Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

C DENGAN CIDERA KEPALA BERAT


(CKB) DI INSTLASAI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan gelar
Profesi Ners (Ns)

Disusun Oleh:
VITRI HARIYANI
J230 113 029

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
LEMBAR PENGESA£fAN

Naskah Publikasi

ASUBAN KEPERAWATAN PADA NY. C DENGAN CIDERA KEPALA BERAT


(CKB) DI INSTLASAI GAW’AT DARURAT (IGD) RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA

VTTRT RARIYANT
J230 113 029

Telah dipertahankan di depan Jan Penguji pada tanggal 9 November 2012,

‹l*°'<°›ata*sa ie a›smvan’wi°"**

2. Mulyeao Budi,S. s.

3. Arif Wid lo, A:Rep,does

Surakaria, Tier 2012


Sfi£ultas Ilmu Kesebatan
tlniversitas n 4ftfi't& RtSurskart4
ekan,

AUS.midgeA.KeM.Ees.
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH,2012

Vitri Hariyani

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.C DENGAN CIDERA KEPALA


BERAT (CKB) DI INSTALASI GAWAT DARURAT DI RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA

ABSTRAK

Cidera kepala berat adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak dan otak
yang terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kepala yang
dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran dengan scor GCS 3
sampai 8. Kejadian cidera kepala di Amerika Serikat setiap tahunnya
diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Tujuan karya tulis ilmiah ini mengetahui
dan mampu menerapkan teori ke dalam praktik asuhan keperawatan pada klien
dengan kegawat daruratan cidera kepala berat di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta.. Tekhnik pengambilan data pada karya tulis ilmiah ini antara lain
menggunakan observasi partisipatif, wawancara, pemeriksaan fisik, studi
document. Diagnosa yang muncul antara lain pola nafas tidak efektif b.d
hipoventilasi, gangguan perfusi jaringan cerebral b.d edema otak, risiko infeksi
b.d trauma jaringan, perdarahan otak. Implementasi yang sudah dilakukan
adalah elevasi kepala 15O , mengukur tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu,
nadi dan pernafasan), melakukan suction, memasang endotrakheal,
memberikan oksigen, memberikan infus D ½ Ns, memberikan terapi sesuai
advis dokter. Dari masalah – masalah tersebut setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 jam ternyata 3 masalah dapat teratasi.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, cidera kepala dan cidera kepala berat
(dafar pustaka : 2000-2012)
Asuhan Keperawatan Pada Ny. C Dengan Cidera Kepala Berat (CKB) di IGD Rumah Sakit Umum Daerah 1
Moewardi (Vitri Hariyani)

NASKAH PUBLIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. C DENGAN CIDERA KEPALA BERAT


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
MOEWARDI

Vitri Hariyani. *
Winarsih Nur A, S.Kep., Ns., ETN., M.Kep **
Mulyo Budiyono, S.Kep., Ns. ***

Abstrak

Cidera kepala berat adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak dan otak yang
terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kepala yang dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran dengan scor GCS 3 sampai 8.
Kejadian cidera kepala di Amerika Serikat setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus. Tujuan karya tulis ilmiah ini mengetahui dan mampu
menerapkan teori ke dalam praktik asuhan keperawatan pada klien dengan
kegawat daruratan cidera kepala berat di RSUD Dr.Moewardi Surakarta..
Tekhnik pengambilan data pada karya tulis ilmiah ini antara lain menggunakan
observasi partisipatif, wawancara, pemeriksaan fisik, studi document. Diagnosa
yang muncul antara lain pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi, gangguan
perfusi jaringan cerebral b.d edema otak, risiko infeksi b.d trauma jaringan,
perdarahan otak. Implementasi yang sudah dilakukan adalah elevasi kepala 15O
, mengukur tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan),
melakukan suction, memasang endotrakheal, memberikan oksigen,
memberikan infus D ½ Ns, memberikan terapi sesuai advis dokter. Dari
masalah – masalah tersebut setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
jam ternyata 3 masalah dapat teratasi.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, cidera kepala dan cidera kepala berat
NURSING CARE OF PATIENTS NY.C WITH SEVERE HEAD INJURY (CKB)
IN INSTALLATION EMERGENCY RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

