Postponement, Modular Product
Mass customization Strategy
Salah satu yang menjadi permasalahan kritis dalam lingkungan kompetisi pada supply chain saat
ini adalah kemampuan untuk menghasilkan produk sesuai dengan keinginan dan spesifikasi
tertentu dari customer dengan tetap mepertahankan service level customer dan mengendalikan
cost. Dalam hal ini ada dua permasalahan yang sangat bertolak belakang yakni diferensiasi
produk dan pengendalian biaya.
Konsep Build to Order atau BTO ini sangat erat kaitannya dengan Mass customization. Build to
Order tentunya merupakan solusi dalam menerapkan strategi mass customization bilamana
permintaan tidak diketahui sampai order dari cutomer datang. Di masa lalu dengan konsep built
to forecast atau build to stock, produksi dilakukan berdasarkan peramalan permintaan. Bila
dilihat, prediksi permintaan berdasarkan peramalan tidaklah begitu baik karena terlalu
tergantungnya dengan masa lalu dan terlalu banyak asumsi yang digunakan sehingga output dari
produksi tidak sesuai dengan variasi demand dari mass customization. Gap yang terjadi antara
hasil peramalan dan permintaan yang sebenarnya akan mengkaibatkan peningkatan cost yakni
tingginya biaya persediaan baik berupa komponen maupun produk akhir, tingginya waste berupa
material waste dan suber-sumber lainnya, poenurunan cash flow. Dalam pendekatan mass
customization, produk baru akan dibuat setelah perusahaan mendapatkan order dengan kuantitas
dan kualitas tertentu seperti prinsip dari BTO.
Keuntungan dari mass customization
Berikut ini merupakan beberapa keuntungan dari penerapan mass customization
1. Memaksimalkan market share dengan maksimalkan kepuasan customer dan jumlah
customer
2. Menekan biaya persediaan dan material waste. Penekanan biaya ini diakibatkan
karena material dan input lainnya di dorong untuk melakukan produksi secara just in
time sehingga inventory dari finish productpun rendah karena produksi berdasarkan
order tidak untuk menyetok.
3. Meningkatkan cash flow.
4. Waktu respon yang lebih pendek. Akmulasi waktu dari diterimanya order hingga
dilakukan pengiriman sangat pendek. Selain itu sistem produksi yang fleksibel dapat
mengadaptasi ppermintaan yang berbeda dengan cepat.
Pendekatan Mass customization
Ada 4 pendekatan dalam mengaplikasikan mass customization :
Collaborative customizer – Dalam hal ini customer dan supplier melakukan dialog
mengenai apa yang customer butuhkan dan kemudian supplier mengembangkan produk
sesuai dengan permintaan customer. Salah satu contoh perusahaan yang menggunakan
pendekatan ini adalah Levi’s. Levi’s mengintegrasikan antara shop dan plantnya dengan
menggunakan system computer. Dengan system ini permintaan customer berupa warna
ukuran dan model akan diukur dan dicatat di shop kemudian informasi ini akan dikirim
ke pabrik levi’s untuk di produksi. Contoh lainnya adalah Nike dan Dell
Adaptive Customizer – Dalam hal ini customer membeli produk yang berstandar
namun mereka dapat memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan mereka. Contohnya
adalah Microsoft yang menarearkan software package untuk small business. Dalam hal
ini jika customer menginginkan untuk dapat melakukan fungsi akunting yang lebih lanjut
maka customer dapat melakukannya karena produk dari Microsoft dibangun dengan
bahasa pemrograman yang popular sehingga programmer manapun dapat melakukan
modifikasi terhadapnya
Cosmetic customizer – Dalam hal ini supplier si produk dengan standar tetentu
namun menghadirkannya dalam bentuk yang berbeda untuk tiap customer. Misalkan saja
planters mengemas produk sesuai dengan permintaan retailernya yakni seven eleven,
walmart dll
Transparent customizer – Dalam hal ini supplier membuat custom products tanpa
customer mengetahuinya. Misalnya amazon.com yang memberikan rekomendasi buku
baru berdasarkan riwayat pembelian customer.
Postponement Strategy
2. Manufacturing Postponement
Dalam strategi ini decoupling point terletak pada manufaktur dimana produk masih berupa
produk setengah jadi. Produk yang setengah jadi ini kemudian diproduksi ketika manufaktur
telah mendapatkan order dari cusrtomer. Ilustrasi dari strategi ini dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Ilustrasi Manufacturing Postponement
3. Logistic Postponement.
Dalam strategi ini decoupling point terdapat pada distribution center. Tidak berbeda dengan
manufacturing postponement, pada Logistic postponement ini produk juga masih dalam bentuk
produk setengah jadi. Namun, demikian tentunya proses untuk mencapai produk akhir tidak
sebanyak proses yang harus dilakukan pada manufacturing postponement misalnya saja proses
perakitan atau packaging. Ilustrasi dari logistic postponement ini dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Ilutsrasi Logistic Postponement
Modularity Product Design
Modularity product design adalah suatu konsep product design yang berkaitan erat dengan
pendekatan mass customization dan strategi postponement. Modular product design memiliki
pengertian mengembangkan suatu produk dengan cara membagi produk tersebut menjadi
beberapa komponen atau modul yang saling independent. Hal ini dimaksudkan agar komponen-
komponen tersebut dapat dirakit atau digabungkan dengan berbagai cara untuk menghasilkan
beberapa variasi produk yang berbeda satu sama lainnya. Suatu produk dapat dikatakan modular
tergantung pada kesamaan fungsi dan desain fisik. Komponen-komponen yang memiliki
kesamaan dalam fungsi dan desain fisik ini biasa disebut sebagai common component.
Ulrich mengatakan bahwa modularity design dapat meningkatkan variasi dari produk sedangkan
dilain sisi juga mengakibatkan delivery time menjadi lebih pendek. Selain itu modularity product
design juga memiliki keuntungan dalam menurunkan cost. Dalam product development,
modularity product design dapat dilakukan di berbagai level produk yakni :
1. Component Level
2. Module Level
3. Subsystem Level
4. System Level