Anda di halaman 1dari 13

Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

ETIKA PERGAULAN DALAM ALQURAN DAN IMPLIKASINYA


TERHADAP PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH

Agus Pranoto,*
Aam Abdussalam, Fahrudin

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam,


Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia
*Email:agus.pranoto@student.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini tentang etika pergaulan dalam Alquran dan implikasinya terhadap pembelajaran
PAI di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan etika pergaulan dalam Alquran
kemudian dicari implikasinya terhadap pembelajaran PAI di sekolah. Pendekatan yang
digunakan yakni pendekatan kualitatif metode tafsir muqaran dengan menelusuri ayat-ayat
yang berhubungan dengan etika pergaulan kemudian menganalisa dengan studi pustaka dan
analisis deskriptif. Sumber data primer berasal dari Alquran, sedangkan sumber data
sekunder dari literatur tafsir, buku, jurnal dan literatur lain yang menunjang. Dalam penelitian
ini disimpulkan bahwa; etika pergaulan sesama muslim dalam Alquran yaitu, 1) mengadakan
perdamaian, 2) menciptakan persaudaraan, 3) tidak menghina sesama muslim, 4) menjauhi
prasangka buruk, mencari-cari kesalahan orang lain, dan menggunjing, 5) saling mengenal
satu sama lain, dan terakhir 6) berkasih sayang terhadap sesama muslim. Adapun etika
pergaulan muslim dengan non-muslim menurut Alquran yaitu; 1) saling bekerja sama, 2)
bersikap tegas dalam hal prinsip terhadap non-muslim, 3) berdamai dengan non-muslim, 4)
berbuat baik dan adil terhadap non-muslim, 5) tidak menjadikan teman orang yang
memerangi karena agama, dan terakhir 6) tidak berbuat aniaya kepada non-muslim. Implikasi
yang dapat diperoleh adalah hendaknya pembelajaran mengarahkan peserta didik untuk dapat
hidup damai, rukun dan saling toleran terhadap perbedaan yang ada baik di internal maupun
eksternal muslim.

Kata Kunci: Alquran, Etika Pergaulan, Muslim, Non-Muslim, Pembelajaran

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 107


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

PENDAHULUAN Namun, perbedaan ini kurang dapat


disikapi oleh muslim sendiri sebagai hal
Akhlak merupakan salah satu yang wajar. Ironisnya, perbedaan ini
aspek penting dan memiliki peranan vital seringkali menjadi faktor perpecahan dan
dalam kehidupan seorang muslim. Ya’qub konflik di kalangan umat muslim sendiri.
(1985, hlm. 33) menjabarkan bahwa Sebagai pembelajaran, sejarah pemikiran
akhlak mulia yang sesuai dengan ajaran Islam pernah mencatat seperti yang
Allah merupakan tugas para Rasul diutus dikemukakan Syamsuddin (2002, hlm.
oleh Allah kepada umat Manusia. 202) bahwa cukup banyak perbedaan
Meskipun para Rasul diutus pada zaman pendapat yang membawa terjadinya
yang tidak sama dan kondisi umat yang pembunuhan, kasus Al-Hallaj (wafat 922
berbeda-beda, namun tugas mereka sama M) atau Suhrawardi (wafat 1191 M)
yakni berusaha agar umat berada di jalan misalnya, dua tokoh sufi terkemuka,
Allah, menyembah Allah, mengerjakan karena penguasa menganggap pikiran-
perbuatan baik, menjauhi perbuatan pikiran mereka bertentangan dengan
munkar, serta untuk menegakkan akidah agama.
kebenaran dan keadilan yang merupakan Haruskah perbedaan yang timbul di
prinsip akhlāk al karīmaħ. kalangan umat muslim disikapi dengan hal
Akhlak individu dan masyarakat demikian? Tentunya muslim sama-sama
telah diatur dalam Islam. Dalam mengetahui bagaimana seharusnya mereka
lingkungan masyarakat, terdapat berbagai saling menyikapi jika dihadapkan pada
macam golongan, suku, ras dan agama. persoalan demikian. Alquran adalah
Hubungan yang tidak baik, seringkali pedoman dan petunjuk bersama umat
menimbulkan konflik yang berakhir pada muslim dimanapun berada. Alquran
perpecahan individu ataupun kelompok. tentunya tidak menghendaki sampai
Dalam kehidupan sosial, muslim adanya pembunuhan yang disebabkan
tidak terlepas dari muslim yang lain. karena perbedaan pendapat, perbedaan
Dikatakan pada suatu hadis bahwa muslim mazhab, perbedaan suku, ataupun
adalah saudara bagi muslim yang lain. perbedaan golongan.
Muslim memiliki hak dan kewajiban atas Demikian pula hubungan muslim
muslim yang lain. Islam telah mengatur dengan penganut agama lain, Islam adalah
sedemikian rupa bagaimana muslim yang agama yang cinta akan perdamaian. Nabi
satu dengan muslim yang lain bertindak sendiri banyak mencontohkan melalui
dan beretika. Etika ini harus dijaga agar kehidupan sehari-hari, bagaimana umat
dapat tercipta hubungan yang harmonis, agama lain harus diayomi bukan
aman, tentram dan damai. Jika tidak ditanggapi dengan sikap kekerasan. Islam
perselisihan dan perpecahan akan terjadi. juga merupakan agama yang toleran. Ada
Ini terjadi karena perbedaan yang ada di anggapan bahwa apabila seseorang berada
kalangan umat muslim itu sendiri. di lingkungan orang yang mayoritas
Perbedaan pendapat di kalangan muslim, maka dia akan aman. Hal ini
umat Islam telah menjadi kenyataan nampaknya sulit dilakukan pada masa
sejarah yang tak terelakkan ungkap sekarang. Tentu bukan islam yang salah,
Syamsuddin (2002, hlm. 201). Sejarah namun penganut islamlah yang
Islam menyaksikan munculnya skisme menganggap dirinya telah benar dalam
yang beragam, sebagai hasil dari dialektika memahami agama.
pemahaman tentang Islam itu sendiri Umat Islam dewasa ini – dalam
lanjutnya. Hal ini menunjukan bahwa hubungan dengan pemeluk agama lain –
perbedaan di kalangan umat muslim tidak sering diidentikkan dengan aksi terorisme.
dapat dihindari, dan ini telah terjadi pada Di negeri Barat khususnya kita sering
masa awal Islam tumbuh. mendengar istilah Islamophobia atau

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 108


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

gejala takut pada islam. Aksi-aksi Kenyataan yang terjadi mungkin


pengeboman yang dilakukan oleh agak sedikit berlawanan. Apa yang terjadi
sekelompok orang yang mengaku Islam ini sekarang menimbulkan pertanyaan,
telah mencoreng nama Islam sebagai bagaimana sesungguhnya hubungan antar
agama yang raḥmatul lil’ālamīn. pemeluk agama seharusnya? Kita bisa
Fenomena ini merupakan satu dari sekian melihat kasus yang dialami oleh suku
berbagai peristiwa yang menyudutkan Rohingya, bagaimana mereka terusir dari
Islam pada masa sekarang. Peristiwa- Negara Myanmar karena agama yang
peristiwa tersebut menyebabkan lahirnya mereka anut adalah Islam. Belum lagi
anggapan bahwa Islam adalah agama yang kasus yang terjadi di Perancis yang
keras, anti perdamaian dan menyukai menggambarkan sosok Nabi Muhammad
perang. beberapa bulan belakangan menyebabkan
Selain aksi teror, Islam juga hubungan antar pemeluk agama menjadi
terkadang menjadi korban atas konflik semakin memanas. Kasus-kasus di atas
antar penganut agama. Peristiwa di merupakan segelintir contoh dari banyak
Rohingya, Myanmar adalah salah satu kasus yang terjadi atas nama agama. Hal
contohnya. Penyebab dari peristiwa ini ini jelas membawa keprihatinan bagi umat
adalah adanya perbedaan agama antara beragama. Muslim sebagai penganut
penganut agama Islam dengan penganut agama terbesar kedua didunia, sudah
agama lain di negara tersebut. sepatutnya menjalankan aturan yang telah
Tercatat, pernah terjadi peristiwa ditentukan untuk dapat menjalani
perang salib yang melibatkan agama- kehidupan jamak (pluralis) di masyarakat
agama besar di dunia ini. Nasrani global.
merupakan agama dengan penganut Alquran merupakan kitab suci bagi
terbesar di dunia. Islam menduduki umat muslim yang berisi mengenai
peringkat dua untuk persoalan ini. Yahudi pedoman dan petunjuk hidup di dunia ini.
tidak memiliki penganut sebanyak agama Tanpa mengetahui, memahami serta
Islam maupun Nasrani. Demikian juga mengamalkan apa yang ada di Alquran,
terjadi pada penganut agama lain selain muslim akan kehilangan pedoman. Dengan
Nasrani dan Yahudi. Hindu, Budha, demikian, penting untuk mengetahui isi
Zoroaster, Sikh, Khong Hu Cu, merupakan yang terdapat dalam Alquran. Hal ini
agama yang terdapat di dunia yang mutlak diperlukan karena Alquran adalah
semakin modern ini. petunjuk utama – di samping hadis, ijma
Jika kita perhatikan dengan sebagai sumber petunjuk yang lain – jika
seksama, semua agama pada dasarnya umat umat Islam ingin hidupnya terarah,
pada mengajarkan sikap saling toleran selamat dan bahagia.
terhadap sesama manusia. Dalam islam,
diatur sedemikian rupa hubungan – dari
mulai hubungan dengan Tuhan sampai
hubungan dengan manusia. Dalam Islam
pun dikenal istilah persaudaraan. Minimal
ada tingkatan persaudaran yang dikenal
dalam Islam. Pertama, persaudaraan
karena ikatan iman, yang kedua sesama
umat yang beriman kepada tuhan, dan
persaudaraan karena ikatan sesama
manusia. Jadi tidak ada alasan dalam islam
untuk melakukan tindak kekerasan tanpa
alasan terhadap manusia lain di dunia.

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 109


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

METODE internet dan sumber lainnya yang


menunjang.
Penelitian ini menggunakan
Adapun mengenai sumber data
pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang
yang digunakan, peneliti menggolong-kan
diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm.
ayat-ayat Alquran sebagai sumber data
82) bahwa penelitian kualitatif merupakan
primer. Adapun untuk data sekunder,
penelitian yang hasil temuannya tidak
peneliti menggunakan buku-buku tafsir
diperoleh melalui cara kuantifikasi,
yang terdiri dari Tafsir Al-Miṣbāh, Tafsir
perhitungan statistik, atau cara lainnya
Aṭ-Ṭabarī, Tafsir Ibn Kaṡīr, Tafsir Al-
yang menggunakan ukuran angka.
Azhar, Tafsir Al-Marāgī, Tafsir Fī Ẓilalil
Adapun, metode penelitian yang
Qur’ān, Tafsir Al-Qurṭubī, Tafsir An-Nūr,
digunakan dalam penelitian ini adalah
Tafsir Al-Aisar, dan Tafsir Al-Muyassar.
metode penafsiran muqaran. Penafsiran
Selain itu, peneliti juga menggunakan
dengan menggunakan cara ini disebut juga
buku pendukung, jurnal, dan sumber lain
tafsir perbandingan. Dengan
yang merupakan sumber sekunder.
menggunakan metode penafsiran
Penelitian ini menggunakan teknik
muqaran, peneliti akan menghimpun
analisis data di lapangan model Miles dan
sejumlah ayat dalam Alquran yang
Huberman, diungkapkan sendiri oleh
membahas mengenai etika pergaulan,
Miles dan Huberman (dalam Sugiyono,
kemudian membandingkan pendapat
2013, hlm. 246) bahwa aktifitas dalam
antara satu mufasir dengan yang lain.
analisis data kualitatif dilakukan secara
Setelah itu, akan dicari implikasinya
interaktif dan berlangsung secara terus
terhadap pembelajaran PAI di sekolah.
menerus sampai tuntas, sehingga datanya
Penelitian ini menggunakan teknik
sudah jenuh. Berikut langkah-langkahnya.
pengumpulan data studi pustaka. Studi
pustaka merupakan teknik pengumpulan a. Reduksi Data
data dengan cara menggunakan buku- Data yang diperoleh peneliti
buku, literatur, dan bahan pustaka yang direduksi dengan cara merangkum,
menunjang serta ada keterkaitan dengan memilih dan memfokuskan pada hal-hal
pembahasan peneliti, kemudian mencatat yang penting. Dalam penelitian ini, data
atau mengutip pendapat para ahli yang yang diperoleh dari Alquran mengenai
terdapat di dalam sumber tersebut untuk etika pergaulaan dengan dibatasi hanya
memperkuat landasan teori serta analisis pada ayat-ayat yang berkaitan dengan
yang peneliti lakukan (Sukmadinata, tema persaudaraan dan perdamaian
2012, hlm. 216). Melalui teknik terdapat 15 ayat, terbagi kedalam dua
pengumpulan data menggunakan studi bagian yakni mengenai etika pergaulan
pustaka, peneliti mencari sumber data sesama muslim dan etika pergaulan
dengan mengkaji berbagai bahan pustaka dengan non-muslim. Ayat-ayat yang
berupa buku-buku tafsir sebagai sumber berhubungan dengan etika pergaulan
utama dalam mengkaji ayat-ayat tentang sesama muslim terdiri dari 7 ayat, di
etika pergaulan. Selain itu, peneliti juga antaranya yaitu Al-Ḥujurāt ayat 9, 10, 11,
menggunakan berbagai sumber pustaka 12, Al-Anfāl ayat 1, An-Nisā` ayat 114
lain seperti buku-buku pendukung, jurnal, dan At-Taubah ayat 128. Adapun ayat-
ayat yang berhubungan dengan etika

