Anda di halaman 1dari 20

STUDI KASUS

SINDROM NEFROTIK

OLEH:

SYELLA ETYANNINGSI

P00320018090

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN


KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Sindrom Nefrotik
Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas
membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan urinarius yang massif
(Whaley & Wong, 2003). Sindroma nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari
kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus (Luckman, 1996). Sindrom
Nefrotik ditandai dengan proteinuria masif ( ≥ 40 mg/m2 LPB/jam atau rasio
protein/kreatinin pada urine sewaktu >2mg/mg), hipoproteinemia, hipoalbuminemia (≤2,5
gr/dL), edema, dan hiperlipidemia (Behrman, 2001).
Nefrotik sindrom merupakan gangguan klinis ditandai oleh (1) peningkatan protein dalam
urin secara bermakna (proteinuria) (2) penurunan albumin dalam darah (3) edema, dan (4)
serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda
tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan
menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus (Brunner & Suddarth, 2001)

Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Sindrom Nefrotik :


1. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik Sindroma) :
Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik pada anak usia
sekolah.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder : Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen,
seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid, glomerulonefritis, infeksi
sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindroma Nefirotik Kongenital : Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh gen
resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya pendek dan
gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua
pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika
tidak dilakukan dialisis.

B. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012 adalah:
1. Primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, dan
nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain,
seperti diabetes mellitus, sistema lupus eritematosus, dan amyloidosis

C. Anatomi Fisiologi Ginjal

(Sumber: Astuti, 2013)

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi (Astuti, 2013).
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada dinding abdomen. Manusia memiliki
sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan
dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat
kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di
bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.Sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan (Astuti, 2013).

Unit fungsional ginjal


(Sumber: Astuti, 2013)

Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta
buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan
zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan
lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin
(Astuti, 2013).
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau
badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).Setiap korpuskula
mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula
Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari
glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui
dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya
tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke
dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen
(Astuti, 2013).
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat
yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh
sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output (Astuti, 2013).       

D. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh
karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui
yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada
sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang
sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran
glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya
protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya albumin, tekanan osmotic plasma
menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan jumlah
aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke renal, ginjal akan
melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan
sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian menjadi retensi
natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema (Wati, 2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma.
Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang
timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin
(lipiduria). Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi dan yuliani, 2001 :
217).

E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2001), manifestasi
utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan
(pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata (periorbital), pada area ekstremitas
(sekrum, tumit, dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti malese, sakit
kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.

(Sumber: Irapanussa, 2015) (Sumber: nursingbegin.com, 2010)

(Sumber: ujeuji.blogspot.co.id) (Sumber: pakarobatherbal.com)


F. Pathways

Virus, bakteri, protozoa inflamasi Perubahan


glomerulus permeabilitas
DM peningkatan viskositas darah membrane
Sistemik lupus eritematous regulasi glomerlurus
kekebalan terganggu proliferasi
Mekanisme
abnormal leukosit
Kerusakan penghalang
glomerlurus protein

Protein & Kegagalan Kebocoran


albumin lolos dalam proses molekul besar
dalam filtrasi & filtrasi (immunoglobuli
masuk ke urine n)

Gangguan Protein dalam Protein dalam Pengeluaran


citra tubuh urine meningkat darah menurun IgG dan IgA

Pembengka Proteinuria Hipoalbuminemia Sel T dalam


kan pada sirkulasi
periorbita menurun

Ekstravaksi SINDROM Gangguan


Mata cairan NEFROTIK imunitas

Penumpukan Volume Resiko infeksi


Oedema cairan ke ruang intravaskuler
intestinum
Reabsorbsi
ADH air

Penekanan Paru-paru Asites Kelebihan


pada tubuh volume cairan
terlalu dalam
Efusi pleura Tekanan
abdomen Menekan
meningkat diafragma
Nutrisi & O2 Ketidakefektifan
bersihan jalan Otot pernafasan
Mendesak
nafas tidak optimal
rongga lambung

Anoreksia,
Hipoksia Metabolism nausea, vomitus Nafas tidak
jaringan anaerob adekuat
Gangguan
Iskemia Produksi asam Ketidakefektif
pemenuhan
laktat an pola nafas
nutrisi

Nekrosis
Menumpuk di Ketidakseimba Volume urin
otot ngan nutrisi yang diekskresi
Ketidakefek kurang dari
tifan perfusi kebutuhan
jaringan Kelemahan, tubuh Oliguri
perifer keletihan,
mudah capek

Intoleransi
aktivitas

Absorbsi air oleh usus Hipovolemia Tekanan arteri

Feses mengeras Sekresi renin Granulasi sel-


sel glomerulus

konstipasi Mengubah
angiotensin Aldosterone
menjadi
angiotensin I &
II Merangsang
reabsorbsi Na+
dan air
Efek
vasokontriksi
arterioral Volume plasma
perifer

Tekanan darah

Beban kerja
jantung

Penurunan
curah jantung
(Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015)

G. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya penampilan klinis.
Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan penunjang
berikut yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin serum,
pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan
darah, dimana :
1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi dalam 24-48 jam
setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb,
Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal.
Protein urin meningkat (nilai normal negatif). Urinalisis adalah tes awal diagnosis
sindrom nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui
tes semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan protein urin
sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih yang masuk dalam
nephrotic range.
2. Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang
mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak hialin
dan torak eritrosit.
3. Pengukuran protein urin
Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot collection.
Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi
hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total protein urin ≤ 150
mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis. Single spot collection lebih
mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada
kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.
4. Albumin serum
kualitatif : ++ sampai ++++
kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen ESBACH)
5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
6. USG renal: Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.
7. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia > 8 tahun,
resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi nefritik
signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin diperlukan
untuk diagnosis. Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena masing-masing
tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk membedakan
minimal-change disease pada dewasa dengan glomerulosklerosisfokal, karena minimal-
change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap steroid. Prosedur ini digunakan
untuk mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian akan diperiksa di
laboratorium. Adapan prosedur biopsi ginjal sebagai berikut :
a. Peralatan USG digunakan sebagai penuntun. USG dilakukan oleh petugas radiologi
untuk mengetahui letak ginjal.
b. Anestesi (lokal).
c. Jarum (piston biopsi). Apabila tidak ada piston biopsi dapat menggunakan jarum
model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN.
d. Tempat (pool bawah ginjal, lebih disukai disukai ginjal kiri).
e. Jaringan yang didapatkan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu untuk
pemeriksaan mikroskop cahaya & imunofluoresen.
f. Setelah biopsi.
1) Berikan pasien tengkurap + - sejam, tetapi apabila pada posisi tengurap pasien
mengalami sejas nafas maka biopsi dilakukan pada posisi duduk
2) Anjurkan untuk minum banyak
3) Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah, & lakukan pemeriksaan lab
urin lengkap.
g. Apabila tidak terdapat kencing darah (hematuria) maka pasien dipulangkan. Biasanya
untuk pada pasien yang beresiko rendah, pagi biopsi sore pulang (one day care ).

8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium meningkat tapi
biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan retensi dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah nerah). Penurunan pada
kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein dan albumin melalui urin,
perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena kekurangan
asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14 tahun : kurang dari atau
sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai Protein total menurun
(N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml), α1 globulin normal (N:
0,1-0,3 gm/100ml), α2 globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml), β globulin normal
(N: 0,5-0,9 gm/100ml), γ globulin normal (N: 0,3-1 gm/100ml), rasio albumin/globulin
<1 (N:3/2), komplemen C3 normal/rendah (N: 80-120 mg/100ml), ureum, kreatinin dan
klirens kreatinin normal.

(Sumber: Siburian, 2013)

H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal. Menjaga pasien
dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin diperlukan untuk meningkatkan
diuresis guna mengurangi edema. Masukan protein ditingkatkan untuk menggantikan protein
yang hilang dalam urin dan untuk membentuk cadangan protein di tubuh. Jika edema berat,
pasien diberikan diet rendah natrium. Diuretik diresepkan untuk pasien dengan edema berat,
dan adrenokortikosteroid (prednison) digunakan untuk mengurangi proteinuria (Brunner &
Suddarth, 2001).
Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom nefrotik mencakup agens
antineoplastik (Cytoxan) atau agens imunosupresif (Imuran, Leukeran, atau siklosporin), jika
terjadi kambuh, penanganan kortikosteroid ulang diperlukan (Brunner & Suddarth, 2001).

Diet bagi klien sindrom nefrotik


1. Tujuan Diet
a. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
c. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida.
d. Mengontrol hipertensi.
e. Mengatasi anoreksia.
(Almatsier, 2007)
2. Syarat Diet
a. Energi cukup, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif yaitu 35 kkal/kg
BB per hari.
b. Protein sedang, yaitu 1 g/kg BB, atau0,8 g/kg BB ditambah jumlah protein yang
dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai biologik tinggi.
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total
e. Natrium dibatasi, yaitu 1-4 gr sehari, tergantung berat ringannya edema.
f. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan trigliserida
darah.
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin ditambah
500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernafasan.
(Almatsier, 2007)

3. Diet yang Dianjurkan dan Dihindari


Jenis Bahan
Dianjurkan Dibatasi
Makanan
Sumber Nasi, bubur, bihun, roti, Roti, biskuit dan kue-
karbohidrat gandum, makaroni, pasta, kue yang dibuat
jagung, kentang, ubi, talas, menggunakan garam
singkong, havermout dapur dan soda.
Sumber Telur, susu skim/susu rendah Hati, ginjal, jantung,
protein lemak, daging tanpa lemak, limpa, otak, ham, sosis,
hewani ayam tanpa kulit, ikan babat, usus, paru,
sarden, kaldu daging,
bebek, burung, angsa,
remis, seafood dan
aneka. Protein hewani
yang diawetkan
menggunakan garam
seperti sarden, kornet,
ikan asin dan
sebagainya
Sumber Kacang-kacangan dan aneka Kacang-kacangan yang
protein nabati olahannya diasinkan aatu
diawetkan
Sayuran Semua jenis sayuran segar Sayuran yang
diasinkan atau
diawetkan
Buah-buahan Semua macam buah-buahan Buah-buahan yang
segar diasinkan atau
diawetkan
Minum Semua macam minuman yang Teh kental atau kopi.
tidak beralkohol Minuman yang
mengandung soda dan
alkohol: soft drink,
arak, ciu, bir
Lainnya Semua macam bumbu Makanan yang
secukupnya berlemak, penggunaan
santan kental, bumbu:
garam, baking powder,
soda kue, MSG, kecap,
terasi, ketchup, sambal
botol, petis, tauco,
bumbu instan, dan
sebagainya

Tugas PKK Anak


Petunjuk :

a. Bacalah studi kasus di bawah ini dan jawablah pertanyaannya dengan jelas!
b. Jawaban diketik di mic. Word dan dikirim melalui e-mail di reni.devianti@gmail.com!
c. Batas pengumpulan tugas ini pada tanggal 23 Mei 2020

Studi Kasus

Seorang anak berusia 7 tahun, dirawat di RS dengan keluhan bengkak diseluruh tubuh,
keluhan lain yang menyertai adalah sesak. Ibunya mengatakan bengkak dialami sejak 3 minggu
sebelum masuk RS sedangkan sesak dialami 3 hari sebelum masuk RS. Hasil pengkajian fisik
perawat adalah : frekwensi pernafasan 28 kali per menit, TD : 140/90 mmHg, frekwensi nadi 86
kali per menit, terdapat edema pada eksteremitas atas, bawah dan wajah. Diagnosa medis
Sindrom nefrotik

Berdasarkan kasus tersebut :

1. Manakah data yang tidak normal dari pengkajian fisik tersebut?


2. Jelaskan pemeriksaan penunjang yang tepat untuk kasus tersebut di atas!
3. Apakah kebutuhan dasar yang menyimpang (terganggu) dari kasus tersebut?
4. Rumuskan masalah keperawatan pada kasus tersebut (masalah keperawatan dapat lebih
dari 1 diagnosa)
5. Tentukan tujuan dan kriterianya
6. Rumuskan intervensi keperawatan
7. Jelaskan aspek yang akan dievaluasi !

Selamat Bekerja

Jawaban dari Soal Studi Kasus


1. Data yang tidak normal pada hasil pengkajian fisik kasus di atas adalah :
- Sesak
- Respirasi ( pernapasan ) = 28x/ menit
- TD = 140/90 mmHg
- Edema Ekstremitas atas bawah dan wajah
2. Pemeriksaan penunjang yang tepat untuk kasus tersebut di atas adalah :
1. Tes urine
Tes urine di lakukan selama 24 jam penuh untuk mengetahui kadar protein
( albumin) dalam urine
2 .Tes darah
Pengambilan sampel darah dilakukan untuk mengetahui kadar protein (albumin)
Dalam darah di sertai dengan fungsi ginjal . tes darah juga untuk mengetahui
penyebab dari sindrom nefrotik , misalnya pemeriksaan kadar gula darah bagi
penderita yang di curigai penyebabnya adalah diabetes melitus
3 . biopsi ginjal
Untuk pengambilan sampel jaringan pada ginjal untuk di periksa lebih lanjut
dilaboratorium
3. kebutuhan dasar yang menyimpang (terganggu) dari kasus di atas adalah :
Kebutuhan dasar fisiologis
1. Pernapasan : pola nafas tidak efektif di tandai dengan sesak RR = 28x/menit
2. Sirkulasi : resiko penurunan curah jantung ditandai dengan edema
ekstremitas atas dan bawah serta TD = 140/90 mmHg
3. Nutrisi dan cairan :
-resiko ketidak seimbangan cairan ditandai dengan edema di muka , ekstremitas
atas dan bawah
-resiko ketidak seimbangan elektrolit ditandai dengan kelebihan volume cairan
dan disfungsi ginjal

4. masalah keperawatan pada kasus tersebut (masalah keperawatan dapat lebih dari 1
diagnosa) adalah
1. pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskular
2. resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan frekuensi jantung
3. resiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan penyakit ginjal
dan kelenjar
4. resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kelebihan
volume cairan
5. tujuan dan kriteria hasil dari kasus datas adalah

 Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama….x24 jam, maka pola napas


membaik dengan kriteria hasil :

 Frekuensi napas dari cukup memburuk menjadi membaik

 Kedalaman napas dari cukup memburuk menjadi membaik

 Dispnea dari cukup meningkat menjadi menurun

 Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama….x24 jam, maka curah jantung


menurun dengan kriteria hasil :

 Dispnea dari meningkat menjadi menurun

 Edema dari meningkat menjadi menurun

 Tekanan darah dari memburuk menjadi membaik

 Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama….x24 jam, maka keseimbangan


cairan meningkat dengan kriteria hasil :

 Edema dari meningkat menjadi menurun

 Asupan cairan dari menurun menjadi meningkat

 Tekanan darah dari memburuk menjadi membaik

 Denyut nadi radial dari memburuk menjadi membaik

 Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama….x24 jam, maka keseimbangan


elektrolit meningkat dengan kriteria hasil :

 Serum Natrium dari cukup memburuk menjadi membaik

 Serum kalium dari cukup memburuk menjadi membaik

 Serum klorida dari cukup memburuk menjadi membaik

 Serum kalsium dari cukup memburuk menjadi membaik


 Serum magnesium dari cukup memburuk menjadi membaik

 Serum fosfor dari cukup memburuk menjadi membaik

6. rumusan intervensi keperawatan dari kasus di atas adalah

 MANAJEMEN JALAN NAPAS

Tindakan

o Observasi

- Monitor pola napas ( frekuensi , kedalaman , usaha napas )

o Trapeutik

-berikan oksigen jika perlu

- perhatikan kepatenan jalan napas dengan head – tilt dan cjin – lift
( ja – thrust jika di curigai trauma sevikal )

- posisi semi fowler atau fowler

o Edukasi

-anjurkan asupan cairan 2000 ml/liter , jika tidak kontraindikasi

o Kolaborasi

-kolaborasi pemberian bronkodilator , ekspektoran , mukolitik jika


perlu

 PERAWATAN JANTUNG

TINDAKAN

o Observasi

- identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curaah jantung


( meliputi dispnea , kelelahan , edema, ortopnea , proxymal
noctumal dyspnea , peningkatan CVP)

-monitor intake dan output cairan

-montor berat badan setiap harinya pada waktu yang sama

o TRAPEUTIK
-berikan diet jantung yang sesuai

-posisikan semi fowler atau fowler

- berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres jika perlu

- berikan dukungan emosional

- berikan oksigen untuk mempertahankan salurasi oksigen

o Edukasi

-Anjurkan aktivitas fisik seusai toleransi

-anjurkan aktivitas fisik secara bertahap

- ajarkan pasien dan keluarga untuk mngukur intake dan output


harian

o Kolaborasi

-rujuk ke program rehabilitasi jantung

- kolaborasi pemberian antiaritmia

 Pemantauan Cairan

o Observasi

-monitor frekuensi dan kekuatan nadi

- monitor frekuensi napas

- monitor berat badan

- monitor kadar albumnin dan protein total

- monitor intake dan output cairan

o Trapeutik

-atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien

-dokumentasi hasil pemantauan


o Edukasi

-jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

- informasi hasil pemantauan , jika perlu

 PEMANTAUAN ELEKTROLIT

o Observasi

-identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit

-monitor kadar elektrolit serum

-monitor kehilangan cairan jika perlu

o Trapeutik

-atur interval waktu pemantaun sesuai dengan kondisi pasien

- dikumentasikan hasil pemantauan

o EDUKASI

-jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

- informssikan hasil pemantauan ,jika perlu

7. Aspek yang akan di evaluasi pada studi kasus di atas adalah

Setelah mendapatkan intervensi keperawatan , maka pasien dengan sindrom


nefrotik diharapkan sebagai berikut :

 Kelebihan volume cairan teratasi

 Bersihan jalan nafas efektif

 Pola nafas efektif

 Curah jantung mengalami peningkatan

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan protein urine
(proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan
lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma
protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus. (dr.
Nursalam, dkk. 2009). Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin,
2012 adalah primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, dan sekunder, yaitu
yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain.
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan
terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular
berpindah ke dalam intertisial. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis yaitu
urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin serum, pemeriksaan
serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan darah.

B. Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena masih banyak
referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah ini. Oleh karena itu,
pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur lain untuk menambah wawasan
yang lebih luas tentang materi ini.

Anda mungkin juga menyukai