Anda di halaman 1dari 47

(PEDOMAN PERAWATAN PALIATIF DAN AKHIR

KEHIDUPAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS


INDONESIA)

(NO …./14/RSUI/V/2020)

Rumah Sakit Universitas Indonesia


Instalasi Gawat Darurat
Mei 2020
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA
NOMOR : ....../SK/DIRUT/RSUI/2020
TENTANG
PEDOMAN PERAWATAN PALIATIF DAN AKHIR KEHIDUPAN
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan
serta seragam, baik secara ilmiah maupun
peraturan, serta untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien paliatif dan akhir kehidupan,
maka perlu disusun Pedoman Perawatan
Paliatif dan Akhir Kehidupan (Palliative And
End Of Life Care) di Rumah Sakit Universitas
Indonesia
b. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
tersebut diatas, maka perlu ditetapkan
peraturan Direktur Utama Rumah Sakit
Universitas Indonesia tentang Pedoman
Perawatan Paliatif dan Akhir Kehidupan
(Palliative And End Of Life Care) di Rumah
Sakit Universitas Indonesia

Mengingat : a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran

2
Negara Republik Indonesia Nomor 4431
b. Undang Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 114, Tambahan Lembaga Negara
Republik Indonesia Nomor 5063)
c. Undang Undang Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072)
d. Undang Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5607)
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 269
tahun 2008 tentang Rekam Medis
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 290
tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan
Medis
g. SK Menkes (812/Menkes/SK/VII/2007)
tentang Kebijakan Perawatan Paliatif

MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS INDONESIA TENTANG PEDOMAN
PERAWATAN PALIATIF DAN AKHIR KEHIDUPAN
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA

KEDUA : Keputusan ini berlaku hingga dua tahun setelah


diterbitkan

3
Ditetapkan di Depok
Pada tanggal 27 Mei 2020
Direktur Utama,

dr. Astuti Giantini, Sp.PK., MPH


NIP. 196209031998072002

4
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA
NOMOR : ....../SK/DIRUT/RSUI/2020
TENTANG
TIM PELAYANAN PALIATIF DAN AKHIR KEHIDUPAN RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan


keseragaman, kemudahan, keselarasan dan
kesinambungan dalam pelayana paliatif dan
akhir kehidupan (end of life) di Rumah Sakit
Universitas Indonesia
b. bahwa nama-nama yang terdapat dalam
keputusan ini dianggap cakap dan mampu
ditunjuk sebagai Tim Pelayanan Paliatif dan
Akhir Kehidupan (End of Life) di Rumah
Sakit Universitas Indonesia
c. bahwa berdasarkan hal tersebut diatas
perlu menetapkan Keputusan Direktur
Utama Rumah Sakit Universitas Indonesia
tentang Tim Pelayana Paliatif dan Akhir
Kehidupan (End of Life) di Rumah Sakit
Universitas Indonesia

Mengingat : a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4431
b. Undang Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia

5
Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan
Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor
5063)
c. Undang Undang Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072)
d. Undang Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5607)
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 269
tahun 2008 tentang Rekam Medis
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 290
tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan
Medis
g. SK Menkes (812/Menkes/SK/VII/2007)
tentang Kebijakan Perawatan Paliatif

MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS INDONESIA TENTANG TIM
PELAYANAN PALIATIF DAN AKHIR
KEHIDUPAN (END OF LIFE) DI RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA

KEDUA : Memberlakukan dan mengangkat Tim


Pelayanan Paliatif dan Akhir Kehidupan (End
of Life) di Rumah Sakit Universitas Indonesia
yang terdiri dari Tim Inti dan Kelompok kerja,

6
dengan susunan sebagai sebagaimana
KETIGA tercantum dalam lampiran keputusan ini.
: Tugas Tim sebagaimana dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Menghadiri Palliative Board sesuai dengan
jadawal yang telah ditetapkan
b. Menyusun dan melakukan monitoring
penerapan pedoman pelayanan paliatif dan
akhir kehidupan (end of life) yang
memenuhi standar, dan berlaku seragam
di lingkungan Rumah Sakit Universitas
Indonesia
c. Memenuhi elemen pengukuran terkait
Joint Comission International (JCI) melalui
system manajemen yang efektif dan efisien.
Merencanakan penggunaan teknologi
gamma knife pada kasus yang terindikasi
dengan pertimbangan pendekatan
multidisiplin untuk pelayanan pasien
paripurna.
KEEMPAT : Fungsi Tim sebagaimana dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan pengelolaan pasien sesuai
dengan kompetensinya dalam tim
interdisipliner
b. Memfasilitasi penyusunan kebijakan dan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
mencakup operasional pelayanan paliatif
dan akhir kehidupan (end of life), yang
mengutamakan safety dan sesuai dengan
elemen pengukuran dari Joint
Commission International (JCI),
pengembangan program baru dan

7
menamin tercapainya kebijakan yang
dijalankan
c. Melakukan sosialisasi kebijakan dan
Standar Operasional Prosedur (SOP) ke
seluruh unit kerja
d. Melakukan supervise
pelaksanaankebijakan dan standar
operasional prosedur (SOP) yang sudah
disusun sesuai proses pelayana paliatif
dan akhir kehidupan (end of life) yang
mencakup proses utama, proses
penunjang, dan proses pengembangan
e. Membuat usulan pengembangan
kebijakan pendayagunaan staf medis
yang terlibat dalam pelayanan paliatif
dan akhir kehidupan (end of life) kepada
Direksi
f. Memberi masukan kepada
penanggungjawab layanan di unit kerja
untuk meningkatkan kompetensi dari
tenaga medis, dokter, analis untuk
meningkatkan efisiensi dan performa
pelayanan paliatif dan akhir kehidupan
(End of Life)
g. Memonitoring dan evaluasi pelaksanaan
pedoman teknis, sarana dan prasarana
pelayanan paliatif dan akhir kehidupan
(End of Life)
h. Melakukan koordinasi dengan unit kerja
terkait untuk melakukan analisis dan
evaluasi terhadap hasil pencapaian
target indicator pelayanan paliatif dan
kahir kehidupan (end of life)

8
i. Menentukan kriteria kepala atau
penanggung jawab pelayanan paliatif dan
akhir kehidupan (end of life)

j. Identifikasi pemetaan dan


pengembangan pelayanan paliatif dan
akhir kehidupan (end of life)
k. Memfaslitasi forum diskusi, masukan,
feedback bagi staf medis yang terlibat
l. Menyelenggarakan rapat rutin tim
(Palliative board) satu kali seminggu
untuk membahas pasien-pasien paliatif
tersebut
m. Melakukan koordinasi dengan fsilitas-
fasilitas kesehatan rujukan di luar
Rumah Sakit Universitas Indonesia dan
n. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan dan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang dijalankan unit
kerja
KELIMA :

