Anda di halaman 1dari 33

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran IPA

IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.

Pembelajaran IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik,

dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam (Trianto,

2014: 136). Definisi lain dari IPA, IPA adalah sekumpulan pengetahuan tentang

objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan

ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan

metode ilmiah (Hisbullah & Selvi, 2018: 1). Pengertian ini memberikan pengertian

bahawa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibagun berdasarkan pengamatan

dan klasifikasi data, dan disusun serta diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat

kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap

gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu

pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan

hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan metode

ilmiah.

Kegiatan pembelajaran IPA berhubungan dengan eksperimen. Konsep IPA

adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala yang terjadi didalam seorang ahli

IPA (Ilmuwan) dapat memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus

14
melakukan sendiri suatu percobaan, tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan

observasi. IPA memiliki karaktristik yang membedakan dengan dengan cabang ilmu

lain (Hisbullah & Selvi, 2018: 1). Ciri-ciri khusus karakteristik IPA dipaparkan

sebagai berikut.

a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi

oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti

yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.

b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,

dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala alam.

c. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disuse dengan cara

yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,

penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian

seterusnya kait mngkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

d. IPA mrupakan sutau rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-

bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan

observasi yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut.

e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi, dan sikap. Empat

unsur utama tersebut diuraikan sebagai berikut (Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2016: 2).

1). Sikap, yaitu rasa ingin tahu mengenai alam yang diselidiki secara tekun,

teliti, jujur, namun terbuka terhadap kemungkinan baru dan bertanggung

jawab.

15
2). Proses, yaitu prosedur penyelidikan mencakup gejala alam.

3). Pruduk, yaitu fakta, konsep, prinsip/hukum dan teori yang menjelaskan

atau memprediksi gejala alam.

4). Aplikasi, penerapan metode ilmiah dan pengetahuan IPA dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

juga merupakan suatu proses penemuan. Karakteristik pembelajaran IPA berdampak

pada proses belajar IPA di sekolah. Sesuai dengan karakteristik IPA, cakupan IPA

yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi proses perolehan

fakta yang didasarkan pada kempauan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk

memperediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda.

Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik sendiri

(Hisbullah & Selvi, 2018: 1). Cakupan dan proses belajar IPA antara lain proses

belajar IPA melibatkan semua alat indera, seluruh proses berfikir, dan berbagai

macam gerakan otot, menggunakan berbagai macam cara/teknik, memerlukan

berbagai macam alat terutama untuk membantu pengamatan. Belajar IPA seringkali

melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (missal seminar, konferensi atau

simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan

lainnya.

16
Pross pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar memahami dan mnjelajahi alam sekitar

secara ilmiah (Syahidah, dkk. 2017: 1). Pembelajaran IPA diarahkan untuk mencari

tahu dan melakukan sesuatu sehingga sehingga dapat membantu siswa untuk

memperoleh pemahaman yang mendalam tentang IPA (Rahayu dkk, 2012: 64). Hal

ini disebabkan karena IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhui

kebutuhan manusia melaui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Pembelajaran IPA, siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif

dengan keterampilan-keterampuilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru IPA

mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang

memungkinkan menemukan konsep dan prinsip untuk siswa. Dengan kata lain,

pembelajaran IPA terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam menggunakan

proses mentalnya agar memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan untuk

menemukan beberapa konsep atau prinsip. Sebagai proses diartikan semua kegiatan

ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk

menemukan pengetahuan baru (Trianto, 2010: 137).

2. Model Learning Cycle

a. Landasan Toeri

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dugunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

dalam tutorial (Trianto, 2010: 52). Model pembelajaran mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang akan digunakan, tujuan pembelajaran, tahapan pembelajaran,

17
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat

Joyce dalam Trianto (2010: 51) yang menyatakan bahwa setiap model pembelajaran

mengarahkan untuk merancang pembelajaran dalam membantu siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dari sekian banyak

model pembelajaran. Learning cycle dikedepankan karena mengacu pada teori belajar

kontruktivisme (Shoimin, 2014: 58). Belajar kontruktivisme adalah sebuah filosofi

pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman,

membangun, mengkontruksikan pengetahuan kita tentang dunia tempat kita hidup

(Suyono & Hariyanto, 2016: 104). Teori kontruktivisme memandang bahwa setiap

individu memiliki kemampuan untuk mengkontruksi sendiri pengetahuannya dengan

jalan berinteraksi secara terus-menerus dengan lingkungannya (Gintings, 2010: 38).

Para ahli yang telah berkecimpung dalam aliran kontruktivisme dan bisa

dikatakan aliran atau pandangan kontrukstivisme benyak mewarnai pandangan

tentang pembelajaran, metode-metodenya, filsafat-filsafatnya, dan konsep lainnya.

Para ahli yang berkecimpung dalam aliran kontruktivisme antara lain Bruner, Ulrick,

Neiser, Goodman, Kant, Kuhn, Dewey dan Habermas (Suyono & Hariyanto, 2016:

107). Akan tetapi yang berperan besar adalah karya dari Jean Piagat, yang

selanjutnya dikembangkan oleh Ernst Von Glasersfeld.

Driver dan Bell (dalam Suyono & Hariyanto, 2016: 106) mengemukakan

karaktersitik pembelajaran kontruktivisme. Karakteristik yang dikemukakan oleh

Driver dan Bell yaitu siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan

18
memiliki tujuan, belajar harus mempertimbangkan seoptimal mungkin proses

keterlibatan siswa, pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan

dikontruksi secara personal pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan

melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar. kurikulum bukanlah sekedar hal

yang dipelajari melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.

Hamzah dalam Suyono & Hariyanto (2016: 108) mengemukakan tiga

penekanan dalam teori belajar kontruktivisme. Tiga penekanan yang dimaksud antara

lain peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara bermakna,

pentingnya membuat kaitan antara gagasan dengan dalam pengkontruksian secara

bermakna. mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Hanbury dalam Suyono & Hariyanto (2016: 108) mengemukakan sejumlah

aspek dalam kaitannya dengan dengan pembelajaran pada teori kontruktivisme yaitu

siswa mengkontruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan pengetahuan

dengan cara ide yang mereka miliki, pembelajaran menjadi lebih bermakna karena

siswa mengerti, strategi siswa sendiri lebih bernilai, siswa mempunyai kesempatan

untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman.

Berdasarkan beberapa pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa teori

kontruktivisme merupakan pandangan dimana siswa mengkontruksikan

kemampuannya sendiri. Terdapat beberapa model pembelajaran yang dilandasi teori

kontruktivisme yaitu, model pembelajaran generative, model pembelajaran interaktif,

model CLIS (Children Learning in Science), model pembelajaran koperatif, dan

model pembelajaran learning cycle (Saputri, dkk. 2018: 8).

19
Learning cycle pertama kali dikembangkan oleh Scince Curriculum

Improvement Study (SCIS) tahun 1967 dengan menggunakan tiga fase yaitu fase

eskploration, fase invention, dan fase discovey. Dalam perkembangan istilah fase

dalam siklus belajar ini mengalami perubahan yaitu eksplorasi (eskploration), fase

pengenalan konsep (concept introduction), dan fase aplikasi konsep (concept

application). Pada tahun 1980, Rodger W. Bybee (dalam Saputri, dkk. 2018: 8)

mengembangkan model pembelajaraan learning cycle menjadi lima fase yaitu

engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Kelima fase ini

dikenal dengan model pembelajaran learning cycle 5E.

b. Tujuan Learning Cycle

Huda (2017) menyatakan Setiap model pembelajaran memiliki tujuan dan

karakteristiknya masing masing begitu juga dengan model pembelajaran learning

cycle. Tujuan pembelajaran model learning cycle yaitu memberikan suatu format

untuk perencanaan pembelajaran yang dimulai dengan pengalaman langsung yang

diakhiri dengan penguasaan konsep ilmiah dan diakhiri dengan pengayaan konsep,

memberikan siswa berkisambungan terhadap konsep-konsep teori dan aplikasi,

memberikan pengalaman konkret pada siswa yang diperlukan untuk mengembangkan

penguasaan konsep, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama

dengan teman-temannya, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengemukakan konsep atau gagasan yang telah dimiliki, memudahkan siswa

memahami konsep yang diajarkan, dan terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran.

20
c. Langkah-Langkah Learning Cycle 5E

Learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan

kontruktivis yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap, seiring dengan

perkembangannya learning cycle mengalami perkembangan menjadi lima tahap,

yaitu pembangkit minat (engagement), Eksplorasi (eksploration), penjelasan

(explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation) (Wena, 2010: 171).

Lima tahap model pembelajaran tersebut sebagai berikut.

1) Pembangkit Minat (Engagement)

Tahap pembangkit minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap

ini, guru berusaha membangkitkan dan megembangkan minat dan keingintahuan

siswa tentang topic yang diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan

pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan

dengan topik bahasan). Dengan demikian, siswa akan memberikan respon/jawaban,

kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk

mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan. Guru melakukan

indentifikasi kesalahan konsep pada siswa. Guru harus membangun keterkaitan antara

pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.

2) Eksplorasi (Eksploration)

Eksplorasi merupakan tahap kedua model learning cycle 5E. Pada tahap

eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa. Kemudian diberi

kesempatan untuk bekerja sama dengan kelompok kecil tanpa pembelajaran

langsung dari guru. Siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat

21
hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok,

melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang

dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada

dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah

sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah.

3) Penjelasan (Explannation)

Penjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap penjelasan, guru

dituntut mendorong siswa untuk mejelaskan suatu konsep dengan kalimat atau

pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling

mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru. Dengan adanya diskusi

tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan

memakai penjelasan konsep siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.

4) Elaborasi (Elaboration)

Elaborasi merupakan tahap keempat siklus belajar. Elaborasi merupakan fase

untuk meningkatkan keterampilan dan konsep yang telah dimiliki menjadi lebih

terlatih dan lebh dikuasi sisw. Tujuan dari fase elaborasi adalah generalisasi konsep,

proses dan keterampilan yang didapat dari fase sebelumnya. Jika tahap ini dapat

dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat.

Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil

belajar siswa.

5) Evaluasi (Evaluation)

22
Evalusi merupakan tahap akhir dari siklus belajar ini. Pada tahap evalusi, guru

dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep

baru. Siswa dapat melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan terbuka

berdasarkan proses yang sudah dilakukan pada tahap sebelumnya, mencari jawaban

yang menggunkan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil

evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaulasi tentang proses penerapan

model siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat

baik, cukup baik, atau masih kurang. Melalui evaluasi, siswa akan dapat mengetahui

kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.

Berdasarkan tahapan dalam strategi pembelajaran bersiklus, siswa diharapkan

tidak hanya mendengar penjelasan guru tetapi juga berperan aktif untuk mengali,

menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari dalam

proses pembelajaran. Secara operasional kegiatan guru dan siswa saat proses

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle

dapat dijabarkan pada Tabel 3.

Tabel 3
Tahapan Pembelajaran Learning Cycle 5E
Tahap Siklus Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Belajar
Tahap Membangkitkan minat dan Mengembangkan
Pembangkit keingintahuan (curiosity) siswa. minat/rasa ingin tahu
Minat Misalnya : terhadap topik bahasan
(Engagement) Dalam pembelajaran ipa (fisika)
pada materi pesawat sederhana guru
menggambarkan ada seorang kakek
memindahkan batu dengan
menggunakan tangan secara

23
langsung dan memindahkan batu
dengan menggunakan media (kayu).
Mengajukan pertanyaan tentang Memberikan respons
proses faktual dalam kehidupan terhadap pertanyaan
sehari-hari (yang berhubungan guru.
dengan topik bahasan)
Misalkan :
Manakah yang lebih mudah
memindahkan batu secara langsung
atau menggunakan media (kayu)?
Mengaitkan topik yang dibahas Berusaha mengingat
dengan pengalaman siswa. pengalaman sehari-hari
Mendorong siswa untuk mengingat dan menghubungkan
pengalaman sehari-harinya dan dengan topik
menunjukan berkaitannya dengan pembelajaran yang akan
topik pembelajaran yang sedang dibahas.
dibahas.
Tahap Menjelaskan secara garis besar Mendengarkan
Eksplorasi tentang topik pembelajaran. penjelasan guru dengan
cermat.
Membentuk kelompok, memberi Membentuk kelompok
kesempatan untuk bekerja sama dan berusaha bekerja
dengan kelompok kecil. dalam kelompok.
Guru berperan sebagai fasilitator Membuat prediksi baru,
Misalkan : yang berkaitan dengan
Guru membantu siswa dalam materi pembelajaran
membagi kelompok, mengarahkan dalam kehidupan sehari-
siswa dalam berdiskusi. hari.
Mendorong siswa untuk Mencoba alternatif
menjelaskan konsep dengan kalimat pemecahan dengan
mereka sendiri. teman sekelompok,
mencatat pengamatan,
serta mengembangkan
ide-ide baru.
Meminta bukti dan klarifikasi Menunjukan bukti dan
penjelasan siswa, mendengar secara memberi klarifikasi
kritis penjelasan antarsiswa. terhadap ide-ide baru.
Memberi definisi dan penjelasan Mencermati dan
dengan memakai penjelasan siswa berusaha memahami
terdahulu sebagai dasar diskusi. penjelasan guru.
Tahap Mendorong siswa untuk Mencoba memberi
Penjelasan menjelaskan konsep dengan kalimat penjelasan terhadap

24
mereka sendiri. trhadap konsep yang
ditemukan
Meminta bukti dan klarifikasi Menggunakan
penjelasan siswa. pengamatan dan catatan
dan dalam memberi
penjelasan.
Mendengar secara kritis penjelasan Melakukan pembuktian
antar siswa atau guru. terhadap konsep yang
diajukan.
Memandu diskusi Mendiskusikan
Tahap Mengingatkan siswa pada Menerapkan konsep dan
Elaborasi penjelasanf dan mempertimbangkan keterampilan dalam
data atau bukti saat siswa situasi baru dan
mengeksplorasi situasi baru menggunkan label dan
definisi formal
Mendorong dan memfasilitasi siswa Bertanya, mengusulkan
mengaplikasikan konsep pemecahan, membuat
/keterampilan/dalam setting yang keputusan, melakukan
baru. percobaan, dan
pengamatan.
Tahap Mengamati pengetahuan atau Mengevaluasi belajarnya
Evaluasi pemahaman siswa dalam hal sendiri dengan
penerapan konsep baru. mengajukan pertanyaan
terbuka dan mencari
jawaban yang
menggunakan observasi,
bukti, dan penjelasan
yang diperoleh
sebelumnya.
Mendorong siswa melakukan Mengambil kesimpulan
evaluasi diri. lanjut atas situasi belajar
yang dilakukannya.
Mendorong siswa memahami Melihat dan menganalisis
kekurangan/kelebihannya dalam kekurangan/kelebihannya
kegiatan pembelajaran. dalam kegiatan
pembelajaran.
(Sumber : Wena, 2010: 173-175)

25
d. Lingkungan Belajar Learning Cycle

Lingkungan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Lingkungan

selalu mengintari manusia dari waktu kewaktu, sehingga antara manusia dan

lingkungan terdapat hubungan timbal balik dimana lingkungan mempengaruhi

manusia dan sebaliknya manusia mempengaruhi lingkungan. Pada proses

pembelajaran, lingkungan merupakan sumber belajar yang berpengaruh dalam proses

belajar dan perkembangan seseorang. Lingkungan belajar adalah tempat

berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap

proses belajar mengajar (Dahlan, 2012).

Lingkungan belajar memberikan pengaruh kepada proses dan hasil perilaku

siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung (Harjali, 2019: 24). Lingkungan

belajar merupakan faktor penentu keberhasilan dalam membangun kemampuan

perilaku siswa, lingkungan belajar merupakan bagian dari proses belajar yang

menciptakan tujuan belajar. Lingkungan belajar tidaklah lepas dari keberadaan siswa

dalam belajar. Kebiasaan belajar siswa dipengaruhi oleh kebiasaan siswa dalam

belajar disekolah, dirumah maupun di masyarakat. Kebiasaan belajar yang efektif

berdampak pada lingkungan belajarnya (Winarno, 2013: 1)

Learning cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa,

dalam pembelajaran dengan model learning cycle lingkungan belajar sangat

berpengaruh pada proses pemebelajaran itu sendiri. Lingkungan pendidikan tripusat

dapat dibedakan menjadi 3 jenis (Wahyudin, dkk. 2008: 3.5). Lingkungan tersebut

antara lain, keluarga, sekolah dan masyarakat.

26
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Learning Cycle

Model pembelajaran learning cycle memiliki kelebihan dan kekurangan

(Shoimin, 2014: 61). Kelebihan model pembelajaran learning cycle dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa, siswa dapat mengembangkan potensi individu

yang berhasil dan berguna bagi siswa lainnya, kreatif, tanggung jawab,

mengaktualisasikan, dan mengptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi.

Model learning cycle juga memiliki kekurangan. Kekurangan model learning

cycle diantaranya efeketivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai

materi dan langkah-langkah pembelajaran, memerlukan pengelolaan kelas yang lebih

terencana dan teroganisasi, memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam

menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.

3.Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains adalah seluruh keterampilan ilmiah yang digunakan

untuk menemukan konsep atau prinsip atau teori dalam rangka mengembangkan

konsep yang telah ada atau menyakal penemuan sebelumnya (Saputri, dkk. 2018; 8).

Keterampilan proses diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan

menerapkan konsep-konsep, prinsip hukum dan teori sains. Keterampilan proses sains

merupakan keterampilan yang melibatkan segenap kemampuan siswa dalam

mempeleh pengetahuan berdasarkan fenomena (Munir, dkk. 2017: 111).

Keterampilan proses sains penting dalam pembelajaran saat ini karena,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga

tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa, adanya

27
kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konse-konsep yang rumit dan abstrak

jika disertai dengan contoh yang konkret, penemuan dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat realatif, dalam proses

belajar mengajar pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan

nilai dalam diri anak didik (Munir, dkk. 2017: 111).

Keterampilan proses sains dibedakan menjadi dua kelompok yaitu keterampilan

proses dasar dan keterampilan proses terintegrasi. Keterampilan proses dasar terdiri

atas pengamatan (observation), peramalan (prediction), pengklasifikasian

(classification), pengukuran (measurement), penyimpulan (Inference), dan

pengkomunikasian (communication). Keterampilan proses terintegrasi mencakup

keterampilan mengenali variabel, keterampilan membuat tabel data, keterampilan

membuat grafik, keterampilan menggambarkan hubungan antara variabel,

keterampilan mengumpulkan dan mengolah data, keterampilan menganalisis,

keterampilan menyusun hipotesis, keterampilan mendefinisikan variabel,

keterampilan merancang penelitian, dan keterampilan bereksperimen (Kemendikbud,

2016: 8).

Keterampilan proses sains dasar yang digunakan dalam penelitian in adalah

sebagai berikut:

a. Membuat Hipotesis

Menduga atau memprediksi disebut juga dengan merumuskan hipotesis.

Merumuskan hipotesis merupakan keterampilan menggunakan informasi dengan

mengemukakan dugaan sementara yang dapat menjelaskan atau menghubungkan sifat

28
benda pada peristiwa, berhipotesis melibatkan keterampilan menduga sesuatu,

menguraikan sesuatu yang menunjukkan sebab akibat antara dua variabel

pengetahuan yang dimiliki (Trianto, 2014: 144).

b. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah menjelaskan makna informasi yang telah

dikumpulkan. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian variabel yang

mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam percobaan;

(c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan.

c. Menganalisis Data

Menganalisis data adalah langkah yang digunakan untuk mengubah data hasil

percobaan menjadi informasi yang akan digunakan untuk mengambil suatu

kesimpulan. Beberapa perilaku yang dilakukan siswa pada saat menganalisis data

antara lain, penyusunan data, pengenalan pola-pola atau hubungan, merumuskan

inferensi yang sesuai dengan menggunakan data, dan pengikhtisiar secara benar.

(Trianto 2014: 146).

d. Membuat Kesimpulan

Penyimpulan merupakan penyimpulan untuk memutuskan keadaan suatu objek

atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsif yang telah diketahui.

Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan

keadaaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang

diketahui.

29
4.Hasil Belajar

Cronbach dalam Riyanto (2014: 5) menyatakan bahwa belajar merupakan

perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach belajar yang

sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesutau yaitu menggunakan panca indera.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima

pengalaman belajarnya (Rusman, 2015: 67). Hasil belajar mempunyai peranan

penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat

memberikan informasi kepada guru mengenai kemajuan siswa dalam upaya mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran melalui kegiatan belajar.

Benyamin Blom dalam Sudjana (2012: 22) mengelompokan hasil belajar

menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan

ranah psikomotoris (keterampilan). Ketiga ranah tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar ranah kogntif yaitu hasil belajar yang ada kaitannya dengan hasil

belajar intelektual yang terdiri enam aspek, yaitu ingatan/pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kreativitas (Sudjana, 2012: 22). Hasil belajar

pemahaman yaitu kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari.

Penerapan, yaitu kemammpuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari

dalam situasi tertentu baik dalam situasi nyata maupun situasi tiruan. Hasil belajar

analisis yaitu kemampuan untuk memecahsuatu kesatuan entititas. Hasil belajar

sintesis ialah kemampuan membuat inti sari, membentuk suatu pola tertentu

berdasarkan pada elemen yang berbeda sehingga membentuk suatu kesatuan tertentu

30
yang bermakna. Hasil belajar dalam ranah evaluasi ialah kemampuan untuk

meberikan pendapat atau menentukan baik dan tidak atas sesuatu dengan

menggunakan suatu kriteria tertentu.

Menurut Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwoh dalam

Sudrajat (2008: 36) mengemukakan penggolongan atau tingkatan hasil belajar

kognitif adalah sebagai berikut:

a. Mengingat (Remember) merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan

dari memori atau ingatan yang telah lampau. Mengingat meliputi mengenali

(recognition) dan memanggil kembali (recalling).

b. Memahami/mengerti (Understand) berkaitan dengan membangun sebuah

pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.

Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan

(classification) dan membandingkan (comparing).

c. Menerapkan (Apply) menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau

mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau

menyelesaikan permasalahan. Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan

prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

d. Menganalisis (Analyze) merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan

memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari

tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat

menimbulkan permasalahan.

31
e. Mengevaluasi (Evaluate) berkaitan dengan proses kognitif memberikan

penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang

biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.

Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing).

f. Menciptakan (Create) mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur

secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan

mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan suatu produk baru dengan

mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari

sebelumnya.

Berdasarkan teori di atas, dalam penelitian ini aspek hasil belajar kognitif yang

diukur yaitu aspek mengingat (remember), memahami/mengerti (understand),

menerapkan (apply), dan menganalisis (analyze).

b. Hasil Belajar Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif

tampak pada siswa dalam bernbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap

pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan

belajar, dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil

belajar (Sudjana, 2012: 30). Kategori tersebut adalah sebagai berikut.

a. Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan

(stimulus) dari luar yang dating kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi,

gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keingintahuan untuk

menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar

32
b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap

stimulasi yang dating dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,

kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

c. Valuing atau penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala

stimulus. Dalam evalusi ini termasuk kedalamnya kesediaan menrima nilai,

latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepatakan

terhadap nilai.

d. Organisasi, yakni pengembangan diri dari nilai kedalam suatu sistem

organisasi, termsuk hubungan dari nilai dengan nilai lainnya. Yang termasuk

kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sitem nilai dan lain-

lain.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai

yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan

tingkah lakunya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

c. Hasil belajar Psikomotor

Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan

bertindak individu (Sudjana, 2012: 30). Ada enam tingkatan keterampilan,

keterampilan tersebut sebagai berikut.

a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c. Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

33
d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya ketakutan, keharmonisan, dan ketepatan.

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampialn yang kompleks.

f. Kemapuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan

ekspresif dan interpretatif.

Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai pnguasaan siswa

terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hal ini karena isi rumusan tujuan instruksionnal

mengambarkan hasil belajar yanh harus dikuasai siswa berupa kemampuan-

kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya

(Sudjana, 2012: 34). Hasil belajar sebagai objek dibedakan kedalam beberapa

kategori, antara lain keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap

dan cita-cita. Kategori yang banyak digunakan dibagi menjadi tiga ranah yang telah

dipaparkan sebelumnya. Hasil belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

adalah hasil belajar kognitif.

5.Materi Pesawat Sederhana

a.Pengertian Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana adalah segala jenis perangkat yang hanya membutuhkan

suatu gaya untuk untuk bekerja (Tim Abdi Guru, 2016: 86). Dengan memanfaatkan

pesawat sederhana, pekerjaan manusia akan menjadi lebih ringan. Contohnya untuk

mencabut paku yang tertancap disebuah papan, untuk membuka tutup botol, untuk

memotong kain, dan untuk memindahkan benda dari tempat yang lebih tinggi. Pada

34
prinsipnya pesawat sederhana merupakan alat untuk memudahkan melakukan usaha,

dengan besar usaha yang dilakukan tetap (Tim Abdi Guru, 2016: 86).

Pesawat sederhana memiliki efisiensi yang digunakan dengan keutungan

mekanis yang secara umum adalah perbandingan antara kuasa yang dilakukan (F)

dengan beban yang ditanggung (w) (Kanginan, 2007: 67).

b. Jenis Jenis Pesawat Sederhana

1) Tuas atau Pengungkit

Tuas adalah pesawat sederhana yang berbentuk batang keras sempit yang dapat

berputar disekitar satu titik. Titik yang dapat berputar disebut titik tumpu (Kanginan,

2007: 66). Lingis merupakan contoh tuas yang paling banyak dikenal dan dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari. Lingis berbentuk satu batang besi atau baja yang

digunakan untuk memudahkan mengeser suatu benda berat yang secara langsung

sukar digeser oleh otot manusia (Tim Abdi Guru, 2008: 32).

Gambar 1. Tuas/Pengungkit
(Sumber: Tim Abdi Guru, 2016: 86)

Tuas digunakan dengan cara ujung batang tuas disusupkan dibawah benda yang

akan diangkat sehingga benda terletak pada titik B seperti yang tampak pada gambar

35
1. Titik C adalah titik tumpu, titik A dimana mengerahkan gaya otot untuk menekan

batang katu kearah bawah atau disebut titik kuasa. Gaya otot yang diberikan, yaitu F,

disebut gaya kuasa. Titik B dimana titik berat beban menekan disebut titik beban.

Berat beban yang terangkat, yaitu w. jarak titik beban ke titik tumpu yaitu BC,

disebut lengan beban (lw), sedangkan jarak titik kuasa ke titik tumpu yaitu AC disebut

lengan kuasa (lk).

Tuas apabila digunakan mengangkat atau mengeser sebuah beban berat, hanya

perlu mengerjakan kuasa yang lebih kecil dibandingkan dengan beban. Perbandingan

antara beban yang diangkat dan kuasa yang dilakukan disebut keuntungan mekanis

(Kanginan, 2007: 67). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

beban w
KM = = .....................................................................................................(1)
kuasa F

Kuasa dipandang sebagai masukan dan beban dipandang sebagai keluaran, maka

berlaku kekekalan usaha, yaitu (Kanginan, 2007: 68).

F. lk = w. lw.................................................................................................................(2)

Keterangan

F = Gaya Kuasa

lk = Lengan Kuasa

w = Beban (N)

lw = Lengan beban (m)

36
Macam macam tuas tergantung pada titik tumpu terhadap kuasa dan beban, tuas

dikelompokan menjadi tiga kelas, yaitu tuas kelas pertama, tuas kelas kedua, dan tuas

kelas ketiga (Kanginan, 2007: 69).

a) Tuas Kelas Pertama

Tuas kelas pertama yaitu tuas dengan susunan titik tumpu berada diantara kuasa

dan beban, atau dapat juga dikatakan bahwa beban dan kuasa berada pada sisi

berlainan dari titik tumpu (Kanginan, 2007: 69).

Gambar 2. Tuas Kelas Pertama


(Sumber: dosenku.co.id)

Alat yang digunakan pinsip kerja tuas kelas pertama antara lain linggis,

gunting, tang, penjepit kertas, sendok nasi, pembuka tutup botol dan sebagainya (Tim

Abdi Guru, 2004: 121).

b) Tuas Kelas Kedua

Tuas kelas kedua yaitu dengan susunan kuasa dan beban berada pada sisi yang

sama dari titik tumpu, dan beban lebih dekat ketitik tumpu dari pada kuasa

(Kanginan, 2007: 70).

37
Gambar 3. Tuas Jenis Kedua
(Sumber: dosenku.co.id)
Alat yangmenggunakan prinsip kerja tuas kelas kedua anatar lain pelubang

kertas, stepler, pemecah kemiri dan sebagainya (tim Abdi guru, 2008: 33).

c) Tuas Kelas Ketiga

Tuas kelas ketiga yaitu tuas dengan susunan titik beban dan titik kuasa berada

pada sisi yang sama dari titik tumpu, tetapi kuasaa lebih dekat ke titik tumpu dari

pada beban.

Gambar 4. Tuas Jenis Ketiga


(Sumber: Dosenku.co.id)
Contoh tuas kelas ketiga adalah sapu, sumpit, penjepit roti, mobil Derek, sekop,

dan alat pancing (Abdullah, 2007: 46).

2) Katrol

Katrol adalah pesawat sederhana yang dapat merubah gaya tarik menjadi gaya

angkat (Tim Abdi Guru, 2008: 34). Katrol merupakan pesawat sederhana yang terdiri

dari sebuah roda beralur dimana seutas tali rantai dapat bergerak ulang-

alik( Kanginan, 2007: 72)

38
a) Katrol Tunggal Tetap

Katrol tunggal tetap berfungsi mengubah arah gaya tarik dari menarik keatas

menjadi menarik kebawah. Katrol tunggal dapat mengubah arah gaya tarik mnajadi

kebawah, sehingga gaya otot searah dengan gaya berat, dan pada saat gaya otot

menarik tali keatas akan terbantu oleh gaya berat (Kanginan, 2007: 73).

Gambar 5. Katrol Tetap


(Sumber: Adhagung.wordpress.com)

Prisnip kerrja katrol tetap adalah katrol tetap berdiri dari suatui roda yang

terpasang pada suatu struktur tali untuk letak beban serta kuasa. Katrol tetap memiliki

pusat katrol (C) terpasang pada tempat yang tetap pada gambar 5 yang tunjukan

bagian B, sehingga tidak dapat bergerak keatas atau kebawah, melainkan hanya

berputar. Katrol tetap dapat dianggap sebagai tuas dengan titik tumpu C pada gambar

6 ditunjukan pada bagian O, titik beban A, titik kuasa B, lengan beban l w = OC,

lengan kuasa lk = OB, beban = w dan kuasa = F.

39
Gambar 6. Prinsip Kerja Katrol Tetap
(Sumber: Fisikazone.com)

keuntungan mekanis dapat dituliskan:

l k BO
KM = = = 1...................................................................................................(3)
l w AO

Keuntungan mekanis menggunakan kattrol tetap adalah 1 karena kuas (F) sama

dengan berat beban (w).

b) Katrol Tunggal Bergerak

Katrol tunggal bergerak merupakan katrol dengan penempatan sedemikian

sehingga pada saat katrol dipakai, katrol bergerak dengan bebas (Tim Abdi Guru,

2008; 34). Katrol tunggal tetap memiliki fungsi utama untuk memperbesar gaya tetapi

tidak mengubah arah gaya (Kanginan, 2007: 75).

40
Gambar 7. Katrol Tunggal Bergerak
(Sumber: Aidibhasan.com)

Prinsip kerja karol bergerak adalah benda yang akan diangkat diikatkan pada

poros B (gambar 7). Ujung tali yang satu diikatkan pada tempat yang tetap dan ujung

tali yang lain ditarik keatas. Titik tumpu katrol bergerak adalah A, titik beban C, dan

titik kuasa B, dengan lengan beban (lw) adalah BA dan lenagn kuasa (lk) adalah CB

dalam hal ini CB= 2 AC. Keuntungan mekanis katrol tunggal bergerak dapat

dituliskan sebagai berikut (Kanginan, 2007: 74).

l k CB
Keuntungan Mekanis = ¿ = 2..........................................................................(4)
l w AB

c) Sistem Katrol

Sistem katrol terdiri beberapa katrol, yaitu katral tetap dan katrol bergerak.

Fuungsi dari sistem katrol ini, digunakan mengangkat beban yang berat ( Priambodo

& Sulastri, 2009:187).

41
Gambar 8. Sistem Katrol
(Sumber: Brainly.co.id)
Sistem katrol berlaku rumus sebagai berikut. Gaya yang diperluukan (F)

F = ¼ w.....................................................................................................................(5)

Keuntungan mekanis pada sistem katrol dirumuskan sebagai berikut.

KM = x atau KM = 2n................................................................................................(6)

Keterangan:

X = banyak tali

n = banyak katrol bergerak

3) Bidang Miring

Bidang miring adalah sebuah pesawat sederhana berupa suatu permukaan datar

di miringkan (Tim Abdi guru, 2008: 35). Bidang miring adalah permukaan miring

yang penampangnya terbentuk segitiga, dan dapat digunakan sebagai peswat

sederhana (Kanginan, 2007: 78)

Gambar 9. Bidang Miring


(Sumber: Kanginan, 2007: 78)

42
Bidang miring digunakan untuk memindah benda keatas, naik benda didorong

maupaun ditarik dengan gaya F, seperti pada 9 maka, keuntungan mekanis berlaku

(Abdullah, 2007: 49)

KM = w/F = l/h..........................................................................................................(7)

Keterangan

F = Gaya

W = Berat beban

h = Ketinggian bidang miring (m)

l = Panjang bidang miring (m)

Keuntungan mekanis bidang miring sama dengan nilai perbandingan anatar

panjang bidang mring (s) dan tinggi bidang miring (h). Makin landau bidang miring

maka makin besar keuntungan mekanis bidang miring. Keuntunagn mekanis pda

bidang mring antara lain sebagai berikut (Kanginan 2007: 79).

KM = panjang/tinggi = s/h.........................................................................................(8)

Bidang miring sebagai peswat sederhana tidak mengurangi usaha yang harus

dilakukan. Bidang mring berfungsi mengalikan gaya sehingga usaha lebih mudah

untuk duilakukan. Seperti yang diketahui gaya yang lebih besar harus dibayar dengan

perpindahan yang lebih jauh. Contoh lain dari bidang miring adalah baji dan sekrup.

B.Penelitian yang Relevan

Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan mengenai model pembelajaran

learning cycle disajikan pada Tabel 4 berikut.

43
Tebel 4
Penelitian Yang Relevan

No Periset Judul Sumber Hasil


1. Nismalasa Penerapan Model Nismalasari., Terdapat peningkatan
ri, Pembelajaran Santiani.,Rohma keterampilan proses
Santiani, Learning Cycle di,H. Mukhlis. sains (KPS) siswa pada
dan H. Terhadap 2016. pembelajaran dengan
Mukhlis Keterampilan Penerapan menggunakan model
Rohmadi. Proses Sains Dan Model pembelajran learning
Hasil Belajar Pembelajaran cycle dalam
Siswa Pada Learning Cycle meningkatkan KPS
Pokok Bahasan Terhadap siswa. Keterampilan
Getaran Keterampilan proses yang tertinggi
Harmonis. Proses Sains yaitu pada aspek
Dan Hasil menginterprstasi data
Belajar Siswa merencenakan.bukan
Pada Pokok hanya KPS terdapat
Bahasan peningkatan hasil
Getaran belajar kognitif siswa
Harmonis. hal ini dikarenakan
EduSains model learning cycle
Volume 4 No2. memiliki kelebihan
ISSN 2338-4387 yaitu meningkatkankan
motivasi belajar karena
siswa dilibatkan scara
aktif dalam proses
pembelajaran.
2. Rifki Pengaruh Anugrah, Rifki., Terdapat peningkatan
Anugrah, pembelajaran dkk. 2017. keterampilan proses
Regina larning cycle Pengaruh sains siswa pada
Lichteria terhadap- pembelajaran pembelajaran IPA
Panjaitan, keterampilan larning cycle dengan menggunakan
dan Aah proses sains siswa terhadap- model learning cycle di
Ahmad pada materi gaya keterampilan 3 kelompok. Kelompok
Syahid. magnet. proses sains tersebut ialah kelompok
siswa pada tinggi, kelompok
materi gaya sedang dan kelompok
magnet. rendah.
Sumdang:
Program Studi
PGSD UPI

44
Kampus
Sumedang.
3. Helni Pengaruh Model Senindra, Hasil penelitian
Senindra, Pembelajaran Helni.,dkk. menunjukan bahwa
Muhamma Learning Cycle 2015.Pengaruh Model learning cycle
d Muslim, 5E Terhadap Model 5E memberikan
dan Apit Hasil Belajar Pembelajaran pengaruhyang
Fathurohm Fisika Siswa Learning Cycle signifikan terhadap
an. Kelas X MAN 5E terhadap hasil belajar fisika, hasil
Prabumulih hasil belajar belajar fisika
fisika siswa mengalami peningkatan
kelas X MAN dengan kategori sedang.
Prabumulih.
Palembang :
Universitas
Sriwijaya, FKIP
4. Anggi Penerapan Model Saputri, Dwi Hasil penelitian mereka
Dwi Larning Cycle Anggi., dkk. mengatakan bahwa dari
Saputri, Untuk 2018. empat siklus
Rosane Meningkatkan Penerapan pembelajaran yang
Medriati, Hasil Belajar Model Learning telah dilaksanakan
dan Kognitif Dan Cycle Untuk terjadi peningkatan
Nyoman Keterampilan Meningkatkan aktivitas belajar siswa
Rohadi Proses Sains Pada Hasil Belajar pada setiap siklusnya.
Materi Usaha Dan Kognitif Dam Pada empat siklus yang
Energy Di Kelas Keterampilan telah dilaksanakan
X MIA 3 MAN 2 Proses Sains terjadi peningkatan nilai
Kota Bengkulu. Pada Materi rata-rata hasil belajar
Usaha Dan kognitif tiap siklusnya.
Energi di Kelas Tidak hanya aktivitas
X MIA 3 MAN 2 belajar dan hasil belajar
Kota Bengkulu. yang meningkat pada
Bengkulu : setiap siklusnya tetapi
Prodi S1 juga pada keterampilan
Pendidikan proses sains yang
Fisika FKIP- meningkat pada setiap
UNIB siklusnya

5. Zulfani Penggunaan Aziz, Zulfani. Hasil penelitiannya


Aziz Model Learning 2013. mengatakan bahwa
Cycle 7E Untuk Penggunaan penggunaan model
Meningkatkan Modelpembelaj learning cycle 7E dapat

45
Hasil Belajar aran Learning meningkatkan hasil
SMP Pada Pokok Cycle 7e Untuk belajar siswa kelas VIII
Bahasan Usaha Meningkatkan A SMP Negeri 9
Dan Energi. Hasil Belajar Semarang pada pokok
Siswa Smp bahasan Usaha dan
Pada Pokok Energi secara signifikan
Bahasan Usaha meskipun masih
Dan Energi. rendah.
Jurusan Fisika
Universitas
Negeri
Semarang

6. Siti Penerapan Model Marhamah, Siti. Hasil Penelitian


Marhamah Pembelajaran 2014. menunjukan bahwa
Learning Cycle Penerapan ketuntasan hasil belajar
Pada Materi Model baik ketuntasan
Pokok Kalor Pembelajaran individu, ketuntasana
Dikelas VIII Learning Cycle kalsikal, ketuntasan
Semester II Mts Pada Materi TPK dan aktivitas
Negeri 1 Model Pokok Kalor belajar siswa termasuk
Palangka Raya Dikelas VIII dalam kategori baik,
Tahun Ajaran Semester II Mts
2012/2014. Negeri 1 Model
Palangka Raya
Tahun Ajaran
2012/2014.
Palangka Raya:
Program Studi
Pendidikan
Fisika

46

Anda mungkin juga menyukai