Anda di halaman 1dari 2

Kau melihatku,tapi aku tidak melihatmu dengan tatapan seperti tatapanmu.

Mungkin karena aku


tak memiliki sepasang bola hitam yang dikelilingi bola putih seperti milikmu. Dan aku tak
kecewa dengan itu, Aku lebih kecewa ketika kau salah melihatku dengan sepasang bola matamu
yang indah. Apa mungkin Indo’[1] akan marah ketika melihatku dengan bola matanya yang tak
kalah indah denganmu sedang melontarkan kata yang tak harus ada. Hanya aku dan sepasang
sesuatu yang tak lengkap yang mengerti.

             Mengerti akan indahnya kebahagian jika sedang merasakan tatapanmu, tatapan yang
selalu membuatku ingin gila. Lalu haruskah aku gila karena tatapanmu itu? haruskah aku
membentak Indo’ jika sedang marah denganku karena ulahmu? Hanya aku dan sebelah dari
sepasang sesuatu yang ada dalam jasatku yang tahu pasti tentang itu.

            Bernostalgia sembari menghayalkan apa yang akan kau lakukan lagi ketika menatapku
ditatapan selanjutnya sungguh sangat indah. Keindahan yang tak bisa kau rasakan dan sangat
sulit bahkan tak mampu kau rasakan. Namun, kau beruntung karena telah memberikan tatapan
yang sangat menyenangkan hatiku ketika sedang dalam keraguan.

            Wahai tatapan yang selalu kunantikan, mungkin kau akan berhenti menatapku kali ini,
ketika aku telah mampu menatapmu balik. Tentu aku tak akan menyambut tatapanmu dengan
tatapan sinis yang tak berarah dan pasti aku akan memberikan tatapan terindah untukmu. Bukan
kau tahu, membalas dengan keburukan itu tidak baik? Apa? Keburukan? Jadi kau telah
melakukan keburukan terhadapku? Ternyata tak seburuk perkiraanku aku sudah menelan
keburukan yang lebih pahit dari itu karena aku tahu kau sejatinya orang yang baik dan selalu
dinantikan selain olehku.

            Wahai pemilik tatapan yang kurindukan, kau memiliki segala apa yang kau inginkan
dariku, dan itu tentu tak sebanding dengan diriku yang bahkan keinginan agar mampu
mewujudkan keinginanku agar mampu menatapmu. Berterima kasihlah pada pemilik kekuasaan
yang sungguh adil pada dirimu juga diriku.
Ketika kau memiliki sepasang bola hitam yang bernaung di atas sepasang bola putih berterima
kasihlah kepada yang telah memberikanmu, dan kembalilah ketika kau tak mampu menilai
sesuatu dengan baik dengan keindahan yang kau miliki itu.

            Sekali lagi, ini tak layak kau tatap dan aku tak ingin jika aku kehilangan tatapanmu.
Karena pada hakikatnya tatapanmu tetap aku rindukan dalam manja tatapanku.

Anda mungkin juga menyukai