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 110


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

pergaulan dengan non-muslim terdapat 6 HASIL DAN PEMBAHASAN


ayat, yakni Al-Mumtaḥanaħ ayat 8 dan
ayat 9, Al-Māidaħ ayat 2 dan ayat 51, Al- Terdapat 15 ayat yang penulis
jadikan sebagai sumber pengkajian etika
Baqaraħ ayat 190 dan Al-Ḥajj ayat 39.
pergaulan dalam Alquran berdasarkan
Sementara Al-Fatḥ ayat 29 dan Al-Ḥujurāt pembatasan tema persaudaraan dan
ayat 13 termasuk ke dalam ayat yang perdamaian. Sebagai rinciannya, terdapat 7
berkaitan dengan etika pergaulan sesama ayat yang membahas etika pergaulan
muslim dan muslim dengan non-muslim sesama muslim. Berikut ayat yang
sekaligus. ditemukan sesuai dengan urutan waktu
turunnya ayat menurut Izzan (2011, hlm.
88), Al-Anfāl ayat 1, An-Nisā` ayat 114,
b. Penyajian Data
Al-Ḥujurāt ayat 9,10,11, 12, At-Taubah
Pada penelitian ini, penyajian yang ayat 128. Terdapat 6 ayat yang berkaitan
akan digunakan menggunakan teks yang dengan etika pergaulan muslim dengan
bersifat naratif. Peneliti akan mengkaji non-muslim, berikut peneliti sebutkan
ayat Alquran dalam beberapa buku tafsir sesuai dengan urutan turunnya ayat, Al-
dan menyajikannya menggunakan teks Baqaraħ ayat 190, Al-Mumtaḥanaħ ayat 8
yang bersifat naratif berupa uraian dan 9, Al-Ḥajj ayat 39, Al-Mā`idaħ ayat 2,
dan Al-Mā`idaħ ayat 51. Sementara itu,
mengenai perbandingan penafsiran tiap
peneliti juga menemukan dua ayat yang
ayat. Penafsiran yang digunakan adalah membahas mengenai etika pergaulan
metode tafsir muqaran. Penafsiran ini sesama muslim dan juga muslim dengan
digunakan untuk membantu peneliti dalam non-muslim, yaitu Al-Ḥujurāt ayat 13 dan
menggali makna yang terkandung pada Al-Fatḥ ayat 29.
setiap ayat yang diteliti.
1. Etika Pergaulan Sesama Muslim
dalam Alquran
c. Kesimpulan Dalam etika pergaulan sesama
Langkah ketiga dalam analisis data muslim, Alquran memberikan penekanan
kualitatif menurut Miles dan Huberman kepada persaudaraan. Selain itu, terdapat
(Sugiyono, 2013, hlm. 252) adalah beberapa sikap yang harus dihindari
penarikan kesimpulan dan verifikasi.tahap seperti dilarang menghina muslim yang
terakhir yang akan dilakukan dalam lain, tidak berprasangka buruk, mencari
penelitian ini yaitu peneliti menarik kesalahannya dan menggunjing.
kesimpulan mengenai etika pergaualan Sebaliknya Alquran memerintahkan untuk
dalam Alquran dengan memberikan bersikap kasih sayang kepada sesama
kejelasan atas gambaran mengenai etika muslim agar dapat tercipta taaruf (saling-
pergaulan sesama muslim dan muslim mengenal) dan terjalin hubungan
dengan non-muslim serta implikasinya silaturahmi di antara mereka. Berikut
terhadap pembelajaran PAI di sekolah. beberapa etika yang harus dimiliki oleh
seorang muslim kepada sesamanya:
a. Mengadakan Perdamaian
Allah memerintahkan umat
muslim untuk senantiasa menjaga
perdamaian. Dalam kondisi apapun,
umat muslim dilarang untuk berpecah
belah. Tidak hanya memerintahkan
untuk menjauhi perpecahan, Allah juga
menyuruh agar umat muslim

