Kelas : Reguler 2A
Disusun oleh :
Telah diperiksa dan telah disetujui keseluruhan isinya sebagai tugas mata
kuliah Farmasi Simulasi I tahun akademik 2020/2021 di Poltekkes Kemenkes
Palembang Jurusan Farmasi dan dinyatakan telah mendapat persetujuan sebagai
tugas mata kuliah Farmasi Simulasi I.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
NIP.196610161992032001
LEMBAR PENGESAHAN PENGAWAS
Disusun oleh :
Telah diperiksa dan telah disetujui keseluruhan isinya sebagai tugas mata
kuliah Farmasi Simulasi tahun akademik 2020/2021 di Poltekkes Kemenkes
Palembang Jurusan Farmasi dan dinyatakan telah mendapat persetujuan sebagai
tugas mata kuliah Farmasi Simulasi I.
Mengetahui,
Dosen Pengawas
Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.kes Mona Rahmi Rulianti, Apt., M.Farm
NIP. 196610161992032001 NIP : 198803162014022003
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya lah kami dapat menyusun portofolio yang berjudul
“Simulasi Pelayanan Resep” yang bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Farmasi Simulasi I yang mana fortofolio ini ditujukan sebagai pedoman
praktikum Farmasi Simulasi I khususnya memonitoring efek samping obat dan
juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Simulasi I.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3.2 Skenario.................................................................................................... 9
BAB IV Penutup
Kesimpulan......................................................................................................... 17
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pelayanan resep merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh
apoteker guna meningkatkan pelayanan kesehatan.Pelayanan kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.Paradigma pelayanan kefarmasianmengharuskan ada perluasan dari yang berorientasi
kepada produk (drug oriented) menjadi yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan
filosofi pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Pelayanan kefarmasian meliputi
pengelolaan sumber daya (sumber daya manusia, sarana prasarana, sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep,
peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dalam
upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan adalah meningkatkan kualitas pelayanan farmasi, yaitu dengan perbaikan waktu
tunggu pelayanan resep. Alur pelayanan resep meliputi skrining resep, penyiapan obat dan
peracikan obat, penulisan etiket, pengemasan serta penyerahan obat kepada pasien (Kemenkes
RI, 2016 ; Kemenkes RI, 2014).
Untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa bagaimana pelayanan resep dokter di apotek
Untuk menjadikan mahasiswa trampil dalam komunikasi, memberikan informasi dan komunikasi
kepada pasien di apotek saat melakukan pelayanan resep dokter
Mahasiswa trampil dalam komunikasi, memberikan informasi dan komunikasi kepada pasien di
apotek saat pelayanan resep dokter
PEMBAHASAN
Menurut MENKES NO. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek,
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi , kepada apoteker, baik dalam
bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang Dokter kepada Apoteker untuk membuat
atau menyerahkan obat kepada pasien, yang berhak menulis resep adalah : Dokter, Dokter gigi,
terbatas pada pengobatan gigi dan mulut, Dokter hewan, terbatas pada pengobatan untuk hewan.
Resep harus ditulis jelas dan lengkap, apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau
tidak lengkap, Apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep (Anief 2004 :10).
A. Penerimaan resep Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagaiberikut:
Pemeriksaan kelengkapan administratif resep yaitu: nama dokter, nomor surat izin praktek
( SIP ), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat,
cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien.
Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, cara dan lama penggunaa obat
Pertimbangan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuain dosis.
Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia.
Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru untuk obat luar, serta
menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat dalam bentuk larutan.
Memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk
menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
C. Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir mengenai penulisan
nama pasien pada etiket, cara penggunaan obat.
Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil.
Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan obat tersebut,
antara lain cara pemakaian obat, makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dan lain-lain (Standar Pelayanan
Kefarmasian 2004 :11).
Pengkajian resep merupakan suatu pemeriksaan resep yang dilakukan petugas apotek
setelah resep diterima. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam pengkajian resep yakni
kelengkapan administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.
Menurut keputusan Menteri Kesehatan No.35 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek, Apoteker dalam melakukan pengkajian resep meliputi :
Persyaratan Administratif Nama, SIP, dan Alamat dokter, Tanggal penulisan resep, Tanda
tangan / paraf dokter penulis resep, Nama, Alamat, Umur, Jenis kelamin, dan berat badan pasien,
Nama obat, Potensi, dosis, jumlah yang diminta, Cara pemakaian yang jelas, Informasi lainnya.
Kesesuaian Farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompaktibilitas, cara dan
lama pemberian.
Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuain (dosis, durasi, jumlah
obat yang lain – lainnya).
Keterangan :
1. Persyaratan Administratif :
Nama dan alamat dokter serta nomer surat izin praktek dan dapat pula nomor telepon, jam dan
hari praktek.
