Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku hidup sehat
yang didasari atas kesadaran diri baik itu di dalam individu, kelompok ataupun
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Proses perubahan
perilaku siswa di sekolah salah satunya diperoleh dari proses pembelajaran
dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Penyakit degeneratif
merupakan penyakit yang bisa menurunankan fungsi organ tubuh. Diantara
penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya di masa mendatang adalah diabetes mellitus. Diabetes Mellitus
(DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes mellitus merupakan
suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak
dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Penyakit ini
menimbulkan beberapa komplikasi, komplikasi yang paling sering terjadi pada
pasien Diabetes Mellitus adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota
gerak, yaitu timbulnya luka pada kaki. Luka yang bila tidak dirawat dengan
baik akan berkembang menjadi ulkus gangrene. Ada beberapa faktor
penyebab penyakit diabetes melitus pada umumnya : faktor genetik, faktor
berat badan (obesitas), faktor makanan, faktor merokok.
Menurut World Health Organization Diabetes menyebabkan 1,5 juta
kematian pada tahun 2012. Gula darah yang lebih tinggi dari batas maksimum
mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskular dan lainnya. Empat puluh tiga persen (43%) dari 3,7
juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian yang
disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi
di negara- negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara-
negara berpenghasilan tinggi. (WHO Global Report, 2016). Kejadian
Diabetes mellitus di Indonesia menurut data International Diabetes Federation
menunjukkan lebih dari 10 juta penduduk Indonesia menderita penyakit
diabetes di tahun 2017. Angka ini dilaporkan kian meningkat seiring
berjalannya waktu, terbukti dari laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
yang menunjukkan prevalensi diabetes mellitus pada penduduk dewasa
Indonesia sebesar 6,9% di tahun 2013, dan melonjak pesat ke angka 8,5% di
tahun 2018 Di Indonesia, angka kematian akibat luka pada penderita Diabetes
Mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan angka amputasi berkisar antara
15-30%. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO),
bahkan memprediksikan penyakit diabetes mellitus akan menimpa lebih dari
21 juta penduduk Indonesia di tahun 2030. Di Kalimantan tengah menempati
urutan ke 12 dari 34 provinsi di Indonesia dengan proporsi penderita Diabetes
Melitus pada usia lebih dari 15 tahun (Pusat Data dan Informasi Kementrian
kesehatan Republik Indonesia, 2014). Diabetes Melitus menempati urutan ke
5 dari 10 kasus penyakit terbanyak di Kalimantan Tengah dengan jumlah
penderita sebanyak 5.137 orang pada tahun 2015. Pada tahun 2018 terjadi
peningkatan jumlah penderita diabetes di Kalimantan Tengah dengan jumlah
penderita sebanyak 7.254 orang. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
kasus Diabetes Melitus di Kalimantan Tengah (Badan Pusat Statistik, 2018).
Penderita diabetes di Puskesmas Pahandut Palangka Raya di tahun 2006
dilaporkan mencapai 379 orang dan pada akhir tahun 2015 meningkat
menjadi 887 orang dengan kelompok usia produktif yaitu 20-45 tahun sebesar
50,5% dari total 887 penderita (Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, 2016).
Luka kaki diabetik selalu berhubungan dengan kejadian infeksi yang
merupakan penyebab terjadinya luka semakin luas, sehingga terjadinya
ulkus dan ganggren, bahkan dilakukan amputasi bila pengobatan yang
diberikan tidak secara baik. Luka diabetes juga memiliki dampak yang luas,
karena dapat mengakibatkan kematian, morbiditas, peningkatan biaya
perawatan, dan penurunan kualitas hidup. Sari (2015 dalam Forozandeh,
2005) mengemukakan risiko penderita DM untuk terkena luka kaki DM
sepanjang hidupnya adalah sebesar 15% dan risiko luka kaki DM dan
amputasi meningkat 2-4 kali seiring dengan peningkatan usia dan lamanya
menderita DM. Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan
gangren merupakan penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para
penderita diabetes. Perawatan rutin ulkus, pengobatan infeksi, amputasi dan
perawatan dirumah sakit membutuhkan biaya yang sangat besar tiap tahun
dan menjadi beban yang sangat besar dalam sistem pemeliharan kesehatan.
(Smeltzer dan Bare, 2002).. Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi pada
luka diabetik adalah bakteri yang menghasilkan biofilm. Biofilm ini
dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeuroginosa.
Adanya biofilm pada dasar luka dapat menghambat aktivitas fagositosis
neutrofil polimorfonuklear dalam proses penyembuhan luka. Penanganan
luka pada pasien Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan terapi non
farmakologis. Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan
dalam perawatan luka Diabetes Mellitus. Sifat antibakteri dari madu
membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya
dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada
proses penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru,
sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya
jaringan parut atau bekas luka pada kulit.
Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien
Diabetes Mellitus tentang penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan
luka menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus
Palangka Raya
1.2 Rumusan Masalah
. Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku hidup sehat
yang didasari atas kesadaran diri baik itu di dalam individu, kelompok
ataupun masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Proses
perubahan perilaku siswa di sekolah salah satunya diperoleh dari proses
pembelajaran dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Diabetes
mellitus merupakan suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
cukup dan kasus Diabetes mellitus yang tercatat di Penderita diabetes di
Puskesmas Pahandut Palangka Raya di tahun 2006 dilaporkan mencapai 379
orang dan pada akhir tahun 2015 meningkat menjadi 887. Luka kaki diabetik
selalu berhubungan dengan kejadian infeksi yang merupakan penyebab
terjadinya luka semakin luas, sehingga terjadinya ulkus dan ganggren,
bahkan dilakukan amputasi bila pengobatan yang diberikan tidak secara baik.
Luka diabetes juga memiliki dampak yang luas, karena dapat mengakibatkan
kematian, morbiditas, peningkatan biaya perawatan, dan penurunan
kualitas hidup. Sari (2015 dalam Forozandeh, 2005) mengemukakan risiko
penderita DM untuk terkena luka kaki DM sepanjang hidupnya adalah
sebesar 15% dan risiko luka kaki DM dan amputasi meningkat 2-4 kali
seiring dengan peningkatan usia dan lamanya menderita DM. Masalah pada
kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren merupakan penyebab
umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes. “Berdasarkan
penjabaran diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang
penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan luka menggunakan madu di
ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.” Berdasarkan
latar belakang diatas perumusan masalah yang diangkat adalah “Bagaimana
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien Diabetes
Mellitus tentang penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan luka
menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus Palangka
Raya.”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien
Diabetes Mellitus tentang penatalaksanaan non farmakologi
penyembuhan luka menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr
Doris Sylvanus Palangka Raya.”
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik responden yang mengalami luka kaki
diabetik derajat II di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus
Palangka Raya.”
2. Mengetahui degenerasi luka kaki diabetik derajat II sebelum
diberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka diabetik
menggunakan madu
3. Mengetahui degenerasi luka kaki diabetik derajat II sesudah
diberikan pendidkan kesehatan mengenai perawatan luka diabetik
menggunakan madu
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah data dan bahan bacaan
bagi para pembaca serta yang ingin melanjutkan penelitian ini tentang
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien Diabetes
Mellitus tentang penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan luka
menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus
Palangka Raya.”
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan
pengembangan ilmu keperawatan dan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi perawat untuk dapat terlibat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan meningkatkan
pelayanan terutama tentang tentang penatalaksanaan non
farmakologi penyembuhan luka menggunakan madu di ruang
bougenville RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.”
1.4.2.2 Bagi mahasiswa
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber
referensi dan informasi serta panduan dalam penyusun
proposal atau skripsi tentang Pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang
penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan luka
menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr Doris
Sylvanus Palangka Raya.”
1.4.2.3 Bagi akademik
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi STIKes
Eka Harap Palangka Raya dan dapat menjadi bahan referensi
bagi mahasiswa keperawatan sehingga menambah referensi
bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai