Anda di halaman 1dari 14

c  

c 

 c

    c  



Tutor :
Dr. Nora Harminarti

Oleh :
Kelompok 20C
Melisha L. Gaya
Dian Permata Sari
Ade Wahyu Ilahi
Resa Qurata Aini
Niviza Putri
Kalai Chandini
Frita Mulya Sari
Tri Eka Indrabinta

  

 !" 

 c

#  #$

Skenario 2 : AVI FLU

Avi (13 tahun) dibawa ibunya ke Puskesmas karena demam tinggi sejak 3 hari yang lalu disertai
batuk, pilek, dan sesak napas. Dari anamnesis diketahui bahwa keluarga Avi merupakan peternak ayam
buras dan beberapa hari sebelum Avi sakit, sejumlah ayam di peternakan keluarganya mati. Beberapa
tetangga diketahui juga pernah menderita penyakit seperti Avi. Dari pemeriksaan ditemukan suhu 39oC,
nadi 92x/menit, napas 32x/menit, dan pemeriksaan paru ditemukan ronkhi basah. Dari pemeriksaan
laboratorium ditemukan leukosit 15.000/ml, trombosit 300.000/ml, dan hasil pemeriksaan radiologi
terlihat infiltrate kasar pada seluruh lapangan paru. Dokter menduga bahwa Avi menderita Avian
Influenza sehingga diperlukan pemeriksaan untuk mendeteksi virus penyebab penyakit yang diderita Avi.
Dokter merencanakan untuk merujuk ke rumah sakit yang memiliki laboratorium lengkap dan ruang
isolasi.

Sebelum memberikan surat rujukan, Dokter menanyakan apakah keluarga Avi sudah
mendapatkan penjelasan dari Dinas Peternakan setempat atau dari RT maupun RW perihal adanya
penyakit yang dikenal sebagai flu burung. Dokter juga menyampaikan pada keluarga Avi untuk mengikuti
anjuran pemerintah yang disosialisasikan melalui televisi agar tidak terjangkit penyakit yang ditularkan
melalui unggas. Bagaimana Saudara menjelaskan apa yang terjadi pada Avid an cara penanggulangannya?

I.Y TERMINOLOGI

1.Y Avian influenza : penyait menular yag disebabkan oleh virus Influenza tipe A subtype H5N1 yang
biasanya menjangkiti burung dan mamalia seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
2.Y Ronkhi basah : suara napas yang terputus, non musical, karena ada gesekan antara udara
dengan infiltrate.
3.Y Infiltrat kasar : hasil pemeriksaan radiologi pada paru yang menunjukkan adanya granul-granul
yang merupakan penempelan alveoli-alveoli. Menunjukkan telah terjadi inflamasi pada paru
yang kemungkinan sudah mencapai alveoli.

II.Y RUMUSAN MASALAH

1.Y Kenapa Avi demam tinggi, batuk, pilek, sesak napas sejak 3 hari yang lalu ?
2.Y Apa hubungan keadaan AVi sekarang dengan beberapa ayam di peternakannya yang mati dan
juga beberapa tetangga yang menderita penyakit yang sama dengan Avi ?
3.Y Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik pada Avi ?
4.Y Apa interpretasi dari pemeriksaan laboratorium dan radiologi pada Avi ?
5.Y Pemeriksaan apa saja yang diprtluksn untuk mendeteksi virus penyebab penyakit pada Avi ?
6.Y Apa tujuan dokter merujuk Avi ke rumah sakit dengan laboratorium lengkap dan ruang isolasi ?
7.Y Apa tujuan dokter menanyakan apakah keluarga Avi sudah mendapatkan penjelasan mengenai
flu burung dari Dinas Peternakan, RT, atau RW setempat ?
8.Y Kenapa dokter mendiagnosa Avi menderita penyakit flu burung ?
9.Y Bagaimana tindakan pencegahan aar anggota keluarga yang lain tidak menderita penyakit yang
sama ?
10.YBagaimana penatalaksanaan yang tepat terhadap Avi ?

