Anda di halaman 1dari 14

BERBICARA DISKUSI

1. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang cukup penting untuk
dikuasai. Berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan atau
mengekspresikan ide, pikiran yang ada dalam diri yang melibatkan orang lain dalam
menyampaikan informasi tersebut dengan menggunakan kata-kata. Berbicara adalah
sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak (Saddhono & Slamet,
2014:50).
Ada juga yang mengartikan berbicara adalah mengartikan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan
(Tarigan, 1981:15). Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar
utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar
utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan
mode ekpresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan pertama
yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan berbahasa yang
paling umum dipakai (Susanti, 2014).
Berbicara merupakan komunikasi secara lisan, maksudnya menyampaikan
pemikiran dan perasaan secara lisan kepada lawan bicara. Melalui komunikasi tiap
individu dapat saling bertukar pikiran dan perasaan (Rufaidah, 2015). Dapat dikatakan
bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat di dengar (audible)
dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot
tubuh manusia demi maksud dan tujuan, gagasan-gagasan yang dikombinasikan
(Sudarminah, 2009). Berbicara dapat dianggap sebagai keterampilan produktif
komunikasi lisan yang melibatkan orang lain dalam menyampaikan informasi dengan
pengucapan kata-kata. Selain berbicara diajarkan di tingkat akademik, berbicara juga
digunakan untuk menyampaikan ide yang mana bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan (Wael & Ibrahim, 2015)
2. Konsep Dasar Berbicara
Selanjutnya dalam berbicara terdapat beberapa konsep dasar yang mencakup
sembilan hal diantaranya, berbicara dan menyimak adalah proses individu
berkomunikasi. Dalam hal ini berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang
berbeda tetapi saling melengkapi satu sama lain. Kegiatan ini apabila berpadu dapat
menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, dan
sebagainya; berbicara adalah proses individu berkomunikasi. Seperti yang
diketahui salah satu cara dalam berkomunikasi selain menulis adalah dengan
berbicara; Berbicara adalah ekspresi yang kreatif. Melalui berbicara manusia dapat
mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran dan di perasaan. Hal yang
diungkapkan tersebut dapat berupa sesuatu yang kreatif; Berbicara adalah tingkah
laku. Berbicara adalah ekspresi dari pembicara. Sehingga dengan berbicara sama saja
pembicara sedang memperlihatkan watak atau tingkah lakunya; Berbicara adalah
tingkah laku yang dipelajari. Berbicara adalah sebuah tingkah laku, dimana
semenjak kecil manusia sudah mempelajarinya; Berbicara distimulasi oleh
pengalaman. Seseorang berbicara sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.
Berbicara untuk memperluas cakrawala. Selain bermanfaat untuk mengungkapkan
ide atau gagasan, berbicara juga dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
Berbicara adalah pancaran kepribadian. Sama halnya dengan tingkah laku. Cara
berbicara seseorang merupakan cerminan kepribadian seseorang (Logan, et al.,
1972:104-105). Saat berbicara diperlukan sikap yang dapat mengomunikasikan apa
yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain yang disebut sikap
asertif. Sikap dan perilaku asertif sangat berpengaruh dalam membina hubungan baik
dengan orang lain, sehingga dapat menambah pengetahuan yang mungkin belum
diketahui yang dapat menunjang prestasi akademik khususnya maupun non akademik
umumnya dan bermanfaat bagi hubungan sosial (Rusmana, Dahlan, & Andriyanto,
2018)