Nama kota serta tanggal resep itu ditulis dokter c Tanda tangan / paraf dokter penulis resep.
Merupakan tanda tangan/paraf dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menuliskan resep tersebut
yang menjadikan resep itu otentik.
Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien. e Nama pasien ditulis dibelakang
kata pro : merupakan identifikasi pasien dan sebaiknya dilengkapi dengan alamat yang
memudahkan penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat pada pasien.
Info lainnya.
2. Kesesuaian Farmasetik
Bentuk sediaan
Dosis Dosis adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu
terhadap suatu penyakit atau gejala sakit. Jika dosis terlalu rendah (under dose) maka efek terapi
tidak tercapai. Jika berlebih (over dose) bisa menimbulkan efek toksik atau keracunan bahkan
sampai dengan kematian.
Potensi obat adalah kekuatan obat atau potensi suatu obat di berikan sesuai dengan umur dan
seberapa parah penyakit yang diderita pasien.
Stabilitas Pemilihan obat tergantung juga pada kestabilan suatu sediaan. Misalnya untuk obat-
obatan yang tidak stabil terhadap udara, maka pemerian obat oleh dokter juga harus diperhatikan.
Inkompaktibilitas ikompaktibilitas adalah ketidak campuran suatu obat. Ketidak campuran ini
termasuk interaksi farmasetik. Ikompaktiblitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum diberikan) antara
obat yang tidak dapat dicampur. Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi
langsung secara fisik ataupun kimiawi, perubahan warna, dll. Atau mungkin juga tidak terlihat
interksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat. (Rosyidah,2009).
Cara pemberian Aturan pakai obat penderita umumnya ditulis dengan singkatan bahasa latin,
aturan pakai ditandai dengan signatura (Zaman dan J, 1990).
3. Pertimbangan Klinis Pertimbangan klinis berupa adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dll). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
Kata topikal berasal dari bahasa Yunani topikos yang artinya berkaitan dengan daerah
permukaan tertentu. Dalam literatur lain disebutkan kata topikal berasal dari kata topos yang
berarti lokasi atau tempat. Secara luas obat topikal didefinisikan sebagai obat yang dipakai di
tempat lesi.
Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa
(vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek
terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk
cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah
dioleskan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi serta menyenangkan secara kosmetik. Selain itu,
bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan. Untuk
mendapatkan sifat zat pembawa yang demikian, maka ditambahkanlah bahan atau unsur senyawa
tertentu yang berperan dalam memaksimalkan fungsi dari zat pembawa.
C. Mekanisme Kerja
1. Farmakokinetik umum
Secara umum, sediaan topikal bekerja melalui 3 jalur. Beberapa perbedaan mekanisme
kerja disebabkan komponen sediaan yang larut dalam lemak dan larut dalam air.
Cairan
Pada saat diaplikasikan di permukaan kulit, efek dominan cairan akan berperan
melunakkan karena difusi cairan tersebut kemasa asing yang terdapat di atas permukaan kulit;
sebagian kecil akan mengalami evaporasi. Dibandingkan dengan solusio, penetrasi tingtura jauh
lebih kuat. Namun sediaan tingtura telah jarang dipakai karena efeknya mengiritasi kulit. Bentuk
sediaan yang pernah ada antara lain tingtura iodi dan tingtura spiritosa.
Bedak
Oxydum zincicum sebagai komponen bedak bekerja menyerap air, sehingga memberi
efek mendinginkan. Komponen talcum mempunyai daya lekat dan daya slip yang cukup
besar.Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit karena komposisinya yang terdiri dari
partikel padat, sehingga digunakan sebagai penutup permukaan kulit, mencegah dan mengurangi
pergeseran pada daerah intertriginosa.
Salep
Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas permukaan
kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan dasar hidrokarbon digunakan
sebagai penutup. Salep berbahan dasar salep serap (salep absorpsi) kerjanya terutama untuk
mempercepat penetrasi karena komponen airnya yang besar
Krim
Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat dibandingkan dengan O/W karena komponen
minyak menjadikan bentuk sediaan bertahan lama di atas permukaan kulit dan mampu
menembus lapisan kulit lebih jauh. Namun krim W/O kurang disukai secara kosmetik karena
komponen minyak yang lama tertinggal di atas permukaan kulit. Krim O/W memiliki daya
pendingin lebih baik dari krim W/O, sementara daya emolien W/O lebih besar dari O/W.
Pasta
Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini lebih dominan
sebagai pelindung karena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu tubuh. Pasta berlemak saat
diaplikasikan di atas lesi mampu menyerap lesi yang basah seperti serum.
Bedak kocok
Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih utama pada permukaan kulit. Penambahan
komponen cairan dan gliserin bertujuan agar komponen bedak melekat lama di atas permukaan
kulit dan efek zat aktif dapat maksimal.
