Anda di halaman 1dari 6

1

LATAR BELAKANG remaja biasanya makan lebih sering dan


lebih banyak. Sesudah masa percepatan
Dispepsia merupakan salah satu masalah pertumbuhan biasanya mereka akan lebih
kesehatan yang sering ditemui pada praktek memperhatikan penampilan dirinya terutama
sehari‐hari. Diperkirakan hampir 30% kasus remaja putri. Mereka sering kali terlalu ketat
yang dijumpai pada praktek umum dan 60% dalam pengaturan pola makan dalam
pada praktek gastroenterologi merupakan menjaga penampilannya sehingga dapat
dispepsia. Dispepsia menggambarkan mengakibatkan kekurangan gizi.6
keluhan atau kumpulan gejala (sindrom)
yang terdiri dari nyeri epigastrium, mual, Menurut profil data kesehatan tahun 2011,
muntah, kembung, cepat kenyang, rasa dispepsia termasuk dalam sepuluh besar
penuh di perut, sendawa, regurgitasi, dan penyakit rawat inap di rumah sakit,
rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom sedangkan untuk sepuluh besar penyakit
atau keluhan ini dapat disebabkan oleh rawat jalan di rumah sakit dispepsia berada
berbagai penyakit tentunya terutama pada urutan ke‐ 6 dengan angka kejadian
penyakit lambung.1 kasus sebesar 34.981 kasus pada pria dan
53.618 kasus pada wanita, jumlah kasus baru
Dispepsia bukan merupakan kasus yang sebesar 88.599 kasus.7 Berdasarkan kriteria
mengancam jiwa namun gejala–gejala diagnosa Roma III sindroma dispepsia
tersebut terjadi dalam waktu lama. Dispepsia didiagnosis dengan gejala rasa penuh yang
merupakan suatu masalah penting apabila terganggu, cepat kenyang, rasa tidak enak
mengakibatkan penurunan kualitas hidup atau nyeri epigastrium, dan rasa terbakar
individu tersebut. Meskipun demikian, pada epigastrium. Pada kriteria tersebut juga
sebagian besar kasus merupakan dispepsia dinyatakan bahwa dispepsia ditandai dengan
fungsional dan dispepsia tersebut jarang satu atau lebih dari gejala dispepsia yang
berakibat fatal. Dispepsia memberikan diperkirakan berasal dari daerah
dampak yang kuat terhadap health‐related gastroduodenal.3    Perlu penatalaksanaan
quality of life karena perjalanan alamiah secara menyeluruh terhadap dispepsia untuk
penyakit dispepsia berjalan kronis dan sering mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain
kambuh dan pemberian terapi kurang efektif itu, dibutuhkan partisipasi dan dukungan
untuk mengontrol gejala.2 Gejala‐gejala pelaku rawat keluarga yang optimal dalam
dispepsia dapat mengganggu aktifitas sehari‐ memotivasi, mengingatkan, serta
hari dan mengakibatkan suatu dampak yang memperhatikan pasien dalam
bermakna terhadap kualitas hidup dan penatalaksanaan penyakitnya.
peningkatan biaya pengobatan.3 Sebagian
besar pasien masih merasakan nyeri Selain itu juga hipertensi masih menjadi
abdomen dengan tingkat yang bermakna masalah yang cukup serius di masyarakat.
sehingga menghentikan aktifitas sehari–hari Hipertensi merupakan salah satu dari 10
dan pemberian terapi masih belum penyakit penyebab kematian terbesar di 15
memuaskan untuk kondisi kronis tersebut.4 kabupaten di Indonesia. Sampai saat ini
hipertensi masih merupakan tantangan besar
Perkembangan teknologi dan industri serta di Indonesia dan merupakan kondisi yang
perbaikan sosioekonomi telah membawa sering ditemukan pada pelayanan kesehatan
perubahan perilaku dan gaya hidup primer.8 Di Asia tercatat 38,4 juta penderita
masyarakat serta situasi lingkungan seperti hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi
pola konsumsi makanan yang tidak akan menjadi 67,4 juta orang pada tahun
seimbang, kurangnya aktifitas fisik, dan 2025. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tahun 2013 mencatat hipertensi pada
tersebut telah memberi pengaruh terhadap penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia
terjadinya peningkatan kasus–kasus penyakit adalah sebesar 25,8%. Provinsi Lampung
tidak menular.5 Pertumbuhan yang pesat, sendiri memiliki jumlah penderita hipertensi
perubahan psikologis yang dramatis, serta sebanyak 24,7% dari jumlah penduduk, yang
peningkatan aktivitas yang menjadi berarti terjadi peningkatan jumlah dari hasil
karateristik masa remaja, menyebabkan sebelumnya yaitu 24,1%.9
peningkatan kebutuhan zat gizi dan Perkembangan penyakit hipertensi di
terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan Lampung menduduki peringkat ke 3 dari 10
ini akan mempengaruhi status gizi. Saat penyakit terbesar pada pasien rawat jalan
mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, Puskesmas.10 Dari data diatas dapat
2

