Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH METABOLISME ZAT GIZI MIKRO

Vitamin B9 (Asam Folat)

Dosen pengampu:

Hiya Alfi Rahmah, S. Gz., M.PH

Disusun Oleh :

Destriani Rahmadini
I1D018002

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

PURWOKERTO

2020
VITAMIN B9 (ASAM FOLAT)

 DEFINISI
Asam folat ( Bahasa inggris = folic acid, folate, folacin, vitamin B9,
vitamin Bc, pteroyl- L-glutamic acid, pteroyl- L- glutamate,
pteroylmonoglutamic acid) adalah vitamin yang larut air dan merupakan salah
satu bagian dari vitamin B kompleks yang diperlukan untuk replikasi dan
perkembangan sel, metabolisme asam amino, dan sintesis nukleat.
Asam folat merupakan senyawa induk dari sekumpulan senyawa yang
secara umum disebut folat. Senyawa ini mempunyai berat molekul (BM) 441.
Molekul folat terdiri dari tiga gugus yaitu pteridin, suatu cincin yang
mengandung atom nitrogen, cincin psoriasis amino benzoic acid (PABA) dan
asam glutamate. Tubuh manusia tidak dapat mensintesis struktur folat,
sehingga membutuhkan asupan dari makanan (Burgess,dkk,2009)
 SUMBER
Folat tersebar luas pada berbagai tumbuh-tumbuhan dan jaringan hewan,
terutama sebagai poliglutamat dalam bentuk metil atau formil tereduksi. Sumber
yang paling kaya akan asam folat adalah ragi,hati,ginjal, sayur-sauran berwarna
hijau, kembang kol, brokoli,sawi, asparagus, lobak,bit, kacang kedelai,gandum,
kacang merah,salmon, dalam jumlah yang cukup terdapat dalam makanan yang
terbuat dari susu, daging dan ikan, serta sedikit dalam buah-buahan (Tangkilisan,
2002)
Vitamin C dalam jeruk dapat menghambat kerusakan folat ( Almatsier, 2011).
Pemanasan dapat merusak 50-90% folat yang terdapat dalam makanan. Asupan
sebanyak 3,1 mg/kgbb/ hari dapat memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan
di Indonesia. Untuk wanita hamil dan wanita menyusui dianjurkan 0,4 mg/hari atau
400 mg/ hari. Apabila kebutuhan asam folat tercukupi, tubuh menyimpan sekitar 5-10
mg folat, dan hampir setengahnya disimpan di hati. Cadangan ini cukup untuk 3-6
bulan tanpa asupan folat dari makanan (Tangkilisan, 2002)
Nilai asam folat dalam berbagai bahan makanan (mcg/100gram)
BahanMakana mcg BahanMakanan mcg
n
Hati ayam 1128 Asparagus 109
Hati sapi 250 Bayam 134
Ginjal sapi 45,3 Rumputlautkering 4700
Ikan kembung 36,5 Daun kacang 109,8
Ganggang laut 61 Daun selada 88,8
Kepiting 56 Kucai 57,8
Ubi Jalar 52 Kacang kedelai 210
Gandum 49 Kacang hijau 121
Bungkil kc. 124 Kacang merah 180
tanah
Jeruk mandarin 5,1 Pindakas 125
Sumber: Food Composition Table for Use in East Asia, FAO, 1972