Pasta pendingin
Sedikit berbeda dengan pasta, penambahan komponen cairan membuat sediaan ini lebih
mudah berpenetrasi ke dalam lapisan kulit, namun bentuknya yang lengket menjadikan sediaan
ini tidak nyaman digunakan dan telah jarang dipakai.
Gel
Penetrasi gel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan pada
kondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur transfolikuler
gel juga baik, disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan absorpsi.
D. Cara Pakai
Cara aplikasi sediaan obat topikal pada umumnya disesuaikan dengan lesi pada
permukaan kulit. Beberapa cara aplikasi sediaan topikal yaitu:
1. Oles
Pengolesan pada lokasi lesi merupakan cara pakai sediaan topikal yang umum dilakukan.
Cara ini dilakukan untuk hampir semua bentuk sediaan. Banyaknya sediaan yang dioleskan
disesuaikan dengan luas kelainan kulit. Penambahan cara oles sediaan dengan menggosok dan
menekan juga dilakukan pada obat topikal dengan tujuan memperluas daerah aplikasi namun
juga meningkatkan suplai darah pada area lokal, memperbesar absorpsi sistemik. Penggosokan
ini mengakibatkan efek eksfoliatif lokal yang meningkatkan penetrasi obat.
2. Kompres
Cara kompres digunakan untuk sediaan solusio. Komponen cairan yang dominan
menjadikan kompres efektif untuk lesi basah dan lesi berkrusta. Dua cara kompres yaitu kompres
terbuka dan tertutup. Pada kompres terbuka diharapkan ada proses penguapan. Caranya dengan
menggunakan kain kasa tidak tebal cukup 3 lapis, tidak perlu steril, jangan terlampau erat.
Pembalut atau kain kasa dicelupkan ke dalam cairan kompres, sedikit diperas, lalu dibalutkan
pada kulit lebih kurang 30 menit. Pada kompres tertutup tidak diharapkan terjadi penguapan,
namun cara ini jarang digunakan karena efeknya memperberat nyeri pada lokasi kompres.
Cara oklusi ditujukan untuk meningkatkan penetrasi sediaan; namun cara ini tidak
banyak digunakan. Berbagai teknik oklusi menggunakan balutan hampa udara seperti
penggunaan sarung tangan, membungkus dengan plastik.17 Teknik oklusi mampu meningkatkan
hantaran obat 10-100 kali dibandingkan tanpa oklusi, namun lebih cepat menimbulkan efek
samping obat, seperti efek atrofi kulit akibat kortikosteroid.
4. Mandi
Mandi atau berendam dianggap lebih disukai daripada kompres pada pasien dengan lesi
kulit luas seperti pada penderita lesi vesiko bulosa. Contoh zat aktif yang pernah digunakan
untuk mandi seperti potassium permanganate. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan lagi
mengingat efek maserasi yang ditimbulkan
Pada kulit tidak berambut, secara umum dapat dipakai sediaan salep, krim, emulsi. Krim dipakai
pada lesi kulit yang kering dan superfisial, salep dipakai pada lesi yang tebal (kronis).
Pada daerah berambut, losion dan gel merupakan pilihan yang cocok.
Pada lipatan kulit, formulasi bersifat oklusif seperti salep, emulsi W/O dapat menyebabkan
maserasi sehingga harus dihindari.
Pada daerah yang mengalami ekskoriasi, formulasi berisi alkohol dan asam salisilat sering
mengiritasi sehingga harus dihindari.
Sediaan cairan dipakai untuk kompres pada lesi basah, mengandung pus, berkrusta.
BAB III
A. RESEP
B. DESKRIPSI OBAT
1. Acid salicyl
Manfaat :Mengatasi penebalan dan pengerasan lapisan kulit, jerawat, dan infeksi
kuku
2. Resorsinol
Manfaat : untuk mengobati jerawat, dermatitis, atau eksim dalam berbagai aplikasi
topikal perawatan kulit dan pengelupasan kulit dengan cara mengendapkan protein kulit dari
kulit yang dirawat.
3. Etanol 70%
Aturan pakai : Dituang pada kassa steril atau kapas, lalu diusapkan pada luka atau alat
medis
Kontra indikasi : Tidak untuk diminum dan membersihkan luka terbuka atau terkelupas.
Perhatian : Hanya untuk penggunaan luar. Hati-hati dalam penggunaan, produk ini
mudah terbakar. Simpan pada suhu ruangan (25 -27 C)
4. Vitacid Cream 20
Indikasi Umum : INFORMASI OBAT INI HANYA UNTUK KALANGAN MEDIS.
Jerawat/akne vulgaris dan photoaging
Perhatian : HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Hindari kontak dengan mata, mulut, hidung
dan membran mukosa lain
C. PERHITUNGAN BAHAN
Diambil : 100 mg
Resorsinol 300 mg
Diambil : 300 mg
Diambil : 100 ml
Vitacid krim 20 g
Diambil : 20 g
D. ATURAN PAKAI
F. PERHITUNGAN HARGA
No Nama Obat Jumlah Harga Satuan Harga Tuslah Total
Sediaan
G. ETIKET
1. Obat Racikan
SIPA : 446/PA/59/DPMPTSP-PPK/2017
SIPA : 446/PA/59/DPMPTSP-PPK/2017
OBAT LUAR
2. Vitacid Krim 20 gr
SIPA : 446/PA/59/DPMPTSP-PPK/2017
OBAT LUAR
H. COPY RESEP
Apotek Simulasi Farma
SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang.
Telp. (0711) 352671
Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt
SIPA : 446/PA/59/DPMPTSP-PPK/2017
Resorsinol 300 mg
m. f. obat kompres
S 1 d d malam
det
R/ Vitacid krim 20
S 1 d d ue malam
det
Apoteker
Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt
Apotek Simulasi Farma
SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang.
Telp. (0711) 352671
Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt
SIPA : 446/PA/59/DPMPTSP-PPK/2017
SIPA 446/PA/59/DPMPTSP-PPK/2017
I. SKENARIO
TTK 1 : Selamat Siang, selamat datang di apotek Simulasi Farma, saya Feli sebagai TTK disini,
ada yang bisa saya bantu bu?
TTK 1 : Baik bu, sebelumya boleh saya tau dengan ibu siapa?
TTK 1 : Baik ibu Eka, boleh saya periksa dulu resepnya. Ini resepnya untuk siapa bu?
TTK 1 : Sebentar ya bu, saya cek dulu obatnya. Ivan tolong cek ketersediaan dan harga obat ini
ya.
TTK 3 : Baik Feli ( Ivan menelaah resep dan menginstruksikan Fadilah untuk mengecek obat)
TTK 3 : Baiklah
TTK 1: Ibu, ini obat yang ada di resep semuanya tersedia di apotek kami. Maaf ibu apakah
dokter sebelumnya telah menjelaskan mengenai obat ini?
TTK 1 : Baiklah bu, nanti akan kami jelaskan kembali mengenai obat ini dan bagaimana
penggunaannya. Jadi, resep ini total harganya Rp 59.525. Nah ini ada obat racikan jadi
ibu harus membayarnya terlebih dahulu. Apakah ibu mau menebus semuanya?
TTK 1: Baik, Ini no antriannya bu, nanti kita panggil lagi ya saat obatnya telah siap bu. silahkan
duduk dulu.
TTK 1 : Ivan, tolong siapkan obatnya dan juga copy resepnya ya.
TTL 3 : Baik Feli
TTK 3 : Iya
TTK 2 : Ibu ini obatnya. Obatnya ada 2 macam ya, yang pertama obat racian. Ini merupakan obat
kompres mbak untuk pemakainya satu kali sehari , Mbak bisa memakainya pada
malam hari. pastikan kulit dalam keadaan bersih sebelum dikompres ya mbak. ,Nah
kemudian ini Vitacid krim merupakan krim jerawat mbak. Mbak bisa memakainya
setelah obat kompres. Pemakaiannya satu kali sehari pada malam hari di oleskan pada
bagian jerawatnya tipis-tipis ya mbak.
TTK 2 : Apakah ada yang ingin di tanyakan Bu
TTK 2 : Disimpan di tempat yang sejuk disuhu ruangan, jangan disimpan ditempat yang lembab
dan jangan terkena sinar matahari langsung.
TTK 2 : Saya sarankan agar mbak untuk menjaga pola makan, makan-makanan yang sehat ya
mbak. Hindari gorengan dan makanan yang berminyak karena dapat memperparah
kondisi jerawat mbak
Pasien : Iya mbak terimakasih sarannya ini uang nya, pas ya
TKK 2 : Oh ya bu, boleh minta alamat dan No.hp nya tidak? Ini untuk keperluan administrasi
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pelayanan resep merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan
oleh apoteker guna meningkatkan pelayanan kesehatan.Pelayanan kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.Paradigma pelayanan kefarmasianmengharuskan ada perluasan dari yang berorientasi
kepada produk (drug oriented) menjadi yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan
filosofi pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).
Pada kasus ini Ny.Eka mendapatkan resep 2 jenis obat topikal. Pertama obat racian
merupakan obat kompres pemakainya satu kali sehari pada malam hari. Nah dan Vitacid krim
merupakan krim jerawat dipakai setelah obat kompres. Pemakaiannya satu kali sehari pada
malam hari di oleskan pada bagian jerawat yang sedang di alamin oleh Ny.Eka.
DAFTAR PUSTAKA
ISO. 2017. ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat, Volume 5. Jakarta :PT. ISFI