III.Y ANALISA MASALAH

1.Y - Demam tinggi A menandakan adanya proses infeksi yang sedang terjadi dalam tubuh Avi.
Bahan eksogen dari virus H5N1 memicu pelepasan IL-1 A merangsang pelepasan arachidonat
yang kemudian akan diubah menjadi prostaglandin yang akan menaikkan thermostat tubuh.
-Y Batuk, pilek A virus H5N1 yang menyerang manusia telah mengalami mutasi sedemikian rupa
sehingga dapat bereplikasi dalam sel tubuh manusia. Sel yang diserang oleh virus ini adalah
sel yang pada permukaannya mempunyai reseptor Salic Acid (SA) yang terdapat pada sel-sel
di nasofaring dan gastrointestinal. Keberadaan virus H5N1 pada saluran pernapasan
meyebabkan munculnya reaksi berupa batuk dan pilek.
-Y Sesak napas A karena adanya inflamasi pada alveoli yang menyebabkan terganggunya difusi O2
sehingga terjadi sesak napas.
-Y Masa inkubasi virus H5N1 sekitar 2-4 hari (ada juga yang 4-8 hari)

2.Y Hubungan dengan ayam di eternakan yang mati mendadak : ayam pada peternakan keluarga Avi
mungkin telah terinfeksi oleh flu burung sehingga kemungkinan Avi pun tertular virus tersebut,
yang bias terjadi secara inhalasi, kontak langsung, maupun tidak langsung. Atau bias juga dari
konsumsi unggas yang tidak dimasak dengan baik, karena sebenarnya dengan pemanasan yang
cukup virus flu burung akan mati, yaitu pada :
-Y Suhu 80oC selama 1 menit
-Y Suhu 60oC selama 30 menit
-Y Suhu 50oC selama 3 jam

Hubungan dengan beberapa tetangga yang menderita penyakit yang sama : penularan dari
manusia ke manusia mungkin saja terjadi, walaupun sampai saat ini belum ada pernyataan
resmi dari WHO yang menyatakan terjadinya penularan virus flu burung dari manusia ke
manusia. Ada 2 kemungkinan yang dapat menghasilkan subtipe baru dari H5N1 yang dapat
menular antar manusia :
1)Y Virus yang telah bermutasi menginfeksi manusia sehingga dapat beradaptasi untuk
mengenali linkage RNA pada manusia, atau virus tersebut mendapatkan gen dari virus
influenza manusia sehingga dapat bereplikasi secara efektif di dalam sel manusia.
2)Y Kedua jenis virus (human dan avian influenza) bersamaan menginfeksi manusia sehingga
terjadi mix / rekombinasi genetic sehingga menimbulkan strain virus baru yang sanat virulen
bagi manusia.

3.Y - Suhu 39oC A menunjukkan adanya suatu proses infeksi yang menyebabkan peningkatan
thermostat tubuh.
-Y Napas 30x/menit A takipneu, terjadi sebagai kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan
O2 jaringan.
-Y Ronkhi basah di paru A ada gesekan antara udara dengan infiltrate di jaringan paru, bisa
berupa :
áY Ronkhi basah kasar : banyak secret di saluran napas besar
áY Ronkhi basah sedang : banyak secret di saluran napas sedang dan kecil.

4.Y - Leukosit 15.000/ml A menunjukkan adanya infeksi sekunder


-Y Trombosit 300.000/ml A normal.
-Y Infiltrate kasar pada seluruh lapangan paru A menunjukkan bahwa gejala klinik telah
memburuk.