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 111


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

mendamaikan pihak yang sedang terhadap saudaranya adalah


bertengkar atau berselisih. Beberapa mendamaikan ketika ada dua atau lebih
ayat yang berbicara mengenai saudaranya yang sedang bertengkar.
perdamaian adalah QS. Al-Anfāl [80]:1,
QS. An-Nisā` [4]:114, dan QS. Al- c. Tidak menghina sesama muslim
Ḥujurāt [49]:9. Ayat yang membicarakan
Berdasarkan asbab nuzul QS. mengenai tema ini adalah Al-Hujurat
Al-Anfāl [8]:1 peneliti menemukan ayat 11. Allah melarang setiap orang
bahwa Allah tidak menyukai para yang beriman agar tidak saling
pasukan pe-rang yang berselisih menghina. Orang yang beriman akan
mengenai pemba-gian harta rampasan selalu merasa dirinya lebih rendah dari
perang. Peristiwa ini terjadi ketika orang lain, sehingga akan timbul rasa
orang Islam menda-patkan ganimah rendah hati bukan sifat sombong
yang cukup banyak dari kemenangan terhadap orang lain. Allah memberikan
perang Badar. Namun, kaum muslimin kiasan mencela orang lain sama dengan
menyikapi hal ter-sebut dengan cara mencela diri sendiri. Salah satu bentuk
bertikai dan berseli-sih karena perbuatan menghina adalah memanggil
perbedaan pedapat di kalangan mereka orang lain dengan panggilan yang tidak
mengenai pembagian harta rampasan disukainya. Allah memberikan peluang
perang. Kemudian Allah menurunkan bertobat kepada orang yang telah
ayat ini yang intinya menyuruh agar berbuat demikian. Jika tidak, maka
umat muslim memperbaiki hubungan di sesungguhnya ia termasuk ke dalam
antara mereka. Dalam QS. An-Nisā` golongan orang yang menganiaya diri
[4]:114 dan QS. Al-Ḥujurāt [49]:9 sendiri.
dijelaskan bahwa mendamaikan pihak
yang sedang berselisih merupakan suatu d. Menjauhi Prasangka Buruk,
keutamaan. Lebih jauh, dalam QS. Al- Mencari-Cari Kesalahan dan
Ḥujurāt dijelaskan mengenai cara Menggunjing
mendamaikan dua orang atau lebih Terdapat tiga perbuatan yang
muslim yang sedang bertengkar. dilarang dalam surat Al-Hujurat ayat 12
yakni berprasangka buruk, mencari-cari
b. Menciptakan Persaudaraan kesalahan orang dan menggunjing.
Di dalam Alquran, Allah Perbuatan tersebut tidak secara
mengibaratkan hubungan antar sesama keseluruhan dilarang. Terdapat kondisi
muslim seperti saudara. Ayat yang tertentu yang memperbolehkan
berbicara mengenai topik ini adalah seseorang melakukan ketiga perbuatan
surat Al-Ḥujurāt ayat 10. Dalam surat tersebut. berprasangka buruk misalnya,
Al-Ḥujurāt ayat 10 ini, Allah boleh dilakukan kepada orang yang
menjelaskan bahwa seorang muslim jelas-jelas memperlihatkan kemaksi-
adalah saudara bagi yang lainnya. atannya. Demikian juga dengan mencari
Peneliti menemukan bahwa makna kesalahan orang dan menggunjing,
saudara dalam ayat ini bukan hanya perbuatan ini dibolehkan oleh agama
sekedar saudara seagama tapi lebih dari selama bertujuan untuk mencari
itu menjurus kepada saudara satu kemaslahatan dan menghindari
keturunan. Jadi dalam menjalani kemudharatan yang lebih besar.
kehidupan bermasyarakat, seorang
muslim harus bersikap kepada e. Saling Mengenal
sesamanya seperti ia bersikap kepada Semua manusia memiliki
saudara satu keturunan. Salah satu kedudukan yang sama di sisi Allah.
kewajiban yang harus dilakukan Penciptaan manusia ke dalam
bermacam suku dan bangsa bermaksud

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 112


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

agar mereka saling mengenal dalam hal Manusia adalah makhluk sosial,
keturunan. Mereka dapat mengenal ia tidak dapat hidup seorang diri. Dalam
tentang asal usul mereka, keturunan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari
nasab. Setelah terjadi perkenalan misalnya, manusia membutuhkan
tersebut, mereka dapat saling bantuan dari orang lain. Terlebih dalam
mengambil pelajaran, manfaat dan Islam, manusia diciptakan oleh Allah
bekerja sama untuk meningkatkan untuk menjadi khalīfaħ di bumi. Tugas
ketakwaan kepada Allah. yang berat ini tidak dapat dilaksanakan
jika manusia enggan untuk bekerja
f. Berkasih Sayang terhadap sama dengan orang lain. Ayat yang
Sesama Muslim membicarakan mengenai saling bekerja
Terdapat dua ayat yang sama dengan non-muslim adalah surat
membahas tentang hubungan kasih Al-Ḥujurāt ayat 13.
sayang di antara sesama muslim yakni Dalam ayat ini disebutkan
surat Al-Fatḥ ayat 48 dan surat At- bahwa manusia diciptakan sama tidak
Taubah ayat 128. Surat Al-Fatḥ ayat 48 ada perbedaan dari segi penciptaan.
berhubungan dengan berkasih sayang Allah pun menjadikan berbeda suku dan
terhadap sesama muslim. Dalam ayat bangsa agar manusia dapat bekerja satu
ini Allah menerangkan sikap orang sama lain antara berbagai macam latar
muslim terhadap sesama muslim dan belakang, golongan, suku dan bangsa.
juga terhadap non-muslim. Allah Perbedaan yang ditimbulkan sengaja
menegaskan bahwa orang muslim Allah ciptakan untuk menarik minat
adalah orang yang berkasih sayang satu sama lain agar saling mengenal
terhadap sesamanya. Kasih sayang untuk kemudian dapat saling bekerja
dapat diwujudkan dengan berbagai cara, sama. Hendaknya jangan sampai ini
seperti berbuat baik, menolong dan menimbulkan perpecahan di antara
membantu ketika muslim yang lain manusia, namun sebaliknya harus
memerlukan bantuan. Sementara dalam meinmbulkan hubungan yang harmonis
surat At-Taubah ayat 128 menjelaskan di antara mereka.
tentang sifat nabi yang penyayang
terhadap orang-orang beriman. Sikap b. Bersikap Tegas dalam Hal
nabi tersebut diharuskan menjadi Prinsip terhadap Orang Kafir
teladan dan contoh terhadap umat Islam mengatur batasan tentang
muslim generasi saat ini. hubungan muslim dengan non-muslim.
selama itu menyangkut masalah sosial
2. Etika Pergaulan Muslim dengan keduniawian, maka hal tersebut
Non-muslim dalam Alquran diperbolehkan. Namun, jika sudah
Setidaknya ada 6 sikap yang harus mencakup masalah aqidah, muslim
dimiliki oleh seorang muslim dalam harus dapat bersikap tegas kepada non-
bergaul dengan non-muslim. Selain muslim. Ayat yang membicarakan
menekankan kepada hubungan baik mengenai bahasan ini adalah surat Al-
terhadap sesama muslim, Alquran juga Fatḥ ayat 29. Umat muslim hendaknya
tidak mengesampingkan agar setiap bersikap keras kepada orang-orang kafir
muslim menjalin hubungan yang baik pada waktu dan kondisi tertentu. Dan
dengan non-muslim. Berikut penjelasan sudah selayaknya umat Islam bersikap
mengenai temuan peneliti mengenai etika keras seperti perilaku harimau terhadap
pergaulan antara muslim dengan non- mangsanya pada saat peperangan serta
muslim dalam Alquran. dalam rangka penegakan sanksi hukum
a. Saling Bekerja Sama yang dibenarkan oleh Agama.

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 113


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

c. Berdamai dengan Non-Muslim demikian juga sebaliknya. Perbuatan ini


Allah memerintahkan kepada diperbolehkan oleh agama selama
umat muslim agar tidak hanya menjaga syarat-syaratnya terpenuhi. Syarat yang
perdamaian dengan muslim tetapi juga harus dipenuhi adalah orang-orang non-
dengan non-muslim. Ayat yang muslim tidak memerangi umat muslim
berbicara mengenai berdamai dengan atau mengusir dari kampung halaman
non-muslim adalah surat Al-Baqaraħ orang-orang mukmin.
ayat 190 dan Al-Ḥajj ayat 39. Kedua Esack (Sholeh, 2010, hlm. 259)
surat ini berbicara mengenai menyatakan bahwa hubungan dan kerja
peperangan yang boleh dilakukan oleh sama dengan pihak non-muslim adalah
umat Islam. tidak terlarang. Akan tetapi, pihak yang
Terdapat setidaknya tiga diajak kerjasama harus memenuhi
penafsiran dari kedua ayat tersebut. persyaratan: (a) telah terikat perjanjian
Pertama, menjelaskan tentang etika damai atau tidak menunjukkan
dalam berperang yakni tidak diizinkan permusuhan terhadap Islam, (b) bukan
melampaui batas. Kedua, membahas pihak-pihak yang membuat agama
tentang kondisi yang memperbolehkan menjadi bahan ejekan, (c) bukan orang
umat Islam untuk berperang yaitu yang mengingkari kebenaran, (d) bukan
ketika mereka diserang dan dianiaya pihak atau yang membantu pihak-pihak
oleh pihak lain. Ketiga, mengenai yang mengusir umat Islam.
konsep mempertahankan diri. Dalam Surat Al-Mumtaḥanaħ ayat 8
Islam – khususnya ketika – nabi berada berbicara mengenai berbuat baik
di Madinah, beliau memerintahkan agar terhadap dan berlaku adil terhadap non-
umat muslim selalu siap siaga muslim. Ayat ini merupakan sanggahan
menghadapi peperangan. terhadap pendapat yang mengatakan
Hal ini sesuai dengan apa yang bahwa semua non-muslim tidak harus
disampaikan oleh Irawan (2014, hlm. diperangi. Allah tidak melarang kamu
77) bahwa tujuan dari berperang berbuat baik dalam bentuk apa pun dan
melawan orang musyrik atau orang tidak juga melarang untuk berlaku adil
non-muslim adalah untuk terhadap orang-orang non-muslim
mempertahankan diri, mengakhiri asalkan terpenuhi syarat-syarat yang
kezaliman dan permusuhan. Perlawanan telah ditentukan. Syarat tersebut
ini berhenti sampai musuh berhenti meliputi: a) mereka tidak memerangi
menyerang dan sepakat untuk berdamai. orang-orang Islam, dan b) mereka tidak
Tentu saja hal ini memerlukan mengusir orang-orang Islam dari
persiapan yang matang dan strategi negerinya. Jika dalam interaksi sosial
yang tepat. Dan dalam melakukannya mereka ada di pihak yang benar, maka
tidak boleh membabi buta dan harus dibela, demikian juga sebaliknya.
mengikuti hawa nafsu belaka.
e. Tidak Menjadikan Teman
d. Berbuat Baik dan Adil terhadap Orang-Orang yang Memerangi
Non-Muslim Karena Agama
Allah tidak melarang seorang Ayat yang berkaitan dengan
muslim untuk berbuat baik dalam topik ini adalah surat Al-Mumtaḥanaħ
bentuk apa pun terhadap non-muslim ayat 9 dan surat Al-Mā`idaħ ayat 51.
dan tidak juga melarang untuk berlaku Jika pada ayat sebelumnya dijelaskan
adil kepada mereka. Salah satu bahwa orang-orang Islam diizinkan
contohnya adalah jika dalam interaksi untuk berbuat baik terhadap non-
sosial mereka (non-muslim) ada pada muslim, ayat yang pertama menjelaskan
pihak yang benar, maka harus dibela, mengenai batasan yang harus dijaga

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 114


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

oleh setiap muslim dalam berhubungan Allah melarang orang muslim


dengan non-muslim. Dalam ayat ini berbuat aniaya terhadap orang lain yang
Allah melarang umat muslim untuk didorong oleh rasa benci kepada
berteman dengan non-muslim yang mereka. Perbuatan ini juga dinamakan
tidak memenuhi syarat untuk dijadikan dendam, dimana Allah melarang umat
teman. Syarat tersebut meliputi a) tidak muslim untuk berbuat demikian.
memerangi agama, b) tidak mengusir
umat muslim dari negerinya, dan c) 3. Implikasi Etika Pergaulan dalam
tidak ikut membantu dalam mengusir Alquran terhadap Pembelajaran
umat muslim dari negerinya. PAI di Sekolah
Ayat selanjutnya yang akan Etika pergaulan dalam Alquran
dikaji adalah surat Al-Mā`idaħ ayat 51. telah memberikan pedoman tentang aturan
Dalam ayat ini Allah melarang untuk yang harus dipegang oleh seorang muslim
menjadikan ‘auliyā, yang dapat dalam menjalani kehidupan sosial. Selain
diartikan dengan teman dekat, menjaga hubungan baik, seorang muslim
pemimpin, penolong dan sebagainya. memiliki batasan yang harus dijaga dalam
Jadi jelas bahwa mengangkat pemimpin menjalani kehidupan dengan individu lain.
dari kalangan non-muslim merupakan Terlebih jika berhubungan dengan masalah
suatu hal yang dilarang. Hal ini akidah. Namun demikian, ini semua
disebabkan mereka akan condong dilakukan dalam rangka untuk menjaga
kepada kaumnya sendiri ketika keselamatan muslim sendiri di dunia dan
memimpin. Allah mengancam bagi di akhirat.
siapa saja yang memilih orang-orang Pembelajaran PAI tidak akan
Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin, pernah lepas dari tujuan Pendidikan Islam.
maka ia termasuk ke dalam golongan Tujuan tertinggi dari pendidikan Islam
mereka dan mereka termasuk ke dalam sebagaimana menurut (Ramayulis, 2011,
orang yang zalim. hlm. 134) pada akhirnya sesuai dengan
tujuan hidup manusia, dan peranannya
f. Tidak Berbuat Aniaya terhadap sebagai makhluk ciptaan Allah.
Non-Muslim Dengan demikian, pembelajaran
Ayat Alquran yang membahas diharapkan mampu untuk mengarahkan
mengenai larangan bersikap aniaya peserta didiknya untuk menjadi pribadi
kepada non-muslim adalah surat Al- yang sesuai dengan tujuan pendidikan
Mā`idaħ ayat 2. Dalam ayat ini, Allah Islam di atas. Etika pergaulan baik itu
melarang orang muslim berbuat aniaya sesama muslim maupun dengan non-
terhadap orang lain yang didorong oleh muslim sangat diperlukan dalam
rasa benci kepada mereka. Perbuatan ini mengarahkan umat muslim agar mampu
juga dinamakan dendam, dimana Allah menyikapi persoalan terkait dengan
melarang umat muslim berbuat pergaulan dengan sesamanya maupun
demikian. dengan non-muslim. Tujuan pendidikan
Dalam hadis, Rasulullah Islam yang telah disebutkan tidak akan
bersabda, “Ingatlah, barangsiapa tercapai tanpa adanya peranan etika
menzalimi kafir mu’ahid (terikat pergaulan yang benar.
perjanjian dengan Islam), mengurangi Menjadi hamba Allah yang
haknya, membebaninya di luar batas sempurna yang hanya semata-mata untuk
kemampuan, atau menjarah hak beribadah kepada Allah tidak akan mampu
miliknya tanpa izin darinya, maka dilaksanakan tanpa adanya perdamaian dan
akulah musuhnya pada hari kiamat persaudaraan di kalangan umat muslim
kelak.” (HR. Abu Dawud). sendiri khususnya dan antar sesama
manusia pada umumnya. Perdamaian

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 115


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

diperlukan agar lingkungan kondusif dan pendidikan, siswa atau peserta didik
memungkinkan untuk beribadah. diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai
Demikian juga dengan persaudaraan antar yang terkandung dalam etika pergaulan
sesama muslim diperlukan untuk saling
menurut Alquran pada kehidupan di
membantu dalam menjalankan ibadah.
Manusia dituntut untuk bisa hidup secara sekolah maupun di luar sekolah. Sebelum
berkelompok. Tidak ada manusia yang siswa melakukan hal tersebut, pendidik
hidup seorang seorang diri. Sehingga atau guru harus mampu menjadi role
diperlukan suatu upaya agar manusia tetap model bagi siswanya.
hidup dalam kondisi harmonis. Dalam Guru harus menjadi teladan yang
surat Al-Baqaraħ ayat 190 dan Al-Ḥajj baik bagi siswanya. Seorang guru harus
ayat 39 dijelaskan bahwa umat muslim
mampu bersikap sesuai dengan apa yang
haram memerangi orang-orang non-
muslim yang tidak memerangi karena hendak diajarkannya kepada siswa.
agama. Maka, wajib hukumnya untuk Pengajaran akhlak atau etika sangat
hidup rukun berdampingan dengan selain memerlukan keteladanan seorang guru.
non-muslim selama mereka tidak Guru PAI harus mampu menunjukkan
memerangi karena agama, dan tidak perilaku ini ketika bergaul dengan orang-
mengusir umat muslim dari negerinya. orang yang berada di lingkungan lembaga
Implikasi paedagogis teoritis
pendidikan.
meliputi komponen pendidikan seperti
tujuan, kurikulum, pendidik dan peserta Pengawasan terhadap peserta didik
didik. Terdapat banyak lagi komponen- tidak hanya di lakukan di sekolah namun
komponen pendidikan yang lain, seperti juga di luar sekolah. Guru dapat bekerja
media, metode, evaluasi dan sebagainya. dengan orang tua/wali murid dan
Berdasarkan hasil temuan masyarakat dalam rangka menjalankan
mengenai etika pergaulan dalam Alquran, pengawasan ini. Diharapkan agar perilaku
dapat diketahui bahwa terdapat hal-hal siswa tidak berbeda ketika di dalam
yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan maupun di luar sekolah, yakni tetap sesuai
oleh seorang muslim mencakup hubungan dengan tujuan pendidikan Islam.
antara sesama muslim dan muslim dengan
non muslim. Oleh karena itu, pendidikan
hendaknya dapat mengarahkan peserta
didik dan komponen pendidikan yang lain
agar sesuai dengan etika pergaulan dalam
Alquran.
Implikasi praktis berhubungan
dengan dampak secara langsung di
lapangan seperti perilaku pendidik,
mencakup proses pembelajaran yang
dilakukan dan sebagainya. Etika pergaulan
dalam Alquran harus menjadi landasan
guru untuk bertingkah laku di sekolah.
Etika pergaulan dalam Alquran
tidak menghendaki seorang muslim hanya
sampai mengetahui saja namun harus
sampai kepada mempraktekkan ajaran-
ajaran tersebut. Demikian juga dalam

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 116


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

KESIMPULAN berhubungan dengan tindakan langsung di


lapangan.
Allah melalui Alquran
memerintahkan hamba-Nya untuk DAFTAR PUSTAKA
berhubungan baik dengan semua manusia
sehingga hidup harmonis dalam Al-Jazairi, S. A. (2007). Tafsir Al-Qur'an
kebersamaan. Umat Islam hanya bisa Al-Aisar (Jilid 2). (M. A. Hatim, &
hidup bahagia di dunia dan di akhirat Abdurrahim Mukti, Trans.) Jakarta:
apabila mempraktekkan ajaran yang Darus Sunnah.
terdapat dalam Alquran. Penelitian ini Al-Jazairi, S. A. (2009). Tafsir Al-Qur'an
menggunakan 15 ayat yang berkaitan Al-Aisar Jilid 7. (F. Amaliy, & E.
dengan etika pergaulan baik sesama Suwanto, Trans.) Jakarta: Darus
muslim maupun muslim dengan non- Sunnah.
muslim berdasarkan tema persaudaraan Al-Jazairi, S. A. (2010). Tafsir Al-Qur'an
dan perdamaian. Al-Aisar Jilid 3. (N. Zainuddin, &
Etika pergaulan sesama muslim Suratman, Trans.) Jakarta: Darus
membahas mengenai etika seorang muslim Sunnah.
terhadap muslim yang lain. Berdasarkan Al-Jazairi, S. A. (2010). Tafsir Al-Qur'an
hasil temuan, terdapat 6 hal yang harus Al-Aisar Jilid 4. Jakarta: Darus
dilakukan oleh seorang muslim terhadap Sunnah.
muslim yang lain di antaranya adalah; 1) Al-Marāgī, A. M. (1993). Tafsir Al Maragi
mengadakan perdamaian, 2) menciptakan Juz XXV. (A. U. Sitanggal, & B.
persaudaraan, 3) tidak menghina sesama Abubakar, Trans.) Semarang:
muslim, 4) menjauhi prasangka buruk, Penerbit CV. Toha Putra.
mencari-cari kesalahan orang lain, dan Al-Marāgī, A. M. (1993). Tafsir Al-
menggunjing, 5) saling mengenal satu Marāgī Juz VI. (B. Abubakar, H.
sama lain, dan terakhir 6) berkasih sayang N. Aly, & A. U. Sitanggal, Trans.)
terhadap sesama muslim. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Adapun etika pergaulan muslim Al-Marāgī, A. M. (1993). Tafsir Al-
dengan non-muslim berhubungan dengan Marāgī Juz XVII. (B. Abubakar, &
etika seorang muslim terhadap non- H. N. Aly, Trans.) Semarang: PT.
muslim dalam menjalani kehidupan sosial. Karya Toha Putra.
Etika pergaulan muslim dengan non- Al-Marāgī, A. M. (1993). Tafsir Al-
muslim meliputi; 1) saling berkerja sama, Marāgī Juz XXVIII. (B. Abubakar,
2) bersikap tegas terhadap orang kafir, 3) H. N. Aly, & A. U. Sitanggal,
berdamai dengan non-muslim, 4) berbuat Trans.) Semarang: PT. Karya Toha
baik dan adil terhadap non-muslim, 5) Putra.
tidak menjadikan teman orang yang Al-Marāgī, A. M. (1994). Tafsir Al-
memerangi karena agama, dan terakhir 6) Marāgī Juz IX. (B. Abubakar, H.
tidak berbuat aniaya kepada non-muslim. N. Aly, & A. U. Sitanggal, Trans.)
Etika pergaulan dalam Alquran ini Semarang: PT. Karya Toha Putra.
memiliki implikasi filosofis, paedagogis Al-Marāgī, A. M. (1994). Tafsir Al-
teoritis, dan praktis. Implikasi filosofis Marāgī Juz XXVI. (B. A. Bakar, H.
berkaitan dengan tujuan pendidikan secara N. Aly, & U. A. Sitanggal, Trans.)
umum. Adapun implikasi paedagogis Semarang: CV. Toha Putra.
teoritis berhubungan dengan komponen- Al-Qarni, '. (2008). Tafsir Muyassar Jilid
komponen pendidikan meliputi tujuan 1. Jakarta: Qisthi Press.
PAI, kurikulum PAI, pendidik dan peserta Al-Qurṭubī, S. I. (2007). Tafsir Al-Qurṭubī
didik. Terakhir, implikasi praktis Jilid 2. (Fatḥurrahman, & A. Hotib,
Trans.) Jakarta: Pustaka Azzam.

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 117


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

Al-Qurṭubī, S. I. (2008). Tafsir Al Hamka. (1985). Tafsir Al-Azhar Juzu'


Qurthubi Jilid 5. (A. R. Kadir, XXVIII. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Trans.) Jakarta: Pustaka Azzam. Hamka. (1992). Tafsir Al-Azhar Juzu' VI.
Al-Qurṭubī, S. I. (2008). Tafsir Al Jakarta: Pustaka Panjimas.
Qurthubi Jilid 7. (S. Rosadi, Hamka. (1993). Tafsir Al Azhar Juzu' V.
Fatḥurrahman, & A. Hotib, Trans.) Jakarta: Pustaka Panjimas.
Jakarta: Pustaka Azzam. Irawan, D. (2014). Kontroversi Makna dan
Al-Qurṭubī, S. I. (2008). Tafsir Al-Qurṭubī Konsep Jihad Dalam Alquran
Jilid 6. (A. Khotib, Trans.) Jakarta: Tentang Menciptakan Perdamaian.
Pustaka Azzam. Religi, Vol. X, No. 1, 67-88.
Al-Qurṭubī, S. I. (2009). Tafsir Al-Qurṭubī Quṭb , S. (1992). Tafsir Fi Zhilalil Qur'an
Jilid 17. (A. Khatib, Trans.) Jilid 11. (A. Yasin, I. A. Shomad,
Jakarta: Pustaka Azzam. & A. H. Al-Kattani, Trans.)
Al-Qurṭubī, S. I. (2009). Tafsir Al-Qurṭubī Jakarta: Darus Sunnah.
Jilid 18. (D. Rosyadi, Faturrahman, Quṭb , S. (2002). Tafsir Fi Zhilalil Qur'an
Fachruzzi, & A. Khatib, Trans.) Jilid 3. (A. Yasin, Trans.) Jakarta:
Jakarta: Pustaka Azzam. Gema Insani Press.
Ash-Shiddieqy, T. M. (2000). Tafsir Al- Quṭb , S. (2003). Tafsir Fi Zhilalil-Qur'an
Qur'anul Majid An-Nur Jilid 1. Jilid 5. (A. Yasin, Trans.) Jakarta:
Semarang: Pustaka Rizki Putra. Gema Insani Press.
Ash-Shiddieqy, T. M. (2000). Tafsir Al- Quṭb , S. (2008). Tafsir Fi Zhilalil-Qur'an
Quranul Majid An-Nuur. Jilid 10. (A. Yasin, A. H. Al-
Semarang: Pustaka Rizki Putra. Kattani, I. A. Shomad, H. Hefni, A.
Ash-Shiddieqy, T. M. (2000). Tafsir Al- D. Bashori, A. A. 'Izzi, et al.,
Qur'anul Majid An-Nuur Jilid 2. Trans.) Jakarta: Gema Insani.
Semarang: Pustaka Rizki Putra. Ṣihab, M. Q. (2002). Tafsir Al Miṣbāh:
Asy-Syanqithi, S. (2006). Tafsir Adhwa'ul Pesan, kesan dan Keserasian Al-
Bayan. Jakarta: Pustaka Azzam. Qur'an Volume 2. Jakarta: Lentera
Aṭ-Ṭabarī, A. J. (2008). Tafsir Aṭ-Ṭabarī Hati.
Jilid 12. (A. Somad, Yusuf Ṣihab, M. Q. (2002). Tafsir Al Miṣbāh:
Hamdani, & Anshari Taslim, pesan, kesan dan keserasian Al-
Trans.) Jakarta: Pustaka. Qur'an Volume 5. Jakarta: Lentera
Aṭ-Ṭabarī, A. J. (2008). Tafsir Aṭ-Ṭabarī Hati.
Jilid 3. (A. Askan, Trans.) Jakarta: Ṣihab, M. Q. (2002). Tafsir Al-Miṣbāh:
Pustaka Azzam. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Aṭ-Ṭabarī, A. J. (2009). Tafsir Aṭ-Ṭabarī Qur'an Volume 12. Jakarta: Lentera
Jilid 18. (A. Askan, Trans.) Hati.
Jakarta: Pustaka Azzam. Ṣihab, M. Q. (2002). Tafsir Al-Miṣbāh:
Aṭ-Ṭabarī, A. J. (2009). Tafsir Aṭ-Ṭabarī Pesan, kesan dan Keserasian Al-
Jilid 24. (Fatḥurrozi, & A. Taslim , Qur'an Volume 3. Jakarta: Lentera
Trans.) Jakarta: Pustaka Azzam. Hati.
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Ṣihab, M. Q. (2013). Kaidah Tafsir:
Kualitatif: Teori dan Praktik. Syarat, Ketentuan, dan Aturan
Jakarta: Bumi Aksara. yang Patut Anda Ketahui dalam
Hamka. (1982). Tafsir Al Azhar Juzu' IX. Memahami al-Qur'an. Tangerang:
Jakarta: PT. Pustaka Panjimas. Lentera Hati.
Hamka. (1982). Tafsir Al-Azhar Juzu' I. Soleh, A. K. (2010). Kerjasama Umat
Jakarta: Pustaka Panjimas. Beragama dalam Al-Qur'an:
Hamka. (1982). Tafsir Al-Azhar Juzu' Perspektif Hermeneutika Farid
XVII. Jakarta: Pustaka Panjimas.

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 118


Agus Pranoto, Etika Pergaulan dalam Alquran

Esack. Jurnal Penelitian


Keislaman, Vol. 6, 247-266.
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2012). Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Syaikh, '. b. (2004). Tafsir Ibn Kaṡīr Jilid
2. (A. Mu'thi, & A. I. Al-Atsari,
Trans.) Bogor: Pustaka Imam Asy-
Syafi'i.
Syaikh, '. b. (2004). Tafsir Ibn Kaṡīr Jilid
7. (M. A. Ghoffar, & A. I. Al-
Atsari, Trans.) Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi'i.
Syaikh, '. b. (2006). Tafsir Ibn Kaṡīr Jilid
4. (M. A. Ghoffar, Trans.) Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi'i.
Syaikh, '. b. (2008). Tafsir Ibn Kaṡīr Jilid
8. (A. Ghoffar, & A. I. Al-Atsari,
Trans.) Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi'i.
Syaikh, '. b. (2009). Tafsir Ibn Kaṡīr Jilid
1. (A. Ghoffar, Trans.) Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi'i.
Syamsuddin, D. (2002). Etika Agama
dalam Membangun Masyarakat
Madani. Jakarta: Logos.
Ya'qub, H. (1985). Etika Islam:
Pembinaan Akhlaqulkarimah
(Suatu Pengantar). Bandung:
Diponegoro.

TARBAWY Vol. 3, Nomor 2, (2016) | 119

Anda mungkin juga menyukai