disimpulkan dari tahun ke tahun terdapat kesehariannya pasien mengaku tidak pernah
peningkatan lansia yang menderita mengatur pola makannya, pasien cenderung
hipertensi dan ini perlu mendapatkan hanya makan satu kali dalam sehari
perhatian dan penanganan yang baik, dikarenakan pasien sibuk dengan kegiatan
mengingat prevalensi yang tinggi dan sehari-hari sampai pasien lupa untuk makan.
komplikasi yang ditimbulkan cukup berat.11 Pasien mengaku pada awalnya pasien
Hipertensi merupakan penyebab kematian mencoba untuk menurunkan berat badan
nomor 3 yakni mencapai 6,7 % dari populasi dengan hanya makan satu kali sehari sejak
kematian pada semua umur di Indonesia.12 delapan tahun yang lalu. Sejak saat itu, pola
makan pasien terganggu, bahkan terkadang
Hipertensi dapat disebabkan oleh kekakuan pasien tidak makan sama sekali dalam satu
pada arteri sehingga tekanan darah hari. 
cenderung meningkat. Selain itu penyebab
hipertensi dapat terjadi karena gaya hidup Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri
serta perilaku sehari-hari yang kepala sejak 3 hari yang lalu dan semakin
mengkonsumsi makanan yang banyak memberat sejak 1 hari sebelum ke Puskemas
mengandung garam. Hipertensi ditandai disertai dengan susah tidur. Nyeri kepala
dengan meningkatnya tekanan darah secara terutama dirasakan pada belakang kepala
tidak wajar dan terus-menerus karena kemudian menjalar ke leher sehingga
rusaknya salah satu atau beberapa faktor tengkuk pasien terasa berat. Nyeri kepala
yang berperan mempertahankan tekanan dirasakan hilang timbul dan berkurang
darah agar tetap normal.8 Badan kesehatan dengan istirahat. Pasien mengaku keluhan
dunia atau WHO (world health seperti ini sudah dirasakan sejak hamil anak
organization) telah memberikan batasan ke tiga, namun pasien masih belum
bahwa seseorang dengan beragam usia dan menghiraukan keadaannya dan hanya
jenis kelamin, apabila tekanan darahnya melakukan pengobatan apabila ada keluhan
berada pada satuan 140/90 mmHg atau serta tidak rutin kontrol. Pasien mengaku
diatas 160/90 mmHg, maka ia sudah dapat bahwa ibu pasien memiliki hipertensi dan
dikatagorikan sebagai penderita hipertensi.11 sudah meninggal akibat penyakit jantung.
Pasien mendatangi puskesmas dengan
Krisis hipertensi ditandai dengan harapan agar dapat diobati rasa penuh di
peningkatan akut tekanan darah sistolik perut dan tekanan darahnya agar tidak
>180/120 mmHg. JNC 7 membagi krisis menjadi stroke. Pasien mengaku belum
hipertensi berdasarkan ada atau tidaknya banyak mengetahui mengenai penyakitnya,
bukti kerusakan organ sasaran yang selama ini ia hanya datang berobat apabila
progresif (hipertensi emergensi dan ada keluhan dan setiap diperiksa tekanan
hipertensi urgensi).13 darah pasien tinggi. Pasien belum
mengontrol pola makan ataupun aktivitas
sehari-hari.
TUJUAN STUDI
1. Mengidentifikasi faktor risiko dan Pasien biasanya makan satu kali sehari.
masalah klinis yang terdapat pada Makanan yang dimakan kurang bervariasi.
pasien. Pasien menyukai makanan yang pedas dan
2. Menerapkan pendekatan dokter asam, penggunaan garam dalam masakan
keluarga yang holistik dan juga masih belum dapat dikendalikan,
komprehensif sesuai masalah yang sehari-hari pasien bisa menggunakan garam
ditemukan pada pasien, dan melakukan ≥5 gram (setara dengan 1 sendok teh).
penatalaksanaan berbasis Evident Based Makanan berlemak tidak terlalu sering.
Medicine yang bersifat patient- Asupan serat pasien juga masih tergolong
centered, family focused, dan rendah. Begitu pula dengan asupan kalsium,
community oriented. pasien mengaku sangat jarang
mengkonsumsi susu ataupun olahannya,
ILUSTRASI KASUS namun sumber kalsium lain seperti ikan,
Pasien Ny. S, seorang ibu rumah tangga kacang-kacangan, sayur seperti bayam, kol,
berusia 51 tahun datang ke Puskesmas kangkung masih dikonsumsi namun tidak
Gedong Tataan dengan keluhan perut terasa dalam intensitas yang sering. Kegiatan
penuh terutama pada bagian ulu hati dan rumah tangga dikerjakan sendiri. Kegiatan
mual sejak 5 bulan yang lalu. Dalam sehari-hari yang biasa dilakukan pasien
3