5.Y Umumnya dilakukan pemeriksaan specimen klinik berupa swab tenggorok dan cairan nasal. Uji
konfirmasi :
1)Y Isolasi virus
2)Y Deteksi genom H5N1 dengan PCR
3)Y Tes imunofluorosensi terhadap antigen menggunakan monoclonal antibody terhadap H5
4)Y Pemeriksaan adanya oeningkatan titer antibody terhadap H5N1
5)Y Pemeriksaa dengan metode Western Blotting terhadap H5 spesifik

6.Y Rujuk ke rumah sakit dengan laboratorium lengkap A penyakit flu burung sulit dibedakan dengan
penyakit flu biasa, karena itu untuk memastikan disgnosa flu burung harus dilakukan serangkain
tes laboratorium seperti PCR, IFA, HI, dll yang mungkin tidak tersedia di Puskesmas tempat Avi
pergi berobat.
Butuh ruang isolasi A virus flu burung merupakan virus yang mudah mengalami mutasi, sehingga
ditakutkan dapat terjadinya penularan antar manusia. Karena itu pasien yang dicurigai
menderita flu burung (suspek flu burung) diharuskan untuk dirawat di ruang isolasi selama
minimal 7 hari (masa penularan) karena ditakutkan adanya transmisi melalui udara.

7.Y Tujuan dokter menanyakan pada keluarga Avi apakah sudah mendapatkan penjelasan mengenai
flu burung dari Dinas Peternakan, RT, atau RW setempat adalah untuk mengetahui sejauh apa
pengetahuan keluarga Avi tentang kasus flu burung, termasuk di dalam nya masalah
pencegahan dan juga pengendaliannya. Karena penanganan flu burung tidak akan berhasil jika
hanya diatasi oleh bidang kesehatan, tapi juga harus melibatkan berbagai pihak seperti Dinas
Pertanian yang mengatasi Dinas Peternakan, dan sebagainya. Selain itu dokter juga harus dapat
memberikan informasi yang cukup pada keluarga Avi agar tidak menderita penyakit yang sam
seperti Avi.

8.Y Berdasarkan criteria yang ditetapkan oleh WHO, maka Avi termasuk golongan probable flu
burung dengan criteria :
¢YSuspek AI :
Pasien yang menunjukkan v     
    v  disertai dengan
  
   serta diikuti salah satu  

, dengan yang disebutkan di bawah ini :
1.Y Kontak erat (jarak 1m) dengan pasien suspek, probable, atau confimed AI (misal :
merawat, berbicara, atau menyentuh pasien tersebut)
2.Y Terpajan (misal : menangani, menyembelih, membersihkan bulu / memasak) ternak
unggas, unggas liar, bangkai unggas, atau kotoran unggas di daerah dimana terdapat
binatang atau manusia suspek / confirmed AI dalam waktu 1 bulan terakhir.
3.Y Konsumsi unggas dan produnya di daerah yang terdapat pasien atau hewan suspek atau
confirmed AI dalam waktu 1 bulan terakhir.
4.Y Kontak erat dengan binatang confirmed AI selain unggas (misal : kucing, babi)
5.Y Pengambil atau pengelola specimen suspek AI (baik manusia atau hewan)

¢YProbable AI :
áY Definisi 1
Pasien yang   
    

  dan diikuti salah satu criteria di
bawah ini :
1.Y Ô   v  
  v 

 

 dan
didapatkan gagal napas (hipoksemia, takipnea berat) atau
2.Y Ada konfirmasi infeksi influenza tipe A dengan pemeriksaan laboratorium, tapi
belum bisa dipastikan H5N1

9.Y Pencegahan agar anggota keluarga yang lain tidak menderita penyakit yang sama :
-Y Daging, telur, dan hewan harus dimasak hingga matang
-Y Mencuci tangan dengan antiseptic sebelum makan, sebelum dan sesudah memproses
makanan.
-Y Menjaga kebersihan tubuh dan pakaian.
-Y Unggas tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal.
-Y Bila ditemukan hewan atau unggas yang mati mendadak, maka hewan lain yang ada di
sekitarnya harus dimusnahkan.
-Y Orang dengan risiko tingi kontak dengan unggas atau orang yang terinfeksi dapat diberi
terapi profilaxis 75 mg Oseltamivir 1x1 selama 7-10 hari.
10.YPengobatan bagi penderita flu burung adalah:
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama
selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan
lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