Keputusan ini berlaku selama dua tahun


terhitung sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Depok
Pada tanggal 27 Mei 2020
Direktur Utama,

dr. Astuti Giantini, Sp.PK., MPH


NIP. 196209031998072002

9
LAMPIRAN
SUSUSAN TIM PELAYANAN PALIATIF DAN AKHIR KEHIDUPAN
(END OF LIFE) DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA

Penasehat : Direktur Utama


Penanggung Jawab : Direktur Medik dan Keperawatan
Ketua :
Case Manager :
Sekretariat :

A. Tim Inti
1. Ketua Tim Paliatif dan Akhir Kehidupan
2. Ketua Komite Medik
3. Ketua Komite Etik dan Hukum
4. Ketua Komite Mutu, Keselamatan Kerja
5. Kepala Bidang Pelayanan Medik
6. Kepala Bidan Keperawatan
7. Kepala Bagian Hukum dan Organisasi
8. Kepala Bagian Pemasaran
9. Kepala ICU
10. Kepala PICU
11. Kepala NICU
12. Kepala HCU
13. Kepala Unit Rawat Inap Terpadu
14. Ketua Pokja Paliatif dan Akhir Kehidupan Departemen dan Unit
Kerja

10
B. Kelompok Kerja
1. Departemen Medik Penyakit dalam
2. Departemen Medik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
3. Departemen Medik Telinga, hidung dan tenggorokan
4. Departemen Medik Radioterapi
5. Departemen Medik Penyakit Saraf
6. Departemen Medik Urologi
7. Departemen Medik Ilmu Kesehatan Anak
8. Departemen Medik Bedah Saraf
9. Departemen Medik Orthopaedi dan Traumatologi
10. Departemen Medik Mata
11. Departemen Medik Gizi Klinik
12. Departemen Medik Rehabilitasi Medik
13. Departemen Medik Anastesi
14. Departemen Medik Ilmu Bedah
15. Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa (Psikiatri)
16. Bidang Keperawatan
17. Instalasi Gizi
18. Instalasi Farmasi
19. Unit Pelayanan Jantung Terpadu
20. Instalasi Gawat Darurat
21. Unit Pelayanan Rawat Inap
22. Unit Pelayanan Terpadu HIV
23. Bidang Pelayanan Medik

11
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………12
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………13
BAB II KETENTUAN DAN TATA LAKSANA…………………………………………………15
BAB III MATERI DAN ISI PEDOMAN…………………………………………………………..23
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI ………………………………………………………35
BAB V LOGISTIK ………………………………………………………………………………………37
BAB VI KESELAMTAN PASIEN ………………………………………………………………….38
BAB VII KESELAMATAN KERJA ……………………………………………………………… 39
BAB VIII PENUTUP………………………………………………………………………………….. 40
LAMPIRAN

12
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
RS Universitas Indonesia (RSUI) adalah rumah sakit yang menerima
rujukan dari seluruh pelosok Indonesia. Mengingat karakteristiknya
sebagai rumah sakit rujukan, pasien yang berobat ke RSUI adalah pasien
dengan penyakit terminal yang berada pada akhir kehidupan. Populasi
pasien tersebut membutuhkan pendekatan yang berbeda dari pasien
lainnya mengingat kondisi mereka yang rentan. Pasien pada akhir
kehidupan membutuhkan kebutuhan khusus pelayanan yang bermatabat
dan penuh empati, sesuai dengan kondisi klinis yang mereka alami. Oleh
sebabnya, petugas kesehatan yang melayani pasien juga membutuhkan
pelatihan dan/edukasi khusus terkait proses penilaian, pengkajian, dan
tatalaksana pelayanan pasien pada akhir kehidupan. Tatalaksana pasien
yang kompleks ini memenuhi tidak hanya pemberian obat sesuai gejala
dan keluhan pasien, tetapi juga mengatasi nyeri yang dialami pasien, dan
memberi dukungan psikologis, emosional, bidaya dan spiritual bagi
pasien dan keluarganya. Dalam rangka memastikan pemberian pelayanan
pasien paliatif dan pasien pada akhir kehidupan yang komprehensif,
pedoman ini dirancang untuk digunakan sebaik-baiknya oleh setiap
tenaga kesehatan dan tenaga administratif yang memberikan pelayanan
di RSUI.

B. TUJUAN PEDOMAN
a.) Tujuan Umum
Untuk menyediakan kebijakan dan standar pelayanan paliatif/end of
life care di RSUI.

13
b.) Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan pelayanan dan kenyamanan bagi pasien dan
keluarga.
b. Untuk menjadi pegangan bagi tim medis dalam pengelolaan pasien
terminal/paliatif.

C. RUANG LINGKUP
a. Rawat jalan
b. Rawat inap
c. Ruang gawat darurat
d. Ruang intensif
e. Ruang jenazah

D. BATASAN OPERASIONAL
Adapun batasan operasional pada pedoman ini adalah:
a. Diterapkan untuk pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
UniversitasIndonesia
b. Dilaksanakan oleh tim pelayanan paliatif yang berhubungan dengan
pelayanan IGD
c. Dilaksanakan selama 24 jam pelayanan hingga terdapat pedoman
baru yang disahkan kemudian

E. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum yang dipakai dalam pembuatan pedoman pelayanan
paliatif dan akhir kehidupan (end of life) Rumah Sakit Universitas
Indonesia:
a. Undang-undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
b. Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
c. Undang-undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
d. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 269 tahun 2008 tentang Rekam
Medis

14
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 290 tahun 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Medis
g. SK Menkes (812/Menkes/SK/VII/2007) tentang Kebijakan Perawatan
Paliatif

BAB II
KETENTUAN UMUM DAN TATA LAKSANAN

A. DEFINISI
a. End of Life
Bagian dari kehidupan seseorang yang hidup dengan, dan mengalami
suatu kondisi yang akhirnya menjadi fatal, walaupun prognosisnya
bersifat ambigu atau tidak diketahui

Perawatan akhir kehidupan (end of life care) adalah perawatan kepada


pasien yang memerlukan bantuan dalam menghadapi penyakit yang
progresif, lanjut dan sulit disembuhkan hingga akhir kehidupan.
Pelayanan pasien pada akhir kehidupan bersifat dukungan suportif dan
paliatif kepada pasien dan keluarganya sehingga pasien meninggal
dengan bermartabat melalui pengelolaan nyeri dan gejala lain,
termasuk psikologis, sosial dan spritual.

Pada tahun 2004, National Institute of Health State-of-the-Science


menyatakan sebagai bagian dari konferensinya bahwa tidak terdapat
definisi yang pasti mengenai akhir kehidupan. Tetapi, beberapa
penelitian mendukung beberapa komponen di bawah ini:
I. Adanya penyakit kronis atau gejala atau gangguan fungsional
yang bertahan, tetapi dapat pula naik turun perjalanannya
II. Gejala atau gangguan yang diakibatkan oleh penyakit yang
mendasarinya yang bersifat ireversibel yang membutuhkan

15
perawatan formal, baik yang bersifat profesional maupun
sukarela dan dapat menyebabkan kematian

b. Lain-lain
i. Mati
- Mati klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan)
ditambah henti sirkulasi (jantung) total dengan semua
aktivitas otak berhenti, tetapi tidak ireversibel
- Mati biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati
klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau
bila upaya resusiatasi dihentikan. Mati biologis merupakan
proses nekrotisasi semua jaringan, dimulai dengan neuron
otal yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa
sirkulasi diikuti oleh jantung, ginjal, paru dan hati yang
menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari.
- Mati otak adalah mati serebral (kerusakan
ireversibel/nekrosis serebrum, terutama neokorteks)
ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya, termasuk
serebelum, otak tengan dan batang otak.

Menurut pernyataan IDI 1988, seseorang dinyatakan mati bila


a) fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara
pasti atau b) telah terbukti terjadi mati batang otak (MBO).
Mati batang otak (MBO). Terdapat 3 langkash untuk
menegakkan diagnosis MBO;
1. Menyakini bahwa telah terdapat prakonsisi tetentu
2. Menyingkirkan penyebab koma dengan henti nafas yang
ireversibel
3. Memastikan arefleksia batang otak dan henti nafas yang
menetap. Bila setiap kasus didekati secara sistematis, tak
akan terjadi kesalahan

Terdapat 2 prakonsisi yang diperlukan:

16
1. Bahwa pasien berada dalam keadaan koma dan henti nafas,
yaitu tidak responsif dan dibantu ventilator
2. Bahwa penyebabnya adalah kerusakn otak struktural yang
tak dapat diperbaiki lagi, yang disebabkan oleh gangguan
yang dapat menuju mati otak.

ii. Sekarat
Seseorang dianggap sekarat apabila mereka sedang melewati
suatu proses yang merupakan akhir dari kehidupan atau
meninggal.

iii. Perawatan end of life


Perawatan end of life (akhir kehidupan) merupakan perawatan
yang disediakan bagi seseorang pada tahap akhir kehidupannya.
Perawatan ini juga dikenal dengan perawatan Hospis, atau
perawatan paliatif yang memberikan kenyamanan, dukungan
dan penanganan gejala. Perawatan end of life menggabungkan
serangkaian luas layanan kesehatan dan masyarakat yang peduli
terhadap mereka yang berada pada fase akhir kehidupannya.

iv. Perawatan paliatif


Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna
meringankan beban penderita, terutama pada penyakit yang
tidak mungkin disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud
ialah antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta
perbaikan dalam bidang psikologis, sosial dan spiritual.
Pola dasar pelayanan paliatif berdasarkan WHO adalah sebagai
berikut:
- meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian
sebagai proses yang normal
- Tidak mempercepat atau menunda kematian

17
- Menjaga keseimbangan psikologis dan spritual
- Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayat
- Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita pada
keluarga

v. Arahan perawatan lanjutan


Kumpulan dokumentasi yang berisi instruksi mengenai
persetujuan atau penolakan akan tindakan medis tertentu dan
preferensi perawatan dalam mengantisipasi hal-hal atau
skenario yang akan terjadi. Kumpulan dokumentasi ini menjadi
efektif dalam situasi di mana si pasien tidak lagi mampu
membuat keputusan. Untuk alasan inilah maka arahan
perawatan lanjutan juga dapat disebut sebagai, meskipun tidak
sering, surat wasiat hidup.

vi. Perencanaan perawatan lanjutan


Suatu proses yang mempersiapkan skenario yang mungkin
terjadi mendekati akhir kehidupan yang biasanya meliputi
penilaian dan diskusi tentang pemahaman pasien dan keluarga
mengenai kondisi medis pasien serta prognosis, nilai-nilai yang
dianut, pilihan dan sumber daya pribadi dan keluarga.
Menghargai pilihan pasien adalah salah satu dari bentuk
program-program yang mendukung arahan perencanaan
perawatan lanjutan. Perencanaan perawatan lanjutan membantu
dan mendukung pasien dalam mengomunikasikan harapan dan
keinginan pasien terkait dengan fase akhir kehidupannya.

vii. Kondisi kompleks dan kronis


Suatu kondisi biologis atau kondisi fisik dimana evolusi alami
dari suatu kondisi dapat secara signifikan berdampak pada
seluruh kualitas hidup seseorang, termasuk ketidakmampuan
yang bersifat ireversibel dalam melakukan suatu fungsi fisik dan
sosial dasar. Kondisi kronis yang serius dan berkelanjutan

18
bersifat multidimensional, interdependen, kompleks dan terus
menerus. Kondisi kompleks dan kronis ditandai oleh
konsekuensi medis yang berulang dan terus-menerus yang dapat
berlangsung dalam jangka waktu tertentu.

viii. Kondisi fatal


Suatu konsisi yang bersifat progresif yang tidak dapat
disembuhkan dan yang dapat cukup diharapkan untuk
menyebabkan kematian pada seseorang dalam jangka waktu
tertentu ke depan. Definisi ini termasuk penyakit-penyakit
kanker dan non-kanker, serta penuaan. Seseorang dikatkan
dalam kondisi fatal apabila kematian mereka dalam waktu dekat
tidak menjadi sesuatu yang mengejutkan. Istirahat kondisi fatal
atau kondisi terminal digunakan secara bergantian.

ix. Masa berkabung


Masa berkabing adalah respon keseluruhan terhadap suatu
kehilangan dan termasuk “pemulihan” atau penyembuhan dari
suatu kehilangan. Walaupun terdapat kesamaan dari masing-
masing individu dalam respon mereka terhadapa kehilangan,
tetap terdapat adanya perbedaan. Setiap orang akan berduka
dan “pulih kembali” dengan caranya masing-masing.

