Anda di halaman 1dari 1

Memahami konsep emosi dan logika

Apakah anda pernah merasa jatuh cinta? Sehngga segala kekurangan ataupun pendapat
orang lain tentang keburukan ornag tersebut kita hilangkan. Yaa saya juga mersakan hal itu sejurnya
😊 bagaimanapun kita akan terus mencari pembenaran mengenai orang yang kita cintai tersebut,
entah karena dia cantik, pintar, dan sebagainya. Atau bahkan anda pernah bayangan melintas?
sehingga anda berfikir bahwa bayangan tersebut merupakan mahluk halus? Atau dedemit?

Beberapa kasus diatas menunjukan bahwa manusia sejatinya adalah mahluk yang lebih
mengedepankan emosi bukan logika. Mengapa demikian? jikalah seseorang menyukai ataupun
mempercayai sutu hal, pikiran dan akal sehat manusia secara otomatis akan langsung mencari
pembenaran dari emosi yang dia rasakan.

Begitupula pula jika seseorang tidak meyukai sesuatu atau seseorang, akal pikiran manusia akan
secara otomatis akan mencari alasan rasional agar ketidaksukaannya mejadi terdengar logis.

Menurut artikel yang saya baca, struktur pikiran manusia terbagi atas dua bagian, yakni
subconciusness (alam bawah sadar) dan conciusness (alam sadar) dimana alam bawah sadar
manusia mengendalikan 95% struktur pikiran manusia sedangkan alam sadar hanya 5%.

Ibaratkan, manusia adalah alam sadar dan gajah adalah alam bawah sadar. Seakan-akan,
manusia memegang kendali penuh atas gajah, padahal gajahlah yang membawa manusia tersebut
kemana-mana. Padahal jika si gajah tiba-tiba mengamuk atau lapar bahkan ingin kawin hehe si
manusia tersebut tidak akan mampu berbuat apa-apa selain menuruti apapun yang akan dilakukan
gajah.

Kesimpulannya adalah, jika anda ingin membuat manusia terkedan dangan diri anda,
cobalah untuk menyentuh perasaannya bukan logikanya. Karna sering kali logika manusia adalah
bentuk dari bias konfirmasi dari perasaannya.

Semoga bermanfaat 😉

Anda mungkin juga menyukai