seperti mencuci pakaian, menyetrika Ny. S, ibu rumah tangga, 51 tahun datang ke
pakaian, mencuci piring, memasak, Puskesmas Gedong Tataan dengan keluhan
membersihkan rumah. Pasien rutin perut terasa penuh terutama pada ulu hati
mengikuti senam lansia di daerah dan mual sejak 5 bulan yang lalu. Pasien
rumahnnya dan mengatakan tidak juga mengeluhkan nyeri kepala sejak 3 hari
mengkonsumsi alkohol ataupun merokok. yang lalu dan semakin memberat sejak 1
hari sebelum ke Puskemas. Nyeri kepala
Pasien tinggal bersama suaminya Tn. M (65 terutama dirasakan pada bagian belakang
tahun), anak Tn. D (19 tahun). Kedua anak kepala kemudian menjalar ke leher sehingga
pasien yang lain telah ikut bersama suami tengkuk pasien terasa berat. Nyeri kepala
masing-masing. Suami pasien bekerja jual dirasakan hilang timbul dan berkurang
beli ayam di pasar. Anak pertama pasien dengan istirahat. Keluhan seperti ini sering
sudah menikah dan memiliki satu anak. dirasakan pasien sejak 19 tahun terakhir.
Anak kedua pasien juga sudah menikah dan Pasien mengatakan memiliki tekanan darah
memiliki satu anak. Anak ketiga pasien baru tinggi sejak 19 tahun dan tidak terkontrol.
lulus SMK, belum menikah dan belum
bekerja. Pemeriksaan Fisik:
Penampilan cukup bersih dan terawat, berat
Ayah dan ibu Ny.S sudah meninggal badan 71 kg, tinggi badan 150 cm, IMT
dikarenakan sakit. Ibu Ny.S menderita darah 31,56 (Obesitas), compos mentis, tampak
tinggi dan penyakit jantung. Sedangkan sakit sedang. Tekanan darah 180/110mmHg,
Ny.S mengaku ayahnya meninggal karena nadi 98x/menit, frekuensi napas 18x/menit,
sakit sudah tua. suhu tubuh 36,7o C.

Setelah dilakukan anamnesis dan Status Generalis:


pemeriksaan fisik pada Ny.S didapatkan Mata normal (konjungtiva tidak anemis,
tekanan darah pasien tinggi sklera tidak ikhterik), telinga normal (sekret
(180/110mmHg). Keluarga tidak (-/-), hiperemis (-/-), hidung normal (sekret
mengingatkan pasien untuk berobat rutin ke (-/-), normosmia ki=ka, hiperemis (-/-).
Puskesmas. Leher, JVP tidak meningkat, tidak ada
pembesaran KGB. Paru, gerak dada dan
Sejak seminggu terakhir Ny.S merasa fremitus taktil simetris, nyeri tekan (-), masa
sakitnya bertambah berat. Dan hilang (-), ekspansi simetris, sonor kedua lapang
timbul. Dan semakin memberat sejak 1 hari paru pada perkusi, dan tidak didapatkan
sebelum berkunjung ke Puskesmas Gedong rhonki dan wheezing, kesan dalam batas
Tataan. Pola pengobatan pasien ini bersifat normal. Jantung, bunyi jantung I dan bunyi
kuratif, apabila mengalami keluhan, pasien jantung II regular, tidak ada bunyi jantung
baru pergi untuk berobat. Akan tetapi, pasien tambahan. Abdomen, supel, bising usus +
dan keluarganya sudah memiliki jaminan (8x/menit), nyeri tekan epigastrium (+),
kesehatan berupa BPJS. Dapat diartikan tidak didapatkan organomegali, undulasi (-),
bahwa pasien dan keluarganya sudah mulai kesan dalam batas normal. Muskuloskeletal
peduli terhadap kondisi kesehatan anggota dan status neurologis kesan dalam batas
keluarga sehingga bisa selalu terjamin. normal.

