Anda di halaman 1dari 11

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

DAN
KASUS PELANGGARAN HUKUM
DI INDONESIA

OLEH:
MARIA ANJELINA BHOKI
AGUSTINUS ANGI
KORNELIUS GATA
ATANASIUS SOA
ANISTA GAE
HUBERTUS BEGO

KELAS XII IBB


MATA PELAJARAN PKN
SMA NEGERI 1 AIMERE
2019
PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
a. Kasus Marsinah (1993)

Kasus tersebut berawal dari unjuk rasa buruh yang dipicu surat edaran gubernur setempat
mengenai penaikan UMR. Namun PT. CPS, perusahaan tempat Marsinah bekerja memilih bergeming.
Kondisi ini memicu geram para buruh.
Senin 3 Mei 1993, sebagian besar karyawan PT. CPS berunjuk rasa dengan mogok kerja hingga esok
hari. Ternyata menjelang selasa siang, manajemen perusahaan dan pekerja berdialog dan menyepakati
perjanjian. Intinya mengenai pengabulan permintaan karyawan dengan membayar upah sesuai UMR.
Sampai di sini sepertinya permasalahan antara perusahaan dan pekerja telah beres.
Namun esoknya 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer
(Kodim) Sidoarjo untuk diminta mengundurkan diri dari CPS. Marsinah marah dan tidak terima, ia
berjanji akan menyelesaikan persoalan tersebut ke pengadilan. Beberapa hari kemudian, Marsinah
dikabarkan tewas secara tidak wajar. Mayat Marsinah ditemukan di gubuk petani dekat hutan
Wilangan, Nganjuk tanggal 9 Mei 1993. Posisi mayat ditemukan tergeletak dalam posisi melintang
dengan kondisi sekujur tubuh penuh luka memar bekas pukulan benda keras, kedua pergelangannya
lecet-lecet, tulang panggul hancur karena pukulan benda keras berkali-kali, pada sela-sela paha
terdapat bercak-bercak darah, diduga karena penganiayaan dengan benda tumpul dan pada bagian
yang sama menempel kain putih yang berlumuran darah.

b. Kasus Tanjung Priok (1984)

Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang berawal dari
masalah SARA dan unsur politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran HAM dimana terdapat
rarusan korban meninggal dunia akibat kekerasan dan penembakan.

c. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas (1996)


Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari harian Bernas yang
diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas.
d. Peristiwa Aceh (1990)

Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak memakan korban, baik dari pihak
aparat maupun penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh diduga dipicu oleh unsur politik
dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang menginginkan Aceh merdeka.
e. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)

Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan) terhadap para aktivis yang
menurut catatan Kontras ada 23 orang (1 orang meninggal, 9 orang dilepaskan, dan 13 orang lainnya
masih hilang).
f. Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998)

Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 (4 mahasiswa meninggal dan puluhan lainnya luka-luka).
Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 (17 orang warga sipil meninggal) dan tragedi
Semanggi II pada 24 September 1999 (1 orang mahasiswa meninggal dan 217 orang luka-luka).

g. Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat (1999)


Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjelang dan pasca jejak pendapat 1999 di timor timur
secara resmi ditutup setelah penyerahan laporan komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) Indonesia -
Timor Leste kepada dua kepala negara terkait.
h. Kasus Ambon (1999)

Peristiwa yang terjadi di Ambon ni berawal dari masalah sepele yang merambat kemasala SARA,
sehingga dinamakan perang saudara dimana telah terjadi penganiayaan dan pembunuhan yang
memakan banyak korban.
i. Kasus Poso (1998 – 2000)

Telah terjadi bentrokan di Poso yang memakan banyak korban yang diakhiri dengan bentuknya
Forum Komunikasi Umat Beragama (FKAUB) di kabupaten Dati II Poso.

j. Kasus Dayak dan Madura (2000)


Terjadi bentrokan antara suku dayak dan madura (pertikaian etnis) yang juga memakan banyak
korban dari kedua belah pihak.
k. Kasus TKI di Malaysia (2002)

Terjadi peristiwa penganiayaan terhadap Tenaga Kerja Wanita Indonesia dari persoalan
penganiayaan oleh majikan sampai gaji yang tidak dibayar.
l. Kasus bom Bali (2002) DAN beberapa tempat lainnya
Telah terjadi peristiwa pemboman di Bali, yaitu tahun 2002 dan tahun 2005 yang dilakukan oleh
teroris dengan menelan banyak korban rakyat sipil baik dari warga negara asing maupun dari warga
negara Indonesia sendiri.
KASUS PELANGGARAN HUKUM DI INDONESIA
1. Kasus Korupsi ‘Pertama’ KPK, Abdullah Puteh