IV.Y SISTEMATIKA MASALAH

Radiologis Kontak dengan Keluarga,


Tanda Pneumonia Avi unggas Tetangga

Gejala infeksi
saluran napas
bagian bawah, Pencegahan
demam tinggi

Probable AI

Pemeriksaan Lab

Confirmed AI
Program
Tata Laksana pengendalian
nasioanal flu burng

V.Y LEARNING OBJECTIVE


1.Y Epidemiologi Avian Influenza
2.Y Etiologi Avian Influenza
3.Y Patofisiologi Avian Influenza
4.Y Manifestasi klinik Avian Influenza
5.Y Diagnosa Avian Influenza
6.Y Pemeriksaan penunjang Avian Influenza
7.Y Penatalaksanaan Avian Influenza
8.Y Prognosis Avian Influenza

ËY EPIDEMIOLOGI AVIAN INFLUENZA

Dalam 5 tahun terakhir, HPAI (High Pathogenic Avian Influenza) menyerang manusia dalam 5
periode dengan 3 subtip berbeda :
-Y Tahun 1996, subtype H7N7 A diidentifikasi dari wanita pemelihara angsa di Inggris yang
mengalami konjungtivitis.
-Y Mei 1997, subtype H5N1 A diidentifikasi dari seorang anak muda yang meninggal di
HongKong.
Desember 1997, subtype yang sama A terjadi pada 18 orang dengan sindrom semacam flu, 6
di antaranya kemudian meninggal.
-Y Tahun 1990, subtype H9N2 A di Jerman, Italia, Irlandia, Afrika Selatan, AS, Korea, Cina, Iran,
dan Pakistan.
-Y Maret 1999, H9N2 A diidentifikasi dari anak umur 1 tahun, serta 4 penderita sindrom
semacam flu di HongKong.
-Y Tahun 2004, H5N1 Adiidentifikasi di berbagai Negara.

Virus HPAI A (H5N1) pertama kali diketahui membunuh sekawanan ayam  pada tahun
1959, namun virus yang muncul pada saat itu sangat berbeda dengan virus H5N1 pada saat ini. Jenis
dominan dari virus H5N1 yang muncul pada tahun 2004 berevolusi dari virus yang muncul pada
tahun 2002 yang menciptakan gen tipe Z.

Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar
biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat).
Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus     , namun konfirmasi terakhir
oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung ( 
!(AI)). Jumlah unggas
yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275
ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).
Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung telah merenggut tiga orang nyawa warga Tangerang
Banten, Hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan
Pengembangan Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong.

ËY ETIOLOGI AVIAN INFLUENZA

Penyebab infeksi flu virus avian influenza dikenal dengan nama Fowl Plague. Tersusun dari 2
komponen utama :
1.Y Hemaglutinin (HA) A untuk attachment virus ke sel hospes
2.Y Neuramidase (NA) A untuk replikasi inti virus

Keduanya digunakan untuk mengidentifikasi subtype virus. Berdasarkan karakter antigenic protein
M pada selubung virus dan nucleoprotein dalam partikel virus A ada 3 tipe virus avian influenza yaitu
tipe A, B, dan C, tapi hanya tipe A yang menyerang unggas piaraan dan berpotensi menyerang
manusia. Yang virulensinya tinggi (HPAI) adalah subtype H5 dan H7

Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus
tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C.
Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan
detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

Virus H5N1 dibagi menjadi 2 jenis turunan, turunan yang pertama adalah virus yang menginfeksi
manusia dan burung yang ada di Vietnam, Thailand, Kamboja dan burung yang ada di Laos dan
Malaysia. Jenis turunan pertama ini tidak menyebar ke daerah lain.

Sedangkan yang turunan jenis 2 dikenali dari burung yang ada di ï ! !%& !
  yang kemudian menyebar ke Timur Tengah, Eropa dan Afrika. Virus jenis turunan ke 2
ini adalah virus yang menjadi penyebab infeksi ke manusia yang terjadi dalam kurun waktu 2005-
2006 di berbagai Negara. Analisa genetik yang telah dilakukan membuktikan bahwa ada 6 jenis
subklas dari turunan jenis ke 2, yang 3 diantaranya tersebar dan menginfeksi manusia di Negara-
negara berikut ini :

Subklas 1 : Indonesia

Subklas 2 : Eropa, Timur Tengah dan Afrika

Subklas 3 : China

ËY PATOFISIOLOGI AVIAN INFLUENZA

Masa inkubasi 3-7 hari (pada unggas 1-3 hari).

Transmisi dari unggas ke manusia : terpajan dengan unggas sakit atau konsumsi daging unggas yang
tidak dimasak secara benar.

Transmisi dari lingkungan ke manusia : kontaminasi benda-benda oleh virus AI, kemudian terjadi
kontak dengan manusia A reseptor pada unggas terletak pada mukosa saluran cerna, resepotor pada
manusia terletak pada mukosa saluran napas dan paru.

Transmisi dari manusia ke manusia : kontak erat tanpa pelindung, menurut WHO tidak ada bukti
transmisi antar manusia.

Infeksi virus AI dimulai saat virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan spikes virion
dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion masuk ke sitoplasma sel A
mengintegrasikan materi genetic dalam inti sel hospes A bereplikasi membentuk virion baru A dapat
menginfeksi sel-sel lain di sekitarnya.

Manusia yang berisiko tinggi terinfeksi avian influenza :

1.Y Pemilik / pekerja di industry peternakan ayam.


2.Y Pekerja pemotong dan pengolah bahan baku daging ayam
3.Y Sopir kendaraan / truk pengangkut ayam
4.Y Sopir pengangkut daging ayam
5.Y Pengusaha catering
6.Y Pekerja laboratorium yang mengerjakan pemeriksaan dengan sampel darah, daging,
maupun produk ayam yang sakit.
7.Y Pekerja di galangan kapal
8.Y Dokter hewan

ËY MANIFESTASI KLINIS AVIAN INFLUENZA

Pada ayam yang sakit :


1.Y Tampak depresi
2.Y Nafsu makan menurun
3.Y Produksi telur menurun drastis
4.Y Diare
5.Y Kepala kebiruan karena sianosis, terdapat bercak perdarahan ekimosis, fokal nekrosis,
konjungtiva mengalami kongesti disertai perdarahan, udem di sekitar mata.
6.Y Leher udem
7.Y Pada kaki terdapat bercak perdarahan

Pada manusia yang terinfeksi :

1.Y Demam tinggi >38oC


2.Y Gejala flu serta kelainan saluran napas
3.Y Gejala lain seperti muntah, diare, sakit perut, sakit pada dada, hipoternsi, perdarahan dari
hidung dan gusi.
4.Y Gejala dapat dengan cepat meburuk menjadi pneumonia berat, dispnea, takipnu.
5.Y Komplikasi dan kematian karena ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome), ventilator-
associated pneumonia, pulmonary hemorrhage, pneumothorax, pancytopenia, Reye͛s syndrome,
sepsis syndrome, bakteremia.

ËY DIAGNOSIS AVIAN INFLUENZA

Klasifikasi Avian Influenza terbagi menjadi 4 :


1)Y Kasus mirip / kemungkinan influenza (influenza like illness)
Jika demam >38oC disertai 1 atau lebih gejala berikut :
áY Batuk
áY Sakit tenggorok
áY Pilek
áY Sesak napas

Belum jelas ada kontak dengan unggas yang sakit atau mati mendadak.

2)Y Kasus suspek flu burung


a.Y Jika ditemukan gejala-gejala seperti pada ILI + 1 atau lebih keadaan berikut ini :
áY Kontak dengan unggas sakit atau mati mendadak dalam 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala.
áY Kontak dengan penderita flu burung yang sudah dipastikan diagnosanya (confirmed)
dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala.
áY Kontak dengan bahan pemeriksaan flu burung dalam 7 hari terakhir sebelum timbul
gejala.
áY Leucopenia (<3.000/mm3)
áY Titter antibody terahadap H5 dengan uji ELISA untuk influenza A

Atau :

b.Y Seseorang yang meninggal akibat ARDS dengan 1 atau lebih gejala di bawah ini :
áY Leucopenia atau limfopenia dengan atau tanpa trombositopenia.
áY Foto toraks serial menggambarkan pneumonia yang meluas / memburuk.

3)Y Kasus probable


Kriteria kasus suspek ditambah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
áY Kenaikan titer antibody terhadap H5 minimal 4x lipat (uji HI atau ELISA)
áY Didapatkan antibody spesifik terhadap H5 di dalam specimen serum tunggal dengan
uji netralisasi.
áY Dalam waktu singkat menjadi pneumonia berat, gagal napas, atau meninggal dan
terbukti tidak ada penyebab lain.
4)Y Kasus pasti
Kasus suspek atau probable dengan 1 atau lebih keadaan di bawah ini :
áY Kultur virus menunjukkan positif influenza A / H5N1
áY PCR positif H5N1
áY Ditemukan antigen pada pemeriksaan IFA dengan antibody monoclonal influenza A
áY Kenaikan titer antibody spesifik influenza A / H5N1 minimal 4x lipat

Penentuan kasus dengan criteria WHO :

¢YSuspek AI :
Pasien yang menunjukkan gejalan infeksi saluran napas bagian bawah disertai dengan
demam (>38oC), batuk, dan sesak napas serta diikuti salah satu riwayat kontak dalam 7 hari
sebelumnya, dengan yang disebutkan di bawah ini :
6.Y Kontak erat (jarak 1m) dengan pasien suspek, probable, atau confimed AI (misal :
merawat, berbicara, atau menyentuh pasien tersebut)
7.Y Terpajan (misal : menangani, menyembelih, membersihkan bulu / memasak) ternak
unggas, unggas liar, bangkai unggas, atau kotoran unggas di daerah dimana terdapat
binatang atau manusia suspek / confirmed AI dalam waktu 1 bulan terakhir.
8.Y Konsumsi unggas dan produnya di daerah yang terdapat pasien atau hewan suspek atau
confirmed AI dalam waktu 1 bulan terakhir.
9.Y Kontak erat dengan binatang confirmed AI selain unggas (misal : kucing, babi)
10.YPengambil atau pengelola specimen suspek AI (baik manusia atau hewan)

¢YProbable AI :
áY Definisi 1
Pasien yang memenuhi definisi kasus suspek AI dan diikuti salah satu criteria di
bawah ini :
2.Y Secara radiologis ditemukan infiltrate yang menunjukkan pneumonia akut dan
didapatkan gagal napas (hipoksemia, takipnea berat) atau
3.Y Ada konfirmasi infeksi influenza tipe A dengan pemeriksaan laboratorium, tapi
belum bisa dipastikan H5N1
áY Definisi 2
Pasien meninggal karena infeksi saluran napas akut yang tidak bisa dijelaskan dan
secara epidemiologi dapat dihubungkan (sesuai tempat, waktu, pajanan) dengan
probable atau confirmed H5N1.

¢YConfirmed AI
Suspek / probable + 1 dari hasil lab berikut :
1.Y Isolasi virus H5N1
2.Y H5 positiv dari pemeriksaan PCR dengan 2 sasaran PCR yang berbeda
3.Y Kenaikan titer antibody H5N1 >4x lipat
4.Y Pemeriksaan mikronetralisasi H5N1 dengan serum tunggal pada > 14 hari setelah fase
akut menunjukkan titer > 1 : 180

ËY PEMERIKSAAN PENUNJANG AVIAN INFLUENZA

-Y Uji penapisan / screening test dengan uji serologi


áY Rapid test untuk mendeteksi influenza A
áY Uji HI (Hemaglutination Inhibition) dengan eritrosit kuda
áY Enzyme Immuno Assay (EIA) untuk mendeteksi virus influenza A subtype H5N1
-Y Uji konfirmasi dengan menggunakan :
áY Kultur dan identifikasi virus H5N1
áY PCR
áY Uji serologis
áY Immunofluoresence Assay (IFA) ; ditemukan antigen positif dengan menggunakan
antibody monoclonal H5N1
áY Microneutralization (MN)

ËY PENATALAKSANAAN AVIAN INFLUENZA

Pencegahan
a. Pada Unggas:

1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung

2. Vaksinasi pada unggas yang sehat

b. Pada Manusia :

1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)

a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.

b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.

c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).

d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.

e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.

f. Imunisasi.

2. Masyarakat umum

a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.

b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :

- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)

- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur
sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit—

Tatalaksana Umum :
-Y Memperbaiki keadaan umum termasuk nutrisi tinggi kalori tinggi protein
-Y Mengonsumsi suplemen yang mengandung multivitamin, multimineral, trace element
-Y Menjaga status kekebalan tubuh dalam keadaan seimbang
-Y Perilaku hidup sehat

Tatalaksana Spesifik:

-Y Penderita yang dicurigai menderita AI dirawat di ruang isolasi minimal 7 hari sambil terus
dilakukan observasi terhadap :
áY Keadaan umum
áY Kesadaran
áY Tanda vital (TD, nadi, nafas, suhu)
áY Saturasi oksigen (AGD, pulse oximetry)
-Y Obat-obat simptomatik A analgetik, antitusif, dekongestan
-Y Antivirus : Amantadine hydrochloride telah direkomendasikan untuk terapi influenza pada
manusia sejak 1996.
-Y Ada 2 golongan obat antivirus
áY Obat neuramnidase inhibitor seperti Seltamivia dan Zanimivia
áY Obat M2 inhibitor seperti Amantadine Hydrochloride (Symmetrel / Symmadine) atau
Rimantadine (Flumadine)
Y Amantadine dan Rimantadine diberikan pada awal infeksi pada 48 jam
pertama, diberikan 3-5 dosis 5mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Y Oseltamivir 1x75 mg sehari selama 1 minggu
-Y Antibiotic spectrum luas
Tergantung berat rinagnnya pneumonia
áY Pada pneumonia berat, perlu diberikan antibiotic yang biasa diberikan pada
pneumonia komunitas yang belum diketahui penyebabnya yang mencakup semua
jenis kuman penyebab, termasuk kuman atipik.
áY Diberikan dalam kombinasi antara golongan beta laktam, penghambat
betalaktamase.
-Y Steroid
Pemakaiannya masih controversial, ada yang berpendapat steroid menekan imunitas,
sebaiknya hanya diberikan pada kasus-kasus berat sebagai life saving. Pendapat lain
sebaliknya mengusulkan steroid diberikan pada tahap awal untuk mencegah reaksi imunitas
yang berlebihan (cytokine storm) yang justru akan merusak jaringan paru (alveolar damage)
Diberikan metilprednisolon dengan dosis 1-2 mg/kgBB IV
Terutama untuk kasus pneumonia berat, ARDS, syok sepsis yang tidak respon dengan obat
vasopresor.
-Y Terapi penyulit
-Y Indikasi rawat ICU :
áY Gagal napas
áY Terdapat 1 atau lebih gejala :
Y Foto toraks A pneumonia bilateral
Y PaO2 < 300 A ARDS
Y TD sistolik < 90 mmHg atau terdapat tanda-tanda syok.
Y Membutuhkan ventilator mekanik.

-Y Criteria pindah rawat dari isolasi ke ruang biasa :


áY Terbukti bukan flu burung
áY Kasus PCR positif, dipindahkan setelah PCR negative
áY Setelah 7 hari tidak ada lagi demam

-Y Indikasi pulang rawatan :


áY Penderita tidak demam selama 72 jam
áY Tidak batuk lagi
áY Perbaikan foto toraks secara serial
áY Laboratorium yang sebelumnya abnormal menjadi normal kembali.

-Y Penanganan jenazah penderita flu burung :


áY Semua petugas pemulasaran jenazah memperhatikan kewaspadaan standard
áY Jenzah ditutup dengan bahan yang terbuat dari plastic (tidak tembus air) atau bisa
juga dengan bahan kayu / bahan lainnya yang tidak mudah tercemar.
áY Jenazah tidak boleh disemayamkan > 4 jam.

Anda mungkin juga menyukai