Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HIPERTENSI

Dosen Pembimbing : Yenni Lukita, S.Kep.,Ners., M.Kep

Oleh :

Aprelia Afiati
SRP19316113

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020
A. PENGERTIAN

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka morbiditas dan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri

(Ruhyanudin, 2007 ).

Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di

populasi sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia.

Pada dewasa muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi

mungkin bisa bermanfaat ( Gleadle, 2005 ).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri.

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

tekanan yang abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya

resiko tekanan stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan

kerusakan ginjal (Faqih, 2007).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan

padapembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi

yangdibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh

yangmembutuhkannya (Sustrani, 2006).

Hipertensi adalah suatu keadaandimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normalyang mengakibatkan angka

kesakitan atau morbiditas dan angka kematianatau mortalitas. Hipertensi


merupakan keadaan ketika seseorangmengalami peningkatan tekanan darah di

atas normal atau kronis dalamwaktu yang lama( Saraswati, 2009).

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung

danpembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.

WHO(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah

normaladalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan

jeniskelamin (Marliani, 2007).

Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Tekanan Sistolik/Diastolik
Klasifikasi Tekanan Darah
(mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka

yang pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami

dinding pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah

keluar dari jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang

menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika

darah mengalir masuk kembali ke dalam jantung.

Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan

tekanan diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka

ini sama pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam

prakteknya, terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun,
yang lebih riskan adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg

(Adib, 2009).

B. ETIOLOGI

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi

essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi

sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain.

Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang

kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan

lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum

alkohol.

Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka

kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain

yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan

(obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).

C. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu

bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.


Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang

akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan

hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana

sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada

akhirnya menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan

aliran darah ke ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga

disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis,

gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah


jantung menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi

yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan

vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum

sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem

kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik.

Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas

pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah

menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan

perifer meningkat. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi

yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga

menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah.

Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap

melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan

endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan

tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar

kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah berperan

dalam menaikan tekanan darah.

Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang

sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh

meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah

feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan

hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2007).


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak

ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini


menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkanpeningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi

yaitu:Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja

keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah

memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari,

telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin,

2007).

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak

memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah

diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala,

sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga

berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata

berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).

E. PATHWAYS
Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan Feokromositoma
garam berlebih raga tahun fungsi ginjal

Nikotin dan karbon


Penimbunan monoksida masuk Pelepasan Peningkatan
adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Tidak mampu
kolesterol aliran darah Meningkatnya Penebalan
membuang Menghasilkan
kortisol tahanan perifer dinding aorta
& pembuluh sejumlah garam hormon epinefrin
arteri
darah besar dan air di dalam dan norepinefrin
Penyempitan Peningkatan Meningkatnya sel tubuh
pembuluh Merusak lapisan Vasokonstriks volume darah darah merah
i pembuluh dan sirkulasi Memacu stress
darah endotel Efek Elastisitas
pembuluh darah darah konstriksi pembuluh Volume darah
Meningkatnya arteri perifer darah dalam tubuh
viskositas menurun meningkat
Aterosklerosis
Tahanan
perifer
meningkat
Jantung bekerja
keras untuk
memompa
HIPERTENSI

Otak Ginjal Indera Kenaikan


beban kerja
jantung
Vasokonstriksi Retina Hidung
Suplai O2 ke Retensi pembuluh Telinga
Hipertrofi otot
otak menurun pembuluh darah ginjal jantung
darah otak
Spasme Perdarahan Suara
meningkat
arteriole berdenging
Sinkope Blood flow Penurunan
Tekanan menurun fungsi otot
pembuluh Diplopia Gangguan jantung
Resiko darah
meningkat keseimbanga
tinggi cidera Respon RAA n
Nyeri Resiko tinggi Resiko
kepala cidera penurunan
Resiko terjadi Vasokonstriksi curah jatung
gangguan
perfusi
jaringan Gangguan rasa Rangsang
serebral nyaman nyeri aldosteron

Retensi
natrium

Oedem

Gangguan
keseimbangan
volume cairan

Sumber :
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003; Sodoyo,
2006; Ruhyanuddin, 2007.
F. PENATALAKSANAAN

1. Terapi tanpa obat

a. Mengendalikan berat badan

Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan

dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas normal.


b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)

mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium

atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan

kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).

c. Berhenti merokok

Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap

rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat

meningkatkan kerja jantung.

d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.

e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar

kolesterol darah tinggi.

f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.

Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya

selama tekanan darahnya terkendali.

g. Teknik-teknik mengurangi stress

h. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR

dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis.

i. Manfaatkan pikiran

Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari

yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini

bekerja secara otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan

tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.

2. Terapi dengan obat


a. Penghambat saraf simpatis

Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis

sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250

mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan

reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).

b. Beta Bloker

Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada

gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg

(inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau

bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).

c. Vasodilator

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot

pembuluh darah.

d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor

Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat

yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh:

Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5

&10 mg (tenase).

e. Calsium Antagonis

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara

menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin

5 & 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg

(herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II

Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II

pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.

Contoh : valsartan (diovan).

g. Diuretic

Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin)

sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan

daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid

(HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009; Muttaqin, 2009).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah

Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau

disebabkan oleh hipertensi.

2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.

3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum

Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.

4. EKG

Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.

5. Hemoglobin/Hematokrit

Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti

hiperkoagulabilitas, anemia.

6. BUN/kreatinin

Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)

Dapatdiakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan

hipertensi).

8. Kalium serum

Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)

atau menjadi efek samping terapi diuretic.

9. Kalsium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.

10. Kolesterol dan trigliserida serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya

pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).

11. Pemeriksaan tiroid


Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.

12. Kadar aldosteron urin/serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).

13. Urinalisa

Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya

diabetes.

14. Asam urat

Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya

hipertensi.

15. Foto dada

Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan

atau takik aorta, pembesaran jantung.

16. CT Scan

Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama(Doenges,

2000; John, 2003; Sodoyo, 2006).

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Keperawatan

a. Aktifitas/Istirahat

Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton


Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat

2) Perubahan irama jantung

3) Takipnea

b. Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /

katup dan penyakit serebrovaskuler.

Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan

darah diperlukan untuk diagnosis.

2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.

3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin

(vasokonstriksiperifer), pengisian kapiler mungkin

lambat/tertunda (vasokonstriksi)

4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti,

hipoksemia), kemerahan.

c. Integritas ego

Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,

euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan

kerusakan serebral)

2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang

berkaitan dengan pekerjaan)

Tanda: 1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu

perhatian tangisan yang meledak


2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor

mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela,

peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti

infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang

lalu).

e. Makanan/Cairan

Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan

tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti

makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang

berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.

2) Mual, muntah

3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)

4) Riwayat penggunaan diuretik

Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas

2) Adanya oedema

f. Neurosensori

Gejala: 1) Keluhan pening/pusing

1) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun

dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)

2) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh


3) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)

4) Episode epistaksis

g. Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala: 1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)

2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi

arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah)

3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi

sebelumnya

4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)

h. Pernafasan

Gejala: 1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja

2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal

3) batuk dengan atau tanpa sputum

4) riwayat merokok

Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan

2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)

3) Sianosis

i. Keamanan

Gejala: 1) gangguan koordinasi atau cara berjalan

2) episode parestesia unilateral transion

3) hipotensi postural

j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala: 1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis,

penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit

serebrovaskuler/ginjal.

2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat

atau alkohol (Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges, 2000 ;

Nathea, 2008) adalah sebagai berikut:

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi

pembuluh darah.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak

seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan

kebutuhan metabolik.

5. Koping tidak efektif berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. RENCANA TINDAKAN

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi

pembuluh darah.

Intervensi:

a. Observasi tekanan darah


Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang

lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah

vaskuler.

b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

Rasional: Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin

teramati/palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,

mencerminkan efek dari vasokontriksi.

c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.

Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena

adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan

hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,

mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder

terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik).

d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian

kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan

curah jantung.

e. Catat adanya demam umum/tertentu.

Rasional: Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal

atau vaskuler.

f. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas/keributan

ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.


Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,

meningkatkan relaksasi.

g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.

Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress,

membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan

darah.

h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti

hipertensi, diuretik.

Rasional: Menurunkan tekanan darah.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak

seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan

parameter: frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat,

catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan

kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.

Rasional: Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap

stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan

kerja/jantung.

b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan

kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan

perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.

Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan

tingkat aktivitas individual.


c. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (Konsumsi

oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan

jumlah oksigen yang ada.

Rasional: Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-

tiba pada kerja jantung.

d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi

mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.

Rasional: teknik penghematan energi menurunkan penggunaan

energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

e. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.

Rasional: Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan

aktivitas dan mencegah kelemahan.

3. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral.

Intervensi:

a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional: Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.

b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,

misalnya: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.

Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral

dengan menghambat/memblok respon simpatik, efektif

dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.


c. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat

meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan

membungkuk.

Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan

sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler

serebral.

d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang

berlebihan yang memperberat kondisi klien.

e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam

setelah makan.

Rasional: menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja

pencernaan.

f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti

ansietas, diazepam dll.

Rasional: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan

saraf simpatis.

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan

dengan kebutuhan metabolik.

Intervensi:

a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi

dengan kegemukan.
Rasional: Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi,

kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan

curah jantung berkaitan dengan massa tumbuh.

b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi

masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.

Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya

aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan

predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya,

misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan

masukan garam memperbanyak volume cairan intra

vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih

memperburuk hipertensi.

c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.

Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal.

Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat

badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.

d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.

Rasional: mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit

terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu

untuk menyesuaikan/penyuluhan.

e. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian

termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan

perasaan sekitar saat makanan dimakan.


Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang

dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk

memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien

telah/dapat mengontrol perubahan.

f. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan

dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging

dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,

jeroan).

Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol

penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.

g. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.

Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi

kebutuhan diet individual.

5. koping tidak efektif berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,

harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.

Intervensi:

a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,

Misalnya: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan

berpartisipasi dalam rencana pengobatan.

Rasional: Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup

seorang, mengatasi hipertensi kronik dan

mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam

kehidupan sehari-hari).
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala,

ketidak mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.

Rasional: Manifestasi mekanisme koping maladaptife mungkin

merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui

telah menjadi penentu utama TD diastolik.

c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan

strategi untuk mengatasinya.

Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah

pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap

stressor)

d. Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan

partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.

Rasional: keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang

berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan

dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment terapiutik.

e. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan

pertanyaan seperti: apakah yang anda lakukan merupakan apa yang

anda inginkan?.

Rasional: Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang relatif

terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan.

Etika kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan fokus


keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada

kebutuhan-kebutuhan personal.

f. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan

perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang

membatalkan tujuan diri/keluarga.

Rasional: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara

realistis untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak

berdayaginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung


dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.


Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. A

DENGAN HIPERTENSI

Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing : Yenni Lukita, S.Kep. Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

APRELIA AFIATI
SRP19316113

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2020
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. Data Umum

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. A

2. Alamat : Jl. Padat Karya No.84

3. Komposisi Keluarga :

No Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan

Kelamin Dengan KK

1 Tn. A L Suami 55 th S1 PNS


2 Ny. N P Istri 50 th D3 PNS

Genogram:

Keterangan Genogram :

: Pria Meninggal : Tingaal serumah:

: Wanita Meninggal

: Pria

: Wanita

: Pasien
4. Tipe Keluarga : Multigeneration Family

Multigeneration Famili : Tipe keluarga yang isinya berbagai

macam usia dan hanya tinggal dalam satu rumah

5. Suku Bangsa : Melayu

Keluarga Tn. H menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa

Melayu

6. Agama : Islam

Keluarga Tn. H menganut Agama Islam

7. Status Sosial Ekonomi Keluarga :

a. Status ekonomi keluarga adalah termasuk golongan menengah.

b. Status sosial ekonomi keluarga termasuk keluarga sejahtera

karena telah memiliki berbagai fasilitas elektronik di rumah

seperti TV, Kulkas, Ricecooker, mesin cuci dan sebagainya.

c. Jumlah pendapatan keluarga perbulan yaitu ± Rp. 1.500.000 –

2.000.000,00 /bulan.

d. Jumlah pengeluaran keluarga perbulan yaitu ± Rp. 800.000

/bulan. Sumber pendapatan telah mencukupi keluarga selama

ini. Dan keuangan keluarga diatur oleh istri (Ny.S)

8. Aktivitas Rekreasi Keluarga : Menonton Televisi, Media sosial,

Pergi ke sawah.

II. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga

1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini


Seluruh anak sudah berkeluarga saat ini dan sudah memiliki tempat

tinggal masing masing, Jadi keluarga hanya berdua saja di rumah

dan bersama cucu nya yang berstatus Pelajar.

Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi

Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang

belum terpenuhi.

2. Riwayat Keluarga Inti

Menurut Tn. A sebagai kepala keluarga, istrinya Ny. N pada saat

ini sehat wal’ afiat. Riwayat masing-masing anggota keluarganya

yaitu Tn “A” memiliki riwayat kolesterol, Ny ‘’N’’ memiliki

riwayat magh dan masih sering kambuh.

3. Riwayat Keluarga Sebelumnya

Keluarga mengatakan, keluarga dari suami maupun istri tidak

memiliki riwayat penyakit yang bersifat kronis maupun penyakit

menular.

III. Lingkungan

4. Karakteristik Rumah

Rumah milik pribadi.

Denah Rumah

WC/KAMAR KAMAR 2 DAPUR


MANDI

GARASI KAMAR 1 RUANG


TAMU
5. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

a. Tipe lokasi lingkungan adalah terdapat di suatu gang bernama

gang sutra.

b. Tipe tempat tinggal adalah hunian campuran karna terdiri dari

berbagai jenis golongan dan pekerjaan.

c. Keadaan tempat tinggal dan jalan raya terpelihara

d. Sanitasi jalan dan lingkungan sekitar rumah cukup baik. Tidak

terdapat industry yang menimbulkan kebisingan di sekitar

rumah

e. Karakteristik demografi lingkungan berada di gang yang

lumayan padat penduduk

f. Di daerah gang klien rata-rata terdiri dari kelas menengah

bawah sampai menengah atas

g. Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan-pelayanan

sosial yang ada di lingkungan komunitas adalah bidan praktek,

mantri praktek, panti sosial, kantor kecamatan, sekolah yang

tidak terlalu jauh, mini market, warung, apotik, balai

pertemuan.

h. Lembaga-lembaga kesehatan disediakan di Kecamatan

Ngabang.

i. Terdapat sekolah-sekolah yang tidak terlalu jauh karena dengan

mudah dapat dijangkau dengan motor maupun jalan kaki


j. Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah adalah taman

taman di kecamatan.

k. Di lingkungan sekitar rumah klien tersedia angkutan umum.

6. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga mengatakan pernah tinggal di Desa Kilometer 6 sebelum

pindah di rumah yang sekarang.

7. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

Keluarga mengikuti kegiatan pengajian di lingkungannya terutama

Ny “N”. Tn “A” rajin mengikuti kegiatan gotong royong yang

biasa di lakukan di lingkungan rumahnya. Dalam bertetangga

selalu bertegur sapa, saling mengunjungi dan menjalin tali

silaturahmi.