Sebanyak 75% folat didalam makanan terdapat dalam bentuk


poliglutamat dan sisanya sebagai monoglutamat. Karena folat mudah rusak
pada pemanasan, dianjurkan tiap hari makan buah dan sayur metah, atau
sayur yang dimasak tidak terlalu matang. Ketersediaan biologic folat berasal
dari bahan makanan yang dibatasi oleh kehadiran inhibitor berupa enzim folat
hydrolase dan faktor-faktor lain. Diperkirakan bahwa hanya 50% folat berasal
dari makanan yang dapat diabsorpsi. Folat juga ternyata disintesis dalam
jumlah yang cukup banyak oleh bakteri usus ( Almatsier, 2011).
 FUNGSI
Vitamin B9 terutama penting pada periode pembelahan dan
pertumbuhan sel. Vitamin B9 juga berperan dalam metabolisme asam amino
yang diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Anak-anak dan orang
dewasa memerlukan asam folat untuk memproduksi sel darah merah dan
mencegah anemia ( Nurdin et al, 2017).
Folat dan asam folat juga sangat penting bagi wanita hamil, karena
dapat menimbulkan kecacatan tabung saraf ( Neural Tube Defects) NDT’s
pada bayi, yaitu spina bifida dan kelainan anencephaly. Hasil survey March of
Dimes National, 1995- 2001 membuktikan asam folat mencegah neural tube
defect (NTD) hingga 70 persen, sedangkan pada ibu yang kekurangan asam
folat kejadian NTD akan meningkat hingga 200 persen ( Antini, 2012).
Penelitian Li WenXing ( 2016), mengungkapkan fungsi asam folat
dapat meningkatkan enzim alanine aminotransferase (ALT), aspartate
transaminase (AST), dan glutamyl transpeptidase (GGT) yang penting untuk
metabolisme di hati.
 METABOLISME
Sebagian besar asam folat dari makanan masuk dalam bentuk
poliglutamat. Poliglutamat yang dimaksud adalah jumlah variable yang bisa
diganti dengan berbagai fragmen satu-karbon atau sebagai derivative
dihidrofolat. Vitamin B9 dalam makanan secara kimiawi stabil dan mudah
mengalami pembelahan menjadi asam p-aminobenzoat dan pteridin. Vitamin
B9 akan mengalami kehilangan antara 50% sampai 75% dalam proses
pengolahan dan penyimpanan bahan pangan.
ABSORPSI
Absorpsi terjadi di sepanjang usus halus, terutama di duodenum dan
jejunum proksimal dan 50-80% diantaranya dibawa ke hati dan sumsum
tulang. Dalam lumen usus, konjugat folat dihidrolisis oleh suatu enzim
Glutamat karboksipeptidase yakni pteroilpoliglutamat hydrolase. Enzim
pteroilpoliglutamat hydrolase tergantung zat seng yang berasal dari cairan
pancreas, empedu, selaput perbatasan mukosa, dan lisosom dari enterosit
dan sel-sel lain. Pada manusia konjugase dari selaput perbatasan mukosa
dan enterosit merupakan suatu yang lebih penting. Konjugase yang umum
adalah poli- ɣ hydrolase-glutamil. Bertindak secara acak baik exopeptidase
melepaskan rangkaian gugus ɣ- glutamil dan sebagai endopeptidase
memutuskan peptide oligo- ɣ - glutamil. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin
ada lebih dari satu enzim yang berperan pada proses ini.
Pada semua jaringan tubuh manusia juga ditemukan suatu proses
yang mirip dengan konjugase endopeptidase dan konjugase exopeptidase,
namun hingga kini sejauh mana konjugase dalam makanan dapat
menyebabkan hidrolisis poliglutamat vitamin B9 belum diketahui. Beberapa
makanan mengandung inhibitor konjugase yang akan mengurangi kandungan
folat terkonjugasi. Karena konjugase adalah seng yang bertindak sebagai
suatu enzim yang berbentuk logam (metallo-enzim), maka kekurangan logam
seng (Zn) dalam tubuh dapat mengganggu penyerapan folat terkonjugasi dari
makanan. Kekurangan logam seng tidak mempengaruhi proses penyerapan
vitamin B9 monoglutamat.
TRANSPORTASI
Vitamin B9 bebas yang dibentuk dari proses konjugase diserap dengan
mekanisme media pembawa di jejunum. Namun, folat yang ada terutama
dalam usus terikat dengan protein. Kompleks protein-folat diserap utuh,
terutama di ileum, oleh sebuah mekanisme yang berbeda dari system
transportasi jejunum. Kompleks vitamin B9 yang terikat dengan protein dalam
system transportasi jejunum akan diubah menjadi vitamin B9 bebas.
Sebagian besar vitamin B9 dalam makanan akan mengalami
penurunan dan metilasi dalam mukosa usus dan saat memasuki aliran darah
portal sebagian besar diubah menjadi 5-metiltetrahidrofolat. Dosis tunggal
lebih dari sekitar 200ɥg vitamin B9 menjenuhkan dihidrofolat reductase pada
usus, sehingga asam folat bebas diserap dan beredar dalam aliran darah. Hal
ini dapat diambil oleh jaringan, direduksi menjadi tetrahidrofolat, dan
selanjutnya dimanfaatkan. Metil-tetrahidrofolat disekresi dalam empedu,
kemudian diserap dalam jejunum bersama-sama dengan folat dari makanan.
Metil –tetrahidrofolat dari mukosa usus yang beredar terikat dengan
albumin dan merupakan vitamer utama untuk penyerapan jaringan
ekstrahepatik. Sejumlah kecil (sekitar 10% sampai 15% dari folat plasma 10-
formil-tetrahidrofolat) folat satu karbon tersubstitusi lain juga beredar dan
diserap jaringan. Ada 2 mekanisme dalam penyerapan folat oleh jaringan
yaitu :
1. Transmembran protein dengan afinitas tinggi mengurangi transporter folat
menjadi metil tetrahidrofolat, sedangkan untuk vitamin lain afinitasnya
rendah. Transmembrane protein dengan afinitas tinggi ini terutama aktif di
enterosit, tubulus epitel ginjal, dan juga ditemukan dalam sel-sel lain
2. Reseptor folat adalah protein permukaan sel berubah menjadi inositosol
glikofosfatidil dengan spesifitas yang lebih luas yang memungkinkan
penyerapan folat oleh reseptor-termediasi endositosis.
Pendemetilasian tetrahidrofolat monoglutamat dilepaskan oleh jaringan
ekstrahepatik dan diangkut secara terikat dengan plasma folat protein.
Pendemetilasian ini memiliki afinitas yang sangat rendah jika untuk metil –
tetrahidrofolat dan turunannya. Pendemetilasian ini berfungsi terutama untuk
pengembalian folat ke hati.
Sel darah merah mengandung folat dengan konsentrasi beberapa
ratus kali lipat lebih tinggi daripada plasma. Folat ini dimasukkan selama
eritropoeisis bukan diambil melalui sirkulasi. Folat mengikat deoksihemoglobin
bersaingan dengan 2,3- bisfofogliserat, tetapi tidak mengikat oksihemoglobin
secara signifikan. Pada dasarnya semua folat dalam sel-sel dari darah vena
akan terikat karena tingginya konsentrasi hemoglobin dalam eritrosit
walaupun afinitas pengikatannya rendah.
EKSKRESI
Lebih dari 90% asam folat diekskresikan di urine dalam bentuk
metabolit dan sejumlah kecil diekskresikan di feces. Ekskresi folat dalam
bentuk kemih sangat sedikit yakni 5 sampai 10mmol bahan mikrobiologis aktif
per hari. Tidak hanya asam folat dalam plasma terikat dengan protein, tetapi
juga selaput perbatasan ginjal yang memiliki protein dengan konsentrasi tinggi
yang mengikat folat yang bertindak sebagai menyerap.
RESEPTOR
Reseptor folat adalah protein, permukaan sel berubah menjadi
inositosol glikofosfatidil dengan spesifitas yang lebih luas yang
memungkinkan penyerapan folat oleh reseptor-termediasi endositosis.
INTERAKSI ZAT GIZI
Interaksi dengan vitamin B12
Interaksi ini merupakan gejala sekunder kelebihan vitamin B9. Dosisi
berlebihan yang menimbulkan akibat negatif adalaj saat asam folat
beinteraksi dengan vitamin B12. Saat tubuh mengalami kelebihan vitamin B9,
ternyata tubuh akan sulit memenuhi kebutuhan akan vitamin B12, hal ini
dikarekanan kelebihan vitamin B9 menghalanginya. Walaupun begitu
kelebihan vitamin B9 dapat mencegah terjadinya anemia megaloblastik.
Namun tetap saja defisiensi vitamin B12 tidak dapat teratasi. Sehingga perlu
mengurangi penggunaan vitamin B9 terlebih dahulu lalu memenuhi kembali
kebutuhan vitamin B12 dalam tubuh. Jika hal ini dibiarkan menurut penelitian,
system saraf tubuh bisa rusak karena tidak tercukupi vitamin B12. Saraf yang
rusak menyebabkan mati rasa dan kesemutan.
FUNGSI TERKAIT METABOLISME
Vitamin B9 sangat penting untuk berbagai fungsi tubuh. Manusia tidak
dapat mensintesis folat. Tubuh manusia membutuhkan folat untuk
mensintesis DNA, perbaikan DNA, dan DNA methylate, terutama penting
pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel. Vitamin B9 juga berperan
dalam metabolisme asam amino yang diperlukan dalam pembentukan sel
darah merah. Anak-anak dan orang dewasa memerlukan asam folat untuk
