Kesalahan Kenangan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Mengabdi dengan orang yang kita cintai namun tak adalah kesalahan fatal yang dihalalkan,

karena pengabdian adalah usaha yang sia-sia. Meskipun tiada hasil yang mengkhianati usaha.
Usaha? Usaha apa yang aku maksud?

***

            Matahari condong ke arah barat, begitu pula dengan Fena yang merasa pengabdian
sebaik-baiknya harus ditenggelemkan bersama surat kehidupan yang dibawa matahari selama
menyinari para manusia-manusia di siang hari selama hampir 12 jam. Meskipun sebenarnya
matahari tak pergi kemana-mana, hanya saja menidurkan manusia dalam kehangatan kegelapan
yang diberikan termasuk untuk Fena.

            Fena teringat dengan legenda yang diceritakan Ayahnya yang sejak 41 hari yang lalu
terakhir ia dengar. Sebuah legenda dari jalan kenangan di sudut kota kenangan. Konon, di jalan
tersebut dipenuhi dengan pohon layaknya hutan buatan dan pohon itu adalah jelmaan manusia.
Mitos? Tentu saja Fena tak percaya dengan cerita ayah itu, namun sosok ayah yang selalu bisa
membuat cerita seakan benar-benar ada merupakan sebuah keahlian. Fena adalah nama yang
diberikan oleh ayah agar setiap ia memanggil tuan putrinnya ia akan selalu mengingat sosok
yang membuatnya hadir di dunia yang benar-benar sempit ini. Ia hadir bersamaan dengan
hadirnya Ibu di dunia baru yang berbeda dengan Ayah juga Fena.

            “Fena” Teriak Ayah yang seakan bukan teriakan namun suara yang lembut namun cepat
terespon oleh siapa saja yang mendengarnya.

            Dengan senyuman indah yang terukir di bibir manisnya Fena menghampiri Ayah. Tiba-
tiba sosok yang terjaga dalam hatinya menghilang seakan berinkernasi menjadi debu yang tak
terlihat lagi. Mimpi? Benar putri kecil itu sedang bermimpi dengan kedamaian.

            Terbawa mimpinya dibawah langit yang berhias bintang dan berbekal sepenggal cerita
Ayah. Fena seakan tak ingin percaya namun harus dipaksa percaya tentang legenda itu, karena
hari itu, matahari masih di sudut timur Fena ke jalan kenangan dan menunggu mimpinya
kenyataan dibawah pohon-pohon yang selalu ada dalam setiap malam tidurnya bersama ayah.

            Aku benci pengabdian, selama ini anakku ternyata menunggu ayahnya yang seolah-olah
suamiku dalam cerita yang seharusnya tak diceritakan. Maafkan aku, tak mampu berbuat apapun
deganmu. Karena cerita dari sosok yang seharusnya tak membuatmu ada di dunai kesedihan
belum selesai. Setiap orang yang pergi ke jalan kenangan dengan tujuan menunggu sosok
sebagai wujud pengabdian untuknya akan menjelma menjadi pohon yang harus terus menangis.
Maafkan Ibu, karena akulah awal dari kemunafikan pengabdianmu Fena.

Anda mungkin juga menyukai