ABSTRACT

Severe head injury is a trauma to the scalp, skull and brain that occur either
directly or indirectly to the head can result in a decrease in consciousness with
SCOR GCS 3 to 8. Incidence of head injury in the United States each year is
estimated at 500,000 cases. The purpose of scientific writing is to know and be
able to apply the theory to the practice of nursing care to clients with severe
head injury emergencies in RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Sampling techniques
in scientific papers, among others, used participant observation, interviews,
physical examinationsand study document. Diagnoses that appear include
ineffective breathing pattern bd hypoventilation, impaired cerebral tissue
perfusion bd brain edema, the risk of infection bd tissue trauma, brain
hemorrhage. Implementation has been done is the elevation of the head of 15o,
measuring vital signs (blood pressure, temperature, pulse and respiration),
perform suction, endotracheal install, give oxygen, give intravenous D ½ Ns,
providing appropriate therapy doctors advice. Of the problem - the issue after
nursing actions for 3 hours was 3 issues can be resolved.

Keywords: Nursing, head injuries and severe head injury


Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien post operasi
TUR dengan Spinal Anestesi (Muh. Hasanudin)

PENDAHULUAN sekitar 1,2 juta jiwa meninggal


setiap tahunnya.
Cidera kepala berat Angka kematian semakin
merupakan salah satu penyebab meningkat dari tahun ke tahun
kematian dan kecacatan utama akibat dari cidera kepala yang
pada kelompok usia produktif dan mendapat penanganan yang kurang
sebagian besar terjadi akibat tepat atau tidak sesuai dengan
kecelakaan lalulintas.(Mansjoer, harapan kita (Smeltzer, 2002)
2002) Akibat trauma pasien
Kejadian cidera kepala di mengalami perubahan fisik maupun
Amerika Serikat setiap tahunnya psikologis. Akibat yang sering terjadi
diperkirakan mencapai 500.000 pada pasien CKB antara lain terjadi
kasus, yang terdiri dari cidera cedera otak sekunder, edema
kepala ringan sebanyak 296.678 cerebral ,peningkatan tekanan
orang (59,3%) , cidera kepala intrakranial, vasospasme,
sedang sebanyak 100.890 orang hidrosefalus, gangguan metabolik,
(20,17%) dan cidera kepala berat infeksi dan kejang (Haddad, 2012) .
sebanyak Oleh karena itu, diharapkan
102.432 orang (20,4%). Dari penanganan yang cepat dan akurat
sejumlah kasus tersebut 10% agar dapat menekan morbidibitas
penderitanya meninggal sebelum dan mortilitas kematian maupun
tiba di Rumah Sakit. (Haddad, 2012) terlambatnya rujukan yang
Angka kejadian cidera kepala menyebabkan kondisi pasien
di RSUD Dr. Moewardi dari bulan semakin memburuk (National
Januari-Oktober 2012 sebanyak 453 Institute of Neurological Disorder,
kasus., sedangkan di IGD sendiri 2002)
berdasarkan kenyataan yang dilihat Karena tingginya angka
penulis selama praktek dari tanggal kematian yang disebabkan karena
2 Juli-29 Juli 2012 (1 bulan) di cidera kepala khususnya CKB.
RSUD Dr.Moewardi Surakarta Maka penulis tertarik mengambil
terdapat 43 pasien cidera kepala kasus cedera kepala sebagai Karya
yang terdiri dari 29 ( 68,4%) laki-laki Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN
dan 14 (31,5%) perempuan yang KEPERAWATAN PADA NY.C
mengalami cedera kepala ringan DENGAN CEDERA KEPALA
sampai berat. Pasien dengan cidera BERAT DI INSTALASI GAWAT
kepala ringan (CKR) sebanyak 21 DARURAT RUMAH SAKIT UMUM
(48,8%) , cidera kepala sedang DAERAH Dr.MOEWARDI
(CKS) 8 (18,6%) dan cidera kepala SURAKARTA”.
berat (CKB) 14 (32,5%). Cedera ini
mayoritas disebabkan oleh LANDASAN TEORI
kecelakaan lalulintas.
Dari berbagai refrensi diatas, Cidera Kepala Berat
kecelakaan lalulintas merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Cidera kepala berat
seluruh dunia, khusunya di negara merupakan cidera kepala yang
berkembang.Menurut World Health mengakibatkan penurunan
Orhanization (WHO) pada tahun kesadaran dengan skor GCS 3
2002 kecelakaan lalu lintas sampai 8, mengalami amnesia > 24
merupakan penyebab kematian jam (Haddad, 2012).
urutan kesebelas di seluruh dunia ,
7

