Osteo PDF
Osteo PDF
Osteomielitis
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
laporan kasus ini dapat kami selesaikan dengan baik. Tidak lupa saya ucapkan terima
kasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi baik menyumbangkan
pikiran maupun materi.
Harapan saya semoga laporan kasus ini dapat memberikan banyak manfaat
baik kepada pembaca maupun kepada penulis, khususnya dalam meningkatkan
pengetahuan mengenai osteomielitis dan komponen-komponennya
Penulis
Abstrak
PENDAHULUAN
Osteomielitis dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi inflamasi tulang yang berawal
dari infeksi ruang medula dan dengan cepat melibatkan sistem haversian, kemudian
meluas sehingga melibatkan periosteum daerah sekitarnya [1]. Kondisi ini dapat
diklasifikasikan sebagai akut, subakut, atau kronis, tergantung pada gambaran klinis.
Penurunan prevalensi dapat dikaitkan dengan meningkatnya ketersediaan antibiotik
dan standar kesehatan mulut dan gigi yang semakin meningkat [2]. Osteomielitis
dibedakan secara sederhana berdasakan waktu yaitu osteomielitis akut dan
osteomielitis kronis. Perbandingan osteomielitis akut dan osteomielitis kronis yaitu
proses akut terjadi hingga satu bulan setelah timbulnya gejala dan proses kronis
terjadi lebih dari satu bulan [3,4]. Osteomielitis kronis mungkin supuratif dengan
terbentuknya abses atau fistula dan penyerapan pada beberapa tahap penyakit. Gejala
dan gambaran klinis mungkin kurang parah dibandingkan dengan kondisi akut,
namun sebagian besar pasien masih mengalami nyeri rahang, pembengkakan dan
supurasi [5]. Biasanya tulang mengalami pembentukan sekuel dan menunjukkan
perubahan yang signifikan secara radiografi.
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki berusia 30 tahun dilaporkan ke poli gigi di rumah sakit swasta di
gianyar, dengan keluhan rasa sakit yang lama, pembengkakan serta terdapat strain
pada regio submandibular dan submaseter selama 2 bulan setelah pencabutan gigi
46nya (gambar 1, 2). Pasien sudah pernah melakukan perawatan pada dokter gigi
umum karena tidak terjadi penyembuhan pasca-ekstraksi, namun tidak terdapat
perubahan. Meskipun pembengkakannya bersifat intermittent, tetapi sakit dirasakan
terus-menerus, meluas ke mandibula dari regio posterior dagu dan secara inferior ke
batas bawah serta diperparah pada saat makan. Pada pemeriksaan umum, pasien
terlihat pucat dan lemah, yang juga diakibatkan oleh nutrisi yang buruk.
untuk membersihkan daerah yang terlibat, selain itu dilakukan ekstraksi pada gigi 45
dan 47, karena berkontak dengan area yang terinfeksi (gambar 6-8). Perdarahan baru
diinduksi di area yang terinfeksi, dan jaringan dijahit kembali. Tulang yang sudah
nekrotik di kirim ke bagian histopatologi, dimana diagnosis yang dipastikan adalah
osteomielitis kronik supuratif. Kondisi pasien pasca operasi baik, dan segera
menunjukkan tanda perbaikan pada gejala yang terkait dengan infeksi. Hasil kultur
mengidentifikasikan terdapat 2 mikroorganisme, yaitu streptococcus viridans dan
staphylococcus yang sensitif terhadap penisilin. Jadi pasien mulai menerima terapi
penisilin via intravena setiap hari dan terapi dilanjutkan selama 5 minggu. Pasien juga
diresepkan obat analgesik dan obat kumur clorexidine 0,2%. Pasien kontrol rutin
setiap 3 hari selama 2 minggu dan selanjutnya kontrol rutin dilakukan setiap minggu
selama 3 bulan. Area yang terinfeksi secara klinis menunjukkan penyembuhan yang
komplit (gambar 9).