METODE Status neurologis:


Studi ini merupakan laporan kasus. Data Reflek fisiologis normal, refleks patologis
primer diperoleh melalui anamnesis (-).
(autoanamnesis dan alloanamnesis dari Pemeriksaan motorik dan sensorik pasien
anggota keluarga), pemeriksaan fisik dan tidak ada kelainan.
kunjungan rumah, untuk melengkapi data
keluarga, data psikososial dan lingkungan.
Data sekunder didapat dari rekam medis Pemeriksaan Penunjang
pasien. Penilaian berdasarkan diagnosis
holistik dari awal, proses, dan akhir studi DATA KELUARGA
secara kualitiatif dan kuantitatif. Bentuk keluarga pada pasien ini adalah
keluarga inti. Menurut siklus Duvall, siklus
DATA KLINIS keluarga ini berada pada tahap VII, dimana
Anamesis keluarga dalam usia pertengahan. Pada
4

keluarga ini tidak terdapat gangguan pada


fungsi keluarga.

Motorik Sensorik
Sup. Sup. Sup Sup
Dekstra sinistra dekstra sinistra
Genogram
5 5 + +
Judul : Genogram keluarga Ny. S
Inf. Inf Inf Inf Oleh : Hanifah Hanum
Dekstra sinistra dekstra sinistra Tanggal pembuatan : 16 April 2017
5 5 + +

Gambar 1. Genogram Keluarga Ny. S

Family Map

Gambar 2. Family Mapping Keluarga Ny. S


5

Family Apgar Score - Kekhawatiran: pasien khawatir


Adaptation :2 tekanan darah tinggi yang didapatkan
Partnership :1 pada pemeriksaan dapat menjadi
Growth :2 stroke.
Affection :2 - Harapan: ia tidak perlu melakukan
Resolve :2 pengobatan hingga di rawat di RS
Total Family Apgar score 9 (nilai 8-10, dan bisa mengontrol tekanan
fungsi keluarga baik) darahnya dengan pengobatan di
puskesmas dan jangan sampai
Data Lingkungan Rumah mengalami komplikasi yang
Pasien tinggal bersama dengan suami dan membahayakan dirinya.
satu orang anak. Rumah berukuran 6 m x 7
m tidak bertingkat, memiliki 1 buah kamar 2. Aspek Klinik
tidur, ruang keluarga, gudang, dan dapur. - Dispepsia
Lantai rumah dilapisi semen, dinding terbuat - Hipertensi grade II (ICD10-I10)
dari anyaman kayu. Penerangan dan - Obesitas
ventilasi kurang baik. Rumah tampak cukup
bersih walaupun beberapa perabotan dan 3. Aspek Risiko Internal
pada kamar tampak berantakan. Rumah - Faktor usia
sudah menggunakan listrik, jendela pada - Indeks Massa Tubuh yang termasuk
masing-masing ruangan memiliki satu golongan Obesitas yaitu 31,56 kg/m2
jendela. Rumah berada di lingkungan yang (ICD10-Z68.31)
cukup bersih. Rumah tidak memiliki sumber - Pola makan yang tidak teratur serta
air, dan tidak memiliki kamar mandi dan seringnya mengkonsumsi makanan
jamban. Dapur berantakan tapi lantai tidak pedas dan asam. Pasien belum
licin. memerhatikan jumlah garam pada
setiap kali makan
- Aktivitas fisik tergolong ringan
- Kurangnya pengetahuan pasien
mengenai hipertensi. (ICD10-Z81.0)
- Faktor riwayat keluarga hipertensi
dan serangan jantung
- Pola pengobatan secara kuratif.
(ICD10-Z92.3)