Mantan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Abdullah Puteh adalah kasus
pertama sejak KPK dibentuk Desember 2003 silam. Kasus ini menjadi sorotan karena menjadi kasus
pertama yang disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sekira tahun 2004. Bahkan, kasus itu
menjadi satu-satunya kasus yang disidangkan kala itu.  
Singkatnya, peran Puteh dalam kasus korupsi pembelian helikopter MI-2 buatan Rusia
mengantarkan ia ke penjara. Ia sebelumnya juga sempat mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, lewat argumen yang dipakai saat itu adalah tidak sahnya penyidikan yang dilakukan KPK
lantaran Pengadilan Tipikor saat itu belum terbentuk. Tepat 13 September 2015, MA menolak kasasi yang
diajukan oleh Puteh namun menerima permohonan kasasi yang diajukan penuntut umum sekaligus
membatalkan putusan pengadilan korupsi tingkat banding No. 01/TIK/TPK/2005/PTDKI tanggal 15 Juni
2005.  Kasasi tersebut diajukan oleh keduanya namun dengan pertimbangan yang berbeda.

2. Kasus Anak ‘SR’ dan Gugatan Kepolisian

Tindakan sewenang-wenang berujung penganiayaan aparat kepolisian saat menangani perkara


anak usia 15 tahun, ‘SR’ alias Koko cukup mencuri perhatian publik. Sekira 8 Juni 2009 silam, Koko
ditangkap aparat dari Polsek Sektor Bojong Gede dan dituduh mencuri perangkat elektronik. Koko
bukanlah pelaku yang sebenarnya lantaran beberapa hari setelah penangkapan itu, pelaku sebenarnya
telah tertangkap dan menyatakan bahwa Koko tidak terlibat sama sekali.

Beruntung, Putusan PN Cibinong No.2101/Pid.B/2009/PN.CBN pada 10 Agustus 2009


membebaskan Koko dari segala tuntutan jaksa dan meminta agar memulihkan hak-hak terdakwa
secara kedudukan, harkat, serta martabat. Putusan itu sempat mendapat perlawan dari Kejari Cibinong
dengan mengajukan kasasi. Hasilnya, 20 Januari 2010 hakim agung menolak kasasi tersebut. Koko dan
keluarganya tidak tinggal diam atas apa yang terjadi.
Melalui LBH Jakarta, pada 29 februari 2012 keluarga Koko menggugat secara perdata ke PN Cibinong.
Sebagai catatan, gugatan perdata kepada pihak kepolisian merupakan yang pertama kali. Sayangnya,
PN Cibinong lewat putusan No. 36/Pdt.G/2012/PN.Cbn menolak gugatan tersebut. Namun, langkah
berani dan pertama tersebut menjadi preseden ketika Kepolisian melakukan tindakan sewenang-
wenang saat menangani perkara. Buktinya, gugatan perdata serupa di Padang, berhasil dikabulkan dan
pihak Kepolisian mesti membayar ganti rugi Rp 100.700.

3. ‘Kemenangan’ Prita Mulyasari


Senin, 17 Septembar 2012 silam majelis Peninjauan Kembali (PK) Mahkamah Agung (MA)
membebaskan Prita Mulyasari dari seluruh dakwaan alias bebas murni. Melalui putusan PN Tangerang
Nomor:1269/PID.B/2009/PN.TNG, majelis hakim menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan Prita dengan
emailnya bukan termasuk pengertian menista.
Perjalanan kasus Prita cukup panjang. Awalnya, Prita diseret ke pengadilan atas tuduhan melakukan
tindak pidana pencemaran nama baik di Pengadilan Negeri Tangerang gara-gara mengeluhkan pelayanan
buruk RS Omni Internasioanal dengan menyebarkan sebuah email. Alhasil, Majelis PN Tangerang
membebaskan Prita pada 2009, tetapi jaksa mengajukan upaya hukum kasasi dan kasasinya dikabulkan
MA. 
Selain perkara pidana, gugatan perdata juga dilayangkan RS Omni Internasional. MA menolak gugatan
perdata Omni tersebut pada 29  September 2010 yang diputus oleh Ketua MA kala itu Harifin A Tumpa. MA
membatalkan putusan PN Tangerang dan Pengadilan Tinggi Banten yang mengabulkan gugatan Omni dan
memerintahkan Prita membayar ganti rugi atas perbutan pencemaran baik yang dinyatakan terbukti
dilakukannya. Kasus ini memantik aksi solidaritas koin peduli prita yang berasal dari hasil sumbangan
masyarakat, mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris, serta posko yang dibuka di berbagai daerah.
Sumbangan senilai Rp825.728.550 juta terkumpul. Konser koin untuk keadilan Hard Rock Café 20 Desember
2009. Empat kali lipat denda yang harus dibayar prita ke Omni sebesar Rp204 juta. 

4. Kasus Antasari Azhar

Mantan Ketua KPK, Antasari Azhar divonis oleh hakim selama 18 tahun lantaran terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan pembunuhan berencana terhadap bos PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin
Zulkarnain pada 14 Maret 2009. Kasus ini menjadi perhatian banyak kalangan selain karena Antasari
merupakan pimpinan lembaga yang sedang dinanti-nantikan kinerjanya, sekaligus adanya dugaan rekayasa
kasus untuk menjegal karier Antasari.

Saat masih menjabat, Antasari memang dikenal cukup berani untuk menindak siapapun termasuk saat
berupaya membongkar skandal di balik kasus Bank Century dan IT KPU yang tendernya dimenangkan oleh
perusahaan milik Hartati Murdaya. Singkat cerita, majelis hakim memvonis Antasari selama 18 tahun, lebih
rendah dibanding tuntutan pidana mati yang diajukan oleh penuntut umum.

5. Kasus Susno Duadji


Perseteruan KPK dan Polri berangkat dari penyadapan yang dilakukan KPK terhadap mantan Kabareskrim
Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji akibat diduga menerima gratifikasi dari nasabah Bank Century, Boedi
Sampoerna karena berhasil memaksa Bank Century mencairkan dana nasabah itu sebelum akhirnya
ditutup.
 
Dari kasus situ, muncul pertama kali istilah “cicak vs buaya” atas pernyataan yang dilontarkan Susno kepada
awak media. Selain itu, dari kejadian itu pula akhirnya pada 2009 Polri melakukan ‘kriminalisasi’ kepada
pimpinan KPK. Kasus yang menimpa dua Pimpinan KPK, Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Riyanto
menjadi skandal hukum terbesar saat itu. 

Kasus itu berangkat dari rekaman percakapan Anggodo Widjojo dengan sejumlah orang. Mereka yang
diduga terekam suaranya adalah Mantan Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) Wisnu Subroto, Anggota
Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK) I Ketut Sudiharsa, dan beberapa penyidik Mabes Polri.
Sedangkan nama Kabareskrim Susno Duadji, Wakil Jaksa Agung Abdul Hakim Ritonga, sampai Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono sempat tersebut dalam percakapan itu. 

Anggodo merupakan adik tersangka buron korupsi Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) Departemen
Kehutanan, Anggoro Widjojo. Kasus ini sempat diselidiki oleh Kepolisian dan kemudian dilimpahkan ke
Kejaksaan Agung. Namun, karena alasan sosiologis, Kejaksaan Agung menghentikan perkara inidengan
menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKPP).  Tak terima dengan terbitnya SKPP itu,
Anggodo Widjojo selaku pihak ketiga yang berkepentingan dalam posisinya sebagai pelapor dugaan tindak
pidana Bibit-Chandra mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. 

Majelis hakim mengabulkan praperadilan tersebut dan menyatakan penuntutan Bibit-Chandra harus
diteruskan. Putusan ini dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Lalu, pihak Kejagung mengajukan PK
terhadap putusan itu.Akhirnya, Kejaksaan Agung melakukan Seponeer (lazim dikenal deponeer) perkara
Bibit-Chandra, meski dengan catatan. Kejaksaan Agung masih akan mengevaluasi putusan PK jaksa atas
pembatalan SKPP sebelum mengambil keputusan akhir. 

6. Rekening Gendut Gayus Tambunan

‘Nyanyian’ Susno Duadji tentang dugaan mafia dalam kasus Gayus Tambunan, pegawai pajak yang disangka
melakukan korupsi, penggelapan, dan pencucian uang. Ketika disidangkan di PN Tangerang, pasal tentang
korupsi tak ada dalam surat dakwaan. Majelis hakim pun membebaskan Gayus dari segala dakwaan

Untuk diketahui, Gayus terjerat dalam empat kasus yang berbeda antara lain gratifikasi, penyuapan dan
pencucian uang. Ia juga diganjar hukuman karena menggelapkan pajak. Lalu perkara korupsi yang
melibatkan sejumlah perwira Polri diantaranya Komjen Susno Duadji. Ditambah lagi hukuman penjara
penggelapan paspor di PN Tangerang. 

7.  Kasus Inspektur Jenderal Polisi Djoko Susilo

Kasus yang menimpa bekas kepala korps lalu lintas Polri ini banyak dikutip setelah calon Kapolri Budi
Gunawan ditetapkan sebagai tersangka. Serupa dengan Gunawan, Djoko Susilo yang terjerembab lantaran
kasus korupsi dalam proyek simulator ujian surat izin mengemudi itu sempat melawan KPK yang kemudian
memicu perang “cicak vs buaya” Jilid II.

Kasus ini menjadi ‘janggal’ ketika KPK mengumumkan status tersangka Djoko Susilo, tiba-tiba Polri juga
mengumumkan bahwa mereka juga sedang menyidik kasus yang sama dengan lima tersangka versi mereka.
Dari sana timbul ‘rebutan’ kewenangan menyidik kasus korupsi tersebut. Keduanya sama-sama
berkeyakinan paling berwenang memprosesnya.

Sekira Oktober 2012, aparat Kepolisian mengepung gedung KPK untuk menangkap salah satu penyidik KPK,
Kompol Novel Baswedan karena menjadi bagian penting dalam mengungkap kasus Djoko Susilo. Alasannya
karena saat Novel bertugas di Bengkulu, ia pernah melakukan penganiayaan berat kepada para tersangka
pencuri sarang burung walet.

Presiden Susilo Bambang Yudhowono akhirnya menengahi kedua institusi dan menetapkan sejumlah poin
diantaranya kasus Djoko Susilo ditangani KPK dan kasus Novel dari segi waktu dan cara tidak tepat
dilakukan saat itu. Akhirnya, Djoko Susilo diputus bersalah sampai di tingkat Kasasi MA dan dihukum pidana
penjara selama 18 tahun.

8. Skandal SKK Migas

Penangkapan Rudi dianggap sebagai sebuah pukulan mengingat mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Migas
(SKK Migas) ini dikenal sebagai pribadi yang bersih dan jujur. Nyatanya Rudi menerima suap dari Kernel Oil
senilai AS$ 400 ribu. Majelis hakim yang diketuai Amin Ismanto menghukum Rudi dengan pidana tujuh
tahun penjara dan denda Rp200 juta subsidair tiga bulan kurungan.
Ia terbukti bersalah melakukan pencucian uang bersama-sama sebagaimana dakwaan kesatu primair
pertama, Pasal 12 huruf a, dakwaan kedua, Pasal 11 UU Tipikor, dan dakwaan ketiga, Pasal 3 UU TPPU jo.
Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 65 ayat (1) KUHP. Terhadap putusan itu, Rudi tidak mengajukan banding. 

9. Kasus mantan Ketua MK, Akil Mochtar

Senin 16 Juni 2014, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar divonis hukuman seumur hidup dan
denda Rp10 miliar karena menerima hadiah terkait pengurusan 10 sengketa pemilihan kepala daerah di MK
dan tindak pidana pencucian uang. Catatan hukumonline, telah menerima uang sejumlah Rp47,78 miliar
plus AS$500 ribu dari sejumlah pihak sejak tahun 2010. Untuk sengketa Pilkada Gunung Mas, Lebak,
Palembang, Lampung Selatan, dan Empat Lawang dan Jawa Timur. Selain itu, Pilkada Buton, Morotai,
Tapanuli Tengah.

Atas putusan itu, akhirnya Akil mengajukan kasasi namun MA menolak permohonan tersebut sehingga
hukuman Akil tetap seumur hidup. Pertimbangan MA saat itu, kata anggota Majelis Hakim Profesor Krisna
Harahap menjelaskan bahwa sebagai seorang hakim MK, sudah semestinya berindak sebagai negarawan
sejati yang steril dari perbuatan tindak pidana korupsi.

Selain itu, karier sebagai Ketua MK juga berakhir setelah Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi (MKK)
menjatuhkan sanksi berat pemberhentian tidak dengan hormat alias dipecat dikarenakan melanggar
beberapa prinsip etika yang tertuang dalam Peraturan MK No. 09/PMK/2006 tentang Pemberlakuan
Deklarasi Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi sejak 11 November 2013. 

10. Gubernur Atut Chosiyah

Ratu asal Banten ini sedang menancapkan kekuasaannya yang menggurita di Provinsi Banten ketika KPK
mengubah statusnya menjadi tersangka. Sang gubernur terjungkal kasus pengadaan alat kesehatan dan
dugaan suap terkait penanganan sengketa pilkada Lebak, Banten. Politisi Golkar ini diperberat hukumannya
oleh MA dari empat tahun menjadi tujuh tahun penjara 

Tak cuma itu, adik Ratu Atut, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan juga terlibat dalam kasus yang sama.
Wawan juga terlibat dalam kasus sengketa pilkada Lebak dan dugaan tindak pidana pencucian uang dugaan
korupsi alat kesehatan. Dalam kasus sengketa pilkada Lebak, wawan divonis tujuh tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai