melihat adanya
pengaruh efek hemostatik ekstrak Meniran terhadap perdarahan pada ekor mencit dan
dilanjutkan dengan uji LSD untuk melihat adanya perbedaan antar kelompok, dengan
syarat :
- Tidak bermakna, bila p > 0,05
- Bermakna, bila p < 0,05

HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian Lama Waktu Perdarahan
Perlakuan N Mean Std. Deviation
Kontrol (ekor dicelupkan ke
12 179.4167 22.26476
dalam aquades)
Celup Ekstrak Meniran 22,5% 12 141.0000 56.33504
Celup Ekstrak Meniran 45% 12 177.1667 78.41479
Celup Ekstrak Meniran 90% 12 279.8333 166.99692

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata waktu
yang dibutuhkan untuk proses hemostasis antar masing-masing kelompok perlakuan.
Rata-rata bleeding time kelompok I (kelompok kontrol) sebesar 179,42 detik, rata-
rata kelompok II (Celup Ekstrak Meniran 22,5%) sebesar 141 detik, rata-rata
kelompok III (Celup Ekstrak Meniran 45%) sebesar 177,16 detik, sedangkan rata-rata
kelompok IV (Celup Ekstrak Meniran 90%) sebesar 279,83 detik. Pada kelompok II
rata-rata bleeding time memiliki selisih 138.83 detik lebih cepat dibandingkan dengan
kelompok IV.
Analisis data
Hasil Uji Anova Rata-rata Waktu Perdarahan
ANOVA
bleeding time
Sum of d Mean Si
F
Squares f Square g.
Betwe
.
en 128062.7 42687.5 4.5
3 00
Grou 29 76 28
7
ps
Withi
n 414768.2 4 9426.55
Grou 50 4 1
ps
542830.9 4
Total
79 7

Berdasarkan tabel hasil uji Anova di atas, nilai signifikansi (p) pada uji Anova
yang diperoleh dari penelitian ini adalah 0,007, dengan demikian probabilitas p =
0,007 < dari α=0,05 dan H0 ditolak H1 diterima yang berarti bahwa ada perbedaan
efek hemostatik yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal karena nilai signifikansi
(p) pada uji Anova < dari α=0,05, sehingga analisis hasil penelitian ini dapat
dilanjutkan dengan uji LSD.

Hasil uji LSD ( perbandingan sampel antar kelompok )