Menurut Elizabeth (2001) dan


dengan penyakit Cedera Kepala
Smeltzer (2001), penyebab cedera
Berat di Instlasai Gawat Darurat
kepala berat adalah 1) Trauma
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
tajamKerusakan terjadi hanya
mulai dari pengkajian sampai
terbatas pada daerah itu merobek
evaluasi. Dengan pendekatan studi
otak, misalnya tertembak
kasus yaitu metode ilmiah yang
peluru/benda tajam.2) Trauma
bersifat mengumpulkan data,
tumpul: Kerusakan menyebar
menganalisis data dan menarik
karena kekuatan benturan, biasanya
kesimpulan data
lebih berat sifatnya.3) Cedera
akselerasi: Peristiwa gonjatan yang
Tempat Dan Waktu
hebat pada kepala baik disebabkan
Tempat yang dijadkan kasus
oleh pukulan maupun bukan dari
dalam pembuatan Karya Tulis
pukulan.4) Kecelakaan, jatuh,
Ilmiah di IGD RSUD Dr. Moewardi
kecelakaan kendaraan bermotor
Surakarta. Waktu pelaksanaan
atau sepeda, dan mobil.5)
asuhan keperawatan pada tanggal
Kecelakaan pada saat olah raga.6)
13 Juli 2012 dari jam17.30 WIB
Cedera akibat kekerasan.7)Cidera
sampai 21.00 WIB.
akibat benturan, memar.8) Cidera
robekan atau hemoragi.9) Hematom
Langkah-Langkah
intracerebral
Penulisan karya tulis ini
Menurut Elizabeth (2001), disusun secara singkat dan
gambaran klinis cedera kepala berat sistematis, dimana penyusunannya
adalah: 1) Ada kontusio, segera dibagi dalam enam bab.
terjadi kehilangan kesadaran. Pada Bab pertama pendahuluan
hematom kesadaran dapat hilang yang berisi latar belakang masalah,
segera atau secara bertahap seiring rumusan masalah ,tujuan dan
dengan membesarnya hematom manfaat penulisan.
atau edema interstisium2) Pola Bab kedua tentang tinjauan
pernafasan dapat secara progresif pustaka yang berisi konsep dasar
menjadi abnormal 3) Respon pupil dan
dapat lenyap atau secara progresif asuhan keperawatan, yaitu konsep
memburuk 4) Nyeri kepala dapat dasar penyakit yang terdiri dari
muncul segera atau bertahap pengeritan, etiologi, manifestasi
seiring dengan peningkatan TIK 5) klinis, patofisiologi, pathway,
Dapat timbul muntah-muntah akibat pemeriksaan penunjang,
peningkatan TIK 6) Perubahan penatalaksanaan medis dan
perilaku, kognitif, dan perubahan keperawatan pengkajian data dasar,
fisik pada berbicara dan gerakan diagnose keperawatan dan
motorik dapat timbul segera atau intervensi.
secara lambat Bab ketiga berisi tentang
metodelogi karya tulis ilmiah yaitu :
METODOLOGI PENELITIAN tempat dan waktu, langkah-langkah
Pendekatan penyusunan KTI, teknik
Karya tulis ilmiah ini penulis susun pengumpulan data.
dengan menggunakan metode Bab keempat tinjauan kasus
penulisan deskriptif yaitu yang menerangkan tentang kasus
menggambarkan suatu keadaan yang terjadi dan pelaksanaan
yang sedang terjadi. Penulis asuhan keperawatan Ny.C dengan
menggambarkan suatu proses CKB di IGD Dr.Moewardi Surakarta
keperawatan pada klien Ny.C yang berisi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan,
pada klien Ny.C dengan penyakit
pelaksanaan dan evaluasi.
ginjal kronik di IGD RSUD
Bab kelima pembahasan Dr.Moewardi Surakarta.4) Studi
tentang penalaran hasil penelitian, Dokument adalah suatu teknik yang
perpaduan teori dengan kasus yang di peroleh dengan mempelajari buku
ditemui, pembahasan dengan laporan , catatan medis serta hasil
jurnal- jurnal pendukung, dan pemeriksaan yang ada. Penulis
keterbatasan peneliti sehingga mempelajari buku laporan, catatan
dapat memberikan saran untuk yang mengenai data-data klien Ny.C
yang selanjutnya. dengan penyakit CKB di IGD RSUD
Bab enam kesimpulan dan Dr.Moewardi Surakarta.
saran berisi tentang sintesis dari
pembahasan (jawaban dari Analisa Data
rumusan masalah), Dalam penelitian ini peneliti
implikasi untuk menganalisa data dengan menelah
pengembangan ilmu pengetahuan seluruh data yang tersedia dari
dan memberikan saran kepada berbagai sumber, yaitu wawancara,
pengambil kebijakan. dan pengamatan, maka langkah
berikutnya adalah mengadakan
Teknik Pengumpulan Data reduksi data dari hasil pengkajian
1) Observasi partisipatif adalah selama diruang IGD yang kemudian
suatu teknik pengumpulan data akan dibandingkan antara teori
yang dilakukan dengan dengan kenyataan yang ada pada
mengadakan pengamatan dan asuhan keperawatan Ny.C dengan
melaksanakan asuhan keperawatan CKB di IGD RSUD Dr. Moewardi
pada klien selama dirawat di rumah Surakarta
sakit dan lebih bersifat obyektif,
yaitu dengan melihat respon klien Keabsahan Data
setelah dilakukan tindakan. Penulis Untuk menghindari kesalahan
melakukan observasi partisipatif atau kekeliruan data yang telah
dengan cara melihat respon klien terkumpul, perlu dilakukan
setelah penulis melakukan tindakan pengecekan keabsahan data.
keperawatan.2) Wawancara yaitu Pengecekan keabsahan data
teknik pengumpulan data dengan didasarkan pada kriteria deraja
melakukan tanya jawab tentang kepercayaan dengan teknik
masalah masalah yang dihadapi trianggulasi, ketekunan
klien. Penulis melakukan pengamatan, pengecekan teman
wawancara langsung dengan klien, sejawat (Moleong, 2004).Ketekunan
keluarga perawat dan tenaga pengamatan dilakukan dengan
kesehatan lain mengenai tentang teknik melakukan pengamatan yang
teori keadaan klien dengan penyakit diteliti, rinci dan terus menerus
ginjal kronik. Penulis melakukan selama proses pengkajian
perawatan secara langsung pada berlangsung yang diikuti dengan
klien dengan penyakit CKB di IGD kegiatan wawancara secara intensif
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.3) terhadap subjek agar data yang
Pemeriksaan Fisik adalah teknik dihasilkan terhindar dari hal-hal
pemgumpulan data dengan yang tidak diinginkan. Pengecekan
melakukan pemeriksaan teman sejawat dilakukan dalam
mulai dari inspeksi, palpasi, perkusi bentuk diskusi mengenai proses
dan auskultasi untuk mendapatkan dan hasil dengan harapan untuk
data fisik klien secara keseluruhan. memperoleh
Penulis melakukan pemeriksaan
fisik secara langsung
masukan baik dari segi metodelogi
helm. Motor yang dinaiki klien
maupun pelaksanaan tindakan.
bertabrakan dengan motor lain dari
Etika arah berlawanan. Klien terjatuh
1) Anonimity untuk menjaga dengan posisi kepala membentur
kerahasiaan identitas klien, peneliti aspal, muntah yang berisi sisa
tidak akan mencantumkan namanya makanan kemudian klien tidak
pada KTI ini, tetapi cukup dengan sadar. Oleh penolong klien dibawa
memberi inisial dari pasien.2) ke RSUP Tirtonegoro Klaten,
Confidentiallity semua informasi dipasang infus, diberikan obat
injeksi dan dilakukan CT-SCAN
yang diberikan oleh Ny.C dan
kepala. Karenan keterbatasan
keluarganya dijamin kerahasiannya tenaga ahli klien dirujuk ke RSUD
oleh peneliti. Dr. Moewardi Surakarta.datang ke
Rumah Sakit dengan keluhan
HASIL PENELITIAN DAN penurunan kesadaran. ± 8 jam.
PEMBAHASAN Keadaan saat di IGD klien
mengalami penurunan kesadaran,
Data Profil Objek terpasang O2 3 lpm, terpasang infus
Klien bernama Ny.C , umur 65 NaCl.
tahun, jenis kelamin perempuan, Riwayat Penyakit Dahulu
pendidikan SLTA, pekerjaan ibu menurut keluarga klien belum
rumah tangga, agama kristen, pernah dirawat di Rumah Sakit serta
alamat sungkur baru, tanggal tidak mempunyai penyakit darah
/jammasuk RS 13 Juli 2012 jam tinggi, jantung maupun gula.
17.30 WIB, tanggal/jam pengkajian Riwayat Penyakit Keluarga tidak
13 Juli 2012/17.30, sumber ada anggota keluarga yang
informasi keluarga serta rekam mempunyai penyakit diabetes
medis, no RM 01139476, diagnosa millitus, hipertensi
medis cidera kepala berat Pengkajian primer klien
(CKB), mengalami masalah pada breathing
penangungjawab nama Tn Y, umur (pernafasan cyene stoke), disability
42 tahun dan hubungan dengan (klien mengalami penurunan
klien adalah anak kesadaran), eksposure ( hematoma
dan robek pada kepala samping
Asuhan Keperawatan sebelah kanan). Pada pengkajian
Pada gambaran kasus ini sekunder AMPLE klien tidak
penulis melaporkan hasil mengalami masalah.
pengelolaan asuhan keperawatan Hasil pemeriksaan fisik pada
pada klien Ny. C dengan CKB di Ny. C keadaan umum lemah,
IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta. kesadaran sopor, GCS E1V1M5, TD :
Dari pengkajian didapatkan , TD: 150/60 mmHg , N: 100 X/menit
hasil tentang keluhan utama klien RR: 28 X/menit S: 37,1OC, HR: 98
yaitu penurunan kesadaran. Alasan X, SP02: 93%, RC +/+, RCL
klien masuk IGD adalah rujuakan +/+.
dari RSUP Dr. Tirtonegoro Klaten Pemeriksaan Head To Toe yang
dengan penurunan kesadaran ± 8 mengalami masalah antara lain
jam. pada kepala ada luka robek 1 cm
Riwayat penyakit sekarang dan hematoma pada temporal
kllien ± 8 jam sebelum masuk kanan, pupil anisokor 3mm/2mm.
rumah sakit, saat klien Pemeriksaan dada inspeksi RR : 28
membonceng sepeda motor dengan X/menit, ekstremitas kiri atas
menggunakan terpasang infus NaCl 15 tpm sejak
tanggal 13 Juli 2012.
Pengkajian Tersier meliputi
neurovaskular, implementasinya
pemeriksaan penunjang yang
dilakukan mengukur vital sign,
dilakukan: pemeriksaan
memberikan posisi elevasi kepala
laboratorium tanggal 13 Juli 2012
15O, memberikan terapi O2 per nasal
hematologi: hemoglobin hasil 7,7
canul 3 lpm, mengambil darah arteri
g/dl ( N: 12,0 – 15,6 g/dl),
untuk pemeriksaan AGD,
hematokrit hasil 22 % (N:
memberikan mayo, melakukan
33 – 45 %), le0kosit hasil
suction, melakukan intubasi . Pada
24,8x103/µL (N:4,5-11,0), eritrosit
masalah ini penulis melakukan
hasil 2,53x106/µL (N: 4,5-5,10),
tindakan keperawatan sesuai
Pemeriksaan kimia klinik: ureum
dengan rencana keperawatan yang
hasil 62 mg/dl ( N: <50), creatinin
telah disusun, diantaranya
hasil 1,3 mg/dl (N: 0,6 – 1,2). Hasil
melakukan tindakan keperawatan
foto Ct-Scan haematom
elevasi kepala 15O untuk
