A. Hasil Penelitian
1. Jenis-Jenis Ruang Terbuka Hijau Kota Kupang
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan analisis peta persebaran ruang
terbuka hijau kota Kupang, dapat diketahui bahwa jenis-jenis ruang terbuka hijau kota
Kupang terdiri dari 7 jenis, yaitu :
1. Taman kota
2. Lapangan olahraga
3. Jalur hijau jalan
4. Sempadan pantai/sungai
5. Hutan kota
6. Taman lingkungan perumahan dan perkantoran
7. Hutan lindung
Berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner pada instansi terkait/pemerintah
menyatakan bahwa terdapat dua jenis ruang terbuka hijau di kota Kupang yaitu ruang
terbuka hijau aktif dan ruang terbuka hijau pasif. Menurut Caesarian dan Rahmani
(2019), RTH aktif merupakan ruang terbuka yang memiliki fungsi sebagai tempat
kegiatan manusia didalamnya yang dilengkapi dengan elemen-elemen pendukung taman
bermain seperti ayunan, bangku taman dan sebagainya, sedangkan RTH pasif adalah
ruang terbuka yang memiliki fungsi bukan sebagai kegiatan manusia melainkan sebagai
elemen estetis saja. Menurut pemerintah, ruang terbuka hijau yang ada di kota Kupang
belum sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada karena beberapa alasan seperti
banyaknya lahan-lahan kosong yang ada di kota Kupang pada umumnya merupakan
milik pribadi masyarakat dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang tata ruang
sehingga pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat tidak sesuai dengan aturan yang
berlaku dan tidak sesuai dengan fungsinya seperti pada sempadan sungai dan jalur hijau
terdapat pemukiman masyarakat.
Ruang terbuka hijau di kota Kupang perlu ditambah karena dengan kondisi kota
Kupang yang cukup panas sehingga perlu adanya penambahan ruang terbuka hijau untuk
23
menurunkan suhu dan mencegah polusi udara, jumlah penduduk dan pembangunan di
kota Kupang yang semakin bertambah, kurangnya cadangan air baku dan kurangnya
daerah resapan air sehingga diperlukan daerah atau titik-titik tangkapan air seperti waduk
untk bisa digunakan padan sawah dan taman, kurangnya taman bermain dan taman kota
serta belum memenuhi jumlah yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang penataan ruang yakni jumlah ruang terbuka hijau di setiap wilayah harus
sebesar 30% dari luas wilayah tersebut. Bentuk dan jenis ruang terbuka hijau yang sesuai
dengan kondisi lingkungan kota Kupang yaitu perlu adanya penambahan taman rekreasi
dan lahan yang ditanami tanaman produktif (pohon yang menghasilkan buah).
24
Tabel 4.1. Persebaran ruang terbuka hijau di kota Kupang
25
lindung terletak pada kecamatan Alak. Persebaran ruang terbuka hijau kota Kupang dapat
dilihat pada gambar.
27
Pucuk merah (Syzygium oleina) Estetika, pengarah
Beringin (Ficus benjamina ) Peneduh
Cendana (Santalum album) Peneduh
Ketapang kencana (Terminalia mantaly) Peneduh
Kiara payung (Filicium decipiens) Peneduh
Mangga (Mangifera indica) Peneduh
Kamboja (Plumeria sp) Estetika
Waru (Hibiscus tiliaceus L. ) Peneduh
Pulai (Alstonia scholaris) Peneduh
Jati (Tectona grandis) Peneduh, pengarah
3 Taman perkantoran Flamboyan (Delonix regia) Peneduh
(taman kantor walikota) Bougenvil (Bougenvilea sp) Estetika
Angsana (Pterocarpus indicus) Peneduh
4 Lapangan olahraga Reo (Lannea coromandelica) Peneduh
Flamboyan (Delonix regia) Peneduh
(lapangan GOR)
28
Jenis tanaman khususnya pohon yang ditanam pada beberapa titik pengamatan memakai
jenis tanaman yang sama seperti pada jalur hijau jalan Adi Sucipto dan jalur hijau bandara,
sepanjang pinggir jalan terdapat pohon gamal dan flamboyan. Pada jalur hijau jalan lainnya
terdapat jenis pohon bermacam-macam seperti angsana, mahoni, cemara, lontar dan
glodokan. Sedangkan pada taman kota, jenis tanaman/pohon yang paling banyak ditanam
adalah gamal dan mahoni dan lebih banyak terdapat tanaman hias seperti kamboja, pucuk
merah dan bougenvil. Untuk taman perkantoran lebih banyak ditanam pohon flamboyan dan
angsana. Di ruang terbuka yang lain, seperti pada lapangan olahraga biasanya banyak
ditumbuhi rumput dan hanya sedikit pohon yang ditanam disekitarnya.
Gambar 4.3 menunjukkan beberapa jenis tanaman yang banyak ditanam pada ruang
terbuka hijau kota Kupang merupakan tanaman yang memiliki fungsi sebagai peneduh. Hal
ini dikarenakan kondisi kota Kupang yang beriklim tropis dan cenderung panas pada siang
hari sehingga masyarakat kota membutuhkan lebih banyak tanaman berjenis pohon dengan
fungsi sebagai peneduh. Jenis tanaman yang banyak ditanam dengan fungsi sebagai peneduh
yaitu gamal (Gliricidia sepium), flamboyan (Delonix regia), mahoni (Swietenia mahagoni)
dan glodokan tiang (Polyalthia longifolia). Akan tetapi, pada musim kemarau, pohon yang
ditanam sebagai peneduh seperti gamal dan flamboyan lebih cepat meranggas. Hal ini
berpengaruh pada penampilan ruang terbuka hijau tersebut.
29
Gamal (Gliricidia sepium) Flamboyan (Delonix regia)
Berdasarkan hasil wawancara, faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis
pohon untuk ruang terbuka hijau yaitu jenis tanaman, kerimbunan dan pola percabangan
karena kondisi iklim kota Kupang yang cenderung panas maka dibutuhkan jenis tanaman
yang mampu bertahan di daerah panas serta dibutuhkan jenis tanaman dengan fungsi sebagai
peneduh seperti beringin, lontar, flamboyan dan cendana. Menurut Andjelicus (2009), jenis
tanaman yang cocok untuk fungsi ruang terbuka hijau di kota Kupang yaitu jenis tanaman
yang mampu bertahan hidup pada daerah panas, sedikit membutuhkan air untuk hidup dan
daunnya tidak gugur pada musim kemarau atau hijau sepanjang tahun serta jenis tanaman
atau vegetasi lokal atau yang telah hidup di kota Kupang harus menjadi prioritas seperti
pohon lontar, gamal, ketapang, bougenvil, johar, mahoni dan kusambi. Tanaman dengan
kriteria hijau sepanjang tahun difokuskan untuk ditanam pada jalur hijau dan taman kota
untuk memberikan kenyamanan dan keteduhan sepanjang tahun. Untuk kawasan hutan kota
digunakan tanaman yang memiliki evapotranspirasi rendah seperti sengon, kelapa dan
bangur.
30
5. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kota Kupang
a. Pengetahuan masyarakat mengenai ruang terbuka hijau
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat atau pengunjung
ruang terbuka hijau kota Kupang paham mengenai ruang terbuka hijau. Kegiatan yang
biasa dilakukan pada ruang terbuka hijau adalah untuk beristirahat. Taman kota menjadi
pilihan utama untuk dikunjungi masyarakat sebagai tempat berolahraga sekaligus
bersantai diikuti dengan jalur hijau dan lapangan. Masyarakat lebih memilih taman kota
untuk dikunjungi karena pada taman kota seperti taman Nostalgia tersedia fasilitas-
fasilitas seperti gazebo, lopo dan tempat olahraga. Pada jalur hijau, masyarakat
memanfaatkannya hanya untuk sekedar berolahraga dan membeli jajanan atau makanan
yang dijual oleh pedagang disekitar jalur hijau. Lapangan olahraga juga dimanfaatkan
masyarakat sebagai tempat rekreasi dengan melaksanakan aktivitas berolahraga.
Menurut masyarakat atau pengunjung, kondisi ruang terbuka hijau kota Kupang
pada saat ini masuk dalam kategori baik, hal ini dikarenakan fasilitas-fasilitas yang cukup
memadai yang ada pada ruang terbuka hijau misalnya adanya toilet umum, tempat
sampah, bangku, tempat olahraga dan gazebo yang disediakan serta banyaknya tanaman
yang berfungsi sebagai peneduh dan terhindar dari sinar matahari.
b. Pemanfaatan ruang terbuka hijau kota Kupang oleh masyarakat
Pemanfaatan ruang terbuka hijau di kota Kupang terbatas pada empat aspek
pemanfaatan yakni aspek ekologis, aspek sosial budaya, aspek ekonomis dan aspek
psikologis.
a) Aspek ekologis
Pengetahuan masyarakat mengenai manfaat ekologis dari ruang terbuka hijau
cukup baik. Sebanyak 48% menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa RTH
bermanfaat sebagai penyerap karbondioksida (CO2). Dari keseluruhan jawaban
masyarakat mengenai manfaat ekologis, persentasi terbanyak yaitu pada pilihan
setuju bahwa ruang terbuka hijau bermanfaat untuk memberi kesejukan. Hal ini
terjadi karena pada saat masyarakat berada di RTH , masyarakat lebih memilih untuk
duduk atau berkumpul di bawah pohon yang berfungsi sebagai peneduh dari sinar
matahari.
31
Namun ada juga masyarakat yang kurang setuju, tidak setuju bahkan tidak
mengetahui akan manfaat ekologis yang lain dari RTH. Hal ini dikarenakan manfaat
ruang terbuka hijau sebagai penyerap polusi udara, untuk mengurangi kebisingan,
untuk menurunkan temperatur kota, sebagai area resapan air dan sebagai habitat
satwa belum terlalu dirasakan oleh masyarakat, karena walaupun masyarakat berada
dalam ruang terbuka hijau, masyarakat masih bisa mendengar suara bising dari
kendaraan dan masih merasakan udara yang panas.
32
sampah sehingga dapat mempengaruhi pemandangan dan merusak lingkungan itu
sendiri.
c) Aspek ekonomis
Pemanfaatan RTH dalam aspek ekonomis terdiri dari empat manfaat, yakni RTH
dapat menghasilkan hasil berupa kayu, daun dan bunga, sebagai usaha pertanian,
sebagai daerah wisata hijau di perkotaan dan sebagai sarana berjualan pedagang kecil.
Masing-masing manfaat memiliki tanggapan dan persentase yang berbeda-beda.
Ruang terbuka hijau dengan manfaat dapat menghasilkan kayu, daun dan buah
mendapatkan persentase tertinggi untuk jawaban setuju yaitu sebesar 48% dan
terendah untuk jawaban tidak setuju sebesar 3%. Untuk pemanfaatan ruang terbuka
hijau sebagai usaha pertanian, persentase terbesar yaitu pada jawaban kurang setuju
sebesar 36%. Sedangkan untuk pemanfaatan sebagai sebagai daerah wisata hijau di
perkotaan dan sebagai sarana berjualan pedagang kecil, persentase terbesar yaitu pada
jawaban setuju dengan besar persentase masing-masing 57% dan 46%.
Pemanfataan RTH dalam aspek ekonomis di kota Kupang belum dimanfaatkan
secara baik oleh masyarakat pada umumnya karena hanya para pedagang yang
berjualan makanan dan membuka lapak jualan di sekitar ruang terbuka hijau yang
yang merasakan manfaatnya. Masyarakat pada umumnya hanya menggunakan ruang
terbuka hijau untuk kegiatan rekreasi dan berolahraga.
d) Aspek psikologis
Manfaat psikologis dari ruang hijau lebih dirasakan secara individual, misalnya
perasaan nyaman ketika duduk melepas lelah di taman kota pada siang hari, atau
ketika ruang hijau dipakai untuk tempat menyendiri, mencari inspirasi dan mencari
ketenangan pikiran.
Manfaat yang paling dibutuhkan dirasakan oleh masyarakat perkotaan yaitu
manfaat psikologis dari RTH. Banyak masyarakat yang merasa nyaman sekitar 61%
dan sangat nyaman sekitar 29%. Untuk faktor kenyamanan pada ruang terbuka hijau,
masyarakat cenderung memilih kesejukan sebagai faktor utama kenyamanan dan
faktor-faktor lainnya seperti keaslian alamnya. Persentase terbesar untuk pemanfaatan
33
RTH dalam aspek psikologis ini yaitu manfaat RTH dalam menghilangkan stress
yakni sebesar 63% menyatakan setuju dan 29% menyatakan sangat setuju.
B. Pembahasan
1. Jenis, Luas dan Persebaran Ruang Terbuka Hijau Kota Kupang
Permasalahan yang sering terjadi pada daerah perkotaan yaitu permintaan akan
pemanfaatan lahan kota untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan termasuk untuk
kemajuan dalam bidang industri, transportasi dan teknologi mengakibatkan terjadinya
alih guna ruang terbuka hijau guna memenuhi kebutuhan ruang dan menampung kegiatan
masyarakat perkotaan serta aktivitasnya. Ruang terbuka hijau sangat diperlukan untuk
mengatasi kondisi lingkungan kota yang seperti ini. Dengan adanya ruang terbuka hijau
kualitas ekosistem perkotaan akan semakin meningkat (Budiman, 2010). Ruang terbuka
hijau kota dapat berperan sebagai salah satu elemen kota yang dapat memberikan
karakter tersendiri karena memiliki fungsi untuk komunikasi warga kota, yang
didalamnya terdapat kegiatan ekonomi,apresiasi sosial budaya warga kota yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup dalam arti luas warga kota (Lestari,dkk.
2016).
Kota Kupang sendiri memiliki beberapa ruang terbuka hijau. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa ruang terbuka di kota Kupang terdiri dari 7 jenis dengan luas
keseluruhan 391,14 Ha atau 21,74 % dari luas wilayah kota yang tersebar pada beberapa
wilayah di kota Kupang. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak semua jenis ruang terbuka
hijau menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
di Kawasan Perkotaan terdapat di kota Kupang, dimana menurut Permendagri Nomor 1
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan jenis-jenis
ruang terbuka hijau terdiri dari 23 jenis. Luas ruang terbuka hijau yang ditentukan oleh
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang adalah sebesar 30% dari
luas suatu wilayah. Menurut peraturan yang telah ditetapkan, proporsi 30 % merupakan
ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan
mikroklimat maupun sistem ekologis yang lain yang dapat meningkatkan kualitas
lingkungan dan nilai estetika kota. Data luas ruang terbuka hijau di kota Kupang ini
34
menunjukkan belum terpenuhinya jumlah 30% yang ditentukan oleh Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang.
Hayati,dkk (2016) menyatakan bahwa keberadaan RTH di perkotaan yang tidak
memenuhi persyaratan jumlah dan kualitas akan menurunkan kenyamanan kota karena
terjadi penurunan kapasitas dan daya dukung wilayah dan Anjelicus (2008) menyatakan
berkurangnya ruang terbuka hijau akan mengakibatkan degradasi lingkungan kota
sehingga menimbulkan dampak buruk terhadap kehidupan kota seperti semakin
meningkatnya polusi udara, pencemaran air minum, kekeringan, meningkatnya panas
suhu udara, gangguan suara dan lainnya. Utari (2015) menyatakan rendahnya ruang
terbuka hijau pada suatu wilayah akan berdampak pada segala aspek kehidupan yang ada
di perkotaan seperti aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Utari lebih lanjut menyatakan
bahwa perlu diperhatikan adanya konsep ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan. Perlu
adanya penataan ruang perkotaan yang baik dimana suatu perkotaan juga harus
memperhatikan segala aspek salah satunya keberlangsungan ekosistem yang ada
didalamnya. Untuk itu dapat dikatakan bahwa keberadaan ruang terbuka hijau di kota
Kupang masih kurang dan belum memenuhi jumlah yang ditentukan oleh Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, dimana hal ini dapat
mengakibatkan menurunnya kenyamanan kota dan munculnya permasalahan lingkungan
di kota Kupang. Mengingat pentingnya keberadaan ruang hijau di daerah perkotaan dan
kurangnya ruang terbuka hijau di kota Kupang, perlu dilakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan keberadaan dan kualitas ruang terbuka hijau baik oleh pemerintah maupun
masyarakat. Disamping itu, keberadaan ruang hijau kota dapat memberi kenyamanan
penduduk kota serta meningkatkan kualitas lingkungan kota.
35
rancangan RTH yang berbeda. Pemilihan jenis tanaman yang sesuai kriteria
penanamannya dapat mempengaruhi fungsi ruang terbuka hijau, misalnya dalam
kemampuannya untuk menekan pencemaran udara, menyerap debu, mengurangi bau,
meredam kebisingan, mengurangi erosi tanah, penahan angin dan hujan secara
menyeluruh (Rochim,2013).
Karakteristik tanaman yang baik untuk ditanam di ruang terbuka hijau kota adalah
disenangi dan tidak berbahaya bagi warga mampu tumbuh di lingkungan marginal (tanah
tidak subur, udara dan air tercemar), tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme),
memiliki struktur perakaran yang dalam sehingga tidak mudah tumbang, tidak gugur
daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural, dapat menghasilkan O2 dan
meningkatkan kualitas lingkungan kota, dapat menyerap gas CO2 dan timbal secara lebih,
bibit/benih mudah diperoleh dalam harga terjangkau, prioritas menggunakan vegetasi
endemik (lokal), memperhatikan aspek keanekaragaman hayati serta serbuk sarinya tidak
bersifat alergi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan jenis tanaman pada ruang
terbuka hijau kota Kupang telah mempertimbangkan fungsinya sebagai pembentuk dan
pengisi ruang yaitu sebagai peneduh, pengarah dan sebagai ornamen atau penghias ruang
serta telah sesuai dengan karakteristik tanaman yang baik untuk ditanam pada ruang
terbuka hijau kota. Jenis tanaman yang banyak ditanam pada ruang terbuka hijau kota
Kupang merupakan jenis tanaman dengan fungsi sebagai peneduh. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ruba,dkk (2015) yang menyatakan bahwa tanaman pohon lebih banyak
ditanam karena keadaan iklim di kota Kupang yang tergolong dalam iklim tropis. Kota
Kupang cenderung panas di waktu siang hari, sehingga membutuhkan lebih banyak
tanaman berjenis pohon dengan fungsi sebagai peneduh.
Jenis tanaman yang ditanam pada ruang terbuka hijau kota Kupang merupakan
tanaman yang mampu hidup dalam kondisi yang kering dan pemilihan jenis tanaman
pada ruang terbuka hijau juga telah memprioritaskan vegetasi lokal/endemik seperti
lontar, gamal, flamboyan dan johar. Lestari, dkk (2013) menyatakan bahwa vegetasi lokal
yang sesuai untuk jalur jalan di pusat kota Kupang terdiri atas tanaman peneduh (pulai,
lontar, johar). Jenis-jenis tanaman pada ruang terbuka hijau kota Kupang juga dapat
berfungsi sebagai penyerap polusi udara. Ada jenis tanaman yang memiliki ketahanan
36
tinggi terhadap debu dan mampu menyerap debu tersebut seperti glodokan tiang,
flamboyan dan kerai payung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dahlan (2004), dalam
Nurdyansah (2018) yang menyatakan bahwa jenis tanaman yang memiliki ketahanan
tinggi terhadap pencemaran debu antara lain mahoni, tanjung, kenari, meranti merah,
kerai payung dan kayu hitam. Selain itu, menurut Mukhlison (2010) dalam Nurdyansah
(2018), glodokan tiang dan mahoni dapat menyerap polusi dan debu khusunya polutan
jenis timbal (Pb).
37
ini akan berdampak baik terhadap kondisi penduduk. Manfaat ekologi dan alam dari
ruang hijau ditunjukkan dengan kemampuannya sebagai penyeimbang lingkungan,
misalnya kemampuan tanaman menyerap polusi udara, meneduhkan lingkungan,
membantu pengaliran air ke dalam tanah dan sebagainya (Rahmi, 2002).
Manfaat ekonomis dari ruang hijau dapat dilihat dari bagaimana ruang hijau tersebut
dapat memberikan hasil produk bagi masyarakat sekitar seperti menghasilkan kayu, daun
dan buah. Pemanfaatan ruang terbuka hijau di kota Kupang dalam aspek ekonomis dapat
dilihat dari terpakainya ruang terbuka hijau sebagai tempat berjualan para pedagang kecil
dana adanya lahan parkir pada ruang terbuka hijau . Pemanfaatan ruang terbuka hijau
oleh masyarakat dalam aspek ekonomis belum semuanya optimal karena hanya para
pedagang yang berjualan di lokasi ruang terbuka hijau yang merasakan manfaatnya.
Pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai usaha pertanian juga tidak dirasakan oleh
masyarakat karena kurangnya lahan pertanian yang ada pada kota Kupang. Menurut
Cahya (2014), kegiatan pertanian perkotaan dapat mendukung pembangunan perkotaan
berkelanjutan karena kegiatan pertanian perkotaan dapat memberikan manfaat ekonomi
berupa tambahan penghasilan, manfaat sosial berupa pemanfaatan waktu luang dan
gotong-royong antar warga, manfaat lingkungan berupa optimalisasi pemanfaatan lahan
kosong, mengurangi polusi udara, menciptakan keindahan dan kesejukan.
38