Anda di halaman 1dari 6

ANTIGEN DAN IMUNITAS

Respon imun muncul sebagai akibat pajanan unsur asing, dan senyawa yang
menimbulkan respons tersebut adalah antigen atau immunogen. Perbedaan kedua
istilah ini bersifat fungsional. Suatu antigen adalah setiap zat yang mampu
berikatan secara spesifik dengan unsur-unsur respon imun seperti antibodi.
Imunogen adalah suatu zat yang mampu menginduksi suatu respon imun, dan oleh
karena itu, bersifat imunogenik. Perbedaan makna ini penting karena banyak
senyawa yang tidak dapat menginduksi suatu respon imun, akan tetapi mampu
berikatan dengan unsur-unsur sistem imun yang telah terinduksi secara spesifik
terhadapnya. Jadi semua immunogen adalah antigen, tapi tidap semua antigen
adalah immunogen.
Suatu kelompok substansi dengan berat molekul yang rendah seperti antibiotik,
secara sendirian tidak dapat menginduksi suatu respon imun, akan tetapi bila
diikatkan dengan suatu molekul besar seperti pretin, maka conjugate yang
terbentuk dapat menginduksi suatu respon imun yang ditujukan terhadap bagian-
bagian dari conjugate tersebut, termasuk antibiotik dengan berat molekul yang
rendah tersebut. Antibiotik tersebut dalam hal ini disebut hapten, dan protein
dengan berat molekul besar yang berikatan dengan hapten disebut carrier. Respon
imun telah terbukti dapat ditimbulkan terhadap berbagai senyawa : protein,
karbohidrat , lipid dan asam nukleat. Di samping itu, respon imun terhadap obat-
obatan seperti antibiotik, kosmetik, dan peptide sintetik yang kecil juga dapat
diinduksi, tetapi hanya bila senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah
tersebut diikat dengan suatu carrier.
Reaksi alergi terjadi ketika di dalam individu tersebut memproduksi antibodi
IgE, yang merupakan respon terhadap antigen ataupun alergen. Allergen akan
menginduksi IgE berikatan dengan sel mast pada jaringan yang terekpos. IgE
bertanggung jawab terhadap respon proteksi dari imun, khususnya respon
terhadap cacing parasite, yang biasanya ditemukan pada negara berkembang.
Istilah alergi pertama kali diperkenalkan oleh Clemen Von Pirquet sebagai
perubahan kapasitas tubuh akibat repon reaksi terhadap benda asing yang secara
luas mencakup semua reaksi immunologi. Sekarang alergi didefinisikan sebagai
penyakit akibat respon dari sistem imun terhadap antigen. Alergi merupakan
sebuah respon imun yang dikenal sebagai reaksi hipersensitifitas. Suatu proses
yang dapat merusak jaringan dan menyebabkan penyakit berat.

A. Epitop
Istilah antigen dan epitop digunakna secara tumpang tindih. Akan tetapi
epitope pada umumnya digunakan bagi suatu area yang terdapat pada suatu
molekul yang lebih besar, dan area tersebut akan berinteraksi dengan suatu
antibodi. Molekul yang besar tersebut mungkin berisi sejumlah epitope yang
identik atau sejumlah epitop dengan spisifitas yang berbeda-beda. Epitop
disebut juga antigenic determinant.
Epitop adalah area tertentu pada molekul antigenik yang mengikat antibodi
baik sel B maupun sel T. umumnya molekul berukuran besar seperti protein
dan polisakarida dapat menunjukan sifat antigen. Banyak antigen mempunyai
beragam epitope yang menjadi stimulant produksi antibodi atau sel T, setelah
terjadi ikatan pada fragmen pengikat antigen.. Epitop dapat dipetakan dengan
menggunakan ELISA/ELISPOT.

B. Hapten
Hapten adalah molekul yang tidak imunogenik secara sendirian, tetapi
dapat bereaksi dengan antobodi spesifiknya. Biasanya hapten merupakan
molekul kecil, tetapi beberapa asam nukleat dengan berat molekul tinggi
dapat juga menjadi hapten. Banyak obat-obatan seperti penisilin, dan catechol
pada minyak tanaman yang dapat menyebabkan poison oak dan poison ivy
adalah hapten. Sifat imunogeniknya hapten disebabkan oleh
ketidakmampuannya untuk mengaktifkan sel Th. Hal ini akibat dari tidak
dapatnya hapten beriaktan dengan molekul MCH, yang dikarenakan hapten
bukan polipeptida. Hanya polipeptida yang dapat dipresentasikan oleh
molekul MCH.
Hapten adalah univalent, sehingga tidak dapat mengaktifkan sel B
sendirian. Hal ini berbeda dengan antigen yang T independen yang
merupakan multivalent antigen. Apabila hapten diikatkan dengan kovalen
dengan unsur carrier protein, dapat menjadi immunogen. Dalam prosesnya,
hapten akan berinteraksi dengan suatu reseptor IgM dipermukaan sel B, dan
haptep-carrier protein complex akan diinternalisasi. Suatu peptide dari carier
protein dipresentasikan lewat molekul MCH II kepada sel Th, sel Th yang
teraktivasi akan memproduksi sitokin yang membantu sel B memproduksi
antibody terhadap hapten. Penjelasan mengapa obat seperti penilisin yang
merupakan hapten dapat menimbulkan respon imun yang berlebihan adalah ia
berikatan dengan protein normal di tubuh di mana tubuh sendiri toleran.
Kombinasi hapten-protein ini kemudian menjadi imunogenik. Meskipun
hapten adalah univalent, sedangkan reaksi hipersensitifitas tipe I yang dapat
menyebabkan anafilaksis membutuhkan suatu antigen yang bersifat cross
linking dengan IgE di permukaan sel mast agar tercetus degradasi
mediatornya, dalam hal ini banyak molekul hapten yang univalent berikatan
dengan carrier protein, sehingga keseluruhannya tersusun sedemikian rupa
sehingga terjadi juga suatu cross linking.