3. Tujuan Berbicara
Setiap melakukan kegiatan berbicara tentunya seseorang memiliki beberapa
tujuan seperti, ingin mengungkapkan gagasan atau pikiran, ingin menambah
pengetahuan, ingin menghibur dan sebagainya. Dengan dikuasainya keterampilan
berbicara diharapkan seseorang dapat mengungkapkan gagasan atau pikiran baik
didepan umum maupun tidak secara baik, sehingga lawan bicara dapat menangkap
dengan jelas apa yang dimaksud oleh si pembicara dan tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
Dalam berbicara seseorang tentunya memilki tujuan, seperti yang
diungkapkan oleh Keraf dalam Saddhono & Slamet (2014:54) menyatakan bahwa
tujuan berbicara (pidato) yaitu, mendorong pembicara untuk memberi semangat,
membangkitkan kegairahan, serta menunjukkan rasa hormat, dan pengabdian,
meyakinkan: pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap
mental/intelektual kepada para pendengarnya, berbuat/bertindak: pembicara
menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar dengan terbangkitkannya
emosi, memberitahukan: pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan
sesuatu kepada pendengar, dengan harapan agar pendengar mengetahui tentang
sesuatu hal, pengetahuan dan sebagainya, menyenangkan: pembicara bermaksud
menggembirakan, menghibur para pendengar agar terlepas dari kerutinan yang
dialami oleh pendengar.
Selain itu tujuan keterampilan berbicara dalam suatu pembelajaran adalah
untuk melatih siswa menuturkan kata-kata secara lisan dengan santun, baik dan benar,
dan dapat menyampaikan pikiran secara efektif pada forum resmi dengan penuh
percaya diri (Fuad & Hum, 2013). Apabila dihubungkan dengan siswa, berarti tujuan
berbicara adalah agar siswa memiliki keterampilan berinteraksi antara individu satu
dengan individu lainnya lewat bahasa dan dapat saling bertukar pendapat, gagasan,
perasaa, keinginan, dengan bantuan yang disebut kata-kata (Almasitoh & Uningowati,
2014).
Dalam situasi tertentu, banyak guru sering menemukan bahwa ada beberapa
siswa yang mampu menjawab pertanyaan dalam sebuah teks, tetapi mereka tidak
dapat menghasilkan satu kata pun ketika guru menanyakan alasan mereka memilih
jawaban itu. Ini mungkin bukan hanya karena kurangnya kosakata, tetapi mereka
tidak tahu bagaimana cara mengucapkan kata-kata. Mereka mungkin gugup karena
situasi ini (Munawar, 2015). Kesalahan berbahasa yang dibuat siswa merupakan suatu
bagian belajar yang tidak terhindarkan. Akan tetapi, semakin tinggi kuantitas
kesalahan berbahasa, semakin sedikit tujuan pengajaran bahasa itu tercapai. Oleh
karena itu, kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa harus dikurangi sampai ke
batas sekecil-kecilnya. Hal ini dapat dicapai jika guru pengajar bahasa telah mengkaji
secara mendalam segala aspek seluk beluk kesalahan berbahasa (Ariningsih, et al.,
2012). Keterampilan berbicara memiliki peranan penting dalam upaya melahirkan
generasi masa depan yang cerdas, kreatif, kritis dan berbudaya. Dengan menguasai
keterampilan berbicara, siswa mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya
secara cerdas sesuai materi dan situasi pada saat dia sedang berbicara (Permana,
2015).
Keterampilan berbicara tidak hanya diperlukan oleh orang Indonesia tetapi
juga bagi penutur asing. Karena dalam mempelajari suatu bahasa tertentu praktek
dalam berbicara merupan suatu hal yang mutlak harus dilakukan karena dengan
praktek langsung dapat membuat seseorang lebih cepat dalam memahami suatu
informasi. Dalam pembelajaran BIPA, bahasa Indonesia ditempatkan sebagai alat
komunikasi, bukan sebagai materi bahasa yang dihafalkan atau dianalisis. Bahasa
Indonesia difungsikan sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Target
yang diharapkan dalam pembelajaran BIPA adalah kemampuan pembelajar dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang dipelajarinya. Dengan
demikian, pelajar diharapkan dapat memiliki kemampuan berbahasa yang
komunikatif (Rahmawati, et al., 2012). The ability of integrated speech constitutes
one of important abilities that must be mastered by BIPA learners becausethe learners
can receive stimulus in form of sound, and foster them to give responses in many
other various skills such as speaking, writing, or motoric responses. But, the
availability of enabling integrated language materialfor BIPA program was not
adequate yet, moreover the intercultural and multimedia based learning language
integrated material which was integrated with skills of speech and culture behave
(Saddhono, 2015)