ekstracranial regio parietal dextra,
memaksimalkan pemasukan
EDH di regio temporo-parietalis
oksigen. Hal ini sesuai dengan
dextra (6-8) dan regio parietalis
pendapat Antonio (2005)
sinistra (18-19), SDH di regio
menyebutkan management awal
temporo-parietalis sinistra (5-19),
untuk pasien CKB dengan
ICH di lobus temporalis dextra
gangguan pernafasan adalah
( Slice 8), SAH di regio temporo-
elevasi kepala di tempat tidur agar
parietalis sinistra dan di cysterna,
oksigen masuk secara adekuat dan
Infark di capsula interna dextra dan
mencegah terjadinya peningkatan
corona radiata dextra (14-17), Infark
tekanan intrakranial. Selain itu
di lobus oksipitalis perimedian
penulis memberikan oksigen dan
dextra (10-16), Oedema cerebri
melakukan intubasi sebagai salah
dengan mid line shifted ke dextra,
satu tindakan kolaboratif. Kurt
Cysterna ambients menyempit
(2007) menyatakan dalam jurnalnya
curiga tanda herniasi tersier.
yang berjudul “Emergent
Setelah mendapatkan data- Endotracheal Intubation and
data yang menunjukan keadaan Mortality in Traumatic Brain Injury”
klien maka diperoleh analisa data, bahwa penggunaan endotrakhea
sehingga dapat ditentukan intubasi pada pasien cidera kepala
diagnoasa sesuai prioritasnya yaitu : berat dapat memperpanjang
Pola nafas tidak efektif b.d kehidupan.
hipoventilasi, kerusakan Kemudian penulis juga melakukan
neurovaskular, gangguan perfusi suction dengan tujuan untuk
jaringan cerebral b.d edema otak, membersihkan sekret maupun
risiko infeksi b.d perdarahan saliva yang menumpuk pada jalan
cerebral, trauma jaringan. nafas, agar oksigen masuk dengan
Setelah masalah keperawatan bebas. Hal ini sesuai dengan
pada klien ditentukan kemudian pendapat Mattew (2007) bahwa
disusun rencana keperawatan pada pasien yang mengalami
beserta tujuan dan kriteria hasilnya penurunan kesadaran tidak mampu
untuk setiap diagnosa keperawatan untuk mengontrol saliva maupun
seperti yang ada dalam tinjauan sekret yang muncul pada dirinya
teori. sendiri sehingga perlu tindakan
Adapun implementasi suction untuk mengatasinya. 2)
keperawatan yang dilakukan pada gangguan perfusi jaringan cerebral
Ny. C yaitu :1) Pola nafas tidak b.d edema otak implementasi yang
efektif b.d hipoventilasi, kerusakan dilakukan mengukur vital sign,
mengkaji tingkat
46
kesadaran klien, memberikan posisi membersihkan luka pada kepala,
elevasi kepala 15O, mengambil memberikan skin test dan injeksi
darah vena, memberikan injeksi ceftriaxone 2gr/24 jam. Setelah
piracetam 3 gr, mengganti infus tindakan yang dilakukan sesuai
NaCl dengan D5 ½ NS 15 tpm, maka setiap tindakan dari masalah
memasang dower cateter. Pada kperawatan yang ada harus
masalah ini penulis melakukan dilakukan evaluasi. Evaluasi akhir
elevasi kepala 15O dengan tjuan dari 1 X 2 jam tindakan
untuk mengurangi terjadinya keperawatan yang dilakukan yaitu
peningkatan TIK. Hal ini sisukung diagnosa 1) Masalah pola nafas
oleh pendapat Katsuji (2010) klien teratasi sebagian (jalan nafas
tindakan elevasi kepala dapat paten), klien terpasang ETT ukuran
mengendalikan tekanan intrakranial 7,RR 26 X/menit, intervensi
dan mempertahankan PaCO2 pada dilajutkan patau pernafasan klien. 2)
25 mmHg atau lebih. Selain itu
Masalah gangguan perfusi jaringan
penulis juga melakukan tindakan
cerebral teratasi sebagian (SpO2
kolaboratif yaitu memberikan injeksi
99%, kesadaran sopor), lanjutkan
piracetam. Hal ini sesuai dengan
intervensi manajemen perfusi
pendapat Mark (2011) pemberian
jaringan. 3) risiko infeksi belum
obat antikoagulan pada pasien
teratasi (TTV belum dalam rentang
cidera kepala berat digunakan untuk
normal dannilai leokosit juga belum
mencegah tejadinya aglutinasi yang
menunjukan normal), lanjutkan
akan menghambat oksigenasi,
intervensi manajemen kontrol
mencegah terjadinya hipotermi dan
infeksi. Hal ini sesuai dengan
asidosis. Selain itu penulis juga
pernyataan Suyono (2003) bahwa
memberikan terapi cairan D5% ½
infeksi adalah proses invasive oleh
NS. Pemberian terapi ini di dukung
mikroorganisme dan berpoliferasi
oleh pendapat Shawn (2010) bahwa
dalam tubuh yang menyebabkan
resusitasi dengan larutan hipertonik
sakit. Sehingga penulis mecuci
seperti kombinasi dextran
tangan terlebih dahulu dan memakai
merupakan pilihan pertama yang
handscun sebelum melakukan
efektif untuk kondisi adanya
perawatan kepada pasien. Hal ini
peningkatan tekanan intrakranial
didukung oleh penelitian Stuart
dan edema otak. Uji laboratorium
(2008) dengan judul “ Surgial hand
dan klinik menyebutkan bahwa
antisepsis to resduce surgical site
kombinasi dextran mempunyai efek
infection”. Dimana hasil penelitian
immunomodulatory dan
menunjukan bahwa penggunaan
antiinflammatory, kejanya larutan antiseptik sebagai sarana
mengaktifkan sel yang memicu cuci tangan sangat mempengaruhi
pengeluaran cytokinin dan dan efektif dalam mengendalikan
membentuk molekul yang bersifat mikroorganisme. Penulis juga
adhesi sehingga mampu melindungi memberikan tindakan merawat luka
otak agar tidak terjadi kerusakan robekan pada kepala sebagai salah
yang lebih parah. 3) risiko infeksi satu cara untuk meminimalkan agen
b.d trauma jaringan,perdarahan mikroorganisme yang ada.
cerebral., implementasi yang Perawatan luka menggunakan NaCl
dilakukan antara lain mencuci dan desinfektan. Menurut Michelle
tangan sebelum melakukan (2010) dalam jurnal “ Wound
tindakan keperawatan kepada klien, cleansing: sorely neglected?”
mengukur suhu tubuh klien,
,menyebutkan bahwa pemakaian
NaCl merupakan solusi yang baik
masalah risiko infeksi penulis
untuk luka karena bersifat isotonic
melakukan cuci tangan dengan
yang dapat menghilangakn
antiseptic serta memakai handscun,
mikroorgnaisme di di permukaan
perawatan luka dengan NaCl dan
kulit. Selain itu penulis juga
pemberian obat antibiotik
memberikan injeksi ceftriaxone yang
ceftriaxone.
bertujuan untuk membunuh
5. Evaluasi dari setiap diagnosa
mikroorganisme. Menurut David
yang menucul pada pola nafas tidak
(2005) ceftriaxone merupakan
efektif teratasi sebagian, ganguan
golongan obat antibiotik golongan
perfusi jaringan cerebral teratsi
sefalosporin yang
mempunyaispectrum yang luas sebagian dan masalah risiko infeksi
juga teratasi sebagian. Pasien perlu
dengan waktu paruh 8 jam, efektif
perawatan yang intensif di ruang
terhadap mikroorganisme gram
rawat inap dan serta diprogramkan
positif maupun negatif dan sangat
stabil terhadap enzim laktamase. untuk operasi. 50

