Anda di halaman 1dari 2

To Lengo To Kipa, Kesatria Bumi Lasinrang

Oleh : Rafika Nur Dzakira Ibrahim

Kehidupan yang nyaman, kedamaian yang disajikan, kehangatan dalam kerukunan


yang tak pernah terpisahkan, serta adat istiadat yang tak pernah luntur hingga saat ini menjadi
warisan di kerajaanku, di Bumi Lasinrang.
Namun, pada suatu masa hidup tak lagi hidup bagi kehidupan di bumi Lasinrang, Raja
Lapaleteang harus menerima kenyataan pahit atas kekalahannya dalam peperangan dengan
kerajaan Gowa, tak hanya itu Raja Lapaleteang beserta Permaisurinya menjadi tawanan
perang. Sungguh kenyataan yang tak pernah di duga oleh Raja serta masyarakat di kerajaan
Sawitto. Ditengah keputus asaan serta parajurit yang tersisa tiba-tiba muncul dua orang
pemuda yang pemberani yang bernama To Lengo dan To Kipa yang ingin menyelamatkan
Raja dan Pemaisurinya.

“Biar aku saja dan To Kipa yang pergi membebaskan Puang1 dari tangan orang-orang
jahat itu” tegas To Lengo kepada seluruh parajurit yang lain dan masyarakat yang masih
setia menanti Raja Lapaleteang.

“Benar, serahkan kepada kami semoga Tuhan memudahkan usaha kita” tambah To
Kipa menunggangi Kuda yang akan mereka pakai untuk ke kerajaan Gowa.

Diiringi doa oleh para warga, To Lingo dan To Kipa berangkat menjalankan tugas
sekaligus amanah yang diberikan kepadanya oleh para warga. Meskipun hal tersebut
berdasarkan kemauan mereka sendiri, tetap saja bagi mereka berdua itu adalah amanah yang
dititipkan dipundak mereka.

Selama di perjalanan ke Gowa, To Lengo dan To Kipa mengatur strategi yang akan
dilakukan setelah sampai di Kerajaan Gowa. Mereka berdua ingin meminta agar Raja La
Paleteang dan permaisurinya dibebaskan sebagai tawanan dengan cara yang baik-baik.
Mereka sama sekali tidak takut dengan resiko yang bisa saja mereka dapatkan, mereka berdua
memang dikenal sebagai seorang pemuda yang pemberani di wilayah mereka. Dengan
semangat yang tak pernah pudar To Lengo dan To Kipa tiba di kerajaan Gowa.

1
Puang : Raja
Ditemani dengan cuaca yang cukup bersahabat, kedua pemuda pemberani itu datang
menemui Raja Gowa. Dalam waktu yang tak cukup lama, Beliau datang menemui mereka
dan menanyakan maksud dari kedatangan mereka ke Gowa.

“Tabe2 Puang, kami berdua datang ke Gowa mewakili seluruh warga yang ada di
wilayah kami hendak menjemput Raja kami dan Permaisuri segera dibebaskan dari tawanan,
kami tidak lagi menginginkan peperangan, kami ingin berdamai dengan kerajaan Puang”.
Kata To Lengo dengan penuh rasa hormat namun tetap berwibawa.

Raja beserta tokoh masyarakat kerajaan Gowa saling berunding dan akhirnya
menyetujui permintaan To Lengo dan To Kipa “Baiklah, kuizinkan kau membawa pulang La
Paleteang kembali ke wilayahmu, dengan syarat kalian tidak boleh menghalangi wargaku jika
ingin tinggal di daerahmu”.

Akhirnya, To Lengo dan To Kipa berhasil membawa pulang Raja La Paleteang dan
Pemaisurinya kembali ke Pinrang tanpa ada pertumpahan darah diantara mereka. Setelah
sampai di Pinrang, seluruh warga menyambut dengan penuh rasa gembira atas kedatangan
kembali pemimpin mereka, namun ada beberapa perubahan fisik dari keduanya seperti warna
kulit yang sedikit gelap, rambut yang mulai memutih selama menjadi tawanan di Gowa. Dan
salah satu warga mengatakan kepada Raja “Pinra-pinra tongengni tappana Raja’e”3.

Dari situlah Raja dan seluruh warga menyebut daerah tersebut dengan nama Pinrang
yang berarti keadaan Raja yang berubah selama menjadi tawanan perang oleh Kerajaan
Gowa, dan hingga saat ini kehidupan di Pinrang tetap sejahtera.

2
Tabe : Permisi
3
Pinra-pinra tongengni tappana Raja’e : Wajah Raja sudah berubah

Anda mungkin juga menyukai