8. Sistem Pendukung Keluarga

Keluarga tidak ada masalah dengan tetangga yang lain. Keluarga

selalu mendapat dukungan dari keluarga yang lain dan bila ada

masalah selalu dibicarakan bersama-sama. Fasilitas kesehatan yang

dimiliki keluarga yaitu Bpjs kesehatan.

IV. Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi Keluarga

Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka antar anggota

keluarga. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia dan

bahasa daerah (Melayu). Setiap anggota keluarga bebas

menyampaikan pendapatnya. Pengambilan keputusan adalah Tn


“A” sebagai Kepala Keluarga dan atas pertimbangan Ny “N”

sebagai istri.

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Di dalam keluarga keputusan berada di tangan kepala keluarga (Tn.

A) melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainnya.

3. Struktur Peran

a. Peran Formal

Tn “A” berperan sebagai Kepala Keluarga, ayah serta sebagai

suami dan pemberi nafkah di dalam keluarga. Istri juga

membantu suami bekerja, ia juga memiliki peran sebagai warga

dalam masyarakatnya. Ny “N” berperan sebagai istri bagi

suami dan ibu bagi anak-anaknya.

b. Peran Informal

Terdapat peran-peran informal dalam keluarga dimana anggota

keluarga sebagai bagian dari masyarakat dan di dalam rumah

orang tua berperan sebagai guru dan teman bagi anak-anaknya.

4. Nilai atau Norma Budaya

Nilai dan norma yang berlaku di keluarga menyesuaikan dengan

nilai agama yang dianut dan norma yang berlaku di lingkungannya.

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif
Hubungan antar keluarga baik, saling mendukung satu sama lain,

saling menghargai dan mengasihi. Bila ada anggota keluarga yang

sakit langsung dibawa ke rumah sakit atau petugas kesehatan.

2. Fungsi Sosialisasi

Keluarga berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain begitu

juga dengan tetangga. Anggota keluarga diberi kebebasan untuk

bergaul dengan tetangga di lingkungan rumahnya maupun

masyarakat lain.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Keyakinan, Nilai, dan Perilaku Kesehatan


Keluarga Tn. H mengatakan kesehatan adalah hal yang penting
dimana lebih baik mencegah daripada mengobati. Tn. A
mengatakan apabila ada keluarga yang sakit setelah diobati
dirumah tidak ada perubahan segera dibawa ke pelayanan
kesehatan.
b. Definisi Keluarga tentang sehat dan sakit
Keluarga Tn. A mengatakan sehat adalah dapat melakukan
aktivitas sehari – hari tanpa gangguan. Ny. N mengatakan
dirinya sedang sakit magh.
c. Status Kesehatan dan kerentanan sakit yang dirasakan oleh
keluarga
Keluarga Tn. A mengatakan jarang sakit, hanya saja Istrinya
(Ny. N) sering mengalami pusing dan kelelahan akibat magh.
d. Praktik diit Keluarga
Ny. N mengatakan tidak memiliki pantangan makan garam,
dan tempe secara berlebihan dan minum kopi.
e. Kebiasaan tidur dan istirahat
Keluarga Tn. A biasanya tidur dari pukul 23.00 dan Bangun
05.00 WiB
f. Latihan dan rekreasi
Tn. A mengatakan jarang berolah raga.
g. Kebiasaan Penggunaan obat – obatan dalam keluarga
Keluarga mengatakan pernah menggunakan obat – obatan
tanpa resep dari dokter apabila sakit hipertensinya kambuh
h. Perawatan diri
Keluarga Tn. A mengatakan mampu merawat dirinya sendiri.
i. Praktek Lingkungan
Keluarga Tn. A mengatakan tidak ada bahaya yang dirasakan
baik dari tanah, air, maupun udara. Keluarga Tn. A sering
membersihkan kamar mandi, halaman rumah, dapur, dan
rumah
j. Pemeriksaan kesehatan secara teratur
Keluarga mengatakan jarang pergi ke puskesmas untuk
mengontrol penyakit hipertensi Tn.A . Keluarga Tn. A
mengatakan lebih sering ke mantri untuk konsultasi. Tn. A
mengatakan biasanya memeriksakan tensinya setiap kambuh
atau membeli obat sendiri di apotik
k. Kesehatan gigi
Keluarga mengatakan tidak pernah mengalami sakit gigi yang
parah
l. Riwayat kesehataan keluarga
Tn. A mengatakan Almarhum Ibu Kandungnya memiliki
penyakit yang sama seperti dirinya, dan Almarhum Ayah
kandungnya meninggal karena sakit jantung.
m. Pelayanan Perawatan kesehatan yang diterima
Keluarga Tn. A mengatakan pelayana yang diterima adalah
pelayanan kesehatan dari puskesmas yang melakukan
pelayanan di Puskesmas Ngabang
n. Perasaan atau persepsi terhadap pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. A mengatakan pelayanan kesehatan gratis yang
diberikan tidak begitu memuaskan keluarga tapi cukup
membantu.
o. Sumber pembiayaan pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. A mengatakan jika pergi ke pelayanan kesehatan
pasien membayarnya dengan uang tabungan keluarga.
p. Logistik untuk mendapatkan perawatan
Keluarga Tn. A mengatakan jarak dari rumah ke puskesmas
sangat dekat dan ke dokter praktik juga lumayan dekat. Jika
ada keluarga sakit, Keluarga saling mengantarkan.

VI. Stres dan Koping Keluarga

1. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah

Keluarga memberikan dorongan dan semangat pada anggota

keluarga yang memiliki masalah serta membantu memecahkan

masalah yang ada dikeluarga dengan cara musyawarah dan berdoa.

2. Strategi Koping

Setiap ada masalah dikeluarganya selalu bermusyawarah secara

bersama-sama.

3. Strategi Adaptasi Disfungsional

Di dalam keluarga tidak terjadi adaptasi disfungsional.

VII. Harapan Keluarga


Harapan keluarga terhadap kesehatan yang ada yaitu agar anggota

keluarganya selalu sehat dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

Harapan keluarga terhadap kunjungan perawatan keluarga adalah

membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan yang terjadi dan

dapat memberikan solusi yang tepat terhadap masalah kesehatan dan

dengan adanya kunjungan rumah tersebut keluarga berharap dapat

menambah pengetahuan tentang kesehatan.

VIII. Data Tambahan

1. Nutrisi

Keluarga mengatakan pola makan anggota keluarganya sama

dengan frekuensi 3x sehari dengan menu makanan pokok, lauk-

pauk, sayuran, buah-buahan dan jarang mengkonsumsi susu.

Makan kadang tidak tepat waktu. Untuk cairan tercukupi 8

gelas/hari atau sesuai tingkat aktivitas atau pekerjaan anggota

keluarganya. Terdapat 2 orang anggota keluarga yang memiliki

riwayat kolesterol.

2. Eliminasi

Keluarga mengatakan untuk frekuensi BAK 6-8x/hari, berwarna

kuning, memiliki bau yang khas (amoniak), tidak terdapat kelainan

pada warna urin seperti darah. Frekuensi BAB 1x/hari dengan

konsistensi lenbek, berwarna kuning. Tidak terdapat riwayat

penggunaan obat pencahar untuk membantu proses eliminasi.

3. Istirahat Tidur
Keluarga mengatakan memiliki gangguan tidur seperti insomnia

terutama pada Ny ‘’N’’ dan memiliki kebiasaan tidur larut malam.

Untuk waktu tidur ± 7 jam/ hari. Keluarga mengatakan jarang tidur

siang karena sedang bekerja.

4. Aktivitas Sehari-hari

Tn “A” dan Ny “N” bekerja sebagai PNS.

5. Gaya Hidup Tidak Sehat (Merokok, Minum-minuman Keras, dll)

Tn. A sudah tidak merokok lagi sejak 10 tahun yang lalu.

IX. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Tn. A Ny. N


Kepala Bentuk kepala simetris, Bentuk kepala simetris,

persebaran rambut persebaran rambut merata

merata berwarna hitam berwarna hitam dan sebagian

dan sebagian sudah berwarna putih, kebersihan

berwarna putih, rambut terjaga, tidak terdapat

kebersihan rambut jejas.

terjaga, tidak terdapat

jejas.
Tanda-Tanda Td: 140/80 mmHg Td: 120/100 mmHg

Vital Nadi : 88 kali/menit Nadi :89 kali/menit

Suhu : 36.0 Suhu :36,5

RR : 20 kali/mnit RR : 20/menit
BB, TB 80, 175 50, 155
Mata Bentuk simetris antara Bentuk simetris antara kanan

kanan dan kiri, terdapat dan kiri, terdapat alis mata dan
alis mata dan bulu mata, bulu mata, konjungtiva tidak

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,

anemis, sclera tidak pupil berkonstriksi terhadap

ikterik, pupil rangsangan cahaya, kedua pupil

berkonstriksi terhadap isokor, tidak terdapat udema.

rangsangan cahaya,

kedua pupil isokor, tidak

terdapat udema.
Hidung Bentuk simetris, warna Bentuk simetris, warna sama

sama dengan warna kulit, dengan warna kulit, tidak ada

tidak ada sumbatan/polip, sumbatan/polip, meatus bersih,

meatus bersih, tidak tidak terdapat pernafasan cuping

terdapat pernafasan hidung, tidak terdapat nyeri

cuping hidung, tidak tekan.

terdapat nyeri tekan.


Mulut Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab, tidak

tidak terdapat lesi terdapat lesi ataupun benjolan

ataupun benjolan disekitar mulut, kekuatan otot

disekitar mulut, kekuatan mengunyah dan menelan baik,

otot mengunyah dan gigi lengkap, gusi berwarna

menelan baik, gigi pink, lidah bersih.

lengkap, gusi berwarna

pink, lidah bersih.


Leher Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris, tidak ada

ada pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar tiroid, tidak


tiroid, tidak terdapat terdapat pembesaran kelenjar

pembesaran kelenjar limfa, tidak terdapat distensi

limfa, tidak terdapat vena jugularis, tidak ada nyeri

distensi vena jugularis, tekan.

tidak ada nyeri tekan.


Dada Pergerakan dada simetris, Pergerakan dada simetris, tidak

tidak ada jejas, terdengar ada jejas, terdengar bunyi nafas

bunyi nafas vesikuler, vesikuler, terdengar bunyi s1

terdengar bunyi s1 dan dan s2, pulsasi heart rate

s2, pulsasi heart rate 90x/mnt, Rr: 20 x/mnt

85x/mnt, Rr: 20 x/mnt


Abdomen Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris, tidak ada jejas,

ada jejas, tidak ada tidak ada distensi, ada striae,

distensi, tidak ada striae, terdengar bunyi bising usus

terdengar bunyi bising 6x/mnt.

usus 10x/mnt.
Tangan Ekstremitas atas simetris, Ekstremitas atas simetris, jari

jari lengkap, tidak ada lengkap, tidak ada kelemahan

kelemahan pada anggota pada anggota gerak.

gerak.
Kaki Ekstremitas bawah Ekstremitas bawah simetris, jari

simetris, jari lengkap, lengkap, tidak ada kelemahan

tidak ada kelemahan pada anggota gerak.

pada anggota gerak.


Keadaan Kesadaran: CM Kesadaran: CM

Umum
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. Analisa Data

No Data (sign, Masalah (P) Penyebab (E)

symptom)
1 DS : Ketidak Kurang
Tn. A menderita
mampuan pengetahuan
hipertensi sejak 5
keluarga
tahun yang lalu dan
kadang merasakan mengenal
kepala pusing.
masalah
Tn.A tetap
kesehatan
melakukan aktifitas
seperti biasa. pada anggota
Tn.A Jarang
keluarga
memeriksa tekanan
yang sakit
darahnya.
Tn. A mengatakan
sekarang memiliki
pantangan makan
garam berlebih
namun, jarang
berolah raga dan
sedikit minum air
putih.
Ny. N mengatakan
selain dirinya
keluarganya makan
tidak teratur dan
sembarangan.
Keluarga Tn. A
mengatakan tidak
telalu mengetahui
tentang penyakit
hipertensi.
Tn. A mengatakan
tidak mengetahui
penyakit hipertensi
salah satu
penyebabnya adalah
faktor keturunan.
Tn. A mengatakan
hanya
mengandalkan
pengobatan dari
apotik dengan
minum amlodipin
dan catropil
Tn. A mengatakan
jarang mengantar
kontrol karena sibuk
DO:
Pasien bertanya –
tanya tentang
penyebab penyakit
dan pengobatan
penyakitnya.
Tanda-tanda vital :
- TD = 150/90
mmHg
- N = 80
x/menit
2 DS : Ketidak Resiko terjadinya
Tn. A mengatakan
mampuan komplikasi.
jarang memeriksa
keluarga
tekanan darahnya
Tn. A mengatakan dalam
sudah 5 tahun
merawat
menderita
anggota
hipertensi.
Tn. A mengatakan keluarga
tensinya kadang
yang sakit
naik, kadang turun,
paling tinggi
biasanya 150 dan
paling rendah 130.
Usia Ny. S sudah 55
tahun
Tn. A jarang berolah
raga dan sedikit
minum air putih
Tn. A mengatakan
mengandalkan
pengobatan dari
dokter dengan
minum amlodipin
dan catropil
Tn. A mengatakan
jarang kontrol
kesehatan ke dokter.
DO :
- TD 150/90
mmHg
- N : 80
x/menit

II. Diagnosa Keperawatan

1. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana


pengobatan hipertensi b/d ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah Hipertensi
2. Resiko terjadinya komplikasi dari hipertensi b/d ketidak
mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi
III. Skala Prioritas Masalah/Scoring

1. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana


pengobatan hipertensi b/d ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah Hipertensi

No Criteria Nilai Skor Pembenaran

1 Sifat masalah: 3/3 x 1 1 Ketidak mampuan keluarga untuk


(aktual) merawat Tn. A dengan penyakit
hipertensi merupakan ancaman
terjadinya penyakit

2 Kemungkinan 1/2 x 2 1 Lamanya penyakit ±5 tahun yang


masalah dapat lalu.
diubah :
(sebagian)

3 Potensial 3/3 x 1 1 Penyakit hipertensi terjadi bisa


masalah untuk diobati dan dicegah dengan pola
dicegah :
makan yang sehat dan prilaku yang
(Tinggi)
sehat
No Criteria Nilai Skor Pembenaran

4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Bila tidak segera di tangani maka bisa


masalah ( tidak terjadi hipertensi berlanjut.
segera
ditangani)

Total Skor 4

2. Resiko terjadinya komplikasi dari hipertensi b/d ketidak


mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi

No kriteria Nilai skor Pembenaran

1 Sifat masalah: 2/3 x 1 = 2/3 Memerlukan penanganan yang


(Risiko) secepatnya untuk mencegah
2/3
komplikasi sumber dan tindakan.
Dapat dijangkau keluarga

2 Kemungkinan ½x2=1 1 Terjadinya penyakit.


masalah dapat
diubah :
(Mudah)

3 Potensial 2/3 x 1 = 2/3 Komplikasi dapat dicegah bila segera


masalah untuk ditangani
dicegah : 2/3
(cukup)

4 Menonjolnya 2/2 x 1 = 1 Akan mengakibatkan stroke, gagal


masalah ( jantung.
segera 1
ditangani)

Total Skor 3 1/3

1. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas


1) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan
hipertensi b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
Hipertensi
2) Resiko terjadinya komplikasi dari hipertensi b/d ketidak
mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosa Rencana
Tujuan Evaluasi
Keperawatan Tindakan
Kriteri
TUM TUK Standar
a
1. Kurang pengetahuan Setelah Setelah Respon Keluarga - Kajian
tentang kondisi dan dilakukan dilakukan verbal mampu pengetahuan
rencana pengobatan tindakan tindakan menjelaskan keluarga
hipertensi b/d keperawatan keperawatan : tentang
ketidak mampuan keluarga, selama 1-2 x - Apa yang di hipertensi
keluarga mengenal keluarga kunjungan maksud arti o Pengertian
masalah Hipertensi mampu rumah hipertensi hipertensi
mengenal diharapkan - penyebab o Penyebab
masalah keluarga hipertensi hipertensi
Hipertensi mampu - tanda dan o Tanda dan
menyebutkan gejala gejala
: hipertensi hipertensi
- Pengertian - cara o Pencegaha
hipertensi pencegahan n
- Tanda dan hipertensi hipertensi
gejala - komplikasi o Komplikas
hipertensi dari i
- Pencegaha hipertensi hipertensi
n - Berikan
hipertensi penyuluhan
tentang
hipertensi
- Diskusi
adanya tanda
dan gejala
hipertensi
serta faktor
yang
memperburuk
kondisi
- Bimbingan
keluarga
untuk
mengulangi
apa yang
telah di
ajarkan.
- Jelaskan
akibat lanjut
dari penyakit
hipertensi
jika tidak
segera
ditangani
- Bimbingan
untuk
mengatasi
resiko
penyakit
hipertensi
2. Resiko terjadinya Setelah Setelah Respon Keluarga - Jelaskan
komplikasi dari dilakukan dilakukan verbal mampu kepada
hipertensi b/d tindakan tindakan menjelaskan : kelurga Tn.
ketidak mampuan keperawatan keperawatan - penyebab A tentang
keluarga merawat keluarga Tn. selama 1-2 x terjadinya kemungkinan
anggota keluarga A.mampu kunjungan peningkata penyebab
yang menderita mengenal rumah n tekanan terjadinya
hipertensi peningkatan diharapkan darah tekanan
tekanan resiko - tanda darah tinggi
darah terjadinya peningkata - Jelaskan
komplikasi n tekanan tentang tanda
dapat darah dan gejala
dicegah - akibat yang terjadinya
dengan cara : mungkin peningkatan
- Keluarga terjadi dari tekanan darah
mamapu peningkata - Jelaskan
mengenal n tekanan tentang akibat
faktor darah. dari
pemicu peningkatan
meningkatn tekanan darah
ya tekanan - Jelaskan
darah komplikasi
- Keluarga akibat
mampu hipertensi
memutuska - Berikan
n tindakan keluarga
yang tepat kesempatan
akibat dari untuk
komplikasi mengambil
Hipertensi keputusan
- Keluarga - Jelaskan
mampu tentang
melakukan makanan
perawatan yang boleh
pada dan tidak
anggota boleh di
keluarga makan oleh
- Keluarga Tn. A
dapat - Jelaskan pada
menggunak keluarga
an fasilitas tentang
pelayanan fasilitas
kesehatan layanan
secara tapat kesehatan
untuk yang dapat
merawat dimanfaatkan
apabila - Berikan
tekanan pengetahuan
darah terus terhadap
meningkat. prilaku yang
telah
dilakukan
untuk
mempertahan
kan agar
tidak terjadi
komplikasi
Implementasi dan Evaluasi

Hari/Tangga No
Implementasi Evaluasi Paraf
l DX
Jumat, 1 - Memberikan penyuluhan S :
8–6–2020 tentang hipertensi - Keluarga Tn. A
08.00 Wib - Mendiskusi adanya tanda mengatakan
dan gejala hipertensi serta pengertian hipertensi
faktor yang memperburuk adalah tensi yang
kondisi melebihi 140 / 90
- Membimbingan keluarga - Tn. A mengatakan
untuk mengulangi apa yang penyebabnya bisa
telah di ajarkan. karena faktor
- Menjelaskan akibat lanjut keturunan, pola makan
dari penyakit hipertensi jika yang tidak sehat,
tidak segera ditangani karena penuaan, dan
- Membimbingan untuk karena berat badan
mengatasi resiko penyakit berlebih
hipertensi - Keluarga Tn. A
mengatakan Tanda
gejalanya bisa muncul
sakit kepala,
kelelahan, tangan
gemetar, sakit di
sekitar leher
- Keluarga Tn. A
mengatakan akibat
lanjutnya
kemungkinan terkena
serangan jantung,
stroke, penyakit di
ginjal dan mata
- Keluarga mengatakan
akan kontrol setiap
minggu ke puskesmas
atau pelayanan
kesehatan
O:
- Keluarga Tn. A
mengucapkan salam
balik dan menerima
keberadaan perawat
- Keluarga kooperatif
- Keluarga aktif
bertanya saat diskusi
- Keluarga dan klien
mampu menyebutkan
penyebab terjadinya
peningkatan tekanan
darah
- Keluarga mampu
menyebutkan tanda
peningkatan tekanan
darah
- Keluarga mampu
menyebutkan akibat
yang mungkin terjadi
dari peningkatan
tekanan darah.

A:
Masalah Kurang
pengetahuan tentang
kondisi dan rencana
pengobatan hipertensi
b/d ketidak mampuan
keluarga mengenal
masalah Hipertensi

teratasi sebagian

P:
Hentikan Intervensi
Kamis, 2 - Menjelaskan manfaat gizi S:
9-06-2020 seimbang - Ny. A mengatakan
08.00 Wib - Memberikan saran yang sudah menghindari
benar untuk memenuhi pemakaian garam
nutrisi yang dianjurkan dan berlebih
yang tidak dianjurkan - Keluarga mengatakan
- Anjurkan klien untuk Tn. A jarang berolah
menghidari stress raga
- Ajurkan klien menata - Keluarga mengatakan
stress. akan membantu
menghindari Tn.A dari
stres
- Tn. A mengatakan
mampu mengontrol
stresnya dengan
menggunakan tehnik
tarik nafas dalam
- Tn. A mengatakan
sekarang sudah
mengetahui menu
makanan yang baik
untuk dirinya dan
keluarganya

O:
- Keluarga kooperatif
- Keluarga mampu untuk
memutuskan tindakan
yang tepat untuk
mengatasi masalah
hipertensi dengan
membawanya berobat
ke puskesmas
- Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang sedang
sakit.
- Keluarga mampu
menentukan status
nutrisi /gizi sesuai
dengan standar
kesehatan yang
mengalami hipertensi
- Keluarga mampu
mengontrol emosi dan
menata stress

A:
Masalah Resiko
terjadinya komplikasi
dari hipertensi b/d
ketidak mampuan
keluarga merawat
anggota keluarga yang
menderita hipertensi
teratasi sebagian
P:
Hentikan Intervensi
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Dosen Pembimbing : Yenni Lukita, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh :

APRELIA AFIATI
NIM : SRP19316113

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Kesehatan Keluarga

Sub Pokok Bahasan : Hipertensi

Sasaran : Keluarga

Tanggal Pelaksanaan :

Waktu :

Tempat : Kediaman Keluarga

Penyuluh : Aprelia Afiati

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan penyuluhan tentang Hipertensi, diharapkan

masyarakat memahami tentang penyakit Hipertensi.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan keluarga mampu :

a. Menjelaskan pengertian penyakit hipertensi

b. Menyebutkan penyebab hipertensi

c. Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipertensi

d. Mengetahui cara perawatan penyakit hipertensi

B. Pelaksanaan Kegiatan

1. Metode

 Ceramah
 Tanya Jawab

2. Media dan Alat

 Leaflet

 Power point

3. Seting Tempat

Pemateri

Keluarga

4. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Mahasiwa Kegiatan Peserta


.
1. 5 menit Pembukaan
- Mengucap Salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan Diri - Memperhatikan
- Menjelaskan Tujuan - Memperhatikan
Penyuluhan
- Membuat kontrak - Menyutujui kontrak
waktu waktu
2. 20 menit Pelaksannan
- Menggali persepsi - Mendengarkan dan
lansia tentang memperhatikan
pengertian Hipertensi penjelasan penyuluh
- Menjelaskan tentang
pengertian Hipertensi
- Menggali persepsi
keluarga tentang
penyebab Hipertensi
- Jelaskan lebih lanjut
tentang penyebab
Hipertensi
- Menggali persepsi
keluarga tentang tanda
dan gejala dari
Hipertensi
- Menggali persepsi
keluarga tentang
perawatan Hipertensi
- Menjelaskan lebih
lanjut tentang
perawatan Hipertensi
- Memotivasi keluarga
untuk mengulangi
penjelasan
- Memberi kesempatan
keluarga untuk
mengajukan pertanyaan
atas penjelasan yang
tidak dipahami
- Menjawab pertanyaan
yang diajukan
3. 10 menit Penutup
- Melakukan evaluasi - Menjawab
- Menyimpulkan dan pertanyaan
menutup diskusi - Mendengarkan dan
- Mengucap salam memeperhatikan
penutuo - Menjawab salam
MATERI

A. Pengertian

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh

darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health

Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90

mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin

(Marliani, 2007).

B. Penyebab

a. Jenis Kelamin

b. Keturunan

c. Umur

d. Kegemukan

e. Kurang olahraga

f. Konsumsi garam yang berlebihan

g. Merokok dan konsumsi alcohol

C. Tanda dan Gejala

a. Kepala terasa pusing

b. Telinga berdenging

c. Penglihatan menjadi kabur

d. Peningkatan tekanan darah

D. Cara Perawatan atau pencegahan

a. Istirahat yang cukup


b. Mengurangi konsumsi garam dan lemak

c. Menghentikan kebiasaan merokok

d. Menjaga kestabilan berat badan

e. Melakukan olahraga secara teratur dan dinamika dan tidak mengeluarkan

tenaga terlalu banyak sepertii jalan kaki dan naik sepeda

f. Menjauhkan dan menghindarkan diri dari stress dengan perdalam agama

Anda mungkin juga menyukai