Alambudaya.com
Shandy Pradana
Verified Writer
02 Mei 2018
Bumi memiliki harta karun yang berlimpah berupa kekayaan alam. Sumber daya alam tentu dibutuhkan
oleh manusia untuk dimanfaatkan pada kehidupan sehari-hari. Namun tidak semua manusia
menggunakan sumber daya alam dengan bijak. Beberapa manusia terus mengeksploitasinya demi
keuntungan pribadi. Akibat yang disebabkan dari habisnya sumber daya alam adalah kerusakan sampai
bencana alam yang sering terjadi akhir-akhir ini. Kerusakan alam juga berujung pada global warming
yang melanda suluruh dunia.
Berbagai usaha dilakukan untuk menjaga alam kembali normal mulai dari reboisasi, larangan untuk
menebang pohon di hutan tertentu, dan lain sebagainya. Indonesia sendiri sebagai negara yang memiliki
kekayaan alam yang melimpah tidak luput dari ancaman ini. Namun siapa sangka kalau suku-suku
pedalaman negeri kita sudah memiliki kearifan lokal untuk menjaga alam sekitarnya jauh sebelum
wacana tentang global warming muncul. Berikut 5 ilmu menjaga bumi dari suku-suku Indonesia yang
membantu mengurangi efek dari global warming.
1. Sistem Sasi
Internet
Meski memanfaatkan kekayaan laut, masyarakat Maluku dan Papua tidak serakah dalam mengambil
hasil laut kerena mereka memiliki sistem Sasi. Sistem Sasi adalah pengaturan waktu bagi penduduk
setempat untuk mengambil hasil laut di wilayah adatnya. Penduduk hanya boleh menangkap ikan pada
saat-saat tertentu. Dengan demikian, flora dan fauna laut bisa memperbaharui diri dan berkembang biak
dengan baik.
Internet
Bagi suku Sakai di Riau, hutan adalah harta yang harus dirawat sebaik-baiknya. Suku Sakai membagi
wilayah hutan mereka menjadi tiga bagian yaitu hutan adat, hutan larangan, dan hutan perladangan. Di
hutan adat, penduduk hanya boleh mengambil rotan, damar, dan madu lebah, tanpa menebang
pohonnya. Sedangkan hutan larangan sama sekali tidak boleh diusik. Sementara hutan perladangan
boleh ditebang untuk dijadikan ladang tapi tidak semua pohon boleh ditebang, misalnya pohon sialang
yang menjadi tempat bersarangnya lebah madu.
Penduduk yang melanggar aturan akan dihukum, misalnya didenda atau diusir dari wilayahnya.
Hukuman berlaku untuk semua orang, bahkan bathin atau kepala suku yang tertangkap melanggar
aturan akan dicopot kedudukannya.
3. Ilmu Pamali
Pamali dalam bahasa Sunda berati tabu alias tidak boleh. Aturan ini tidak tertulis tapi sangat dipatuhi
oleh masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya. Penduduk Kampung Naga percaya jika melanggar adat
hidupnya tidak bakal selamat. Peraturan tersebut di antaranya tidak boleh mengusik Leuweng Larangan
atau Hutan Larangan. Karenanya, penduduk membiarkan pohon tumbang di hutan sampai membusuk.
Mereka juga tidak berani menangkap binatang di hutan. Ilmu Pamali membuat hutan mereka tetap
lestari.
Internet
Suku Dayak Bantian di Kalimantan Timur menanam padi, sayuran, rotan, dan buah-buahan di hutan.
Mereka menggunakan sistem perladangan gilir balik. Mereka membuka hutan untuk dijadikan ladang
selama 2 tahun, setelah itu mereka mencari ladang baru dan membiarkan ladang lama menjadi hutan
kembali. Begitu seterusnya dan tidak semua hutan boleh dijadikan ladang.
Ada pula wilayah hutan yang hanya boleh diambil hasilnya. Buah-buahan hutan yang tidak termakan
oleh penduduk, dibiarkan di hutan agar dimakan oleh satwa liar.
5. Ilmu Pikukuh
Internet
Pikukuh bagi masyarakat Baduy di Banten adalah aturan yang harus ditaati oleh warganya dan oleh
pengunjung yang datang. Aturan itu antara lain, dalam pertanian dilarang menggunakan teknologi kimia
seperti pupuk buatan dan racun pemberantas hama. Penduduk juga dilarang menubai atau meracuni
ikan di sungai, mandi memakai sabun, gosok gigi dengan pasta gigi, membuang kotoran di sembarang
tempat, dan lain sebagainya. Pikukuh membuat masyarakat Baduy hidup berdampingan dengan alam.
Mereka tidak mau mencemari alam dan berusaha menjaga kebersihan serta kemurnian alamnya.
Walau banyak kearifan lokal dari suku-suku di Indonesia yang bertujuan untuk menjaga kelestarian
alam, terkadang kita masih sering mengabaikan aturan-aturan tersebut. Namun tidak ada salahnya kalau
kita mencoba mengikuti cara-cara yang mereka pakai, misalnya tidak asal menebang pohon atau tidak
memakai pupuk kimia dalam pertanian. Dengan begitu alam akan semakin lestari dan dampak dari
global warming bisa dikurangi, setuju?
https://www.idntimes.com/life/inspiration/shandy-pradana/5-kearifan-lokal-ini-bantu-kurangi-efek-
global-warming-c1c2
teknis.
digali lebih lanjut makna dan fungsinya serta kondisinya sekarang dan yang akan
1. Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Gunung
Iingkungan terwujud dari kuatnya keyakinan ini yaitu tata nilai tabu dalam
ulen. ~awasan
hutan dikuasai dan menjadi milik masyarakat adat. Pengelolaan tanah diatur
rotasi dengan menetapkan masa hera, dan mereka mengenal tabu sehingga
lingkungan.
hutan hati-hati. Tidak diperbolehkan eksploitasi kecuali atas ijin sesepuh adat.
Sartini
https://scholar.google.com/scholar?start=10&q=kearifan+lokal&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=%23p
%3D9O_7yBZoEB4J
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kearifan Lokal
lingkungan hidup Bab: I Pasal I Butir 30 adalah: nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat antara lain melindungi dan mengelolah lingkungan hidup secara
lestari. Menurut Ridwan, (2007), kearifan lokal sering disebut local wisdom dapat
dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk
bertindak dan bersikap terhadap sesuatu objek, peristiwa, yang terjadi dalam ruangan
akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu
Menurut Apriyanto,( 2008) kearifan lokal adalah berbagai nilai yang diciptakan,
dikembangkan dan dipertahankan oleh masyarakat yang menjadi pedoman hidup
mereka.
Pengertian kearifan lokal (local wisdom) kearifan setempat. Jadi kearifa lokal
dapat dipahami sebagai gagasan dan pengetahuan stempat yang bersifat bijaksana,
penuh kearifan, bernilai baik dan berbudi luhur, yang dimilki, dipedoman dan
B. Kebudayaan
1. Pengertian kebudayaan.
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+kearifan+lokal&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3D6hLWS3Z6UHgJ