x. Pasien
Pasien adalah penerima utama dari suatu perawatan. Dalam
praktek perawatan paliatif, seorang pasien, bersama dengan
keluarga dan caregivernya merupakan fokus dari perawatan
tersebut.

xi. Keluarga
Keluarga didefinisikan sebagai orang-orang yang paling dekat
dengan pasien dalam segi pengetahuan, perawatan dan kasih
sayang. Keluarga dapat mencakup, keluarga kandung (biologis),

19
keluarga akuisisi (yang terkait dengan pernikahan/kontrak) dan
keluarga yang dipilih oleh pasien serta teman-teman(termasuk
hewan pemeliharaan )

xii. Tim interdisiplin


Tim interdisiplin adalah sebuah tim yang bekerja bersama-sama
untuk membuat dan mengimplementasikan suatu perencanaan
perawatan. Anggota dari tim dapat beragam sesuai dengan
pelayanan yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi harapan dan
kebutuhan pasien, caregiver dan keluarga. Tim interdisiplin
biasanya terdiri dari 1 atau lebih dokter, perawat, pekerja sosial,
penasihat rohani, petugas farmasi, dan pekerja perawatan
pribadi. Disiplin lain dapat menjadi bagian dari tim ini apabila
sumber daya tersebut dibutuhkan dan telah mendapat ijin.

xiii. Tim Multidisiplin


Sebuah tim multidisiplin terdiri dari berbagai campuran disiplin
ilmu dari berbagai bidang kesehatan. Setiap anggota dari tim
memiliki tujuan yang sama, dan mereka berkolaborasi serta
bekerjasama dalam perencanaan serta pelaksanaan perawatan.
Anggota tim multidisiplin terdiri dari dokter umum, dokter
spesialis, perawat, pekerja sosial, terapi okupaso, fisioterapi, ahli
gizi, sukarelawan, petugas farmasi/apoteker.

xiv. Dokter yang merujuk (primary specialist provider/DPJP)


Dalam konteks perawatan end of life, dokter yang merujuk
termasuk semua dokter spesialis yang kontak pertama kali
dengan pasien dan mencakup dokter onkologi, ahli ginjal,
jantung atau pernafasan. Secara umum, tugas mereka secara
substansial tidak berkaitan dengan perawatan paliatif.

xv. Tim Paliatif ( Core Team palliative care provider)

20
Tim paliatif adalah ahli kesehatan, keperawatan maupun ahli
lainnya yang bersifat profesional yang diakui sebagai ahli paliatif
oleh suatu badan akreditasi tertentu atau mereka yang secara
substansial bekerja pada layanan perawatan paliatif apabila
badan akreditasi tersebut tidak tersedia atau memiliki sertifikasi
pelatihan paliatif pada lembaga yang diakui atau seseorang
berminat dan ditugaskan oleh Direksi. Seorang ahli paliatif
memiliki keterampilan, pengetahuan dan keahlian dalam
perawatan pasien dengan kondisi fatal, beserta keluarga dan
caregivernya, termasuk dalam pengelolaan gejala yang
kompleks, serta rasa kehilangan, masa berduka dan masa
berkabung.

B. TUJUAN
1. Pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan kebutuhan
pasien
2. Menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi dan donasi organ
3. Menghargai nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya
4. Mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek
pelayanan
5. Memberi respon pada hal psikologis, emosional, spiritual dan budaya
dari pasien dan keluarganya
6. Melakukan terapi dengan mempertimbangkan benefit dan cost
effectiveness bagi pasien dan keluarga serta rumah sakit.

C. KEBIJAKAN UMUM
1. Rumah sakit menjamin pelaynan yang berkualitas pada pasien dalam
kondisi paliatif/akhir kehidupan (end of life).
2. Identifikasi paliatif atau end of life meliputi pelayanan paliatif atau end of
life secara interdisiplin, mengutamakan kebutuhan pasien dan keluarga,
komunikasi, informasi dan edukasi interaktif berkesinambungan bagi
pasien dan keluarga, serta penyediaan ruang dan fasilitas khusus untuk
pelayanan end of life.

21
3. Kesinambungan perawatan pada pasien paliatif maupun non-paliatif
dengan fase end of life.
4. Perawatan akhir kehidupan dan layanan masa duka (grief and
bereavement)
5. Tatalaksan pasien juga harus mencakup transfer pasien dari satu unit
perawatan ke unit/tempat lain.
6. Ethical manner dan legal aspects

D. KOMPETENSI
Seluruh dokter dan perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain yang
memiliki sertifikasi pelatihan paliatif atau yang diberi tugas oleh Direksi

E. KETENTUAN KHUSUS
Untuk saat ini tidak terdapat ketentuan khusus.

22
BAB III
MATERI DAN ISI PEDOMAN

A. Protokol Tidak Melakukan Resusitasi / Do Not Resuscitate (DNR)


1. Melakukan komunikasi antara tim dokter yang merawat dengan pasien
atau keluarga tentang pilihan DNR
2. Tim dokter (minimal 2 orang) berdiskusi dengan pasien dan keluarga
tentang disagnosis dan perkembangan penyakit
3. Tim dokter memvalidasi informasi yang diberikan kepada
pasien/keluarga
4. Membuat pemahaman/kesepakatan bersama tentang DNR
5. Tim medis berempati dan menghormati segala keputusan
pasien/keluarga
6. Mendokumentasikan komunikasi dalam rekam medisa dan formulir
persetujuan/penolakan tindakan.
7. Instruksi DNR diletakan bagian depan di rekam medis
8. Evaluasi kesiapan keluarga dalam menghadapi kehilangan
* Berdasarkan Liverpool Care Pathway, Edmonton Symptoms Scale

B. Penentuan Sendiri oleh Pasien ( Patient Self-Determination/Advance


Directive)

23
1. Melakukan komunikasi anatara tim dokter yang merawat dengan
pasien atau keluarga tentang :
- Status kesehatan
- Penyakit yang diderita, perkembangan ke depan termasuk
prognosis
- Pilihan pengobatan
- Harapan pasien/keluarga
- Memberi hak kepada pasien terhadap pilihan pengobatan
2. Tim dokter bediskusi dengan pasien dan keluarga tentang diagnosis
dan perkembangan penyakit
3. Tim dokter memvalidasi informasi yang diberikan kepada
pasien/keluarga
4. Membuat pemahaman/kesepakatan bersama tentang DNR, wasiat,
pemberian organ tubuh/donor
5. Tim medis berempati dan menghormati segala keputusan
pasien/keluarga
6. Mendokumentasikan komunikasi dalam rekam medis dan formulir
persetujuan/penolakan
7. Evaluasi kesiapam keluarga dalam menghadapai kehilangan
8. Mendampingi pada saat kematian dan masa duka
9. Identifikasi komplikasi masa duka
* Berdasarkan Liverpool Care Pathway, Edmonton Symptoms Scale