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia ( Nurdin et al, 2017).
Peranan asam folat dalam sintesis nukleo protein merupakan kunci
pembentukan dan produksi butir-butir darah merah normal dalam susunan
tulang. Kerja asam folat tersebut banyak berhubungan dengan kerja dari
vitamin B12. Folat diperlukan dalam berbagai reaksi biokimia dalam tubuh
yang melibatkan pemindahan satu unit karbon dalam interkonversi asam
amino seperti konversi homosistein menjadi metionin dan serin menjadi glisin
atau pada sintesis prekusor DNA purin (Hoffbrand, 2005).
Asam folat berperan sebagai koenzim dalam transportasi pecahan-
pecahan karbon tunggal dalam metabolisme asam amino dan sintesis asam
nukleat. Bentuk koenzim ini adalah tetrahidrofolat (THF) atau asam
tetrahidrofolat (THFA). THFA berperan dalam sintesis purin-purin guanine dan
adenine serta pirimidin timin, yaitu senyawa yang digunakan dalam
pembentukan DNA dan RNA. THFA berperan dalam saling mengubah antara
serin dan glisin, oksidasi glisin, metilasi hemosistein menjadi metionin dengan
vitamin B12 sebagai kofaktor dan metilasi precursor etanolamin menjadi
vitamin kolin. Asam folat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan
sel darah putih dalam sumsum tulang dan pendewasaannya. Asam folat
berperan sebagai pembawa karbon tunggal dalam pembentukan heme.
Vitamin B12 juga diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan
dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel salluran cerna,
sumsum tulang, dan jaringan saraf ( Almatsier, 2011).
MEKANISME DEFISIENSI FOLAT
Defisiensi asam folat berdampak pada gangguan replikasi DNA dan
pembelahan sel ( Septiyeni dkk, 2016), akibatnya akan terjadi perubahan
morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah seperti, sel
darah merah, sel darah putih, serta epitel lambung dan usus,vagina dan
serviks (Muwakhidah, 2009). Keadaan ini akan mempengaruhi kinerja sel
tubuh termasuk sel yang berperan dalam sintesis hemoglobin ( Syah dkk,
2012).
Manifestasi klinis dari defisiensi asam folat adalah hipersegmentasi
neutrophil, sel darah merah makrositik dan akhirnya terjadi anemia makrositik.
Efek metabolic dan defisiensi folat adalah meningkatnya homosistein plasma
moderat. Defisiensi folat yang paling terkenal adalah anemia megaloblastik
dan Neural Tube Defect ( NTD)
HIPERSEGMENTASI NEUTROFIL
Gangguan metabolisme asam folat atau vitamin B9 yang
menyebabkan sel berpoliferasi secara cepat untuk memperlihatkan
perkembangan abnormal. Sel granulostik cenderung menjadi besar terutama
metamielosit disumsum tulang dan neutrofil di darah perifer (Shima, 2017).
Gangguan ini adalah tanda pertama dari anemia megaloblastik di daerah tepi,
bila ditemukan 5% neutrofil dengan lobus/segmen lebih dari lima
kemungkinan adanya defisiensi asam folat meningkat menjadi 98%
(Tangkilisan, 2016).
DEFISIENSI/KEKURANGAN VITAMIN B9
Gejala defisiensi vitamin B9 termasuk anemia, kehilangan ingatan,
pertumbuhan otak dan saraf yang terbatas, paranoia, lemah lesu, kulit pecah-
pecah dan lidah sakit. Selain yang disebutkan diatas, kekurangan vitamin B9
juga dapat menyebabkan masalah berat seperti jantung berdebar-debar,
cacat lahir, osteoporosis, kanker usus dan leukopenia. Selain itu, infertilitas
dan sterilitas kebingungan mental, pelupa atau deficit kognitif lainnya.
Defisiensi vitamin B9 juga dapat menyebabkan glositis, diare, depresi,
kebingungan, anemia, dan janin cacat tabung saraf dan cacat otak selama
kehamilan. Berikut beberapa penjelasan akibat kekurangan konsumsi vitamin
B9 :
a. Anencephaly
Defisiensi vitamin B9 dapat menyebabkan anencephaly.
Anencephaly yaitu kelainan dimana otak tidak terbentuk. Ini terjadi
pada bayi, karena bayi yang lahir dengan kelainan otak tidak
terbentuk secara normal diakibatkan saat kehamilan sang ibu,pada
asupan vitamin B9 tidak sesuai dengan kebutuhan. Anencephaly
biasanya ditandai dengan tengkorak kepala bayi tidak berkembang
maksimal, sehingga setelah lahir kepala bayi akan membesar terisi
cairan otak dalam beberapa hari. Defisiensi vitamin B9 selama
kehamilan juga dapat meningkatkan risiko kelahiran premature,
bayi berat badan lahir rendah dan retardasi pertumbuhan janin,
serta meningkatkan tingkat homosistein didarah, yang dapat
menyebabkan aborsi spontan dan kehamilan komplikasi, seperti
solusio plasenta dan pre-eclampsia (Astriningrum, dkk,2017)
b. Spina Bifida
Defisiensi vitamin B9 dapat menyebabkan Spina Bifida. Spina
Bifida yaitu sumbing tulang belakang. Saat bayi dalam kandungan,
bayi mengalami perkembangan dalam tumbuh kembangnya. Saat
ibu hamil kekurangan vitamin B9 maka pelindung bayi saat didalam
perut ibunya tidak akan membentuk tulang belakang yang
melindungi sumsum tulang belakang secara tepat. Setelah lahir,
jika terjadi spina bifida maka bayi akan tumbuh dan berkembang
dengan kecacatan baik fisik maupun mentalnya.
c. Anemia
Saat tubuh kekurangan asam folat, ternyata gejala yang timbul atau
akibat yang bisa terjadi adalah anemia. Kekurangan vitamin B9
dapat membuat kurangnya produksi sel darah merah. Saat sel
darah merah berkurang dalam aliran darah, maka pasokan oksigen
pun bisa berkurang. Efek yang terasa pada tubuh seperti sakit
kepala, kelelahan, kulit memucat, konsentrasi menurun, aktifitas
harian menjadi lesu hingga gejala sariawan bisa terjadi. Anemia
bisa terjadi lebih buruk dan menimbulkan hipotensi atau tekanan
darah rendah.
d. Anemia megaloblastik
Anemia Megaloblastik adalah suatu keadaan yang ditandai oleh
adanya perubahan abnormal dalam pembentukan sel darah,
sebagai akibat adanya ketidaksesuaian antara pematangan inti
dan sitoplasma pada seluruh sel seri myeroid dan eritorid. Anemia
Megaloblastik merupakan manifestasi yang paling khas untuk
defisiensi folat. Defek yang disebabkan karena defisiensi folat dan
vitamin B12 adalah penurunan sintesis DNA. Vitamin B12
diperlukan untuk melepaskan folat dari bentuk methyl
tetrahydrofolate pool untuk dikonversi menjadi 10-
methylenetetrahydrofolate. Dalam Anemia Megaloblastik, prekursor
eritrogenik lebih besar daripada sel darah merah matur karena
defisiensi folat dan vitamin B12 menyebabkan kerusakan sintesis
DNA dan RNA.
e. Diare
Kekurangan vitamin B9 dapat menyebabkan sakit maag dan
penyakit usus lainnya. Sehingga dapat mengakibatkan diare. Diare
sendiri berarti membuang air besar lebih banyak dari biasanya dan
biasanya mengandung lebih banyak air. Ini disebabkan oleh vitamin
B9 yang mengoptimalkan kerja usus tidak terjadi. Seperti
penyerapan air dalam usus besar, sehingga penderita diare bisa
mengalami dehidrasi akut. Jika ini menyerang pada bayi, dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan dalam tubuh.
HIPERVITAMINOSIS
Risiko toksisitas dari Vitamin B9 rendah, karena Vitamin B9 merupakan
vitamin yang larut dalam air dan secara teratur dibuang dari tubuh melalui
urin. Konsumsi asam folat dalam dosis tinggi menyebabkan vitamin B9
memiliki efek masking pada diagnosis anemia pernisiosa (kekurangan vitamin
B12). Konsumsi asam folat yang berlebihan dalam jangka waktu panjang
dapat menimbulkan dampak negative pada tubuh, gejala primer dari
kelebihan vitamin B9 sebagai berikut :
a. Kejang
b. Insomnia
c. Ruam
d. Susah bernafas
e. Sakit kepala
f. Kelumpuhan
g. Tubuh merasakan gejala mati rasa
h. Jika kandungan asam folat meningkat di dalam darah dan
penyerapannya tinggi ke dalam tubuh, maka dapat memicu
peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
i. Salah satu dampak kelebihan asam folat adalah kadar vitamin B12
yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat terserap sempurna.
Untuk hipervitaminosis vitamin B9 pada sumber makanan alami
tidaklah mungkin, namun kelebihan asam folat bisa terjadi dengan
konsumsi atau penggunaan suplemen.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Antini, et al. 2012. Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin pada Ibu Hamil Terhadap
Pertumbuhan Otak Janin di Kabupaten Karawang Tahun 2011. Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol. 3 No 2 : 82 – 90.

Astriningrum Puspita, Eka,. Hardinsyah,. Nurdin Muharam, Naufal. 2017. Asupan Asam
Folat, Vitamin B12 dan Vitamin C Pada Ibu Hamil di Indonesia Berdasarkan Studi
Diet Total. Jurnal Gizi Pangan. Volume 12 .No 1

Hoffbrand Dkk., 2005. Kapita Selekta Hematologi Ed. 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Li W-X, Li W, Cao J-Q, Yan H, Sun Y, Zhang H, Zhang Q, Tang L, Wang M, Huang J-F, et
al. 2016. Folate Deficiency Was Associated With Increased Alanine
Aminotransferase And Glutamyl Transpeptidase Concentrations In A Chinese
Hypertensive Population: A Cross-Sectional Study. J Nutr Sci Vitaminol 62(4):265-
271.

Muwakhidah., Hadisaputro, S., Purwaningsih, E. 2010. Efek Suplementasi Fe, Asam Folat,
dan Vitamin B12 Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) pada Pekerja
Wanita di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi. 11(1):11-
18.

Prasetyo, Amanda Cyko dan Bardosono Saptawati. 2015. Korelasi Antara Asupan Asam
Folat dengan Kadar Folat Dalam Darah pada Ibu Hamil Trimester Pertama.
Universitas Indonesia : Jakarta.

Septiyeni, Wiwi., Lipoeto, N.I., & Serudji, Joserizal. 2016. Hubungan Asupan Folat, Zink dan
Vitamin A Ibu Hamil Trimester III terhadap Berat Badan Lahir di Kabupaten Padang
Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 5(1): 125-128.

Spanos NP, McNulty SA, DuBreuil SC, Burgess MF. The frequency and correlates of sleep
paralysis in a University Sample. Journal of Research in Personality 2009
Sept;29(3):285-305.

Sumbono, Aung. 2015. Biokimia Pangan Dasar. Yogyakarta : Deepublish

Syah, M.N.H., Thaha, A.R., Citrakesumasari. 2012. Status Zat Gizi Mikro (Besi, Asam Folat
dan Seng) dan Kerusakan DNA pada Anemia Ibu Hamil di Kecamatan Bontonompo
dan Botonompo Selatan Kabupaten Gowa.
Tangkilisan Helena A, Debby Rumbajan. (2002). Defisiensi Asam Folat. Sari Pediatri Vol. 4
no 1 Hal 21 - 25.

Tangkilisan, H.A., Rumbajan, T. 2016. Defisiensi Asam Folat. Sari Pediatri. Volume 4(1).

Anda mungkin juga menyukai