4. Aspek Psikososial Keluarga


- Kurangnya pengetahuan yang
dimiliki keluarga mengenai
dyspepsia, hipertensi, komplikasi dan
cara mencegah komplikasi lanjutan.
- Keluarga tidak selalu memiliki waktu
untuk menemani dan mengajak
pasien untuk kontrol ke pelayanan
kesehatan.
Gambar 3. Denah rumah Ny. S
5. Derajat Fungsional: 2 (dua) yaitu
mampu melakukan pekerjaan ringan
sehari-hari di dalam dan luar rumah.
DIAGNOSTIK HOLISTIK AWAL
1. Aspek Personal
RENCANA INTERVENSI
− Alasan kedatangan: rasa penuh pada
Intervensi yang akan diberikan berupa
ulu hati, mual, dan nyeri kepala
sampai leher, hasil pemeriksaan pencegah sekunder pada dispepsia dan
tekanan darah sangat tinggi dan nyeri hipertensi. Pencegahan sekunder ditujukan
tekan epigastrium. untuk menghentikan proses penyakit lebih
lanjut dan mencegah komplikasi. Pada
6

dyspepsia diharapkan agar tdak terjadi


perdarahan saluran cerna bagian atas Family Focus
maupun ulkus peptimu. Pada penyakit 1. Edukasi keluarga pasien mengenai
penyakit yang diderita pasien,
hipertensi pasien diharapkan agar tidak
komplikasi serta rencana
terjadi komplikasi menjadi penyakit tatalaksananya.
kardiovaskular lainnya seperti stroke, gagal 2. Meminta anggota keluarga yang tinggal
ginjal ataupun hypertension heart disease. serumah dengan pasien untuk
Pada kondisi pasien dengan obesitas melakukan pengawasan terhadap
ditakutkan akan adanya kondisi diabetes makanan pasien dalam 1x24 jam dalam
mellitus. Dilakukan intervensi terhadap bentuk food record dan aturan minum
obat pasien
faktor internal dan eksternal, dengan
3. Edukasi keluarga pasien untuk
melakukan 3 kali kunjungan rumah. mengawasi makanan sehari-hari pasien,
Intervensi dilakukan pada patient center, dengan makanan yang tidak terlalu
family focus dan community oriented. pedas, tidak terlalu asam dan rendah
garam.
4. Edukasi dan motivasi mengenai
Patient Center perlunya dukungan dan perhatian dari
Nonfarmakologi seluruh anggota keluarga terhadap
1. Memberikan penjelasan mengenai perbaikan penyakit pasien.
penyakit yang sedang diderita oleh 5. Edukasi keluarga untuk
pasien dan komplikasinya mememeriksakan tekanan darahnya
2. Edukasi tentang kebutuhan kalori setiap hari.
pasien dengan media intervensi leaflet
makanan serta memotivasi pasien dan Community Oriented
keluarga untuk edukasi di bagian gizi 1. Memotivasi pasien agar mengikuti
puskesmas mengenai makanan apa saja kegiatan senam.
yang diperbolehkan, harus dibatasi dan 2. Memotivasi pasien agar mengikuti
dihindari oleh pasien dispepsia dan kegiatan sosial dan rohani (pengajian)
hipertensi. di lingkungan rumah
3. Memberikan daftar menu diet rendah 3. Mengajak petugas kesehatan untuk
garam dan rendah lemak sesuai lebih aktif melakukan kunjungan ke
kebutuhan kalori 1500 kkal/hari (70% rumah pasien yang memiliki peyakit
karbohidrat, 15% lemak dan 15% kronik.
protein) dalam bentuk poster
4. Merancang program peningkatan
aktivitas fisik dengan cara olahraga
ringan seperti jogging dan senam
minimal 30 menit/hari dengan
frekuensi minimal 3 kali dalam
seminggu.
5. Meningkatkan motivasi pasien untuk
menjaga pola makan teratur dengan
memberikan kalender waktu makan
dalam seminggu.
6. Meningkatkan motivasi pasien untuk
minum obat secara teratur dengan
mengajarkan jam tepat minum obat dan
juga memberikan kotak obat pribadi
agar memudahkan mencari obat.
7. Edukasi pasien untuk kontrol teratur
tekanan darah setiap hari di rumahnya
atau bila ada keluhan.

Farmakoterapi :
1. Antasida 3x200 mg
2. Captopril 3x12,5 mg

Anda mungkin juga menyukai