C. Pelayanan Paliatif / End of Life


1. Pertemuan antara pasien dan keluarga serta tim dokter-perawat,
tentang perawatan lanjut dimana terapi penyakit dasarnya sudah tidak
dapat disembuhkan atau dilanjutkan terapinya, serta mengoptimalkan
perawatan sesuai kesepakatan bersama.
2. Pasien dikelola dengan rasa hormat berdasarkan tata nilai, agama dan
filosofinya
3. Berkonsultasi dengan tim paliatif untuk mengontrol gejala, penetuan
prognosis, dukungan pasien dan keluarga serta pilihan pelayanan
(hospis)

24
4. Dukungan rohaniawan ditawarkan kepada pasien dan keluarga
5. Dukungan masa berduka ditawarkan kepada keluarga

D. Catatan Medis Khusus Pelayanan Paliatif dan Akhir Kehidupan


1. Jika ada pasien baru yang disarankan akan dirawat inap oleh dokter,
petugas pendaftaran memberikan penjelasan tentang pelayanan akhir
kehidupan kepada keluarga pasien secara interaktif
2. Jika ada pasien baru fase akhir kehidupan yang dirawat, perawat
mencatat data pasien di Buku Register Pasien rawat Inap
3. Dokter yang merawat menjelaskan kepada pasien alasan melakukan
kunjungan
4. Dengan penuh empati dokter yang merawat akan melakukan
pemeriksaan secara keseluruhan guna menentukan rencana terapi
kepada pasien sesaui dengan kompetensi.
5. Dokter yang merawat yang memiliki kompetensi mengidentifikasi fase
akhir kehidupan dari segi medis:
a) Penurunan kesadaran, respons berkurang, kelemahan tubuh
menigkat
b) Disorientasi waktu, tempat dan orang dikenal
c) Penurunan/kehilangan napsu makan dan berkurangnya asupan
makanan dan cairan
d) Kesulitan untuk menelan
e) Menarik diri dari kehidupan sosial
f) Inkontinensia urin dan feces
g) Warna urin menjadi gelap dan jumlah urin berkurang
h) Mengeluarkan suara ‘gurgling’ pada saat bernapas
i) Rasa nyeri meingkat/tidak dapat dikontrol dengan terapi
j) Gerakan tidak terkontrol (involuntary)
*Gunakan Formulir Catatan Medis Khusus Perawatan Akhir
Kehidupan
6. Dokter memberitahukan keadaan pasien pada pasien dan keluarga
dalam sebuah diskusi interaktif (mengikutsertakan pasien dan keluarga
dalam setiap aspek pelayanan).

25
7. Dokter melakukan identifikasi kebutuhan dan harapan pasien serta
keluarga dari perawataan yang dilakukan (dokter mengatasi gejala
sesuai dengan harapan pasien dan keluarganya)
8. Identifikasi dan memberikan respon terhadap masalah-masalah dari
aspek paikologis, emosional spiritual dan budaya yang menjadi
perhatian pasien dan keluarga.
9. Menghormati nilai, agama dan budaya yang diyakini oleh pasien dan
keluarganya.
10. Dokter yang merawat akan menunjuk Tim Interdisiplin yang terkait
sesuai dengan kondisi pasien.
11. Tim Interdisiplin melakukan diskusi dan memberikan informasi yang
diperlukan secara berkesinambungan dan interaktif dengan pasien
dan/atau keluarga mengenai efketifitas dari intervensi pengobatan
yang akan diberikan.
12. Menggunakan catatan medis khusus perawatan akhir kehidupan
*Gunakan Formulir Catatan Medis Khusus Perawatan Akhir Kehidupan
13. Tim interdispilin mendokumentasikan setiap pemeriksaan yang
dilakukan serta setiap keputusan yang diambil
14. Dokter yang merawat atau perawat yang melakukan visite harus
membuat grafik gejala/keluhan pasien
**Gunakan Formulir Catatan Medis Khusus Perawatan Akhir Kehidupan
15. Persetujuan dari pasien serta keluarga mengenai target terapi
16. Asesmen berulang terhadap kondisi pasien
17. Monitor keadaan pasien sesuai dengan kesepakatan tim interdisipliner
18. Menunjuk psikiater, ahli gizi dan tenaga medis yang sesuai dengan unit
terkait
19. Menunjuk pekerja sosial, rohaniawan yang sudah bekerjasama dengan
rumah sakit
20. Secara hati-hati menyampaikan isu terkait autopsi dan donasi organ
21. Melayani dan mendampingi saat menjelang kematian sampai dengan
masa duka

26
E. Identifikasi dan tatalaksana komplikasi masa duka (complications of
grief)
Asesmen awal
1. Asesmen awal dilakukan oleh tenaga medik yang memiliki kompetensi
atau surat tugas dari Direktur RSUI
2. Kemampuan berbahasa penderita dan keluarga
3. Tanda awal (warning sign) komplikasi masa duka diidentifikasi oleh
dokter yang merawat:
a. Gangguan fungsional jangka panjang
b. Reaksi kesedihan yang memanjang dan intense
c. Tidak peduli dengan diri sendiri
d. Ketergantungan obat-obatan atau minuman keras
e. Tidak fokus dalam berkomunikasi dan beraktifitas
f. Mengambil keputusan tanpa berpikir panjang
g. Gangguan mental karena rasa kehilangan

Asesmen lanjutan dan intervensi


1. Asesmen lanjutan dilakukan oleh Dokter Spesialis Psikiatri dengan
kekhususan perawatan paliatif atau psikolog.
2. Asesmen (DSM-IV Disoeders) diidentifikasi oleh psikiater yang
kompeten atau Dokter Psikosomatik dan termasuk dalam Tim
interdisiplin pelayanan paliatif :
a. Kesedihan dipicu oleh rasa kehilangan
b. Emosi utama yang terlibat adalah kesedihan
c. Jarang mengalami mimpi buruk
d. Kenangan yang menyakitkan/menyedihkan menetap dan tidak
disadari
e. Selalu bernostalgia dan membayangkan keberadaan orang terdekat
yang sudah meninggal
f. Kenangan yang menetap mengenai orang terdekat yang sudah
meninggal: selalu mencari, memimpikan dan bernostalgia tentang
orang tersebut.
g. Merasa bersalah mengenai kematian orang terdekatnya

27
h. Selalu berpikir tentang kematian
i. Terganggu oleh bayangan kematian orang terdekat
j. Menghindari situasi atau orang yang mengingatkan tentang
kematian orang terdekat.

F. Penyediaan ruang dan fasilitas khusus yang berkualitas untuk


pelayanan end of life
1. Protokoler mengenai ruang rawat khusus hanya satu orang atau paling
banyak dua.
2. Menyediakan ruang rawat inap yang lokasinya berdekatan dengan ruang
kerja perawat (nurse station) untuk memudahkan observasi
3. Menyediakan ruang rawat inap khusus yang dapat menjamin keleluasan
(privacy) pasien dan dapat didampingi keluarga
4. Tata tertib berlaku sama dengan pasien rawat inap yang lain kecuali atas
permintaan pasien dan keluarga seperti jam besuk dan jumlah
pengunjung
5. Menyediakan peralatan dalam ruang rawat inap khusus yang
mendukung perawatan pasien dalam fase akhir kehidupan
6. Menyiapkan dokter yang mempunyai kompetensi dalam perawatan
akhir kehidupan
7. Menunjuk perawat yang memiliki kompetensi dalam asuhan
keperawatan pada fase akhir kehidupan
8. Menunjuk psikiater, ahli gizi dan tenaga medis yang sesuai dengan unit
terkait
9. Menunjuk pekerja sosial, rohaniawan yang sudah bekerjasama dengan
rumah sakit.
10. Barang elektronik yang dibawa harus seijin Ners kepala
11. Perlengkapan rutin pembalut luka
12. Perlengkapan terapi intravenous
13. Perlengkapan kateter urin
14. Perlengkapan perawatan inkontinensia
15. Mendapat fasilitas parkir mobil

28
G. Komunikasi, informasi dan edukasi interaktif berkesinambungan
bagi pasien dan keluarga
1. menggunakan bahasa yang bisa dipahami dan biasa digunakan pasien
2. menjelaskan mengenai pelayanan akhir kehidupan dengan bahasa yang
mudah dimerngerti pasien serta keluarga
3. Identifikasi pandangan dan pengetahuan dari pasien dan kelaurga
terhadap kondisi pasien
4. Identifikasi kebutuhan dan harapan dari pasien serta keluarga
mengenai pelayanan akhir kehidupan
5. Rencana perawatan fase akhir kehidupan dijelaskan dan disiskusikam
oleh dokter pasien dan keluarga
6. Memberi informasi dan edukasi setiap keuntungan dan kerugian dari
setiap asesmen dan terapi yang dilakukan
7. Identifikasi faktor yang mempengaruhi setiap pengambilan keputusan
oleh pasien serta keluarga
8. Memberi informasi kepada pasien untuk mengambil keputusan sendiri
atau kepada wakilnya yang memiliki hak untuk mengambil keputusan
jika pasien tidak mampu membuat keputusan
9. Mendokumentasikan setiap keputusan individual pasien serta keluarga
10. Mendokumentasikan diskusi interaktif kepada pasien dan keluarga
serta keputusan yang diambil sesuai dengan kompetensi Tim
Interdisiplin.
11. Memberi informasi serta edukasi kepada pasien dan keluarga atas
setiap tindakan perawatan yang dilakukan.
12. Melakukan kunjungan rutin berkala dan meminta kelurga pasien
mendampingi pada saat kunjungan

H. Pelayanan paliatif dan akhir kehidupan berkorrdinasi dengan


layanan pasca kematian
1. Layanan Paska Kematian disusun mulai dari sejak pasien dinyatakan
meninggal secara klinis ileh dokter
2. Identifikasi harapan dan kebutuhan pasien serta keluarga pada
pelayanan akhir kehidupan

29
3. Identifikasi prinsip, kepercayaan, budaya pasien serta keluarga
4. Pasien dan keluarga yang membutuhkan dukungan emosi dan spiritual
akan dikoordinasi oleh perawat dengan pekerja sosial dan rohaniawan
5. Evaluasi kesiapan keluarga dalam menghadapi kehilangan
6. Protokoler mengenai pelayanan paska kematian hanya satu orang atau
paling banyak dua
7. Mendampingi pada saat kematian dan masa duka

I. Identifikasi dan tatalaksana masa duka (grief and bereavement)


Asesmen awal
1. Asesmen awal dilakukan oleh dokter spesialis psikiatri
2. Kemampuan berbahasa keluarga
3. Pandangan keluarga terhadap hasil pemeriksaan dan prognosis
pengobatan

Asesmen lanjutan
1. Asesmen lanjutan dilakukan oleh dokter spesialis psikiatri
2. Asesmen kesiapan keluarga untuk menerima berita
3. Kebutuhan spiritual pasien dan keluarga dan hal yang terkait dengan
keagamaan serta kepercayaan
4. Perhatikan latar belakang budaya dan agama pasien dan keluarga
5. Gaya hidup, situasi rumah dan ikatan keluarga (inti)
6. Ikatan dengan kelaurga nesar/organisasi yang penting
7. Kedudukan, fungsi dan situasi pekerjaan dan fungsi sosial

Intervensi
Intervensi disesuaikan dengan fase-fase reaksi terhadap berita buruk yaitu:
Fase shock & denial , fase marah/anger, fase tawar-menawar/bargaining,
fase depresi dan fase pasrah/acceptance. Intervensi setiap fase akan
disesuaikan berdasarkan dengan hasil diskusi dari masing-masing
interdisiplin yang terkait. Perhatikan kebutuhan akhir hayat, yaitu:
- kebutuhan fisik (termasuk memberikan kenyamanan bagi pasien)

30
- Kebutuhan psikologis (rasa aman, mengerti kondisi penyakitnya,
rasa bermartabat dan tetap dihargai)
- Kebutuhan sosial (diterima apa adanya, bebas dari tanggung
jawab)
- Kebiutuhan spritual (dicintai, diampuni, harga diri, hidup yang
berarti)
- Kebutuhan keluarga : mengatasi stres dan anticipatory grief, serta
tetap sejahtera sepeninggal penderita )

J. Pelayananan paliatif dan akhir kehidupan menyediakan layanan


kebutuhan pasien dan keluarga di luar aspek medis
1. Identifikasi pengetahuan dan pandangan pasien dan keluarga terhadap
kondisi pasien
2. Identifikasi harapan dan kebutuhan pasien serta keluarga pada
pelayanan akhir kehidupan
3. Identifikasi tingkat sosial dan ekonomi pasien terhadap perawatan yang
akan diberikan
4. Identifikasi prinsip dan kepercayaan pasien serta keluarga
5. Identifikasi gejala yang menyertai pasien
6. Identifikasi pengobatan yang sesuai yang diterima pada saat ini
7. Identifikasi intervensi pengobatan yang tidak sesuai
8. Memberi informasi yang jelas dan mudah dimengerti mengenai
diagnosis, prognosis dan pilihan terapi
9. Mengadakan diskusi secara interaktif mengenai perawatan yang akan
diberikan kepada pasien
10. Menghormati hak pasien dan keluarga untuk menolak intervensi yang
disarankan
11. Persetujuan atas rencana target terapi yang akan dilakukan
12. Evaluasi kesiapan keluarga dalam menghadapi kehilangan
13. Pasien dan keluarga yang membutuhkan dukungan emosi dan spiritual
akan dikordinasi oleh perawat dengan pekerja sosial dan rohaniawan.
14. Mendampingi pada saat kematian dan masa duka
15. Identifikasi dan tatalaksana komplikasi masa duka

31
16. Pelayanan fase kematian melibatkan tim forensik/kamar jenazah
*Gunakan Formulir Catatan Medis Khusus Perawatan Akhir Kehidupan

K. Pelayanan end of life mengutamakan kebuutuhan pasien dan


keluarga
1. Identifikasi pengetahuan dan pandangan pasien dan keluarga terhadap
kondisi pasien
2. Identifikasi harapan dan kebutuhan pasien serta keluarga pada
pelayanan akhir kehidupan
3. Identifikasi prinsip dan kepercayaan pasien serta keluarga
4. Identifikasi gejala yang menyertai pasien
5. Identifikasi pengobatan yang sesuai yang diterima pada saat ini
6. Identifikasi pengobatan yang tidak sesuai
7. Mengadakan diskusi secara interaktif mengenai perawatan yang akan
diberikan kepada pasien
8. Menghormati hak pasien dan keluarga untuk menolak intervensi yang
disarankan
9. Persetujuan atas rencana target terapi yang akan dilakukan
10. Mendiskusikan secara interaktif mengenai terapi yang diberikan
dengan aspek sosial dan ekonomi pasien serta keluarga
11. Evaluasi kesiapan keluarga dalam menghadapai kehilangan
12. Mendampingi pada saat kematian dan masa duka
13. Identifikasi komplikasi masa duka
*Berdasarkan Liverpool Care Pathway, Edmonton Symptoms Scale

L. Kriteria Rujukan
Tabel 1.
Kriteria – Silakan membuat skor bila anda akan menentukan pasien dalam kriteria
paliatif
1. Penyakit Dasar SKORING
a. Kanker d. Penyakit Ginjal Kronis Skor 2, tiap poin
(Metastasis/Rekuren) e. Penyakit Jantung Berat –i.e. ________________
b. PPOK Lanjut CHF, Severe CAD, CM
c. Stroke(denganpenurunan (LVEF < 25%)
fungsional > 50% f. HIV/AIDS
2. Penyakit Ko Morbiditas
a. Penyakit hati kroni d. Gagal jantung Skor 1, tiap
b. Penyakit Ginjal Moderate Kongestif poin

32
c. PPOK Moderat e. ________________
Kondisi/Komplikas
i lain
3. Status Fungsional Pasien Skor spesifik
Menggunakan Status Performa ECOG (Easton Cooperative dibawah ini
Oncology Group) ______________

ECOG Derajat Skala

0 Aktif oenuh, dapat melakukan Skor 0


kegiatan tanpa hambatan seperti
sebelum sakit
1 Terdapat hambatan adalam aktifitas Skor 0
berat tetapi dapat melakukan
pekerjaan ringan seperti pekerjaan
rumah dan kantor yang ringa, rawat
jalan
2 Rawat Jalan, dapat mengurus diri Skor 1
sendiri, tetapi tidak dapat melakukan
semua aktivitas, lebig dari 50%
bangun
3 Dapat mengurus diri sendiri Skor 2
secara terbatas; lebih banyak
waktunya di tempat tidur atau
dikursi roda
4 Tidak dapat mengurus diri Skor 3
sendiri, sebagian besar waktu di
temapat tidur, kondisi
berat/cacat
4. Kriteria Lain yang perlu dipertimbangkan Skor 1 untuk
setiap kondisi
Pasien:

a. Tidak akan menjalani pengobatan kuratif


b. Kondisi penyakit berat dan memilih untuk tidak
melanjutkan terapi
c. Nyeri tidak teratasi lebih dari 24 jam
d. Memiliki keluhan yang tidak terkontrol (contoh : mual
dan muntah)
e. Memiliki kondisi psikososial dan spritual yang perlu
perhatian
f. Sering berkunjung ke UGD/dirawat di RS ( lebih dari 1
kali/ bulan untuk diagnosis yang sama
g. Lebih dari satu kali untuk diagnosis yang sama selama
30 hari
h. Memiliki lama perawatan tanpa kemajuan yang
bermakna
i. Lama rawat yang panjang di ICU tanpa kemajuan
j. Meiliki Prognosis yang jelek

TOTAL SKOR

PETUNJUK SKORING : TOTAL SKOR 0-2 = Tidak perlu intervensi Paliatif,


TOTAL SKOR 3=Obeservasi , TOTAL SKOR ≥ 4 Perlu kondultasi Paliatif

M. Tata Kerja Tim Paliatif

33
1. Pasien dapat dikelola oleh tim paliatif melalui (a) Pasien diskrining
berdasarkan kriteria paliatif/ end of life, DPJP mengkonsultasikan
kepada tim paliatif dengan membuat surat permintaan konsultasi, atau
(b) Kordinator pelayanan medis mengusulkan kepada DPJP utama /tim
medis untuk dikonsultasikan ke tim paliatif, atau pasien langsung
dikirim ke unit paliatif untuk dikelola oleh tim paliatif sebagai DPJP
utama
2. Setelah mendapat informasi konsultasi (lewat telpon/verbal) atau surat
konsultasi, maka tim paliatif akan melakukan penilaian dan tatalaksana
3. Tim paliatof akan melakukan tatalaksana sesuai kompetensi masing-
masing
4. Tim paliatif akan melakukan pembicaraan dengan DPJP dan keluarga
untuk penatalaksanaan

N. Kriteria Masuk Ruang Rawat Paliatif (Hospice in hospital)


1. paien dengan penyakit progresif (Kanker dan Non Kanker) dengan
harapan hidup < 6 bulan
2. Palliative performance scale ≤ 30%
3. Skor Penapisan Pasien Paliative ≥ 4
4. Pasien direncanakan akan menjalani tatalaksana palliative
5. Pasien sudah dalam status DNR
6. Pasien tanpa ventilator
7. Tidak akan menjalani kemoterapi, radiasi dan tindakan invasif lain
8. Kondisi gawat darurat sudah teratasi
9. Pasien dan/atau keluarga bersedia dirawat di ruang paliatif
O. Dewan (Board Paliatif )
Adalah sekelompok tenaga medis yang ditetapkan direksi yang bertugas
mengawasi pelayanan tim paliatif dan akhir kehidupan.
Mengikuti rapat dan pembicaraan kasus paliatif setiap minguunya dan
memberikan rekomendasi terhadap tim medis yang melakukan pelayanan
medis pasien paliatif.