4. Jenis-jenis Berbicara
Keterampilan berbicara memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan
situasi, tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak dan peristiwa khsus. Akan
tetapi pada umumnya jenis-jenis berbicara yaitu, wawancara, diskusi, pidato, dan
debat. Berbicara sebagai semi menekankan penerapannya sebagai komunikasi dalam
masyarakat, dan yang menjadi perhatiannya yaitu, berbicara dimuka umum, diskusi
kelompok, debat.
Keraf dalam Saddhono & Slamet (2014:55), mengungkapkan bahwa jenis-
jenis berbicara ada tiga macam, yaitu persuasif, instruktif, dan rekreatif. Jenis-jenis
berbicara tersebut menghendaki reaksi dari para pendengar yang beraneka. Berbicara
persuasif menghendaki reaksi dari para pendengar untuk mendapatkan inspirasi atau
membangkitkan emosi; untuk mendapatkan persesuaian pendapat, intelektual, dan
keyakinan; untuk mendapatkan tindakan atau perbuatan tertentu dari pendengar
(bertindak). Berbicara instruktif menghendaki reaksi dari pendengar berupa
pengertian yang tepat. Sedangkan berbicara rekreatif menghendaki reaksi dari
pendengar berupa minat dan kegembiraan.
Macam berbicara dibedakan berdasarkan situasi, tujuan, metode penyampaian,
jumlah penyimak dan peristiwa khusus. Selain itu Pada pembelajaran keterampilan
berbicara, terdapat berbagai kegiatan, antara lain: bercerita berdasar gambar, berbicara
berdasarkan rangsang suara, wawancara, diskusi, pidato, dan debat (Chotimah, 2017)

5. Unsur Pokok Berbicara


Dalam berbicara tentunya diperlukan berbagai unsur agar kegitan tersebut
dapak dikatakan sebagai suatu kegiatan berbicara. Dalam berbicara terdapat beberapa
unsur pokok. Ada lima unsur pokok dalam berbicara yaitu komunikator, pesan,
komunikan, media, afek atau pengaruh. Pertama, komunikator adalah sekelompok
orang yang menyampaikan pikiran, gaagsan, perasaan pada orang lain. Kedua, pesan
adalah lambang yang bermakna yang membawakan pikiran atau perasaan
komunikator. Ketiga, komunikan adalah seseorang atau sejumlah orang yang menjadi
sasran komunikator ketika ia menyampaikan pesannya. Keempat, media adalah sarana
untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan. Kelima, efek adalah respon atau reaksi dari komunikan ketika menerima
pesan dari komunikator (Almasitoh & Uningowati, 2014).

