Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku hidup sehat yang didasari atas kesadaran diri baik itu di dalam individu, kelompok ataupun masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Proses perubahan perilaku siswa di sekolah salah satunya diperoleh dari proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang bisa menurunankan fungsi organ tubuh. Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang adalah diabetes mellitus. Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Penyakit ini menimbulkan beberapa komplikasi, komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien Diabetes Mellitus adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak, yaitu timbulnya luka pada kaki. Luka yang bila tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi ulkus gangrene. Ada beberapa faktor penyebab penyakit diabetes melitus pada umumnya : faktor genetik, faktor berat badan (obesitas), faktor makanan, faktor merokok. Menurut World Health Organization Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah yang lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya. Empat puluh tiga persen (43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian yang disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di negara- negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara- negara berpenghasilan tinggi. (WHO Global Report, 2016). Kejadian Diabetes mellitus di Indonesia menurut data International Diabetes Federation menunjukkan lebih dari 10 juta penduduk Indonesia menderita penyakit diabetes di tahun 2017. Angka ini dilaporkan kian meningkat seiring berjalannya waktu, terbukti dari laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang menunjukkan prevalensi diabetes mellitus pada penduduk dewasa Indonesia sebesar 6,9% di tahun 2013, dan melonjak pesat ke angka 8,5% di tahun 2018 Di Indonesia, angka kematian akibat luka pada penderita Diabetes Mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan angka amputasi berkisar antara 15-30%. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), bahkan memprediksikan penyakit diabetes mellitus akan menimpa lebih dari 21 juta penduduk Indonesia di tahun 2030. Di Kalimantan tengah menempati urutan ke 12 dari 34 provinsi di Indonesia dengan proporsi penderita Diabetes Melitus pada usia lebih dari 15 tahun (Pusat Data dan Informasi Kementrian kesehatan Republik Indonesia, 2014). Diabetes Melitus menempati urutan ke 5 dari 10 kasus penyakit terbanyak di Kalimantan Tengah dengan jumlah penderita sebanyak 5.137 orang pada tahun 2015. Pada tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah penderita diabetes di Kalimantan Tengah dengan jumlah penderita sebanyak 7.254 orang. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kasus Diabetes Melitus di Kalimantan Tengah (Badan Pusat Statistik, 2018). Penderita diabetes di Puskesmas Pahandut Palangka Raya di tahun 2006 dilaporkan mencapai 379 orang dan pada akhir tahun 2015 meningkat menjadi 887 orang dengan kelompok usia produktif yaitu 20-45 tahun sebesar 50,5% dari total 887 penderita (Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, 2016). Luka kaki diabetik selalu berhubungan dengan kejadian infeksi yang merupakan penyebab terjadinya luka semakin luas, sehingga terjadinya ulkus dan ganggren, bahkan dilakukan amputasi bila pengobatan yang diberikan tidak secara baik. Luka diabetes juga memiliki dampak yang luas, karena dapat mengakibatkan kematian, morbiditas, peningkatan biaya perawatan, dan penurunan kualitas hidup. Sari (2015 dalam Forozandeh, 2005) mengemukakan risiko penderita DM untuk terkena luka kaki DM sepanjang hidupnya adalah sebesar 15% dan risiko luka kaki DM dan amputasi meningkat 2-4 kali seiring dengan peningkatan usia dan lamanya menderita DM. Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren merupakan penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes. Perawatan rutin ulkus, pengobatan infeksi, amputasi dan perawatan dirumah sakit membutuhkan biaya yang sangat besar tiap tahun dan menjadi beban yang sangat besar dalam sistem pemeliharan kesehatan. (Smeltzer dan Bare, 2002).. Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi pada luka diabetik adalah bakteri yang menghasilkan biofilm. Biofilm ini dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeuroginosa. Adanya biofilm pada dasar luka dapat menghambat aktivitas fagositosis neutrofil polimorfonuklear dalam proses penyembuhan luka. Penanganan luka pada pasien Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis. Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan dalam perawatan luka Diabetes Mellitus. Sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya jaringan parut atau bekas luka pada kulit. Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan luka menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya 1.2 Rumusan Masalah . Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku hidup sehat yang didasari atas kesadaran diri baik itu di dalam individu, kelompok ataupun masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Proses perubahan perilaku siswa di sekolah salah satunya diperoleh dari proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup dan kasus Diabetes mellitus yang tercatat di Penderita diabetes di Puskesmas Pahandut Palangka Raya di tahun 2006 dilaporkan mencapai 379 orang dan pada akhir tahun 2015 meningkat menjadi 887. Luka kaki diabetik selalu berhubungan dengan kejadian infeksi yang merupakan penyebab terjadinya luka semakin luas, sehingga terjadinya ulkus dan ganggren, bahkan dilakukan amputasi bila pengobatan yang diberikan tidak secara baik. Luka diabetes juga memiliki dampak yang luas, karena dapat mengakibatkan kematian, morbiditas, peningkatan biaya perawatan, dan penurunan kualitas hidup. Sari (2015 dalam Forozandeh, 2005) mengemukakan risiko penderita DM untuk terkena luka kaki DM sepanjang hidupnya adalah sebesar 15% dan risiko luka kaki DM dan amputasi meningkat 2-4 kali seiring dengan peningkatan usia dan lamanya menderita DM. Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren merupakan penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes. “Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan luka menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.” Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah yang diangkat adalah “Bagaimana Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan luka menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan luka menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.” 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik responden yang mengalami luka kaki diabetik derajat II di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.” 2. Mengetahui degenerasi luka kaki diabetik derajat II sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka diabetik menggunakan madu 3. Mengetahui degenerasi luka kaki diabetik derajat II sesudah diberikan pendidkan kesehatan mengenai perawatan luka diabetik menggunakan madu 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah data dan bahan bacaan bagi para pembaca serta yang ingin melanjutkan penelitian ini tentang Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan luka menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.” 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pengembangan ilmu keperawatan dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perawat untuk dapat terlibat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan meningkatkan pelayanan terutama tentang tentang penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan luka menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.” 1.4.2.2 Bagi mahasiswa Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi dan informasi serta panduan dalam penyusun proposal atau skripsi tentang Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang penatalaksanaan non farmakologi penyembuhan luka menggunakan madu di ruang bougenville RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.” 1.4.2.3 Bagi akademik Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi STIKes Eka Harap Palangka Raya dan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa keperawatan sehingga menambah referensi bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian.