Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Pembiayaan Sektor Kesehatan

Tugas Pada Mata Kuliah Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan

Program Studi Kesehatan Masyarakat A1 semester 6

Dosen Pengampu Dewi Sayati, S.E, M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 6:

1. Safitri Handayani 17.13201.10.26

2. Dilia Miftahul Jannah 17.13201.10.24

3. Widya Surya Dewi N 17.13201.10.34

4. Swara Abdi N 17.13201.10.29

5. Euis Aan Rohana 17.13201.10.04

6. Ibrahim 17.13201.10.36

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA


PALEMBANG

2020

KATA PENGANTAR

Alhamdullilahirabbilalamin atas segala nikmat dan karunia nya sehingga


makalah ini dapat di selesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan judul
“Pembiayaan Sektor Kesehatan” untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembiayaan
dan Penganggaran Kesehatan.

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi


serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Melalui makalah ini penyusun berharap makalah ini dapat memberikan


pengetahuan baru tentang pembiayaan sektor kesehatan

Penyusun menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di


dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Palembang, Mei 2020

2
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 6

2.1 Definisi Pembiayaan Kesehatan ........................................................ 6

2.2 Sumber Biaya Kesehatan....................................................................... 8

2.3 Macam Biaya Kesehatan........................................................................ 10

2.4 syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan ................................... 11

BAB III ....................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi
serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama
selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi.
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam
proses kehidupan seseorang. Tanpa adanya kesehatan yang baik maka tidak akan
ada masyarakat yang produktif. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan
kesehatan merupakan suatu hal yang bernilai sangat insentif. Nilai investasinya
terletak pada tersedianya sumber daya yang senantiasa “siap pakai” dan terhindar
dari ancaman penyakit. Di Indonesia sendiri tak bisa dipungkiri bahwa trend
pembangunan kesehatan bergulir mengikuti pola rezim penguasa. Ketika
pemerintah negeri ini hanya memandang sebelah mata pada pembangunan
kesehatan, maka kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat akan menjadi
sangat memprihatinkan.
Salah satu sub sistem kesehatan nasional adalah subsistem pembiayaan
kesehatan. Jika ditinjau dari dari defenisi sehat, sebagaimana yang dimaksud oleh
WHO, maka pembiayaan pembangunan perumahan dan atau pembiayaan
pengadaan pangan, yang karena juga memiliki dampak terhadap derajat

4
kesehatan, seharusnya turut pula diperhitungkan. Pada akhir akhir ini, dengan
makin kompleksnya pelayanan kesehatan serta makin langkanya sumber dana
yang tersedia, maka perhatian terhadap sub sistem pembiayaan kesehatan makin
meningkat. Pembahasan tentang subsistem pembiayaan kesehatan ini tercakup
dalam suatu cabang ilmu khusus yang dikenal dengan nama ekonomi kesehatan.

1.2  Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain
sebagai berikut :
a) Apa definisi pembiayaan kesehatan?
b) Dari mana saja sumber biaya kesehatan?
c) Apa saja macam biaya kesehatan?
d) Apakah syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan?
e) Apa saja masalah pokok pembiayaan kesehatan dan upaya
penyelesaiaannya?

1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a) Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari pembiayaan kesehatan.
b) Mahasiswa dapat mengetahui sumber biaya kesehatan.
c) Mahasiswa dapat mengetahui macam biaya kesehatan.
d) Mahasiswa dapat mengetahui syarat pokok dan fungsi pembiayaan
kesehatan.
e) Mahasiswa dapat mengetahui masalah pokok pembiayaan kesehatan dan
upaya penyelesaiannya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pembiayaan Kesehatan


Sub system pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari
ekonomi kesehatan (health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan
adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari batasan ini segera terlihat bahwa biaya
kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni :
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan
(health provider) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan pengertian yang seperti ini
tampak bahwa kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan
utama pemerintah dan atau pun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan
menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Pemakai Jasa Pelayanan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan
(health consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
memanfaatkan jasa pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama, maka
biaya kesehatan di sini menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan.
Dalam batas-batas tertentu, pemerintah juga turut mempersoalkannya, yakni
dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang membutuhkannya.
Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami bahwa
pengertian biaya kesehatan tidaklah sama antara penyedia pelayanan

6
kesehatan (health provider) dengan pemakai jasa pelayanan kesehatan (health
consumer). Bagi penyedia pelayanan kesehatan, pengertian biaya kesehatan
lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan, pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus
disediakan untuk dapat memanfaatkan upaya kesehatan. Sesuai dengan
terdapatnya perbedaan pengertian yang seperti ini, tentu mudah diperkirakan
bahwa besarnya dana yang dihitung sebagai biaya kesehatan tidaklah sama
antara pemakai jasa pelayanan dengan penyedia pelayanan kesehatan.
Besarnya dana bagi penyedia pelayanan lebih menunjuk padaa seluruh biaya
investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional (operational cost)
yang harus disediakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan
besarnnya dana bagi pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah
uang yang harus dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat memanfaatka suatu
upaya kesehatan.
Secara umum disebutkan apabila total dana yang dikeluarkan oleh seluruh
pemakai jasa pelayanan, dan arena itu merupakan pemasukan bagi penyedia
pelayan kesehatan (income) adalah lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh
penyedia pelayanan kesehatan (expenses), maka berarti penyelenggaraan
upaya kesehatan tersebut mengalami keuntungan (profit). Tetapi apabila
sebaliknya, maka berarti penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut
mengalami kerugian (loss).
Perhitungan total biaya kesehatan satu negara sangat tergantung dari besarnya
dana yang dikeluarkan oleh kedua belah pihakk tersebut. Hanya saja, karena
pada umumnya pihak penyedia pelayanan kesehatan terutama yang
diselenggrakan oleh ihak swasta tidak ingin mengalami kerugian, dan karena
itu setiap pengeluaran telah diperhitungkan terhadap jasa pelayanan yang akan
diselenggarakan, maka perhitungan total biaya kesehatan akhirnya lebih
banyak didasarkan pada jumlah dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa
pelayanan kesehatan saja.

7
Di samping itu, karena di setiap negara selalu ditemukan peranan pemerintah,
maka dalam memperhitungkan jumlah dana yang beredar di sektor
pemerintah. Tetapi karena pada upaya kesehatan pemerintah selalu ditemukan
adanya subsidi, maka cara perhitungan yang dipergunakan tidaklah sama.
Total biaya kesehatan dari sektor pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana
yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa, dan karena itu merupakan
pendapatan (income) pemerintah, melainkan dari besarnya dana yang
dikeluarkan oleh pemerintah (expenses) untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
Dari uraian ini menjadi jelaslah untuk dapat menghitung besarnya total biaya
kesehatan yang berlaku di suatu negara, ada dua pedoman yang dipakai.
Pertama, besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan
untuk sektor swasta. Kedua, besarnya dana yang dikeluarkan oleh para
pemakai jasa pelayanan kesehatan untuk sektor pemerintah. Total biaya
kesehatan adalah hasil dari penjumlahan dari kedua pengeluaran tersebut.

2.2 Sumber Biaya Kesehatan


Telah kita ketahui bersama bahwa sumber pembiayaan untuk penyediaan
fasilitas-fasilitas kesehatan melibatkan dua pihak utama yaitu pemerintah
(public) dan swasta (private). Kini masih diperdebatkan apakah kesehatan itu
sebenarnya barang public atau private mengingat bahwa fasilitas-fasilitas
kesehatan yang dipegang oleh pihak swasta (private) cenderung bersifat
komersil. Di sebagian besar wilayah Indonesia, sektor swasta mendominasi
penyediaan fasilitas kesehatan, lebih dari setengah rumah sakit yang tersedia
merupakan rumah sakit swasta, dan sekitar 30-50 persen segala bentuk
pelayanan kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade yang lalu
hanya sekitar 10 persen). Hal ini tentunya akan menjadi kendala terutama
bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. Tingginya biaya kesehatan
yang harus dikeluarkan jika menggunakan fasilitas-fasilitas kesehatan swasta
tidak sebanding dengan kemampuan ekonomi sebagian besar masyarakat
Indonesia yang tergolong menengah ke bawah.

8
Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara satu negara dengan negara lain.
Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Bersumber dari anggaran pemerintah
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara
cuma-cuma oleh pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan
pelayanan kesehatan disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang
kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena
memerlukan dana yang sangat besar. Contohnya dana dari pemerintah
pusat dan provinsi.
2. Bersumber dari anggaran masyarakat
Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini
mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri
dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan
dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak
swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi
disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak
pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. Contohnya CSR atau Corporate
Social Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan
tunai atau melalui sistem asuransi.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan
penyakit-penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak
lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain.
Misalnya bantuan dana dari luar negeri untuk penanganan HIV dan virus
H5N1 yang diberikan oleh WHO kepada negara-negara berkembang
(termasuk Indonesia).
4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat
Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat
mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber
pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang

9
dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan
layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta
masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan
mengeluarkan biaya tambahan.
Dengan ikut sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
maka ditemukan pelayanan kesehatan swasta. Selanjutnya dengan
diikutsertakannya masyarakat membiayai pemanfaatan pelayanan
kesehatan, maka pelayanan kesehatan tidaklah cuma-cuma. Masyarakat
diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya.
Sekalipun pada saat  ini makin banyak saja negara yang mengikutsertakan
masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan satu
negara pun yang pemerintah sepenuhnya tidak ikut serta. Pada negara yang
peranan swastanya sangat dominan pun peranan pemerintah tetap
ditemukan. Paling tidak dalam membiayai upaya kesehatan masyarakat,
dan ataupun  membiayai pelayanan kedokteran yang menyangkut
kepentingan masyarakat yang kurang mampu.

2.3 Macam Biaya Kesehatan


Biaya kesehatan banyak macamnya karena semuanya tergantung dari jenis dan
kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan atau
dimanfaatkan. Hanya saja disesuaikan dengan pembagian pelayanan
kesehatan, maka biaya kesehatan tersebut secara umum dapat dibedakan atas
dua macam yakni :
1. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni
yang tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan penderita.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan

10
masyarakat yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.
Sama halnya dengan biaya kesehatan secara keseluruhan, maka masing-
masing biaya kesehatan ini dapat pula ditinjau dari dua sudut yakni dari
sudut penyelenggara kesehatan (health provider) dan dari sudut pemakai
jasa pelayanan kesehatan (health consumer).
 
2.4 Syarat Pokok dan Fungsi Pembiayaan Kesehatan
Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok
yakni :
1. Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang
cukup. Yang dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan
semua upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan
masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
2. Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana
yang tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik, niscaya akan
menyulitkan penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
3. Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya
tidak mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan banyak
menimbulkan masalah, yang jika berkelanjutan akan menyulitkan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka perlu
dilakukan beberapa hal, yakni :
a. Peningkatan Efektifitas
Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau
alokasi penggunaan sumber dana. Berdasarkan pengalaman yang
dimiliki, maka alokasi tersebut lebih diutamakan pada upaya

11
kesehatan yang menghasilkan dampak yang lebih besar, misalnya
mengutamakan upaya pencegahan, bukan pengobatan penyakit.
b. Peningkatan Efisiensi
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai
mekanisme pengawasan dan pengendalian. Mekanisme yang
dimaksud untuk peningkatan efisiensi antara lain:
a. Standar minimal pelayanan. Tujuannya adalah menghindari
pemborosan. Pada dasarnya ada dua macam standar minimal
yang sering dipergunakan yakni:
 standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah
sakit dan standar minimal laboratorium.
 standar minimal tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan
perawatan penderita, dan daftar obat-obat esensial.
Dengan adanya standard minimal pelayanan ini, bukan saja
pemborosan dapat dihindari dan dengan demikian akan
ditingkatkan efisiensinya, tetapi juga sekaligus dapat pula dipakai
sebagai pedoman dalam menilai mutu pelayanan.
b. Kerjasama. Bentuk lain yang diperkenalkan untuk
meningkatkan efisiensi ialah memperkenalkan konsep
kerjasama antar berbagai sarana pelayanan kesehatan. Terdapat
dua bentuk kerjasama yang dapat dilakukan yakni:
 Kerjasama institusi, misalnya sepakat secara bersama-sama
membeli peralatan kedokteran yang mahal dan jarang
dipergunakan. Dengan pembelian dan pemakaian bersama
ini dapat dihematkan dana yang tersedia serta dapat pula
dihindari penggunaan peralatan yang rendah. Dengan
demikian efisiensi juga akan meningkat.
 Kerjasama sistem, misalnya sistem rujukan, yakni adanya
hubungan kerjasama timbal balik antara satu sarana
kesehatan dengan sarana kesehatan lainnya.

12
Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain :
a. Penggalian dana
1) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber
dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun
daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta
berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan
masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta dihimpun
dengan menerapkan prinsip public-private patnership yang didukung
dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana
yang disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif
oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan masyarakat,
misalnya dalam bentuk dana sehat atau dilakukan secara pasif yakni
menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana yang
sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial keagamaan.
2) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari
masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat
rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah
melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.

b. Pengalokasian dana
1) Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya
5% dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap
tahunnya.
2) Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk
UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan
kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam
program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
c. Pembelanjaan

13
1) Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership
digunakan untuk membiayai UKM.
2) Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3) Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan
kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan wajib.
Jika diperhatikan syarat pokok pembiayaan kesehatan sebagaimana dikemukakan
di atas, segera terlihat bahwa untuk memenuhinya tidaklah semudah yang
diperkirakan. Sebagai akibat makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan juga karena telah dipergunakarmya berbagai peralatan canggih,
menyebabkan pelayanan kesehatan semakin bertambah komplek. Kesemuanya ini
disatu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan yakni makin
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, namun di pihak lain temyata juga
mendatangkan banyak masalah. Adapun berbagai masalah tersebut jika ditinjau
dari sudut pembiayaan kesehatan secara sederhana dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara terutama di negara yang sedang berkembang, dana yang
disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah memadai.
Rendahnya alokasi anggaran ini kait berkait dengan masih kurangnya
kesadaran pengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan
dari pengambilan keputusan menganggap pelayanan kesehatan tidak bersifat
produktif melainkan bersifat konsumtif dan karena itu kurang diprioritaskan.
Kita dapat mengambil contoh di Indonesia misalnya, jumlah dana yang
disediakan hanya berkisar antara 2 – 3% dari total anggaran belanja dalam
setahun.
b. Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana yang tidak sesuai, karena
kebanyakan justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau dari

14
penyebaran penduduk, terutama di negara yang sedang berkembang,
kebanyakan penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan.
c. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan salah satu masalah yang
dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini. Adalah mengejutkan bahwa di
banyak negara tenyata biaya pelayanan kedokterannya jauh lebih tinggi dari
pada pelayanan kesehatan masyarakat. Padahal semua pihak telah mengetahui
bahwa pelayanan kedokteran dipandang kurang efektif dari pada pelayanan
kesehatan masyarakat.

d. Pengelolaan dana yang belum sempurna


Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan pemanfaatannya
belum begitu sempuma, namun jika apa yang dimiliki tersebut dapat dikelola
dengan baik, dalam batas-batas tertentu tujuan dari pelayanan kesehatan masih
dapat dicapai. Sayangnya kehendak yang seperti ini sulit diwujudkan.
Penyebab utamanya ialah karena pengelolaannya memang belum sempurna,
yang kait berkait tidak hanya dengan pengetahuan dan keterampilan yang
masih terbatas, tetapi juga ada kaitannya dengan sikap mental para pengelola.
e. Biaya kesehatan yang makin meningkat
Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin
meningkatnya biaya pelayanan kesehatan itu sendiri.

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan makalah ini antara lain :
1. Pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi
kesehatan (health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah
besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Sumber biaya kesehatan dapat berasal dari anggaran pemerintah, anggaran
masyarakat, bantuan dari dalam dan luar negeri, serta gabungan dari anggaran
pemerintah dan masyarakat.
3. Secara umum biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi dua, yakni biaya
pelayanan kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Syarat pokok pembiayaan kesehatan adalah jumlah, penyebaran dan
pemanfaatan. Sedangkan fungsi pembiayaan kesehatan adalah penggalian
dana, pengalokasian dana dan pembelanjaan.
5. Masalah pokok pembiayaan kesehatan antara lain seperti kurangnya dana yang
tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan dana yang tidak
tepat, pengelolaan dana yang belum sempurna serta biaya kesehatan yang
makin meningkat. Sedangkan upaya penyelesaian yang dapat ditempuh seperti
meningkatkan jumlah dana, memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan
pengelolaan dana, serta mengendalikan biaya kesehatan.
 

16
 
 
 

DAFTAR PUSTAKA
 
Ali Imran, La Ode.2013.Ekonomi Kesehatan.Kendari.
Depkes.2013.Fungsi-Pembiayaan-Kesehatan.
http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=85&Itemid=120.20 Mei 2013.
Helda.2011.Pembiayaan-Kesehatan.
http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1.20
Mei 2013.
Suhadi.2012.Pembiayaan-Kesehatan.
http://kebunhadi.blogspot.com/2012/11/pembiayaan-kesehatan.html?
m=1.20 Mei 2013.

17

Anda mungkin juga menyukai