Saran
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Bagi perawat
Kesimpulan Dalam memberikan asuhan
Berdasarkan hasil pemhasan keperawatan pasa pasien CKB
sebelumnya, maka penulis harus memonitoring tekanan
mengambil kesimpulan sebagai intrakranial serta manajemen
berikut: resusitasi yang sesuai dengan
kondisi pasien.
1. Dalam kasus ini pengkajian
2. Bagi Rumah Sakit
melipuit pengakajian primer yaitu
Rumah Sakit sebaiknya mempunyai
ABCDE, pemeriksaan head to toe
standar asuhan keperawatan
dan pemeriksaan penunjang.
tentang CKB
Dengan hasil dapat diketahui
3. Bagi institusi pendidikan
adanya perdarahan pada otak.
Diharapkan karya tulis ilmiah ini
2. Diagnosa keperawatan yang dapat digunkan sebagai refrensi
muncul pola nafas tidak efektif, yang menunjang pembelajaran.
gangguan perfusi jaringan cerebral 4. Bagi penulis
dan risiko infeksi. Mahasiswa yang sedang praktek,
3. Intervensi yang dilakukan gunakan kesempatan ini sebaik
pada diagnosa pola nafas tidak mungkin untuk serius mencari
efektif dengan management airway. pengetahuan dalam merawat pasien
Gangguan perfusi jarigan cerebaral CKB.
dengan Fluid management. Risiko
infeksi dengan infection control dan
infection protection. DAFTAR PUSTAKA
4. Implementasi penulis pada
pola nafas tidak efektif adalah Antonio J Marin-Caballos, Francisco
elevasi kepala 15O, pemberian Murillo, Aurelio Cayuela
suction, pemberian oksigen dan dkk.Cerebral
pemasangan endotrakheal. Pada Perfusion Pressure
masalah gangguan perfusi jaringan and Risk Of Brain Hypoxia in
cerebral penulis melakukan elevasi Severe Head Injury. Critical
kepala 15O , memberikan cairan D Care.2005.http://creativecomm
½ NS dan obat piracetam. Pada ons.org/licenses/by/2.0)
Doenges, M E dkk (2000) .
Mark J.Midwinter and Tom
Rencana Asuhan
wooley.Resuscitation and
Keperawatan : pedoman
Coagulation Severly Injured
untuk perencanaan dan
Trauma Patient.Academic
pendokumentasian
Department of Military Surgery
perawatan pasien . Jakarta :
and Trauma and Department
EGC.
of Military Anaesthesia and
Critical Care, Royal Centre for
Elizabeth J. Corwin (2001) . Buku Defence Medicine,
Saku Patofisiologi . Jakarta : Birmingham. Philosophical
EGC. Transactions of the royal
society. 2010
Katsuji Shima, Tohru Aruga,
Takehide Onuma, Minoru Moeloeng. 2007. Metodologi
Shigemori, and members of Penelitian Kualitatif. Bandung :
the Japanese Guidelines PT. Rosdakarya.
Committee on the Nanda. 2009. Nursing Diagnosis:
Management of Severe Head Definitions and classification.
Injury (2nd Edition), and the USA:Philadelphia.
Japan Society of Price, A. Wilson (2005).
Neurotraumatology. JSNT- Patofisiologi Konsep
Guidelines for Proses-Proses
the Management Penyakit, Edisi 4. Jakarta :
of Severe Head Injury EGC
(Abridged edition). Asian Samir H haddad dan Yaseen M
Journal of Arabi. Critical
Neurosurgery.2010 Care
Kurt R Denninghoff, Mervin J Griffin Management Of Severe
dkk.Emergent Endotracheal Traumatic Brain Injury in
Intubation and Mortality in Adults.Journal Of Trauma
Traumatic Brain Injury. 2008. Resuscitation and Emergency
www.westjem.org Medicine. 2012.
Http://www.sjtrem.com/content/
Mattew O. Hebb, David B. Clarke, 20/1/12
John M.Tallon.. Development
of a provincial guideline for Shawn G Rhind, Natomi, Andrew J
the acute assessment and Baker, Laurie J Mamisan
management of adult and dkk.Prehospital Resuscitation
pediatric patients with head With Hypertonic
injuries. Departement Of Saline- Dextran
Sugery, Division Of modula tes
Neurosurgery and the Inflamatory, Coagulation and
depatement of emergency endothelial Activation Maker
Medicine Dalhousie Universty, Profile in Severe Traumatic
Hallfax, NS. Canadian Medical Brain Injured Patients. Journal
Association Can J Burg, Vol 5 of
No.3. 2007 Neuroinflammation.2010.http://
www.jneuroinflam
Mansjoer, Arif (2002) . Kapita mation.com/content/7/1/5
Selekta Kedokteran Jilid 2.
Jakarta : Media Aesculspius Smeltzer, S.C (2002) . Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Vol. 2. Jakarta : EGC.
Yudith M. Wilkinson.2007. Buku
Saku Diangnosa Keperawatan
dengan Intervnesi NIC dan
Kriteria hasil NOC. EGC:
Jakarta

*Vitri Hariyani: Mahasiswa Profesi


Ners FIK UMS. Jln A Yani Tromol
Post 1 Kartasura

** Winarsih Nur A, S.Kep., Ns.,


ETN., M.Kep : Pembimbing
Akademik FIK UMS

*** Mulyo Budiyono, S.Kep., Ns.:


Pembimbing Klinik Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Moewardi
3

Anda mungkin juga menyukai