Karsinoma Tiroid
Disusun oleh :
112015309
II.2 ANAMNESA
Dilakukan autoanamnesa terhadap pasien
Keluhan Utama:
Benjolan di leher sebelah kanan + 5cm sejak 1 tahun lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
Benjolan dirasakan tidak membesar.Pasien mendapat terapi bisoprolol dan
thyrozol selama 8 bulan dari dokter penyakit dalam, namun benjolan tetap ada. Pasien
dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto karena fasilitas operasi tidak memadai. Nyeri (-),
gangguan menelan (-), suara serak (-), berdebar-debar (-), tidak mudah lelah, tidak mudah
keringat, gangguan siklus menstruasi (-), BAB dan BAK normal, tidak ada penurunan
berat badan maupun nafsu makan.
Status Lokalis
Regio Colli Anterior Dextra: Benjolan 8x7 cm konsistensi padat, rata, batas tegas,
nyeri (-), tidak ikut gerak saat menelan, tanda-tanda radang (-)
Tanda-tanda mata: exophtalmus (-) , stellwag (-), von grafe (-), morbius (-),
jeffroy (-), rossenbach (-)
Tidak ada pembesaran KGB
II.5 RESUME
Seorang wanita berusia 41 tahun dirawat dengan keluhan benjolan di leher sebelah
kanan + 5cm sejak 1 tahun lalu. Benjolan dirasakan tidak membesar.Pasien mendapat
terapi bisoprolol dan thyrozol selama 8 bulan dari dokter penyakit dalam, namun benjolan
tetap ada. Pasien dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto karena fasilitas operasi tidak
memadai. Nyeri (-), gangguan menelan (-), suara serak (-), batuk (-), berdebar-debar (-),
tidak mudah lelah, tidak mudah keringat, gangguan siklus menstruasi (-), BAB dan BAK
normal, tidak ada penurunan berat badan maupun nafsu makan.
Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 110/70
Nadi: 84x/menit
Frekuensi nafas: 20x/menit
Suhu: 36,70 C
2. Status Lokalis
Regio Colli Anterior Dextra: Benjolan 8x7 cm konsistensi padat, rata, batas tegas,
nyeri (-), tidak ikut gerak saat menelan, tanda-tanda radang (-)
Pemeriksaan Penunjang
5. Tiroid Studies
T3 RIA 2.2 ng/ml 0.8-2.0
FT4 RIA 1.08 ng/dl 0.8-1.7
TSH RIA 2.41 μiu/ml 0.3-5.0
6. USG Tiroid
o Kesan : Trakea ke kiri
o Tiroid kanan: membesar, tampak nodul iso-echoic, berdiameter 4.7 cm x
3.8 cm x 3.1 cm
o Tiroid kiri: besar dan bentuk normal, internal echostructure normal, tidak
tampak lesi focal
o Tidak tampak pembesaran KGB leher
o Kesan: Struma nodusa lobus kanan tiroid
II.6 DIAGNOSIS:
Struma Nodusa Non Toksik
II.7 TERAPI:
Tindakan pembedahan: pro subtotal tiroidektomi - PA
Konsultasi departemen paru, jantung, anestesi untuk persetujuan bedah
Terapi post operasi
IVFD Asering 20 tpm
Pirofion IV 2X1gr
Kebese 3x1 tab PO
Cataflam 3x1 PO
Ukur produksi drain/24 jam
Prognosis
Quo ad Vitam: dubia ad bonam
Quo ad Functinam: dubia ad malam
Quo ad Sanactionam: dubia ad bonam
II.8 LAPORAN OPERASI:
Nama: Ny AS
No. RM: 839991
Jenis kelamin: Wanita
Tanggal pembedahan: 2 November 2016
Ahli bedah: dr. Marina T Gultom Sp.B(K)Onk
Diagnosa pra bedah: Struma Nodusa Non Toxic
Tindakan pembedahan: Subtotal tiroidektomi – PA
Macam pembedahan: khusus 2 , berencana, bersih
Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang
dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel dibatasi oleh
epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah muda yang disebut
koloid.7,8
hormon tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan.7 Dua hormon tiroid utama yang
dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Sel
pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu sel parafolikular yang terdapat pada
dasar folikel dan berhubungan dengan membran folikel, sel ini mensekresi hormon
kalsitonin, suatu hormon yang dapat merendahkan kadar kalsium serum dan dengan
Fungsi
tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting.6 Kelenjar tiroid berfungsi
untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal
sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi O2 pada
sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat,
8
dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.
Sistem Hormon
Dua jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid membentuk
hormon tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin. Kedua hormon ini merupakan asam
amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada struktur
6,8
asam amino.
Tiroksin (T4)
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG mengikat tiroksin yang paling
spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein
7
pengikat ini di bandingkan dengan triiodotironin. Secara normal 99,98% T4 dalam
plasma terikat atau sekitar 8 µg/dL (103 nmol/L); kadar T 4 bebas hanya sekitar 2 ng/dL
(Gambar 2). Hanya terdapat sedikit T4 dalam urin. Waktu paruh biologiknya panjang
(6-7 hari), dan volume distribusinya lebih kecil jka dibandingkan dengan cairan ekstra
8
seluler (CES) sebesar 10L, atau sekitar 15% berat tubuh.
Triiodotironin (T3)
Hormon yang merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung
molekul iodium yang terikat pada asam amino ini hanya mengandung tiga atom iodium
6,7
saja dalam setiap molekulnya. Hormon tiroksin juga di bentuk di jaringan perifer
melalui deiodinasi T4. Hormon triiodotironin (T3) lebih aktif daripada hormon tiroksin
(T4). T4 dan T3 disintesis di dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul-
molekul tirosin yang terikat pada linkage peptida dalam triglobulin. Kedua hormon ini
tetap terikat pada triglobulin sampai disekresikan. Sewaktu disekresi, koloid diambil
oleh sel-sel tiroid, ikatan peptida mengalami hidrolisis, dan T 3 serta T4 bebas
dilepaskan ke dalam kapiler.
Globulin pengikat
2 67 46
tiroksin (TBG)
Transiterin (Praalbumin
pengikat tiroksin, 15 20 1
TBPA)
Albumin 3500 13 53
Defenisi Struma
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.20
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial
kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga
mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan
disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi
serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang
besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.
Patogenesis Struma
Klasifikasi Struma
a. Eutiroidisme
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid
sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari
kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon.
Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi
atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop
atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi.25,26
Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap udara
dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar,
rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan
27,28
kemampuan bicara. Gambar penderita hipotiroidisme dapat terlihat di
bawah ini.
c. Hipertiroidisme
Berdasarkan Klinisnya
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan
struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke
jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan
memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan
(struma multinoduler toksik).
Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme
karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam
darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok
eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak
ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya.31
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi
menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non
toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut
sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering
ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium
dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.31
B. Nodul Tiroid
1. Klasifikasi Nodul tiroid
a. Benigna
1. Follicular adenoma
Lain-lain : Hurtle cell adenoma, teratoma
b. Maligna
Follicular carcinoma, Medullary carcinoma, Papillary carcinoma,
Anaplastic carcinoma
c. Nonepithelial tumors
d. Malignant lymphomas
e. Miscellaneous tumors
f. Secondary tumors
g. Unclassified tumors
h. Tumor-like lession
1. Hiperplastik goiter: graves disease, plummer’s disease
2. Thyroid cystic
3. Solid cell nest
4. Ectopic thyroid tissue
5. Thyroiditis: hashimoto thyroiditis, de Quervain thyroiditis,
subacute limfotitic thyroiditis, Riedel’s thyroiditis (Scopa, 2004;
Kumar, 2007).
Epidemiologi Nodul Tiroid
Nodul tiroid pada umumnya jinak. Prevalensi yang dilaporkan penyakit tiroid
nodular tergantung pada populasi yang diteliti dan metode yang digunakan untuk
mendeteksi nodul. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia dan angka kejadian
tinggi pada wanita dengan faktor resiko defisiensi yodium dan setelah paparan radiasi.
Sejumlah penelitian menunjukkan prevalensi 2-6% terdiagnosis dengan palpasi, 19-
35% dengan USG dan 8-65% dalam data otopsi (Dean, 2008).
Angka insidensi tahunan kanker tiroid bervariasi di seluruh dunia yaitu dari
0,5-10% per 100.000 populasi. Karsinoma tiroid mempunyai angka prevalensi yang
sama dengan multipel mieloma. Karsinoma tiroid ini merupakan jenis keganasan
jaringan endokrin yang terbanyak, yaitu 90% dari seluruh kanker endokrin.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen
b. Ultrasonography (USG)
4. Pemeriksaan FNAB
Penggunaan pemeriksaan sitologi ini sebagai alat bantu diagnostik dapat
digunakan untuk menegakkan diagnostik karsinoma tipe papilar, anaplastik,
medular, tiroiditis dan kebanyakan koloid nodul jinak. Namun demikian FNAB
tidak bisa membedakan adenoma folikular dan karsinoma folikular dan nodul
koloid yang hiperseluler.
5. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan Histopatologi
Pada prinsipnya FNAB bertujuan untuk memperoleh sampel sel-sel nodul tiroid
yang teraspirasi melalui penusukan jarum ke jaringan nodul tiroid. Untuk itu dibutuhkan
jarum steril 23-25G serta semprit. Pertama kelenjar tiroid harus dipalpasi secara hati-hati
dan nodul diidentifikasi dengan baik dan benar. Kemudian, pasien ditempatkan pada
posisi supinasi dengan leher hiperekstensi, untuk mempermudah tempatkan bantal pada
bawah bahu.
Pada sekarang ini, pemeriksaan FNAB pada kelenjar tiroid merupakan suatu
test diagnostik yang dapat diandalkan, murah, mudah dilaksanakan, dapat segera
dilakukan pengambilan ulang kembali dan akurat yang dapat dilakukan sebagai
langkah awal dalam mengevaluasi kelainan-kelainan nodular pada kelenjar tiroid
dengan komplikasi yang minimal seperti infeksi dan perdarahan. Pada penelitian dari
American Thyroid Association terbukti hampir 96% nodul tiroid dilakukan FNAB
untuk pendiagnosaan (Thyroid Disease Manager, 2012). FNAB terutama
diindikasikan pada nodul tiroid soliter atau nodul dominan pada multinodul goiter.
Empat sampai tujuh persen orang dewasa memiliki nodul tiroid yang dapat diraba dan
angka ini meningkat dengan Ultrasonography atau pada pemeriksaan otopsi (>60%).
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) merupakan test yang sensitif dan spesifik
untuk diagnosis tumor tiroid dan telah banyak publikasi yang mengkonfirmasi keunggulan
dari FNAB ini. Akan tetapi, walaupun merupakan test yang akurat dan sering tanpa
komplikasi, FNAB juga memiliki keterbatasan yaitu ketidakmampuan FNAB untuk
memberikan diagnosis banding nodul pada hypercellular goitre dan neoplasma folikular
jinak dan ganas. Keterbatasan ini menyebabkan ahli sitologi sering mendiagnosisnya
sebagai suspect (4-24%) dan mengharuskan penderita untuk melakukan lobectomy untuk
diagnosis yang lebih obyektif (Clark, 2005).
Kategori Sitologi
FNAB
(Insufficient material)
(Definite malignancy)
1. Non Diagnostik
Kategori non diagnostik dilaporkan mencapai 10-30% kasus
bagaimanapun angka non diagnostik lebih besar dari 20% yang akan
mendapatkan evaluasi pasien dengan kriteria tersebut. Serta usaha dan proses,
sebagaimana kriteria diagnostik yang ada, untuk mengoptimalkan sistem.
2. Benigna
Kategori FNAB benigna tiroid mencapai perkiraan 70% dari semua
kasus FNAB tiroid. Nodul yang dominan adalah nodul adenoma atau nodul
koloid. Karena angka negatif palsu untuk kategori ini rendah (<3%),
sebagaian pasien diterapi tanpa intervensi operasi.
4. Curiga Maligna
Kategori curiga keganasan berisi tumor yang heterogen/ bervariasi,
dimana resiko menjadi maligna 60-70%. Karena resiko akan meningkat
mengarah ke maligna maka hampir semua pasien dilakukan eksisi bedah, bisa
lubektomi atau tiroidektomi.
5. Maligna
FNAB tiroid yang sudah kategori maligna mencapai 5-10% dari
semua kasus, dan sebagian besar adalah karsinoma tiroid papilar. karena
positif palsu sangat rendah (1-3%) dari kategori maligna, maka pasien dengan
kategori ini biasa nya diterapi dengan operasi tiroidektomi (Clark, 2010).
Sensitivitas dan spesifisitas FNAB masing-masing sebesar 90% dan 80%. Nilai duga
negatif dan positif masing-masing sebesar 97% dan 40%. Gharib dkk melaporkan bahwa
FNAB mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan spesifisitas 92%. Angka negatif palsu kurang
dari 5% dan angka positif palsu hampir mendekati 1%. Tjahjono melaporkan mendapati nilai
sensitivitas sebesar 85,89%, spesifisitas 89,69%, dan akurasi 87,3% (Subekti dkk, 2009). Hal
ini membuktikan FNAB cukup handal digunakan sebagai alat diagnostik preoperatif.
Penatalaksanaan
Sebagian besar keganasan tiroid tidak memberikan gejala yang berat kecuali jenis
anaplastik yang cepat membesar dalam hitungan minggu. Sebagian kecil pasien khususnya dengan
nodul yang besar mengeluhkan penekanan pada esofagus dan trakea. Biasanya nodul tiroid
tidak nyeri kecuali adanya perdarahan dalam nodul atau kelainan tiroiditis akut/subakut. Salah
satu keluhan pada keganasan tiroid adalah suara serak (Subekti dkk, 2009). Saat ini telah
ditemukan beberapa metode terapi yang tepat dalam penatalaksanaan karsinoma tiroid, yaitu :
2.Terapi radiasi
Apabila keadaan tumor sudah inoperabel atau pasien menolak operasi
lagi untuk lobus kontralateral, maka dapat dilakukan :
a. Radiasi interna dengan Iodine 131
b. Radiasi eksterna
Bagan 3.
Penatalaksanaan Karsinoma Tiroid dengan Metastasis Regional
Prognosis
Prognosis dari karsinoma tiroid tergantung jenis keganasan. Khusus untuk karsinoma
tiroid berdifferensiasi baik dapat digunakan skor AMES (Age, Metastasis, Ekstension, Size),
AGES (Age, Grades, Ekstension, Size), atau MACIS (Metastases, Age, Complete excision,
Invasion, Size) (De Jong dan Sjamsuhidajat, 2005). Secara umum, prognosis lebih baik pada
pasien-pasien yang lebih muda dibanding dengan pasien-pasien usia diatas 40 tahun. Pasien-
pasien dengan karsinoma papilar yang disertai tumor primer memiliki prognosis sangat baik,
hanya 1 dari setiap 100 pasien akan mati disebabkan karsinoma tiroid. Prognosis menjadi
tidak baik pada pasien di atas usia 40 tahun, atau pasien dengan diameter tumor lebih dari 4
cm.