Jenis Perlakuan p Arti
Kelompok yang dicelup Ekstrak Tidak berbeda
Kelompok Kontrol 0,768
Meniran 22,5% selama 3 detik bermakna
Kelompok yang dicelup Ekstrak Tidak berbeda
1,000
Meniran 45% selama 3 detik bermakna
Kelompok yang dicelup Ekstrak Tidak berbeda
0,069
Meniran 90% selama 3 detik bermakna
Kelompok yang dicelup
Kelompok yang dicelup Ekstrak Tidak berbeda
Ekstrak Meniran 22,5% 0,798
Meniran 45% selama 3 detik bermakna
selama 3 detik
Kelompok yang dicelup Ekstrak
0,006 Berbeda bermakna
Meniran 90% selama 3 detik
Kelompok yang dicelup
Kelompok yang dicelup Ekstrak Tidak berbeda
Ekstrak Meniran 45% 0,060
Meniran 90% selama 3 detik bermakna
selama 3 detik
PEMBAHASAN
Pada saat cedera, ada tiga proses utama yang bertanggung jawab terhadap
hemostasis dan pembekuan : (1) vasokonstriksi pembuluh darah; (2) reaksi trombosit
yang terdiri dari adhesi, reaksi pelepasan dan agregasi trombosit; dan (3) pengaktifan
faktor-faktor pembekuan darah.8 Mekanisme hemostasis dimulai ketika terjadi
kerusakan pada dinding pembuluh darah dan jaringan yang berdekatan, pada darah,
ataupun berkontaknya darah dengan sel endotel pembuluh darah.9
Pada penelitian ini, untuk kelompok I (kelompok kontrol, ekor dicelupkan ke
dalam aquades) menghasilkan rata-rata lama perdarahan 179,42 detik. Hal ini
disebabkan oleh tidak adanya pemberian zat hemostatik sehingga mencit mengadakan
proses hemostatis sendiri sesuai kemampuan hemostatis tubuh mencit tanpa bantuan
zat hemostatik lain. Untuk kelompok II (ekor dicelupkan ke dalam ekstrak Meniran
22,5% selama 3 detik) menghasilkan rata-rata lama perdarahan 141 detik, dari hasil
tersebut menunjukkan bahwa lama perdarahan lebih cepat dibandingkan dengan
kelompok I. Hal ini disebabkan oleh adanya zat yang berfungsi sebagai hemostatik
yaitu tanin. Tanin yang bersifat astringen akan membantu proses hemostatis tubuh
dengan cara mengendapkan protein darah kemudian bersenyawa dengan protein
darah tersebut sehingga membantu mempercepat proses aktivasi faktor pembekuan
darah. Dalam hal ini, yang mempengaruhi kecepatan pembekuan darah adalah proses
pembentukan tromboplastin dan tromboplastin merupakan salah satu faktor
pembekuan darah yang nantinya akan mengubah protrombin menjadi thrombin dan
dilanjutkan dengan langkah berikutnya.9,10 Jumlah kadar tanin dalam zat dapat
mempengaruhi efektivitas kerja efek hemostatik ekstrak Meniran tersebut. Bila kadar
tanin dalam zat cukup banyak maka pengaruh zat cukup efektif dalam menghentikan
perdarahan.
Pada kelompok III (ekor dicelupkan ke dalam ekstrak Meniran 45% selama 3
detik) menghasilkan rata-rata lama perdarahan 177.17 detik, dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa lama perdarahan sedikit lebih cepat dibandingkan dengan
kelompok I (kelompok kontrol). Hal ini disebabkan oleh adanya zat yang berfungsi
sebagai hemostatik yaitu tanin. Tanin yang bersifat astringen akan mengendapkan
protein darah kemudian bersenyawa dengan protein darah (fibrinogen dan albumin)
tersebut sehingga membantu mempercepat proses aktivasi faktor pembekuan darah
yaitu faktor Von Willebrand yang bocor dari plasma darah menuju jaringan yang
trauma dan meningkatkan agregasi trombosit untuk membentuk sumbat trombosit.
Pada kelompok IV (ekor dicelupkan ke dalam ekstrak Meniran 90% selama 3
detik) menghasilkan rata-rata lama perdarahan 279.83 detik, dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa waktu perdarahan semakin lama dibandingkan dengan
kelompok I (kelompok kontrol), kelompok II dan kelompok III. Hal ini dapat
disebabkan tanin yang tidak bekerja secara maksimal karena telah mencapai titik
maksimal efektivitas efek hemostatik pada kelompok II dengan kadar ekstrak
Meniran yang diberikan sebesar 22,5%, sehingga pada ekstrak Meniran dengan kadar
90% tanin tidak berpengaruh dalam menghentikan perdarahan. Waktu perdarahan
yang semakin panjang ini dapat pula disebabkan karena ada efek zat lain yang bekerja
akibat dari tanin yang tidak dapat bekerja secara maksimal. Zat ini adalah metil
brevifolinkarboksilat, yang diketahui dapat menghambat proses agregrasi trombosit 11
karena memiliki efek vasorelaksan pada pembuluh darah tikus3. Akan tetapi,
kandungan zat tersebut dan mekanisme kerjanya dalam ekstrak Meniran dengan
kadar 90% belum dapat dipastikan dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan uji LSD, didapatkan
perbedaan yang bermakna terhadap waktu perdarahan antara kelompok perlakuan II
(kelompok yang dicelup Ekstrak Meniran 22,5%) dengan kelompok perlakuan IV
(kelompok yang dicelup Ekstrak Meniran 90%). Sampel kelompok perlakuan II
memiliki rata-rata waktu perdarahan 141 detik, sedangkan kelompok perlakuan IV
memiliki rata-rata waktu perdarahan 279.83 detik. Pada kelompok II rata-rata waktu
perdarahan memiliki selisih 138.83 detik lebih cepat dibandingkan dengan kelompok
IV. Perbedaan ini dapat terjadi oleh karena perbedaan kadar ekstrak Meniran yang
mempengaruhi senyawa kimia aktif berupa tanin yang bekerja pada proses
hemostatik. Kadar ekstrak Meniran di bawah 50% memberikan efek hemostatik yang
baik pada perdarahan dengan didapatkan waktu perdarahan (bleeding time) yang
lebih pendek dibandingkan kadar ekstrak Meniran ≥ 50%. Hal ini menunjukkan
bahwa, efek hemostatik tanin bekerja pada kadar ekstrak Meniran di bawah 50%
sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan yaitu pada kelompok perlakuan yang
dicelupkan ke dalam ekstrak Meniran 22,5%, karena pada kelompok perlakuan yang
dicelupkan ke dalam kadar ekstrak Meniran 45% menunjukkan hasil yang tidak
signifikan atau tidak ada beda yang bermakna dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Sedangkan, pada kelompok perlakuan yang dicelupkan ke dalam ekstrak
Meniran 90%, waktu perdarahan (bleeding time) semakin panjang dikarenakan tanin
yang tidak bekerja secara maksimal karena telah mencapai titik maksimal efektivitas
efek hemostatik pada kelompok II dengan kadar ekstrak Meniran yang diberikan
sebesar 22,5%, sehingga pada ekstrak Meniran dengan kadar 90% tanin tidak
berpengaruh dalam menghentikan perdarahan.
Efek hemostatik ekstrak Meniran ini disebabkan karena tumbuhan Meniran
mengandung senyawa kimia berupa tanin. Tanin memiliki fungsi sebagai astringen.
Sebagai astringen, tanin dapat mengendapkan protein darah. Hal ini disebabkan
kemampuan tanin untuk membentuk kompleks, baik dengan protein maupun
polisakarida. Pembentukan kompleks itu berdasarkan pada pembentukan ikatan
hidrogen dan interaksi hidrofobik antara tanin dan protein. Efektifitas kerja tanin
dalam mengendapkan protein darah mengakibatkan fungsi protein darah sebagai
antikoagulan menjadi terhambat. Semakin banyak protein darah yang diendapkan
oleh tanin, menyebabkan albumin darah berkurang dan mengakibatkan membran
trombosit menjadi lebih labil serta memudahkan trombosit mengeluarkan ADP.
Pelepasan zat tersebut akan merangsang dimulainya agregasi trombosit, diikuti
dengan meningkatnya pembentukan tromboplastin yang menyebabkan perubahan
protrombin menjadi trombin. Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah
fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang merangkai trombosit, sel darah merah
dan plasma untuk membentuk bekuan darah.12,13
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak Meniran mempunyai efek
hemostatik yang baik, terutama pada ekstrak Meniran dengan kadar konsentrasi
22,5%. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata waktu perdarahan 141 detik, lebih cepat
38,42 detik daripada rata-rata waktu perdarahan pada kelompok kontrol 179,42 detik.
Ekstrak Meniran (Phyllanthus niruri L.) mempunyai efek hemostatik terhadap
perdarahan akibat luka pada ekor mencit (Sp. Albino Balp. C), terutama pada ekstrak
Meniran dengan kadar 22,5%. Ada perbedaan efek hemostatik yang bermakna
ekstrak meniran dengan kadar 22,5% dan 90% terhadap perdarahan akibat luka ekor
mencit (Sp. Albino Balp. C). Efek hemostatik ekstrak Meniran ini disebabkan karena
tumbuhan Meniran mengandung senyawa kimia berupa tanin yang memiliki fungsi
sebagai astringen.

DAFTAR PUSTAKA

1. Leslie Taylor. 2003. Herbal Secrets of the Rainforest, 2nd ed. Sage Press, Inc. Austin. pp. 50-55.
2. Naik, A.D. and A.R. Juvekar, 2003. Effects of alkaloidal extract of Phyllanthus niruri on HIV
replication. Indian J. Med. Sci., 57. pp: 387-393.
3. Iizuka, T., H. Moriyama and M. Nagai, 2006. Vasorelaxant effects of methyl brevifolincarboxylate
from the leaves of Phyllanthus niruri. Biol. Pharm. Bull., 29. pp: 177-179.
4. Manjrekar, A.P., V. Jisha, P.P. Bag, B. Adhikary, M.M. Pai, A. Hegde and M. Nandini, 2008.
Effect of Phyllanthus niruri Linn. treatment on liver, kidney and testes in CCl4 induced hepatotoxic
rats. Indian J. Exp. Biol., 46. pp: 514-20.
5. Okoli C.O., A.C. Ezike, P.A. Akah, S.O. Udegbunam, T.C. Okoye, T.P. Mbanu and E. Ugwu.
2009. Studies on Wound Healing and Antiulcer Activities of Extract Aerial Parts of Phyllantus
niruri L. AJP and Toxyc. 4(4). pp: 118-126.
6. Nair UJ. 2006. Role of lime in the generation of reactive oxygen species from betel-quid
ingredients. J. Hum Ecol. India. p: 24-25
7. Lemeshow S. 1990. Adequacy of Sample Size in Health Studies. WHO. John Wiley & Sons. New
York-Brisbane-Toronto. pp. 38-40
8. Guyton AC, Hall W. 2006. Fisiologi Kedokteran edisi 9. EGC. Jakarta. hlm: 480-492.Brass LF.
2003. Thrombin and platelet activation. Chest 124 (3 Suppl) : 18S.
9. Brass LF. 2003. Thrombin and platelet activation. Chest 124 (3 Suppl) : 18S.
10. Dorsam RT and Kunapuli SP. 2004. Central role of the P2Y12 receptor in plate et activation. J
Clin Invest 113. p: 340.
11. Iizuka, T., M. Nagai, A. Taniguchi, H. Moriyama and Keiko Hoshi. 2007. Inhibitory Effects of
Methyl Brevifolincarboxylate Isolated from Phyllanthus niruri L. on Platelet Aggregation. Biol.
Pharm. Bull., 30(2). pp: 382-384.
12. Setiawati. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi ke-4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. hlm: 87-88.
13. Mahtuti EY. 2004. Pengaruh Daya Antimikroba Asam Tanat terhadap pertumbuhan
Salmonella typhii secara in vitro. Surabaya. Universitas Airlangga. hal.9.

Anda mungkin juga menyukai