6. Hubungan Berbicara Dengan Keterampilan Berbahasa yang Lain


Keterampilan berbahasa satu sama lain saling berhubungan karena merupakan
suatu proses yang dialami oleh manusia hingga dapat mengungkapkan gagasan atau
pikirannya. Pada dasarnya keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu 1)
keterampilan menyimak, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan membaca, 4)
keterampilan menulis. Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan
keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir,
mula-mula kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita
membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki
sekolah, sedangkan membaca dan menulis kita pelajari di sekolah (Gusti Satria,
2017).
Kemampuan berbicara berkembang pada kehidupan anak apabila didahului
oleh keterampilan menyimak. Keterampilan berbicara memanfaatkan kosa kata yang
pada umumnya diperoleh anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Sedangkan
hubungan berbicara dengan membaca teradapat pada ujaran dalam membaca yang
jelas dan lancar, kosakata yang luas dan beranekaragam, penggunaan kalimat-kalimat
yang lengkap kalau diperlukan, dan kemampuan mengikuti perkembangan urutan
suatu cerita atau kejadian dalam urutan yang benar. Hubungan antara berbicara
dengan menulis juga sangat erat. Hal tersebut dapat terlihat dimana berbicara dan
menulis sering menggunakan unsur yang sama. Setiap komunikasi tepat guna –
apakah itu suatu pidato, atau paragraf, atau suatu esei – memiliki ciri-ciri khusus.
Prinsip-prinsip penyususnan gagasan untuk keduanya adalah sama, baik seseorang itu
mengambil bagian dalam sebuah diskusi, mempersiapkan pidato, maupun menulis
ekspresi, prosa yang bersifat menjelaskan (Saddhono & Slamet, 2014).
7. Pengertian Diskusi
Salah satu jenis dari berbicara adalah diskusi. Diskusi merupakan suatu
tindakan yang dilakukan oleh beberapa orang kemudian saling bertukar pikiran dan
pendapat mengenai sesuatu yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Saddhono & Slamet (2014:65) menjelaskan bahwa diskusi pada dasarnya suatu
bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun
dalam kelompok besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian,
kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Jadi, bertukar pikiran
baru dapat dikatakan berdiskusi apabila ada masalah yang dibicarakan, ada seseorang
sebagai anggota diskusi, ada peserta sebagai anggota diskusi, setiap anggota
mengemukakan pendapatnya dengan teratur, kalau ada simpulan atau keputusan harus
disetujui oleh semua anggota. Selain itu, metode diskusi adalah kegiatan pembelajaran
yang memperbincangkan suatu masalah dari bahan ajar untuk memperoleh alternatif-
alternatif jawaban yang benar berdasarkan fakta atau fenomena alam. Berdiskusi
adalah suatu kegiatan berbicara yang melibatkan beberapa orang minimal dua orang
di dalamnya. Pemanfaatan diskusi oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang
ada di dalam pemikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang
diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung baik antar
siswa maupun komunikasi guru dengan siswa (Bawembang, 2018).
Diskusi merupakan kegiatan memecahkan sebuah permasalahan secara
bersama-sama dalam sebuah kelompok untuk mengambil kesimpulan dari
permasalahan tersebut. Melalui diskusi, siswa berlatih untuk berkomunikasi dengan
orang lain secara berkelompok. Siswa juga dituntut untuk aktif dalam mengeluarkan
ide atau gagasan untuk memberikan pendapat tentang suatu permasalahan melalui
kegiatan berdiskusi. Metode diskusi adalah interaksi antara siswa dan siswa atau
siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau
memperdebatkan topik untuk permasalahan tertentu (Suahandi, Ibrahim, & Budjang,
2013)

8. Tujuan Diskusi
Pada dasarnya diskusi bertujuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Dimana dalam menyelesaikan masalah ini diperlukan pendapat-pendapat oleh
beberapa orang yang kemudian diambil cara terbaik untuk menyelsaikannya. Hal ini
lah yang berkaitan dengan keterampilan berbicara dimana dalam berdiskusi
diperlukan suatu keterampilan berbicara yang baik sehingga pendapat yang ingin
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara. Dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, diskusi sangat membantu terjadinya komunikasi dua arah. Selain
untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, pembelajaran bahasa Indonesia juga
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar untuk memperluas
wawasan dan mempertajam kepekaan perasaan siswa. Oleh karena itu, tujuan
penerapan metode diskusi lebih ditekankan pada aspek keterampilan berbicara.
Diskusi akan juga bertujuan untuk menciptakan interaksi antarsiswa baik secara
intelektual maupun secara sosisal emosional ( Gulo, 2002: 126). Selain mengantarkan
siswa pada tujuan instruksional juga memberikan tujuan iringan (nutrunant effect)
tertentu kepada siswa.
Di dalam diskusi kelompok siswa belajar menghargai pendapat orang lain,
bersikap terbuka, mengaktualisasikan diri, percaya diri dan sebagainyan (Wardhani,
Sumarwati, & Purwadi, 2016). Selain itu Metode Diskusi bertujuan untuk: (1) melatih
dan mengembangkan peserta didik (2) melatih dan membentuk sosio-emosional; (3)
mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga
tumbuh konsep diri yang lebih positif; (4) mengembangkan keberhasilan peserta didik
dalam menemukan pendapat; (5) mengembangkan sikap terhadap isu-isu
konvensional; dan (6) melatih peserta didik untuk berani berpendapat tentang sesuatu
masalah ( Majid, 2008: 142). Metode diskusi dapat mendorong siswa untuk berdialog
dan bertukar pendapat baik dengan guru maupun teman-temannya sehingga mereka
dapat berpartisipasi secara optimal tanpa ada atuan-aturan yang terlalu keras namun
tetap mengikuti etika yang disepakati bersama (Lailiyah & Wulansari, 2016).

9. Bentuk-bentuk Diskusi
Bentuk diskusi paling umum yang digunakan dalam suatu pembelajaran
adalah model cooperative learning dimana dalam cooperative learning ini siswa
dituntut untuk bekerja sama atau saling membantu dalam menyelesaikan masalah
yang telah diberikan oleh guru. Dalam Saddhono & Slamet (2014:66) diskusi yang
sifatnya melibatkan sejumlah massa sehingga terjadi interaksi massa, bentuknya dapat
berupa diskusi panel, simposium, seminar, lokakarya, dan brainstroming. Sedangkan
dalam pembelajaran metode diskusi mengacu pada bentuk-bentuk yang sudah
dikembangkan oleh para ahli pendidikan antara lain model kooperatif (Cooperative
Learning). Cooperative learning adalah adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih. Cooperative learning on speaking follows some steps: (1) give
information, objective, and learning scenario (the given information must be so
familiar that it can be related to the discussed information); (2) organize students in
heterogenic; (3) guide students to cooperate each other (speaking activity is
optimized for each individual); (4) evaluate performance by having group work
presentation (the best presenter is asked to perform); (5) give reward
Student Teams Achievement Division (STAD). STAD merupakan salah satu
tipe dalam pembelajaran kooperatif, dengan menempatkan siswa dalam kelompok
belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang heterogen menurut tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan suku; Number Heads Together (NHT). NHT menekankan siswa untuk
saling bekerja sama dalam kelompok sehingga masing-masing anggota kelompok
paham dengan hasil kerja kelompoknya dan bertanggung jawab terhadap hasil kerja
tersebut, sehingga dengan sendirinya siswa merasa dirinya harus terlibat aktif dalam
proses pembelajaran; Group Investigation (GI). Group investigation adalah strategi
belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan
investigasi terhadap suatu topik. (Darmuki, Andayani, Nurkamto, & Saddhono, 2017).
10. Kelebihan diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan yang menitik beratkan kebersamaan dalam
menyelesaikan suatu masalah, tentunya hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan
kekompakan antar anggota kelompok diskusi, dapat melatih keterampilan berbicara
seseorang, kemudian dapat merangsang anggota kelompok untuk lebih kreatif dalam
menyelesaikan masalah.
Pendekatan kelompok sering digunakan karena memiliki kelebihan di
antaranya: 1) kelompok memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk saling
memberi dan menerima umpan balik; 2) anggota akan belajar untuk berlatih tentang
perilaku baru karena kelompok merupakan mikrokosmik sosial; 3) kemampuan untuk
menggali tiap masalah yang dialami anggotanya; 4) mempelajari keterampilan sosial
dan kesempatan memberi dan menerima di dalam kelompok (Rohmah, 2006).
Sedangkan dalam hal metode pembelajaran diskusi memiliki kelebihan antara
lain: 1) Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam
memberikan gagasan dan ide-ide; 2) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar
pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan; 3) Dapat melatih siswa untuk dapat
mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga
bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain (Latifah, 2013).
Students work in small groups divided by their language proficiency, i.e.,
high, medium, and low levels. Using this technique, students can have an opportunity
to work together providing help to others while performing the activity. The
atmosphere in working in groups can lessen their fear in making mistakes when
speaking English. Students in the group can support others in the team needing help.
They can express themselves successfully while working in groups. This can lead to
self monitoring, more confidence in speaking, and enjoyment can encourage them to
participate more in learning. The results of this study supported the effectiveness of
these three communicative activities in developing English speaking skills (Oradee,
2012)
DAFTAR PUSTAKA

Almasitoh, U. H., & Uningowati, D. W. (2014). Dengan Metode Kooperatif Dengan Teknik
Dessi, 1(1), 64–87.

Ariningsih, N. E., Sumarwati, S., & Saddhono, K. (2012). Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia Dalam Karangan Eksposisi Siswa Sekolah Menengah Atas, 1(1), 40–53.

Bawembang, H. O. (2018). Kemampuan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Time Token


Siswa Kelas VII A SMP Negeri 4 Tondano Tahun Ajaran 2017 / 2018, 05(02).

Chotimah, H. (2017). Peningkatan Keterampilan Diskusi Siswa Kelas X SMAN 1 Pleret,


Bantul Melalui Model Pembelajaran, 8(1), 29–40.

Darmuki, A., Andayani, A., Nurkamto, J., & Saddhono, K. (2017). Evaluating Information-
processing-based Learning Cooperative Model on Speaking Skill Course. Journal of
Language Teaching and Research, 8(1), 44. https://doi.org/10.17507/jltr.0801.06

Fuad, H. M., & Hum, M. (2013). Peningkatan Keterampilan Berbicara Dalam Bahasa
Indonesia Melalui Gelar Wicara Pada Siswa, 1(1).

Gusti Satria, T. (Universitas N. J. (2017). Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui


Pendekatan Saintifik Pada Anak Kelas Iv Jakarta Barat. Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 10(2), 114–120. https://doi.org/10.33369/pgsd.10.2.114-120

Lailiyah, N., & Wulansari, W. (2016). Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode
Diskusi Kelompok Model Tanam Paksa Siswa Kelas X Pemasaran 1 SMK PGRI 2
Kediri, 1(2), 166–173.

Latifah, L. (2013). Metode Diskusi Kelompok Berbasis Inquiri Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Fisika Di SMA, (1).

Majid, Abdul, 2013, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Munawar. (2015). Improving Speaking Skills Through The Learning Community Technique,
6(4), 484–496.

Nurhayati, B., & Sappe, L. W. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Makassar: Badan Penerbit
UNM.

Oradee, T. (2012). Developing Speaking Skills Using Three Communicative Activities


( Discussion , Problem-Solving , and Role- Playing ), 2(6), 533–535.
https://doi.org/10.7763/IJSSH.2012.V2.164

Permana, E. P. (2015). Pengembangan Media Pemebelajaran Boneka Kaus Kaki Untuk


Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar, 2(2), 133–140.

Rahmawati, L. E., Suwandi, S., Saddhono, K., & Setiawan, B. (2012). Tes Kompetensi
Berbahasa Indonesia, (1), 901–906.

Rohmah, F. A. (2006). Pengaruh Diskusi Kelompok Untuk Menurunkan Stres Pada


Mahasiswa Yang Sedang Skripsi, 3(1), 50–62.

Rufaidah, D. (2015). Model Two Stay Two Stray ( TSTS ) dalam Diskusi pada Pembelajaran
Bahasa Indonesia, 1(2).

Rusmana, F. A., Dahlan, S., & Andriyanto, R. E. (2018). Peningkatan Keberanian Siswa
Berbicara Dalam Diskusi Kelas Menggunakan Konseling Kelompok Dengan Teknik
Assertive Training The Improvement Of Students ’ Courageousness To Speak In Class
Discussion Using Group Conscients Using Assertive Training Techniques, 06(1).
Saddhono, K. (2015). Integrating Culture In Indonesian Language Learning For Foreign
Speakers At Indonesian Universities. Journal of Language Literature, 6(2), 2–7. DOI
10.18502/kss.v3i9.2619

Saddhono, K., & Slamet, Y. (2014). Pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia: teori
dan aplikasi. Graha Ilmu.

Suahandi, D. Y., Ibrahim, M. Y., & Budjang, G. (2013). Efektivitas Penggunaan Metode
Diskusi Pada Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 2 Sungai Ambawang, 2(9), 1–11.

Sudarminah, S. (2009). Upaya Peningkatan Pembelajaran Berbicara dengan Model


Pembelajaran Gambar Seri untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Semarang, 3(2), 45–
48. http://dx.doi.org/10.26877/mpp.v3i2.292

Susanti. (2014). Penerapan Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara


Siswa Kelas IV SDN Ogogili, 4(8), 159–172.

Tarigan, Henry Guntur.1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung.


Angkasa.

Wael, A., & Ibrahim, I. (2015). Exploring Students ’ Learning Strategies In Speaking
Performance, 6(4). https://doi.org/10.26858/ijole.v2i1.5238

Wardhani, N. A., Sumarwati, & Purwadi. (2016). Upaya Meningkatkan Keterampilan


Berbicara Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Sekolah Dasar :
Penelitian Tindakan Kelas, 4(2), 128–144.
TUGAS PAPER
MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA BERBASIS IT

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :


Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum

DISUSUN OLEH :
Anissa Aulia Dwi Cahyani (K1217008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018 / 2019

Anda mungkin juga menyukai