Gambar 9. Proses penyembuhan klinis 3 bulan setelah operasi
DISKUSI
KAJIAN TEORI
Kata “Osteomielitis” berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu osteon (tulang)
dan muelinos (sumsum) dan menggambarkan suatu infeksi pada bagian ruang medula
dari tulang. Literatur saat ini memberikan definisi lebih luas mengenai osteomielitis
yaitu proses inflamasi pada keseluruhan tulang termasuk korteks dan periosteum,
yang menjelaskan bahwa proses patologis sangat jarang terjadi hanya di endosteum
saja. Proses ini biasanya melibatkan korteks dan periosteum, oleh karena itu
osteomielitis dapat dinilai sebagai suatu kondisi inflamasi tulang yang berawal dari
ruang medula dan sistem haversianserta meluas hingga melibatkan periosteum daerah
sekitarnya.Infeksi ini menjadi stabil pada bagian tulang yang mengalami
kalsifikasiketika pus dan edema didalam ruang medula dan dibawah periosteum
menghalangi aliran darah lokal atau terjadi obstruksi. Setelah terjadi iskemia, tulang
yang terinfeksi akan menjadi nekrotik dan akan terbentuk sequester yang merupakan
tanda klasik dari osteomielitis [18].
Usia Etiologi
Dewasa S. aureus
Osteomielitis dibagi menjadi beberapa jenis yaitu akut/subakut dan kronis yang
memiliki gambaran klinis yang berbeda.
2. Osteomielitis Kronis
Osteomielitis dikategorikan sebagai kronis apabila masa waktu terjadinya
lebih dari tiga bulan yang merupakan kelanjutan dari osteomielitis subakut.
Osteomielitis kronis yang terjadi pada tulang rahang dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu supuratif dan nonsupuratif.
a. Osteomielitis kronis supuratif
Osteomielitis kronis supuratif adalah ostemielitis yang paling umum terjadi,
dimana sering diakibatkan oleh invasi bakteri yang menyebar. Sumber yang
paling sering adalah dari gigi, penyakit periodontal, infeksi dari pulpa, luka
bekas pencabutan gigi dan infeksi yang terjadi dari fraktur. Pada kasus ini
sering dijumpai pus, fistel dan sequester.
1. Ostemyelitis Akut
Pada osteomielitis akut nyeri merupakan gejala klinis yang utama. Selain itu, pyrexia,
lymphadenopathy, leukosistosis juga dapat muncul sebagai gejala klinis ostemyelitis
akut. Terbentuknya pus dapat terjadi akibat infeksi oleh bakteri staphylococcus.
Parasthesia yang terjadi pada bibir bawah biasanya muncul akibat keterlibatan
mandibular [25].
2. Osteomielitis Kronis
Gejala klinis osteomielitis kronis biasanya asimtomatik namun bisa saja timbul nyeri
dengan intensitas yang berbeda – beda dan tidak berhubungan dengan perluasan
penyakit. Namun durasi nyeri secara umum berhubungan dengan perluasan penyakit.
Jarang ditandai oleh terbentuknya eksudat. Pembengkakan pada rahang merupakan
gejala yang umum terjadi dan jarang terjadi kehilangan gigi [26].
Gejala klinis osteomielitis kronis supuratif meliputi rasa sakit, malaise, demam,
anoreksia. Setelah 10 – 14 hari setelah terjadinya osteomielitis supuratif, gigi-gigi
yang terlibat mulai mengalami mobiliti dan sensitif terhadap perkusi, pus keluar di
sekitar sulkus gingiva atau melalui fistel mukosa dan kutaneus, biasanya dijumpai
halitosis, pembesaran dimensi tulang akibat peningkatan aktivitas periosteal,
terbentuknya abses, eritema, lunak apabila dipalpasi. Trismus kadang dapat terjadi
sedangkan limphadenopati sering ditemukan. Temperatur tubuh dapat mencapai 38 –
39oC dan pasien biasanya merasa dehidrasi [26].
c. Garres osteomielitis
Karena variasi yang luas dalam bukti radiografi atau gejala klinis terjadi, diagnosis
dini terkadang sulit dilakukan. Proses osteomielitik berasal dari struktur tulang
cancellous, dan kerusakan struktur cancellous terjadi dengan resistensi jauh lebih
sedikit daripada tulang kortikal. Tulang kortikal yang padat, dan proses destruktif
mungkin dapat berlangsung sebelum osteomielitis dapat terungkap dalam radiografi
karena superimposisi dari tulang kortikal yang lebih padat. Dalam jenis yang lebih
agresif atau tidak terkendali, kerusakan mungkin dapat terjadi dengan cepat dan
tulang kortikal mungkin dapat diserang sehingga bukti radiografi menjadi terlihat
pada tanggal awal. Proses destruktif ini tidak memiliki pola yang pasti. Daerah
radiolusen yang terlihat pada radiograf sering digambarkan memiliki gambaran
wormy [26].
Pelebaran pseudo dari foramen mentale Area kecil sklerosis diselingi dengan zona
dan kanal mandibular radiolusensi yang meningkat
Fraktur patologis
Gambar 1 : Gambaran radiografi panoramic dari osteomielitis kronis pada mandibula.
Terlihat massa radiopak dari region 37 hingga ramus mandibular [28].
Apabila sekuestrasi terjadi dengan lambat atau difus maka perlu dilakukan
dekortikasi. Dekortikasi biasanya memerlukan pengambilan segmen lateral /korteks
bukal dari mandibula. Injeksi fluoroscein intravena (bahan pewarna vital) dapat
dilakukan untuk mengetahui tulang yang nekrotik. Namun, uji klinis yang paling
sering dilakukan pada tulang vital adalah melihat perdarahan tulang. Selain
mengambil tulang nekrotik, dekortikasi juga mengambil daerah yang terinfeksi yang
vaskularisasinya relatif sedikit hingga pada jaringan lunak disekitarnya yang
tervaskularisasi dengan baik. Gangguan pada suplai darah mengurangi keefektifan
terapi ini. Sesudah tindakan bedah, pasien harus di instruksikan untuk mengkonsumsi
makanan dan minuman yang cukup dan bergizi karena hal ini juga menentukan
apakah osteomielitis akan sembuh atau memburuk. Penyembuhan osteomielitis juga
harus dipantau secara klinis, laboratoris dan radiografis [30].
Untuk mendukung area yang melemah, digunakan alat fiksasi (seperti external
fixator atau reconstruction type plate) maupun menempatkan pasien pada fiksasi
maksilomandibula sering digunakan untuk mencegah fraktur patologis. Tentu saja,
diperlukan graft pada area tersebut bila sekuestrektomi dan saucerization telah
dianggap adekuat [30].
Reseksi tulang rahang menjadi upaya terakhir, dan secara umum dilakukan
setelah debridemen terkecil dilakukan atau terapi sebelumnya tidak berhasil, maupun
untuk menghilangkan area yang disertai fraktur patologi. Reseksi ini dilakukan secara
extraoral, dan rekonstruksi dapat dilakukan segera maupun ditunda, tergantung pada
pertimbangan ahli bedah [30].
KESIMPULAN
Pada kasus ini menjelaskan tentang karakteristik dari osteomielitis supuratif kronis.
Penanganan untuk pasien ini,dilakukan dengan pemberian antibiotik dan tindakan
non bedah namun hasilnya tidak memuaskan. Penggunaan antibiotik spektrum luas
penting untuk mengatasi bakteri staphylococcus, actinomyces dan bakteri lainnya.
Penanganan awal untuk pasien ini diberikan HBOT ajuvan sebagai penghilang rasa
sakit. HBOT akan memperbaiki tekanan oksigen pada hiposiklin, meningkatkan
proliferasi vaskular, aktivitas fibroblastik dan aktivitas stimulasiostoklastik [15,16].
Kemampuan dari leukosit untuk membunuh bakteri juga akan meningkatkan tekanan
oksigen yang lebih tinggi pada jaringan. Secara umum, validasi HBOT digunakan
sebagai perawatan tambahan untuk bedah dan untuk terapi antimikroba pada
perawatan refractory, chronic sclerosing, osteomielitis supuratif kronis [17].
Perawatan bedah awal terdiri dari sequestrektomi dan dekortikasi bersamaan dengan
terapi antimikroba intravena. prosedur ini sesuai dengan protokol yang diterbitkan
oleh penulis lain [17].
DAFTAR PUSTAKA