P. Pelayanan Kunjungan Rumah (Home Care)

34
Pelayanan kunjungan rumah dilakukan oleh tim home care RS sesuai
kebutuhan pasien. Pelayanan home care juga dapat bekerjasama dengan
lembaga non profit/sosial (seperti Yayasan Kanker Indonesia dan Raschel
House yang disetujui oleh Direksi)

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring dan Evaluasi


1. Dilakukan oleh dokter atau perawat (tim paliatif)
2. Pengumpulang data oleh tim dengan menggunakan data pasien
3. Monitoring dilakukan setiap hari dan evaluasi setiap 3 bulan
4. Untuk melihat kualitas pelayanan melalui kuisoner seperti dibawah ini :

Yang terhormat Bapak/Ibu/Saudara/i

Dalam rangka meningkatkan RSUI pelayanan kepada pasien/keluarga, maka


sudilah kiranya Bapak/Ibu/Saudara/I untuk dapat meluangakan waktu sejenak
untuk memberikan masukan kepada kmani tentang pelayanan medis saat
pasien/keluarga yang kita sayangi mengalami kondisi kritis/ pemyakit berat
(end of life)
dengan mengisi kuisoner di bawah ini.

Masukan Bpk/Ibu/Sdr/I, sangat kami hargai untuk menjadi bahan dalam


meningkatkan pelayanan pasien di masa yang akan datang

35
Terima kasih.

Tim Layanan Paliatif RSUI

36
B. Pelaporan
1. Pelaporan kasus dilakukan melalui nurse officer, kemudian dilaporkan
ke Bidang pelayanan medik setiap tanggal 10

2. Sekertaris Tim paliatif membuat laporan tertulis:


a. Rekapitulasi pasien paliatif/EOL setiap bulan
b. Rekapitulasi kegiatan pelayanan/pelatihan pasien paliatif/EOL
c. Rekapitulasi monitoring layanan

BAB V
LOGISTIK

1. Peralatan Medis
Ketentuan peralatan medis yang terdapat di RSUI ialah sebagai berikut:
a. Jenis peralatan medis minimal yang harus ada di RSUI sesuai dengan
standar yang berlaku. Berdasarkan ketetapan Kementrian Kesehatan
RI.
b. Semua peralatan medis yang tersedia di RSUI adalah milik RSUI dan
hanya dipergunakan bagi pasien RSUI
c. Akses yang cepat dan mudah terhadap peralatan medis yang ada di
RSUI bagi pelayanan pasien pada tiap unit pelayanan
d. Semua pencatatan peralatan medis yang ada di RSUI dilakukan oleh
penanggung jawab logistik dan laat medis yang ditunjuk RSUI,
dibawah pengawasan Direktur Umum
e. Pemeliharaan dan kalibrasi alat medisberkoordinasi dengan unit
sarana dan prasarana RSUI dengan persetujuan Direktur Umum
f. Permintaan dan pengadaan alat medis RSUI dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di RSUI

37
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keamanan dan keselamatan di RSUI meliputi :


a. Rumah Sakit Universitas Indonesia merupakan rumah sakit yang
menerima banyak pasien dan keluarganya, dengan berbagai macam
tingkat stress dan tingkah laku
b. Rumah Sakit Universitas Indonesia bertanggung jawab terhadap
keamanan dan keselamatan pasien, staf, keluarga dan pengunjung,
merujuk pada tujuan International Patient Safety Goal (IPSG)
c. Keamanan pasien, staf, pengunjung diatur dalam SPO Penanggulangan
tindakan kekerasan yang terjadi di Rumah Sakit Universitas Indonesia
d. Keselamatan pasien, staf dan pengunjung diatur dalam SPO Program
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Universitas Indonesia
e. Petugas keamanan yang bertugas di Rumah Sakit Universitas Indonesia
merupakan pegawai Rumah Sakit Universitas Indonesia
f. Rumah Sakit Universitas Indonesia mengatur alur pasien masuk beserta
keluarganya yang dapat menjamin keselamatan dan keamanan pasien,
staf dan keluarga

38
g. Jika ada kejadian yang berpotensi membahayakan pasien, staf dan
pengunjung RSUI, petugas keamanan RSUI segera melakukan tindakan
pengamanan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja di Rumah Sakit Universitas Indonesia mengacu kepada


kebijakan direktur utama Rumah Sakit Universitas Indonesia Nomor:
01/KEB/DIR/RSUI/2018 tentang kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
Rumah Sakit Universitas Indonesia

39
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman pelayanan paliatif dan akhir hayat (end of life) di rumah sakit ini
dijadikan sebagai acuan bagi tim/unit serta semua petugas terkait dalam upaya
memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi pasien dengan tujuan akhir
kepuasan pasien, keluarga dan tim medis.

Dengan dilaksanakannya pelayanan paliatif atau akhir hayat (end of life) di


Rumah Sakit Universitas Indonesia secara baik, maka diharapkan akan
terwujudnya peningkatan pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.

40
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Identifikasi Gejala

41
Lampiran 2. Alur Pelayanan Pasien Paliatif/EOL

42
43
44
Lampiran 3. Alur Pelaporan

45
Lampiran 4.

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Sunatrio. Penentuan Mati dan Eutanasia Pasif di Indonesia. Maj. Kedok.,


Vol:44, No:7, Juli 1994
2. Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia tentang Mati. SK PB IDI No. 336/PB
IDI/a.4, 15 Maret 1988
3. Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia tentang Mati. SK PB IDI
No.231/PB.A.4/07/90
4. Gea PS. Kematian Batang Otak. CDK 2010
5. Palliative Care Australia. Palliative and End of Life: Glossary of Terms. 1st
ed. 2008
6. Dryer KA. What are End of Life and End of Life Care?. Health’s Disease and
Condition 2006

47

Anda mungkin juga menyukai