Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HIV/AIDS

Di susun oleh :
FITRIYANTY OKTAVIANI
C01418063
KEPERAWATAN B 2018

FAKULTAS ILMU KESSEHATAN


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
A. KONSEP DASAR MEDIS

1. DEFINISI

Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan


kumpulangejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno
DeficiencyVirus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada
darah,cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut
merusaksystem kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya
atauhilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.

Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yangmenyerang


sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkanAIDS. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugasmenangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau
“sel T-4” atau disebut juga “sel CD -4

2. ETIOLOGI

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut


humanimmunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun
1983sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukanlagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai
viruskurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk
memudahkankeduanya disebut HIV.

3. PATOFISIOLOGI

Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksidari


benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asingdari
binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggapkebal
(immune response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu :

Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS


(HIV)mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari
mekanisme pertahanan tubuh. “ber -aksi” bahkan kemudian dilumpuhkan.

 Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam


keadaan bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh danter
utama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-
positif(CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat
virusmemasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4),
tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T
helper.tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T
helpertersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia
lebihdahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor
di permukaan sel T helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur
kesembarang sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat
denganmembran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang
RNAyang identik ke dalam sel T4 helper.

Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reversetranscriptase,


HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik darisel T4 yang
terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini
akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen.

Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudahdilumpuhkan,


genom dari HIV ¬ proviral DNA ¬ dibentuk dan
diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut berkembang bia
k sesuaidengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai suatu saat ada
mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktifme
mbentuk RNA, ke luar dari T helper dan menyerang sel lainnya
untukmenimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka
tidakada mekanisme pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit
lainnya.Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS
(AcquiredImmunodeficiency Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.

4. MANIFESTASI KLINIS

Menurut WHO:

1.Gejala mayor

- Penurunan BB ≥ 10%
- Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
- Diare kronis
- Tuberkulosis

2.Gejala minor

- Koordinasi orofaringeal
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Kelemahan tubuh
- Berkeringat malam
- Hilang nafsu makan
- Infeksi kulit generalisata
- Limfodenopati
- Herpes zoster
- Infeksi herpes simplek kronis
- Pneumonis
- Sarkoma Kaposi
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV:
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Rasio CD4/CD limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin

6. PENGOBATAN

1.  Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk


HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang
mengidap HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan
dari pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika
jumlah sel CD4 dari orangyang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau
lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau
lebih ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi
Antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut
ini dapat mengunakan:
a. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'),
mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam
mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA
(contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC).
b. Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's)
memperlambat reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan
reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim
tersebut sangat esensial untuk HIV dalam memasukan materi
turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan NNRTI termasuk:
Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).
c.  Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan
menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada
sel tuan rumah dan dilepaskan.
2.  Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang wanita yang
mengidap HIV(+) dapatmenularkan HIV kepada bayinya selama masa
kehamilan, persalinan dan masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari
intervensi pencegahan, kemungkinan bahwa bayi dari seorang wanita yang
mengidap HIV(+) akan terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua pilihan
pengobatan tersedia untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke
anak. Obat–obatan tersebut adalah:
a. Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang
dari 14–28 minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukkan
bahwa hal ini menurunkan angka penularan mendekati 67%. Suatu
rangkaian pendek dimulai pada kehamilan terlambat sekitar 36
minggu menjadi 50% penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai
pada masa persalinan sekitas 38%. Beberapa studi telah
menyelidiki pengunaan dari Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi
dengan Lamivudine (3TC)
b.  Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa
persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2–3
hari. Diperkirakan bahwa dosis tersebut dapat menurunkan
penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya digunakan pada ibu
dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa persalinan tiba,
sementara bayi tersebut harus diberikan satu dosis dalam 3 hari.
3.  Post–exposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah program dari beberapa
obat antiviral, yang dikonsumsi beberapa kali setiap harinya, paling kurang
30 hari, untuk mencegah seseorang menjadi terinfeksi dengan HIV
sesudah terinfeksi, baik melalui serangan seksual maupun terinfeksi
occupational. Dihubungankan dengan permulaan pengunaan dari PEP,
maka suatu pengujian HIV harus dijalani untuk menetapkan status orang
yang bersangkutan. Informasi dan bimbingan perlu diberikan untuk
memungkinkan orang tersebut mengerti obat–obatan, keperluan untuk
mentaati, kebutuhan untuk mempraktekan hubungan seks yang aman dan
memperbaharui pengujian HIV. Antiretrovirals direkomendasikan untuk
PEP termasuk AZT dan 3TC yang digunakan dalam kombinasi. CDC telah
memperingatkan mengenai pengunaan dari Nevirapine sebagai bagian dari
PEP yang berhutang pada bahaya akan kerusakan pada hati. Sesudah
terkena infeksi yang potensial ke HIV, pengobatan PEP perlu dimulai
sekurangnya selama 72 jam, sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan
bahwa lebih awal seseorang memulai pengobatan, maka keuntungannya
pun akan menjadi lebih besar. PEP tidak merekomendasikan proses
terinfeksi secara biasa ke HIV/AIDS sebagaimana hal ini tidak efektif
100%; hal tersebut dapat memberikan efek samping yang hebat dan
mendorong perilaku seksual yang tidak aman.
4. Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi
untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula
kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang
terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti
HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset
AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi,
tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan
secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer (Brooks,
2005).
5.   Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab
sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis

6. KOMPLIKASI

Adapun k&mplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif manjoer, 2000) antara


lain :

- Pneumonia pneumocystis (PCS)


- Tuberculosis (TBC)
- Esofagitis
- Diare
- Toksoplasmostis
- Leukoensefalopati multifocal prigesif
- Sarcoma Kaposi
- Sarcoma Kaposi
- Kanker getah bening
- Kanker leher (pada wanita yang terkena HIV)

7. PENCEGAHAN
- Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui
vagina atau melalui dubur. Bila memilih kondom berpelumas, pastikan
pelumas yang berbahan dasar air. Hindari kondom dengan pelumas
yang berbahan dasar minyak, karena dapat membuat kondom bocor.
Untuk seks oral, gunakan kondom yang tidak berpelumas.
- Hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.
- Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda
menjalani tes HIV.
- Diskusikan kembali dengan dokter bila Anda didiagnosis positif HIV
dalam masa kehamilan, mengenai penanganan selanjutnya dan
perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
- Bagi pria, disarankan bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. Riwayat: tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan


obat-obat.
2. Penampilan umum: pucat, kelaparan.
3. Gejala subyektif: demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat
malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri,
sulit tidur.
4. Psikososial: kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
5. Status mental: marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, with
drawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan proses pikir,
hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus,
ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia,
epsitaksis.
7. Neurologis: gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan, kaku kuduk, kejang, paraplegia.
8. Muskuloskletal: focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan
ADL.
9. Kardiovaskuler; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10. Pernapasan: dyspnea, takipnea, sianosis,  SOB, menggunakan otot  Bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
11. GI: intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
12. GU: lesi atau eksudat pada genital,
13. Integument: kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

2. PENYIMPANGAN KDM

Pathway HIV/AIDS

Hubungan seksual, homoseksual, jarum terkontaminasi, transfuse darah, ibu


terinfeksi

Merusak seluler

Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4 (limfosit T4,monosit,sel dendrite,sel


langerhans)

Mengikuti molekul CD4

Memiliki sel target dan memproduksi virus


Sel limfosit T4 hancur

Imunitas tubuh menurun

Infeksi oportunistik

s. permafasan s. pencernaan s. integumen s. neurologis

peradangan infeksi jamur peristalik peradangan kulit Infeksi ssp


paru

sesak, demam peradangan diare kronis timbul lesi bercak putih kesadaran
mulut meningkat,
kejang,
nyeri kepala
Pola Diare
bersihan
gatal,nyeri,bersisik
jalan nafas
cairan output

sulit menelan, mual

bibir kering,
tugor kulit kering

intake kurang

Defisit nutrisi

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Pola nafas tidak efektif


b. Defisit nutrisi
c. Diare

4. RENCANA INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
Dx (SDKI) (SLKI) (SIKI)
D. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan I.01011
0 keperawatan selama 1x24
0 Kategori : Fisiologi jam, menunjukan pola nafas Manajemen Jalan Napas
0 Subkategori : Respirasi membaik
Tindakan
5 Dengan kriteria hasil :
Definisi : Inspirasi dan/atau 1. Dispenea Observasi
ekspirasi yang tidak
- Monitor pola napas
memberikan ventilasi
adekuat. (frekuensi, kedalaman,
Penyebab :
usaha napas)
1. Depresi pusat pernafasan
2. Hambatan upaya napas - Monitor bunyi napas
(mis. Nyeri saat bernapas ,
kelemahan otot pernapasan) tambahan (mis.
3. Deformitas dinding dada Gurgling, mengi,
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuscular wheezing, ronkhi kering)
6. Gangguan neurologis (mis. - Monitor sputum (jumlah,
Elektroensefalogram [EEG]
positif, cedera kepala, warna, aroma)
gangguan kejang) Tepeutik
7. Penurunan energi
- Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan heed-
tiit dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma
servikal)
- Posisikan semi-Flower
atau Flower
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator , ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
D. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan I.03119
0 keperawatan selama 1x24
Manajemen Nutrisi
0 jam, menunjukan defisit
1 Kategori : Fisiologi nutrisi membaik Tindakan
9 Subkategori : Nutrisi dan Dengan kriteria hasil :
Observasi
cairan 1. Sariawan
2. Diare - Identifikasi status nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi 3. Frekuensi nadi
tidak cukup untuk memenuhi - Identifikasi alergi dan
kebutuhan metabolisme intoleransi makanan
Penyebab :
1. Ketidakmampuan menelan - Identifikasi makanan
makanan yang disukai
2. Ketidakmampuan
mencerna makanan - Identifikasi kebutuhan
3.Ketidakmampuan kalori dan jenis nutrient
mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan - Identifikasi perlunya
metabolisme penggunaan selang
5. Faktor ekonomi (mis.
Finasial tidak mencukup) nasogastrik
6. Faktor psikologi (mis. - Monitor asupan makanan
Stres, keengganan untuk
makan) - Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
- Fasilitas menentukan
pedoman diet(mis.
Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk,
jika perlu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik,jika perlu)
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan jika perlu
D. Diare Setelah dilakukan tindakan I.03101
0 keperawatan selama 1x24
0 Kategori : Fisiologi jam, menunjukan diare Manajemen Diare
2 Subkategori : Respirasi membaik
Tindakan
0 Dengan kriteria hasil :
Definisi : pengeluaran sases 1. Konsistensi feses Observasi
yang sering, lunak dan tidak - Identifikasi penyebab
berbentuk.
diare (mis, inflamasi
Penyebab :
Fisiologi gastrointestinal, iritasi
1. Infamasi
gastroinstinal, proses
gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal infeksi, malabsorpsi,
3. Proses infeksi
ansietas, stress, efek
4. Malabsorpsi
Psikologis obat-obatan, pemberian
1. Kecemasan
botol susu)
2. Tingkat stress tinggi
Situasional - Identifikasi riwayat
1. Terpapar kontaminan
2. Terpapar toksin pemberian makanan
3. Penyalahgunaan - Identifikasi gejala
laksatif
4. Penyalahgunaan zat invaginasi (mis.
5. Bakteri pada air Tangisan keras,
kepucatan pada bayi)
- Monitor warna, volume,
frekuensi, dan konsitensi
tinja
- Monitor tanda dan gejala
hypovolemia (mis.
Takikardia, nadi teraba
lemah, tekanan darah
turun, tugor kulit turun,
mukosa mulut kering,
CRT melambat, BB
menurun)
- Monitor iritasi dan
ulserasi kulit di daerah
perianal
- Monitor jumlah
pengeluarah diare
- Monitor keamanaan
penyiapan makanan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan
oral (mis. Larutan garam
gula, oralit,
pedialyte,renalyte)
- Pasang jalur intravena
- Berikan cairan intravena
- Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
- Ambil sampai feses
untuk kultur, jika
Edukasi
- Anjurkan maknan porsi
kecil dan sering secaa
bertahap
- Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
- Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
Loperamide,
difenoksilat)
- Kolaborasi pemberian
obat
antispasmodic/spasmoliti
l (mis. Papeverin, ekstak
belladonna, mebevarine)
- Kolaborasi pemberian
obat pengeras fases (mis.
Atapulgit, smetit, kaolin-
pektin)

Anda mungkin juga menyukai