Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PARENTING

“Pengasuhan Parenting Berdasarkan Sosial Emosional”

DOSEN PENGAMPU : Drs. Husni Wardi Tanjung, M.Pd


Anada Leo Virganta, S.Pd, M.Pd

DI SUSUN OLEH:

Annisa Khairiah Sinaga


Iin Novelya Situmorang
Febry Meliana Hutagalung

PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Parenting

yang berjudul “Pengasuhan Parenting Berdasarkan Sosial Emosional “.Penulis juga


berterima kasih kepada Bapak dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan tugas ini
yang dapat menambah wawasan penulis.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis
meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, kata-kata dan penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................

3.1. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak. Dalam
kehidupan anak tentunya keluarga merupakan tempat yang sangat vital. Anak-anak
memperoleh pengalaman pertamanya dari keluarga. Dalam keluarga peranan orang tua
sangatlah penting. Mereka merupakan model bagi anak. Ketika orang tua melakukan sesuatu
anak-anak akan mengikuti orang tua mereka. Hal ini disebabkan anak dalam masa meniru.
Orang tua yang satu dengan orang tua yang lainnya dalam mendidik anak-anak tentunya juga
berbeda. Mereka mempunyai suatu gaya atau tipe-tipe tersendiri. Dan tentunya gaya-gaya
tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Terutama perkembangan sosio-
emosinya
Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting
dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang berjalan
sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar
menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi
secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan
perawatan yang bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Sunarwati, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

a. Apa pengertian dari pola asuh pada anak?


b. Apa dampak pola asuh terhadap sosial emosional anak?
BAB II
ISI

PENGASUHAN BERDASARKAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK (4-5 Tahun)


A. Pengertian Pengasuhan
Secara etimologi, pengasuhan berasal dari kata “asuh” yang artinya pemimpin,
pengelolah, pembimbing, sehingga “pengasuh” adalah orang yang melaksanakan tugas
membimbing, memimpin dan mengelolah. Pengasuhan yang dimaksud adalah mengasuh
anak. Dalam pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pengasuhan merupakan cara
orang tua dalam memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak
dalam mencapai proses kedewasaan yang melibatkan sikap, nilai, dan kepercayaan orang
tua dalam memelihara anaknya.
B. Pengertian Sosial-emosional
Menurut Riana Mashar perkembangan emosional yaitu kemampuan untuk
mengendalikan, mengolah, dan mengontrol emosi agar mampu merespon secara positif
setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini. Sedangkan Ali Nugraha
menyatakan bahwa perkembangan sosial emosional adalah perkembangan prilaku anak
dalam pengendalian dan penyesuaian diri dengan masyarakat. Jadi dapat simpulkan
bahwa perkembangan sosial emosional adalah kemampuan untuk mengendalikan,
mengolah, dan mengontrol emosi agar mampu penyesuaian diri dengan masyarakat.
C. Karakteristik Sosial-emosional Anak
Menurut Zainal Aqib setiap orang mempunyai pola perkembangan social-emosional
yang berbeda. Oleh karena itu emosi anak kecil nampak berbeda dari emosi anak yang
lebih tua atau orang dewasa. Ciri khas emosi anak adalah emosiya kuat, emosi yang
sering tampak, emosinya bersifat sementara dan emosi anak dapat diketahui melalui
prilaku anak. Sedangkan menurut Peraturan Mentri Pendidikan Republik Indonesia
Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, Pengembangan
Sosial Emosional pada Anak Usia 4-5 Tahun adalah:
1. Menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan
Seperti contohnya anak mau menerima tugas yang diberikan, dan anak dapat
menunjukkan sikap mandiri dalam menyelesaikan kegiatan yang diberikan.
2. Menunjukan sikap percaya diri
Mampu menjawab pertanyaan dari guru dengan suara lantang dan percaya diri
menunjukan karya.
3. Memahami peraturan dan disiplin
Seperti anak terbiasa mengembalikan alat/benda pada tempat semula, dan dapat
mematuhi aturan di sekolah maupun di rumah.
4. Mau berbagi, menolong dan membantu teman
Anak mau meminjamkan alat tulis/mainan kepada temannya, dan anak terbiasa
membantu saat berada di lingkungan rumah.

5. Menghargai keunggulan orang


Anak suka memuji karya orang lain, dan menghargai karya orang lain.
6. Menunjukan rasa antusiasme dalam melakukan permainan komperatitif secara positif.
Anak dapat menunjukan sikap antusias dalam menyelesaikan tugasnya, dan anak
dapat menghargai karya orang lain.
7. Memiliki rasa empati
Anak mau membantu teman yang tertinggal dalam menyelesaikan tugas di sekolah,
dan anak suka memuji karya orang lain
D. Jenis-jenis Pola Asuh
Setiap keluarga menerapkan polah asuh yang berbeda-beda. Ada bermacam-macam
pola asuhan orang tua. Secara umum Goldon berpendapat bahwa pola asuh dibedakan
menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
c. Pola asuh otoriter.
Gaya pengasuhan ini bersifat membatasi dan menghukum, orangtua tidak kooperatif,
menerapkan aturan yang kaku, banyak menuntut anak tanpa memberikan kesempatan
anak untuk mengutarakan pendapatnya. Gaya pengasuhan ini menempatkan orangtua
sebagai pusat dan pemegang kendali dan orang tua melakukan kontrol yang ketat
terhadap anak.
d. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang dipandang paling baik. Pada pola
asuh ini, orang tua bersikap kooperatif dan mendorong anak untuk mandiri namun tetap
memberikan batasan dan kendali terhadap tindakan anak. Orangtua bersifat hangat dan
mengasuh, sehingga komunikasi antara orangtua dan anak tetap terjalin dua arah, nyaman
dan adil
e. Pola asuh permisif
Orangtua dengan pola asuh permisif bersikap kurang peduli terhadap anaknya, kurang
memberi perhatian, melepaskan kontrol terhadap anak, dan membiarkan anak untuk
melakukan apapun sesuka hatinya tanpa ada keterlibatan dari orangtua untuk
mengarahkannya. Orangtua kurang melalukan evaluasi dan kontrol prilaku anak dan
senantiasa mengikuti keinginan anak.
E. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak
Sebagaimana ditegaskan oleh Fawzia bahwa gaya pengasuhan terhadap anaknya, akan
mempengaruhi pada perkembangan sosial dan kepribadian anak. Gaya pengasuhan orang
tua yang baik akan menurunkan perkembangan sosial anak yang baik. Pola asuh orang tua
berarti kebiasaan orang tua, ayah dan ibu dalam memimpin, mengasuh dan membimbing
anak. Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya. Kualitas dan
intensitas pola asuh orang tua bervariasi dalam mempengaruhi dan mengarahkan prilaku
anak, seperti :
1. Pola Asuh Otoriter
Menurut pendapat Santrock anak-anak dari orang tua yang otoriter seringkali tidak
bahagia, takut, dan cemas ketika membandingkan dirinya dengan orang lain, tidak
memiliki inisiatif dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk. Pola asuh yang
diterapkan dalam keluarga yang otoriter yaitu mengakibatkan anak menjadi kurang
inisiatif, tidak percaya diri, ragu-ragu dalam bertindak, suka membangkang, suka
menentang kewibawaan orang tua, dan kemungkinan anak menjadi penakut dan penurut
Menurut Natuna bahwa anak-anak dari keluarga pola asuh otoriter menunjukan
beberapa kesulitan tertentu dalam berprilaku. Mereka yang dibesarkan dalam keluarga
otoriter cenderung kurang memperhatikan rasa ingin tahu dan emosi yang positif
cenderung kurang bisa bergaul. Hal ini disesabkan oleh sikap orang tua yang terlalu keras
dan membatasi rasa ingin tahu anak dengan menerapkan berbagai aturan yang apabila
dilanggar akan mendapatkan hukuman
2. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis diyakini memberi pengaruh perkembangan kepemimpinan anak
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pola asuh otoriter dan memanjakan. Hal ini
disebabkan karena pola asuh demokratis memandang anak sebagai pribadi yang
mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri(mandiri) , sehingga anak berkesempatan
untuk mengembangkan dirinya, mengemukakan diri tanpa dibayangi kata-kata celaan dari
orang tuanya.
Pola asuh demokratis lebih memungkinkan anak untul belajar alih peran sosial dari
pada pola asuh otoriter dan memanjakan. Anak memiliki kesempatan untuk
berkomunikasi dua arah, bertukar pengalaman dan pikiran, anak belajar menempatkan
diri pada tempat orang lain. Dalam hal ini orang tua harus menguasai komunikasi yang
tepat dalam melakukan pendekatan agar proses pengasuhan dapat berjalan dengan baik
3. Pola Asuh Permisif
Dalam pendidikan sekolah, pola asuh permisif yang diterapkan orangtua akan
memberi dampak kurangnya prestasi belajar, anak bisa saja menjadi malas, dan tidak
peduli dengan hasil belajar yang diraih dikarenakan tidak adanya perhatian dari orang tua.
Orang tua merasa tidak mampu memberikan pendidikan kepada sekolah. Mereka
melupakan peran penting dalam keluarga sebagai pendidik, pengasuh, pembimbing,
pemberi motivasi, kasih sayang dan perhatian.
F. Pola asuh sosial emosional
Beberapa manfaat pengasuhan sosial emosional antara lain:
 empati,
 mengendalikan amarah
 kemandirian
 disukai, ketekunan
 kesetiakawanan
 keramahan dan sikap hormat
 kemampuan beradaptasi
 kemampuan memecahkan masalah
 kecakapan sosial
 integritas dan konsisten
 komitmen jujurberfikir terbuka
 kreatif, adil, dan bijaksana
 kemampuan mendengarkan
 kemampuan berkomuniksi, motivasi
 kemampuan bekerjasama
Menurut Daniel Goleman mengidentifikasi orang tua kedalam 3 tipe, yaitu:

1. Orang tua yang mengabaikan,yang tidak menhiraukan, menganggap sepi, atau


meremehkan emosi-emosi negatif anak mereka.
2. Orang tua yang tidak menyetujui, yang bersifat kritis terhadap ungkapan perasaan-
perasaan negatif anak mereka dan barangkali memarahi atau atau menghukum
mereka karena mengungkapkan emosinya.
3. Orang tua Laisses-Faire, yang menerima emosi anak mereka dan berempati dengan
mereka, tetapi tidak memberikan bimbingan atau menentukan batas-batas pada
tingkahlaku anak mereka.

G. Langkah pelatihan emosional anak:

1. Menyadari emosi anaknya


2. Mengakui emosi itu sebagai peluang untuk kedekatan dan mengajar
3. Mendengarkan dengan penuh empati dan meneguhkan perasaan anak tersebut
4. Menolong anaknya menemukan kata-kata untuk memberi nama emosi yang sedang
dialaminya.
5. Menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan masalah yang dihadapi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Untuk meningkatkan kecerdasan emosional pada anak maka perlu adanya
peningkatan pengasuhan sosial emosional yang dapat merangsang pertumbuhan dan
perkembangan anak. Kecerdasan emosional yang dikembangkan dan diintegrasikan
diantaranya; empati, mengendalikan amarah, kemandirian, disukai, ketekunan,
kesetiakawanan, keramahan, sikap hormat, kemampuan beradaptasi, kemampuan
memecahkan masalah, kcakapan sosial, integritas, konsisten, komitmen jujur, berfikir
terbuka, kreatif, adil, bijaksana, kemampuan mendengarkan, kemampuan
berkomuniksi, motivasi, kemampuan bekerjasama, keinginan untuk berkontribusi dll.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gottman John. 2008. Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak. Jakarta: Gramedia.

2. Hurlock, Elizabeth B, 1980. Psikologi Perkembangan (Edisi 5). Jakarta: Erlangga.

3. Utami, Anggun Mei,  2011. Pemahaman Tentang Perkembangan Sosio-Emosional Anak. 

Anda mungkin juga menyukai