C. Antigen
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan
yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada tanpa memperhatikan
kemampuannya untuk merangsang produksi antibodi. Antigen adalah zat
yang dapat bereaksi dengan produk respon imun spesifik. Antigen dapat
merangsang sistem imunitas atau sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan
antibodi sebagai perlawanan, yang merupakan bentuk proteksi tubuh terhadap
antigen. Bakteri, virus, dan zat berbahaya lain seperti bahan kimia, tergolong
sebagai antigen bagi tubuh manusia.
D. Adjuvant
Adjuvant adalah suatu substansi yang apabila dicampur dengan suatu
immunogen, akan meningkatkan respons imun terhadap immunogen tersebut.
Adjuvant berbeda dengan carier untuk sebuah hapten, hapten akan menjadi
imunigen bila dikonyungasikan secara kovalen dengan suatu carrier, dan
tidak aka nmenjadi imunogenik jika dicampur dengan adjuvant. Adjuvant
akan meningkatkan respon imun suatu immunogen, tetapi tidak
mempengaruhi imunogenesitas suatu hapten. Secara empiris adjuvant yang
baik adalah mengandung komponen-komponen mikroba. Komponen-
komponen patogen tersebut akan menginduksi makrofag dan sel dendritik
lewat toll-like receptor 2, suaut pattern recognition molecule, untuk
mengekspresikana co-stimulatory molecule dan mensekresi sitokin. Pada
manusia saat ini hanya aluminium hydroxide dan aluminium fosfat (alun)
yang diizinkan sebagai adjuvant untuk vaksin.
Sebagai garam inorganic, alum berikatan dengan protein, yang akan
mempresipitasikannnya. Hal ini akan menimbulkan suatu respons inflamasi
yang secara non spesifik meningkatkan imunogenesitas suatu antigen.
Sewaktu diinjeksikan, antigen yang mengalami presipitasi itu akan
dikeluarkan secara lambat sedikit demi sedikit dibangingkan bila tanpa alum,
pada tempat injeksi. Peningkatan ukuran antigen sebagai konsekuensi dari
proses presipitasi, akan meningkatkan kemungkinan makromolekul tersebut
difagositosis untuk selanjutnya diproses dan dipresentasikan kepada sel Th,
pada percobaan binatang adjuvant yang digunakan biasanya freund’s
complete adjuvant yang mengandung mycobacterium tuberculosis.
Aktivitas adjuvant adalah meningkatkan presentasi antigen/peptide
terutama oleh sel dendiritk, meninguksi co stimulatory molecules dan
menginduksi local inflammatory cytokine respons.
E. Reaksi silang
Suatu antigen makro molekuler dapat mengandung berberapa epitope yang
berbeda dan makro molekul ini dapat diubah tanpa secara total merubah
imunogenesitasnya dan struktur antigenic dari molekul secara
keseluruhannya. Hal ini penting untuk proses imunisasi terhadap mikro
organisme yang sangat patogen atau senyawa yang sangat toksik. Suatu
toksin dapat dimodifikasi sehingga tidak tidak lagi, tetapi masih
mempertahankan karakteristik imuno kimiannya, dan disebut toksoid. Jadi
immunologic cross-reactivity merupakan suatu keadaan dimana dua atau
lebih substansi memiliki beberapa tingkat ketidak miripan tetapi memiliki
epitop yang sama, sehingga dapat bereaksi dengan unsur-unsur imunitas yang
terbentuk. Suntuikan toksoid tetanus akan menyebabkan terbentuknya
antibody terhadap tetanus. Pajanan virus cowpox/vaccinia yang dilakukan
jenner akan menyebabkan timbulnya kekebalan terhadap smallpox/variola.

F. Spesifitas repon imun


Imunitas seluler dan antibody, keduannya sangat spesifik dalam
menghadapi organism easing, lewat suatu proses dalam tiga tahap,
recognition, activation dan respons.
1. Recognition
Pengenalan terhadap unsur asing oleh sel-sel sistem umin spesifik
yang memiliki antigen recognition molecule dipermukaannya, yaitu B
cell receptor yang diperankan oleh membrane-Ig M pada sel B dan T
cell receptor (TCR) pada sel T.
2. Activation
Sel-sel imun tersebut akan terakticvasi untuk memproduksi suatu
respon spesifik seperti misalnya antibodi
3. Respons
Secara spesifik respon ditujukan terhadap unsur-unsur asing yang
mencetuskan atau dikenali sebagai asing, bukan kepada sembarang
substansi.

Anda mungkin juga menyukai