Anda di halaman 1dari 16

DAMPAK POLUSI PARTIKEL DEBU DAN GAS KENDARAAN

BERMOTOR PADA VOLUME DAN KAPASITAS PARU

Jehosua S.V. Sinolungan

Bagian Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstract: The increasing number of vehicles which increase air pollution has negative
impacts on global health, especially that of lung problems. Nowadays, people’s mobility is
fast and variable, needing better and more environmentally friendly transportation, without
neglecting the socio-economic aspect. These are the reasons to develop better and more
environmentally related transportation facilities. By understanding air pollution mechanisms,
and kinds of particles and pollutants from vehicles, we will appreciate and pay more attention
to our environment, especially in urban areas. Collaboration among health and government
related departments has to be improved to regulate the use of inner city vehicles, so that it can
decrease lung problems.
Keywords: air pollution, transportation, dust particles, urban environment

Abstrak: Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor seiring dengan bertambahnya polusi


udara, dan menimbulkan masalah global, yang berdampak negatif antara lain masalah
kesehatan paru. Mobilitas manusia semakin beragam sehingga diperlukan dukungan sistem
transportasi yang makin baik pula serta akrab lingkungan, tanpa mengabaikan segi sosio-
ekonomi. Oleh karena itu sistem transportasi ini perlu dikembangkan menjadi sistem
transportasi yang berkelanjutan. Diharapkan dengan mengetahui batasan polusi udara, jenis,
serta dampak partikel debu dan gas kendaraan bermotor bagi kesehatan manusia akan
membuat kita lebih mencintai dan memperhatikan lingkugan hidup kita, khususnya sekitar
perkotaan. Perana kerjasama lintas sektoral untuk mengatasi polusi partikel debu dan gas
buangan perlu ditingkatkan Pengaturan kendaraan layak beroperasi akan menekan mening-
katnya kasus infeksi atau gangguan saluran napas.
Kata kunci: polusi udara, transportasi, partikel debu, lingkungan perkotaan

Sejalan dengan kehidupan masyarakat yang Hasil Survey Nasional tahun 1992 me-
makin maju, jumlah kendaraan bermotor nunjukkan bahwa penduduk Jakarta yang
makin bertambah mengakibatkan polusi u- menderita gejala batuk dalam satu bulan
dara makin bertambah dan menjadi masalah akibat polusi udara meningkat dari 16,8%
internasional, menimbulkan dampak negatif menjadi 22,5% dan kematian akibat infeksi
antara lain masalah kesehatan.1 saluran napas juga meningkat dari 6,2%
Penyakit paru merupakan salah satu pada tahun 1986 menjadi 9,2% pada tahun
masalah kesehatan utama di Indonesia. Ber- 1992.3
dasarkan survei kesehatan rumah tangga Mobilitas manusia semakin beragam
(SKRT) yang dilaksanakan oleh Departe- sehingga dukungan sistem transportasi ma-
men Kesehatan Republik Indonesia, dari kin baik. Sistem transportasi yang tidak
waktu ke waktu tampak bahwa sekitar 30- bersahabat dengan lingkungan akan mem-
40% penyakit dan penyebab kematian di berikan dampak langsung maupun tidak
Indonesia adalah penyakit paru dengan ber- langsung bagi kehidupan manusia seperti
bagai bentuknya.2 dampak terhadap lingkungan, kesehatan

65
66 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 65-80

maupun sosial ekonomi. Oleh karena itu pada tahun 1980 ditemukan bahwa kemati-
untuk menghindari semakin menurunnya an disebabkan oleh pencemaran udara men-
kualitas lingkungan maka sistem transpor- capai angka kurang lebih 51.000 orang per
tasi ini perlu dikembangkan menjadi sistem tahun. Angka ini cukup mengerikan karena
transportasi yang berkelanjutan. Sistem bersaing keras dengan angka kematian yang
transportasi berkelanjutan sangat erat ka- disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti
itannya dengan jenis kendaraan yang ber- penyakit jantung koroner, kanker, acquired
operasi, perencanaan tata ruang/tata kota, immuno deficiency syndrom (AIDS) dan la-
jenis bahan bakar yang ramah lingkungan, in sebagainya.4
teknologi pembakaran dan pengendalian gas Indonesia sebagai salah satu negara di
buangan kendaraan bermotor serta peng- Asia yang berkembang menjadi negara in-
aturan lalu lintas yang ada. Sistem trans- dustri baru juga menghadapi masalah polusi
portasi yang berkelanjutan ini dapat men- udara, dimana yang paling sering oleh asap
dukung mobilitas manusia dalam memenuhi kendaraan bermotor dan asap pabrik. Ting-
kebutuhan hidup tanpa menyebabkan ke- kat polusi udara terutama di kota-kota besar
rusakan lingkungan sekitarnya.4 di Indonesia makin meningkat sehingga
Masalah pencemaran udara dari sektor masalah kesehatan terutama pernafasan juga
transportasi perlu mendapat perhatian seri- bertambah.3
us. Sektor transportasi telah menjadi kon- Indonesia yang merupakan negara de-
tributor utama terjadinya pencemaran udara ngan jumlah penduduk terbesar ke lima di
khususnya di Indonesia. Penggunaan bahan dunia belum menerapkan standar euro ini
bakar yang tidak ramah lingkungan dari padahal jumlah pertambahan kendaraan ber-
kendaraan bermotor menghasilkan debu dan motor mencapai 10% pertahun, khususnya
gas buangan yang merupakan campuran dibandingkan dengan Bitung mencapai
gas-gas serta partikel-partikel yang ber- 31,3%, Manado mencapai 30% sedangkan
bahaya terhadap kesehatan manusia bahkan Sulut mencapai 4%. Kota-kota besar di In-
lingkungan sekitarnya.4 donesia mengalami pencemaran udara yang
Polutan–polutan pencemar udara yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pening-
terkandung dalam partikel terdiri atas timah katan jumlah kendaraan bermotor, yaitu ku-
hitam dalam debu, partikel padat 2,5 µm, rang lebih 90% dari seluruh kendaraan ber-
partikel padat 10 µm dan aerosol; dalam gas motor tersebut masih menggunakan tekno-
buangan kendaraan bermotor terdiri atas logi lama yaitu sistem karburator yang di-
karbon monooksida (CO), nitrogen oksida sertai dengan peningkatan penggunaan ba-
(NOx), hidrokarbon (HC), sulfur oksida han bakar motor.7
(SOx), timah hitam (Plumbum/Pb).5 Pajanan polusi udara dalam jangka la-
Menurut data Menteri Kependudukan dan ma, dapat menimbulkan perubahan atau
Lingkungan Hidup, kendaraan bermotor kerusakan histopatologi paru, mengamati
menyumbang polutan-polutan sebanyak kumulatif pajanan dari debu (dust) terhadap
70% CO, 100% Pb, 60% HC dan 60% NOx penurunan fungsi paru pekerja terowongan
dari seluruh polutan yang mencemari udara jalan raya menemukan mereka rata-rata ter-
atmosfer (Tabel 1).6 papar debu pada saluran pernapasan antara
Menurut prediksi para ahli Kesehatan 1,2-3,6 mg/m3 dan 0,019-0,044 mg/m3 (da-
Lingkungan di Amerika Serikat pada seki- lam α–quartz) serta terjadi penurunan FEV1
tar tahun 2000-an kematian yang disebab- karena pengaruh pajanan debu pada saluran
kan oleh pencemaran udara akan mencapai napas dengan hasilnya p < 0,001 dan α–
57.000 orang pertahunnya. Selama 20 ta- quartz p = 0,02. Peters, et al.10, dalam pe-
hun terakhir ini American Lung Association nelitian mereka melaporkan adanya pening-
melaporkan angka kematian yang disebab- katan polusi udara oleh partikulat menjadi
kan oleh pencemaran udara naik mendekati pencetus terjadinya infark miokardium.8,9
14% atau mendekati 0,7% pertahun. Pene- Samet et al. dalam penelitian mereka ter-
litian yang dilakukan di Amerika Serikat hadap partikulat baik padat atau cair seperti
Sinolungan, Dampak Polusi Partikel Debu dan Gas Kendaraan Bermotor… 67

Tabel 1. Beberapa bentuk dan akibat bahan pencemar udara


Lokasi Pencemaran pada Akibat terutama pada individu /
Bahan Pencemar
umumnya masyarakat
Sulfur dioksida (SO2) Udara Bronkitis – Alergi – Mutasi sel
Karbon monooksida (CO) Udara Gangguan Proses Pernapasan
Karbon dioksida (CO2) Udara Green – House Effect
Nitrogen oksida (NO2) Udara Iritasi dan Mutasi sel paru
Debu Udara–Air Bronkitis.

debu (dust), serbuk sari bunga (pollen) dan Di Amerika Serikat, gas CO dilaporkan
aerosol pada aktifitas pembakaran bahan Kindwall merupakan penyebab tersering
bakar fosil ditemukan bahwa ukuran par- keracunan di dunia industri.14 Menurut Fine
tikel yang berperan signifikan di bagian da- diperkirakan terjadi 3.500-3.800 kematian
lam paru-paru dengan terkumpulnya parti- dari 10.000 kematian akibat keracunan gas
kel ukuran diameter < 2–3 μm yaitu pada CO setiap tahunnya.15
bronkiolus terminalis dan alveoli sedangkan
partikel berukuran lebih besar akan terkum-
Polutan udara dan dampaknya dapat di-
pul di saluran napas bagian atas.11
uraikan sebagai berikut:
Debu/partikel di udara
Bahan penyebab pencemar udara dan a-
kibat pada kesehatan Debu yang halus, uap air yang secara
umum disebut total kelarutan debu atau par-
Amsyari mengemukakan tentang ba- tikulat (TSP: Total Suspended Particulates)
han pencemar udara dan beberapa akibat merupakan salah satu bentuk pencemar
karena pencemaran lingkungan bisa dilihat yang berbahaya. Banyak bentuk senyawaan
dalam Tabel 1.12 kimia di udara terikat dalam partikel. Besar-
Menurut Harsanto,13 sifat dari sumber nya debu itu sangat mempengaruhi kebera-
pencemar udara terbagi tiga jenis yaitu: daannya di udara, bertambah kecil diameter-
1. Sumber titik (Point Source) nya keberadaannya tambah lama atau pe-
Sumber titik adalah sumber pencemar nyebarannya semakin luas. U.S. EPA16 me-
yang berasal dari sumber stasioner, lalui National Ambient Air Quality Standard
tunggal dan dapat diidentifikasikan ke- (NAAQS) memberikan nilai ambang batas
beradaannya. Contoh dari sumber titik untuk PM10 sebanyak 150 μgr/m3 sedang-
adalah emisi gas dari cerobong asap pa- kan WHO17 memberikan nilai ambang batas
brik, cerobong asap pembangkit listrik 50 μgr/m3.
tenaga diesel. Bahan-bahan partikel/debu merupakan
2. Sumber kawasan (Area Source) bahan-bahan kompleks dan campuran yang
Sumber kawasan adalah sumber pen- terdiri dari partikel-partikel dasar karbon
cemar yang berasal dari beberapa titik (carbon based particles), debu (dust), dan
yang berdekatan atau berasal dari sum- aerosol asam (acid aerosol). Bahan parti-
ber bergerak (mobile source) pada da- kel/debu yang terbanyak mengganggu paru
erah tertentu. Contoh dari sumber ka- yaitu PM2,5 dan PM10.4
wasan adalah pencemaran udara akibat Mekanisme masuknya partikel secara
kepadatan arus lalulintas. akut dilaporkan Bruce menyebabkan iritasi
3. Sumber garis (Line Source) bronchial, peningkatan reaktivitas paru-
Sumber garis adalah sumber pencemar paru, menekan pergerakan mukosiliar dan
yang berasal dari emisi berbentuk garis menekan respon makrofag serta imunitas
misalnya pencemar udara dan kebising- lokal. Selain itu pada keadaan terpapar lama
an pesawat terbang di bandar udara pada menyebabkan reaksi fibrotik, gangguan ke-
saat mendarat atau berangkat. seimbangan autonomik, aktifitas koagulan
68 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 65-80

dan stres oksidasi dalam paru-paru.18 tikel Pb yang di buang dari kendaraan ber-
Menurut Bruce efek potensial terhadap motor tetap berada dekat dengan lokasi
kesehatan menyebabkan sesak napas, asma sumber pembuangan.22
yang kambuhan (exacerbation), infeksi
saluran napas, bronkitis kronis dan chronic Tabel 2. Kadar timbal dalam debu di DKI
obstruction pulmonary disease (COPD), Jakarta tahun 1999
serta COPD yang kambuhan. Pada
gangguan autonomik bisa menyebabkan ke- Peruntukan Kadar Pb (μgr/m3)
matian terutama karena penyakit kardio- Pemukiman 0,016 – 1,3720
vaskular.18 Industri 0,082 – 0,309
Laporan dari Committee on the Medi- Rekreasi 0,105 –0,242
cal Effects of Air Pollutants (COMEAP), Perkantoran 0,007 – 0,410
tentang perbandingan kualitas udara, bahwa
partikel PM 10 dari studi epidemiologi yang Faktor terpenting dalam menentukan
luas menyebabkan efek lanjutan pada kese- transpor Pb di udara yakni besar dari parti-
hatan manusia yaitu meningkatnya angka kel Pb itu sendiri. Partikel Pb yang berdia-
kematian setiap hari, meningkatnya pasien meter lebih dari 2 μm dapat jatuh dari uda-
yang di rawat di rumah sakit dengan keluh- ra dengan cepat dan tersimpan relatif dekat
an gangguan jantung dan paru-paru, dan bu- dengan sumber pelepasan partikel, dimana
ruknya seseorang dengan asma. Komite me- jika dilepas dari jalan raya maka partikel itu
laporkan di kota Birmingham dengan popu- akan jatuh kurang lebih 25 meter dari jalan
lasi satu juta orang didapat dalam sehari raya. Kecepatan penyebaran partikel Pb
konsentrasi partikel rata-rata setiap hari an- yang berukuran antara 0,06–2 μm diperkira-
tara 25–50 μgr/m3 (24 jam rata-rata) terjadi kan 0,2–0,5 cm/detik, tapi secara keseluruh-
peningkatan pasien yang masuk rumah sakit an partikel Pb yang bersifat kering mempu-
untuk diobati gangguan pernapasannya.19 nyai kecepatan penyebaran 0,41 cm/detik.22
Partikel Pb yang dilepaskan dari kendaraan
Kandungan Pb dalam debu bermotor berukuran sangat kecil yaitu ku-
Kandungan timah hitam (Pb) dalam rang dari 0,1 μm tapi dapat mengalami koa-
debu di udara umumnya merupakan hasil gulasi dari partikel sehingga ukurannya
pembakaran bahan bakar minyak yang me- menjadi lebih besar.23
ngandung Tetra Ethyl Lead (TEL) yang di-
tambahkan guna meningkatkan nilai oktan Gas sulfur dioksida di udara
bahan bakar minyak.20 Sulfur dioksida (SO2) merupakan bagi-
Dari spesifikasi bahan bakar minyak an partikel gas yang mencemari udara. Sifat
yang diproduksi di Indonesia, bensin pre- SO2 mudah larut dalam air, tidak berwarna,
mium mengandung Tetra Ethyl Lead (TEL) berbau tajam atau pedas pada konsentrasi
maksimal 2,5 ml/gallon atau 0,7 gr Pb/liter. sekitar 0,5 sampai 0,8 ppm dan iritan yang
Baku mutu yang diperkenankan untuk kan- kuat. Sulfur dioksida dapat berasal dari
dungan Pb dalam debu adalah 60 μgr/m3. 21 pembakaran batubara dan minyak mentah
Proses biologis pencemaran Pb di uda- yang mengandung sulfur, pembangkit tena-
ra dimana komponen Pb inorganik di alam ga listrik bertenaga batubara, pabrik yang
kebanyakan dalam bentuk partikel padat. Di menghasilkan bubur kertas, peleburan seng,
DKI Jakarta tahun 1999 dilaporkan pada timah dan tembaga serta pemanas ruangan.1
Tabel 2 kadar timbal dalam debu.21 Gambaran kualitas udara di DKI Jakar-
Setelah terlepas ke udara, partikel ini ta didapatkan adanya pengaruh SO2 mele-
akan menyebar dan akhirnya hilang karena bihi batas yang diperbolehkan,21 dimana
berbentuk endapan basah atau endapan ke- 95% gas SO2 akan terhirup selama proses
ring. Kira-kira 40-70% endapan Pb yang pernapasan.1
bersifat basah jatuh sedangkan 20-60% par- Kadar SO2 yang terpajan pada manusia
Sinolungan, Dampak Polusi Partikel Debu dan Gas Kendaraan Bermotor… 69

di udara bebas lebih rendah dibandingkan Akibat pajanan SO2 dapat timbul iritasi
pada pekerja dalam ruangan yang terpolusi konjungtiva, kulit dan saluran napas menye-
atau dalam mobil dengan polusi asap ken- babkan gangguan fungsi paru baik akut
daraan.1 Batas pajanan jangka pendek untuk maupun kronik, bahkan kematian.27
pekerja di Amerika Serikat dan beberapa Pada pernapasan biasa melalui hidung,
negara sebesar 5 ppm.24 Nilai standar SO2 hampir 98% gas SO2 akan diabsorbsi di
berdasarkan National Primary Air Quality nasofaring dan sisanya akan di absorbsi de-
Standards in the United States adalah 0,03 ngan cepat di mukosa serta epitel di bron-
ppm (80 mikro-gram/m3) rata-rata per tahun kus. Hal ini karena turbulensi udara dengan
dan 0,14 ppm (365 mikrogram/m3) rata-rata mukosa hidung pada pernapasan biasa
per hari.1 Konsentrasi SO2 di udara ambient relatif sangat besar sehingga gas-gas yang
tetap dibawah 0,04 ppm,24 Metode peng- diabsorbsi meningkat. Hanya sedikit,
ukuran gas SO2 menurut United States Envi- bahkan hampir tidak ada yang sampai ke
ronmental Protection ialah dengan teknik saluran napas bawah. Pada pernapasan
pulsed fluorescent (continuous).16, 25 melalui mulut, gas SO2 yang diabsorbsi
Environmental chemistry, air and wa- lebih sedikit dibandingkan melalui hidung.
ter pollution melaporkan bahwa gas SO2 pa- Namun dalam keadaan khusus misalnya
da konsentrasi 8-12 ppm memberi efek iri- bekerja berat, ventilasi per menitnya akan
tasi saluran pernapasan, 20 ppm iritasi mata meningkat, sehingga jumlah udara yang
dan batuk, 50-100 ppm maksimum pema- dihisap melalui mulut meningkat dan
paran 30 menit, dan 400-500 ppm menim- deposit gas SO2 dapat mengenai saluran
bulkan gejala berbahaya pada waktu yang napas bawah.26
singkat.21
Pajanan SO2 pada kadar 1-5 ppm dapat
Gas nitrogen oksida di udara
menyebabkan iritasi mata, konsentrasi SO2
antara 5–10 ppm menyebabkan iritasi mata Udara bersih mengandung kurang lebih
dan mukosa hidung sedangkan pajanan de- 78% gas nitrogen dan 20% gas oksigen. Pa-
ngan konsentrasi antara 10–50 ppm selama da temperatur tinggi (121 oC atau 200oF) ke-
5 sampai 15 menit dapat menyebabkan irita- dua gas akan bereaksi membentuk NOx dan
si mata, hidung, tenggorok, juga timbul rasa NO2.. Konsentrasi NOx yang terukur di DKI
tercekik di leher, nyeri dada, dan bronko- Jakarta selama periode 1999/2000 di daerah
konstriksi. Konsentrasi SO2 lebih dari 50 pemukiman rata-ratanya antara 0,0100-
ppm menimbulkan kerusakan parenkim pa- 0,0286 ppm, perkantoran 0,0180 ppm, in-
ru dan vaskularisasi paru yang berat, se- dustri antara 0,0130-0,0258 ppm dan daerah
hingga terjadi perubahan fungsi dan anato- rekreasi berkisar antara 0,0294 ppm.21
mi paru.26, 27 American Lung Association,30 menge-
US EPA melaporkan bahwa pada mukakan bahwa sumber NOx berupa gas
proses pembakaran bahan bakar akan meng- buangan kendaraan di jalan raya (30%) dan
hasilkan 85 % dari seluruh emisi SO2, se- pembakaran minyak tanah atau alat-alat lis-
dangkan sumber lain berasal dari proses in- trik (28%). Mekanisme kerja NOx dapat
dustri dan transportasi.16 Diameter polutan menyebabkan timbulnya infeksi saluran per-
gas yang mengandung SO2 berukuran antara napasan dan gangguan fungsi paru.31
3–30 μm akan tersebar berupa partikel padat Semakin tinggi konsentrasi NO2 di
halus (fine) yang masuk ke paru-paru lewat tempat tinggal anda semakin besar resiko
inhalasi.28 anda yaitu mekanisme masuknya bila secara
Kadar standar SO2 di Indonesia sebesar akut meningkat akan menyebabkan reakti-
0,1 part per millin (ppm) per 24 jam.3 Sulfur fitas bronkial dan bila jangka panjang me-
dioksida dapat bereaksi dengan berbagai ningkatkan menyebabkan paru-paru mudah
partikel dan dapat membentuk hujan asam. terinfeksi dengan bakteri dan virus. Adapun
Jumlah total SO2 yang dilepaskan di udara efek potensial terhadap kesehatan menye-
diperkirakan 100x106 ton per tahun.29 babkan sesak napas dan asma yang berulang
70 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 65-80

(exacerbation), infeksi saluran pernapasan tuk senyawa yang stabil dengan hemoglobin
serta menurunkan fungsi paru-paru, terlebih darah dan menjadi karboksi-hemoglobin,
bila pada anak-anak.18 juga memberi efek gangguan pada saluran
pernapasan manusia.42
Gas karbon monoksida di udara Gas CO dalam jumlah sedikit tidak ber-
bahaya, bila dalam jumlah besar akan ber-
Gas karbon monoksida adalah gas yang bahaya bahkan dapat menyebabkan kema-
tidak berbau,32,33 tidak berwarna dan tidak tian.36 Dampak bagi kesehatan pekerja kare-
merangsang. Seseorang tidak dapat meng- na keracunan gas CO menyebabkan hipok-
amati ada tidaknya, tetapi gas ini bersifat sia jaringan jantung dan paru-paru.36 Pada
racun, sehingga orang harus berhati-hati sistem kardiovaskular maka gas CO meng-
kalau ada pembakaran yang mungkin me- ikat mioglobin, sitokrom P-450 dan enzim
ngeluarkan karbon monoksida.34 Bahan sitokrom oksidase a3 mitokondria miokardi-
buangan mobil dan mesin letup lainnya um sehingga menyebabkan hasil oksidasi
dapat menjadi sumber utama karbon mitokondria berupa adenosin triphosphate
monoksida.35 (ATP) berkurang.36
Pembakaran bahan bakar di samping Komplikasi pada jantung dapat berupa
terbentuk karbon dioksida, pada umumnya menurunnya kontraksi miokardium, terjadi
juga terbentuk sedikit karbon monoksida. hipotensi, aritmia ventrikuler, dan dapat
Makin sempurna proses pembakaran, maka menyebabkan mati mendadak (sudden
makin sedikit terbentuk karbon monoksi- death). Pada pekerja mudah terjadi penyakit
da.36 koroner karena lebih cepat terjadi hipoksia,
Keracunan gas karbon monoksida (car- lebih sering serangan angina, terjadi
bon monoxide)/gas CO (kode penyakit T, 58 peningkatan depresi gelombang ST
ICD-10 tahun 1992) akan menyebabkan walaupun dengan pajanan dosis rendah gas
terjadinya hipoksia jaringan tubuh yang CO.36
dapat membahayakan jaringan-jaringan da- Komplikasi pada sistem saraf menye-
lam tubuh manusia.14,32,37,38,39 babkan hipoksia serebral,32,33 Parkinsonisme
Dampak keracunan CO ini pertama (gejala mirip Parkinson),15 yaitu terjadi
kali dilaporkan oleh Bernard.32 Gas CO di- tremor, kekakuan, bradikinesia, dan cara
hasilkan dari proses pembakaran tidak sem- berjalan yang tidak stabil. Teori terjadinya
purna bahan organik, baik dalam alur peng- parkinsonisme adalah akibat terganggunya
olahan hasil jadi industri/occupational, sel output, yaitu sejenis sel di dalam globus
ataupun proses di alam lingkungan/envi- pallidus basal ganglia, terjadi hiper
ronmental.14,37 Industri menyumbangkan intensitas simetri bilateral pada globus
sekitar 20 % dari total gas CO yang ada,32 pallidus akibat hipoksia, atau kekurangan
sedangkan dari lingkungan dapat berasal energi pada basal ganglia,15,32 dan terjadi
dari asap rokok (kira-kira 4% dari total gas hipotensi sistemik.43
CO di udara),34 asap knalpot mobil di jalan Komplikasi pada paru dapat berupa
raya yang sibuk, dan kebakaran.14,34,40 edema paru dan perdarahan. Edema dapat
Karbon monoksida secara praktis di terjadi akibat terganggunya fungsi ventrikel
produksi oleh proses-proses yang artifisial, kiri jantung atau langsung sebagai akibat
dan 80% diduga berasal dari asap kendaraan hipoksia parenkim paru-paru,44 dan dapat
bermotor. Konsentrasi CO di udara perko- terjadi kegagalan pernapasan.39 Gejala yang
taan menunjukkan korelasi positif dengan lebih ringan berupa dispneu, takhipneu dan
kepadatan lalu lintas, dan korelasi negatif nafas pendek.45
dengan kecepatan angin.41
Bertambahnya gas CO pada umumnya
terjadi karena proses pembakaran yang Perubahan fungsi paru karena polusi
tidak sempurna, terutama dari kendaraan a- udara
tau mesin bermotor. Gas ini selain memben- Sistem pernapasan mengelola pertukar-
Sinolungan, Dampak Polusi Partikel Debu dan Gas Kendaraan Bermotor… 71

an oksigen dan karbon monooksida antara Paru-paru bekerja berat sebagai pompa
udara dan darah. Sistem pernapasan akan mekanik yang berfungsi ganda yakni meng-
melakukan dua fungsi yaitu ventilasi dan hisap udara atmosfir ke dalam paru-paru
respirasi. Ventilasi mengacu pada pergerak- dan mengeluarkan udara alveolar dari dalam
an udara dari atmosfir masuk dan keluar tubuh. Hubungan fungsional antara kompo-
paru-paru. Ventilasi berlangsung bulk flow nen pernapasan yaitu hubungan sinergitik
(perpindahan atau pergerakan gas atau cair- setiap komponen berfungsi secara sikron
an dari tekanan tinggi ke rendah). Normal dan saling menunjang.48
ventilasi rata-rata normal untuk dewasa Fungsi sistem respirasi mencakup per-
yaitu 12-30 pernapasan per menit. Respirasi tukaran gas, keseimbangan asam basa, me-
mengacu kepada difusi gas-gas antara al- kanisme pertahanan paru, metabolisme ba-
veolar dan kapiler yang memperfusinya. han-bahan bioaktif dan fonasi.49 Patofisio-
Respirasi berlangsung melalui difusi yaitu logi perubahan fungsi paru karena polusi
perpindahan suatu gas sesuai penurunan udara dapat dikategorikan dua yaitu tipe
gradien konsentrasinya.46 obstruksi dan tipe restriksi. Pada tipe obs-
truksi terjadi gangguan pada saluran perna-
pasan sedangkan pada tipe restriksi terjadi
Derajat gangguan pada saluran napas di-
penurunan pada transfer gas di dalam per-
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:46
mukaan alveoli.47
a. Karakteristik agregat. Diameter partikel
akan mempengaruhi lokasi terjadinya Tabel 3. Tingkat berat ringan kelainan paru
deposit. Partikel > 10 μm akan terdepo-
sit di saluran napas atas dan partikel < 5 Tipe Tipe
Tingkat
μm akan masuk ke saluran napas distal Obstruksi Restriktif
dan alveoli. % FEV1 % FEV1
Ringan
60–70 % 60–80%
b. Sifat kelarutannya di dalam air. Gas
% FEV1 % FEV1
yang mudah larut dalam air akan me- Sedang
30–60 % 30–60 %
nimbulkan efek pada saluran napas atas, % FEV1 % FEV1
sedangkan gas yang tidak mudah larut Berat
0–30 % 0–30 %
dalam air akan menimbulkan efek di
alveoli. Balfe et al. melaporkan tentang tingkat
c. Jumlah. Gas mudah larut dalam air da- obstruksi dalam gangguan ventilasi res-
lam jumlah besar dapat menimbulkan triktif terhadap 21.499 pasien yang dilaku-
gangguan sampai ke alveoli. kan tes fungsi paru. Menurut Balfe et al.
tingkatan obstruksi saluran pernapasan
Pembagian jenis kelainan fungsi paru- dikemukakan berdasarkan: (1) American
paru hasil pengukuran spirometer terbagi Thoracic Society (ATS) yang berdasarkan
atas:47 flow expiratory volume one second (FEV1).
(2) Intermbountain Thoracic Society (ITS)
a. Normal, bila FEV1/FVC70 % dan FVC/ memprioritaskan tingkatan obstruksi berat
VC Pred 80 %. berdasarkan ratio FEV1/ FVC.50
b. Kelainan tipe Obstruksi bila FEV1/ FVC Balfe et al. juga mendapatkan penilaian
< 70 %. adanya gangguan obstruksi berat maka akan
c. Kelainan tipe Restriksi bila FVC/VC terjadi restriksi dengan menggunakan
Pred < 80 %. persentase nilai FEV1 dan penilaian
d. Kelainan tipe Campuran bila FEV1/ tingkatan obstruksi yang berat didasarkan
FVC < 70 % dan FVC/VC Pred 80%. pada ratio FEV1 / FVC.50
Pada studi kohort Balfe et al dida-
Menurut tingkat berat ringan kelainan patkan pada tipe obstruksi ditemukan Total
fungsi paru dibagi atas tipe obstruksi dan Lung Capacity (TLC) normal 72,2% (1.890
restriktif dikemukakan pada Tabel 3.47 pasien), mengalami peningkatan 22,2%
72 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 65-80

(582 pasien) dan yang mengalami penurun- berdasarkan umur, jenis kelamin dan ukuran
an 5,6% (147 pasien), dari keseluruhan pa- tubuh tinggi badan dan berat badan. 49,52,54
sien ini dikonfirmasi dengan pemeriksaan Volume paru adalah pengukuran per-
plethysmograph untuk mengukur volume gerakan udara selama bernapas dibagi atas
paru-paru. Pada penelitian ini didapatkan empat yaitu: (1) Tidal Volume (TV) dimana
yang mengalami obstruksi 44% (2.619 pa- laki-laki dan perempuan sama 500 ml, (2)
sien) yang kemudian akan mengalami re- Inspiratory Reserve Volume (IRV) dimana
triksi 147 pasien. Mengikuti kriteria ATS laki-laki 5.000 ml sedangkan perempuan
maka yang mengalami obstruksi berat 133 1.900 ml, (3) Ekspiratory Reserve Volume
pasien (90%) sedangkan kriteria ITS hanya (ERV) dimana laki-laki 1.100 ml sedangkan
4 pasien (3%), jadi kedua metode ini signifi- perempuan 700 ml, dan (4) Residual Vo-
kan berbeda (p < 0,01).50 lume (RV) dimana laki-laki 1.200 ml se-
dangkan perempuan 1.100ml.51
Kapasitas paru adalah penjumlahan dua
Pengukuran fungsi paru
atau lebih volume paru. Pengukuran Kapa-
Pengukuran fungsi pernapasan penting sitas paru akan dinilai dari: (1) Kapasitas
bagi ahli fisiologi dan klinikus untuk meng- vital (VC) adalah penjumlahan IRV, ERV
ukur seberapa banyak udara yang dapat di- dan VT yaitu laki-laki 4.600 ml sedangkan
masukkan selama pernapasan cepat dan de- perempuan 3.100 ml. Kapasitas vital akan
ngan kecepatan maksimal. Tes fungsi perna- menurun sesuai dengan bertambahnya
pasan menggunakan Spirometer sebagai umur. (2) Total Lung Capacity (TLC) yaitu
instrumen yang mengukur volume dan ke- penjumlahan kapasitas vital (VC) ditambah
cepatan udara selama bernapas.51 dengan Volume residual yaitu laki-laki
Pengukuran volume dan kapasitas pa- 5.800 ml sedangkan perempuan 4.200 ml.51
ru dapat dilakukan dalam dua keadaan yaitu Pengukuran volume dan kapasitas paru
pengukuran statis dan pengukuran dinamis. dapat digambarkan melalui gambaran Spiro-
Pengukuran statis adalah pengukuran yang gram berupa keadaan normal, obstruksi dan
dibuat tanpa memperhitungkan laju aliran restriksi, dimana dihubungkan dengan Ka-
udara, sedangkan pengukuran dinamis ada- pasitas vital paru rata-rata maksimal disebut
lah pengukuran yang dilakukan dalam ba- forced vital capacity (FVC) dan Volume
tasan waktu tertentu.52 paru pada detik pertama disebut forced expi-
Pengukuran volume dan kapasitas pa- ratory volume in 1st second (FEV1).51
ru merupakan salah satu cara yang mung- Pada tipe obstruksi maka seseorang a-
kin dapat digunakan sebagai cara diagnos- kan mengeluhkan sesak napas (dyspnoea)
tik, tetapi hal ini secara alamiah harus di- disebabkan paru-paru tidak dapat memasuk-
ikuti dengan data sejarah penyakit seseo- kan udara secara baik sehingga transfer ok-
rang pada periode waktu tertentu, serta sigen dalam paru-paru ke dalam darah tidak
pengukuran efek dari penanganan sebelum memadai sehingga terjadi penurunan kapa-
operasi. Adanya abnormalitas saluran per- sitas paru, peningkatan Functional Residual
napasan akan didapat dari angka normal Capacity (FRC) dan peningkatan Volume
FEV1 (Forced Expiratory Volume in One residual (Residual volume) contohnya terja-
Second), VC (Vital Capacity), PEF (Peak di asma, bronkitis dan empisema. Pada tipe
Expiratory Flow) atau FEV1/VC%.47 restriksi terjadi penurunan kapasitas vital,
Volume dan kapasitas paru rata-rata penurunan volume residual dan Kapasitas
tergantung pada mekanika paru, dinding paru total (TLC) contohnya pada karena
dada serta aktifitas otot respiratorik.53 Seba- proses fibrosis interstitial alveolar paru dise-
gaimana kasus pengukuran anatomi dan fi- babkan asbestosis.55
siologis lainnya, volume paru bervariasi se- Sebelum ada komputer elektronik, uji
suai umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh fungsi paru dilakukan dengan spirometri
khususnya tinggi badan. Itulah sebabnya mekanik. Parameter inti yang di ukur de-
pengukuran volume paru rata-rata harus ngan alat spirometer elektronik adalah deras
Sinolungan, Dampak Polusi Partikel Debu dan Gas Kendaraan Bermotor… 73

aliran udara (flow). Karena waktu selama Samet et al. dalam penelitian mereka
melakukan manuver dapat di ukur maka terhadap partikulat baik padat atau cair se-
berdasarkan aliran dan waktu dapat dilaku- perti debu (dust), partikel serbuk sari bunga
kan komputasi untuk menghasilkan volume. (pollen) dan aerosol pada aktifitas pemba-
Selanjutnya data direkam secara digital ke karan ditemukan bahwa ukuran partikel ber-
dalam komputer maka berdasarkan data da- hubungan signifikan dengan terkumpulnya
pat dilukis berbagai kurva, parameter dan partikel ukuran diameter < 2-3 μm di bagian
indeks bahkan sampai resume dan diagnosis dalam paru-paru yaitu bronkiolus terminalis
spirometri juga dapat ditampilkan.56 dan alveoli sedangkan partikel besar akan
terkumpul di saluran napas bagian atas. Par-
tikulat diukur dengan TSPs yaitu seluruh
Dampak pencemaran udara terhadap partikel terlarut lebih dari 30-40 μm. Untuk
fungsi paru PM10 yang dapat masuk lewat secara aero-
Younes mendapatkan terjadinya pe- dinamik melalui inhalasi berukuran < 10
nyakit paru pada pekerja yang disebabkan μm.11
menghirup debu di tempat kerja, dalam pe- Neamtu et al dalam penelitiannya ten-
nelitiannya sejak tahun 1968-1999 memberi tang studi hubungan antara polusi udara
kontribusi kematian lebih dari 120.000 ka- dengan partikulat dan penyakit pernapasan
sus di Amerika Serikat, termasuk didalam- akut di Bukares didapatkan bahwa ambien
nya mendekati 2.750 orang per tahun pada polusi udara partikulat tinggi dan mening-
tahun 1999. Pada orang dewasa, 20-30% katkan kunjungan pasien ke rumah sakit de-
astma disebabkan paparan debu di tempat ngan penyakit pernapasan akut lebih khusus
kerja dan diperkirakan terjadinya penyakit pada orang muda.59
paru obstruksi kronis 5-25% disebabkan ka- Bahan-bahan partikulat/debu dapat me-
rena pekerjaan, serta diperkirakan biaya dari nyebabkan peningkatan kematian pada bayi
pengobatan penyakit paru obstruksi kronis prematur, selain itu mengganggu manusia
sekitar lima miliar dollar.57 khususnya menyebabkan penyakit paru se-
Mannino et al mengemukakan pe- perti asma bronkial, penyakit paru obstruksi
nyakit paru obstruksi (COPD) menyebabkan menahun (COPD), termasuk bronkitis kro-
keterbatasan udara masuk sehingga udara nis dan empisema, selain itu menyebabkan
ekspirasi menjadi lambat. Hal ini diukur penyakit jantung. Paparan partikulat di uda-
dengan spirometer dimana FEV1 menurun- ra yang terpolusi dapat menjadi pencetus as-
nya secara persisten dan ratio (FEV1)/(FVC) ma berulang berupa kasus sesak napas dan
menurun. Mengikuti klasifikasi Global batuk, serta iritasi pernapasan pada orang-
Initiative for Chronic Obstructive Lung orang dengan saluran napas yang sensitif.4
Disease (GOLD) didapatkan COPD ringan Komponen Pb triakil dan diakil bila
(Tingkat 1) maka FEV1/ FVC ratio < 70% berkombinasi dengan proses fotolisis, radi-
dan FEV1 diprediksi > 80%, pada COPD kal hidroksil dan ozon akan berubah men-
sedang (Tingkat 2 dan 3) maka FEV1/FVC jadi bentuk Pb inorganik oksida. Kemam-
ratio < 70% dan FEV1 diprediksi < 80%.58 puan bertahan dari tertaetil Pb di udara pada
Ulvestad, et al dalam laporan pene- musim panas kurang lebih dua jam, sedang-
litian mereka tentang kumulatif pajanan dari kan trimetil Pb mencapai sembilan jam. Pa-
debu (dust) terhadap penurunan fungsi paru da musim dingin kedua komponen ini dapat
pekerja di terowongan menemukan bahwa bertahan selama beberapa hari di udara.60
rata-rata pajanan debu pada saluran perna- Gejala intoksikasi Pb tergantung pada
pasan ini sesuai analisa multiple regresi pa- daya tahan tubuh seseorang, kadar Pb da-
da pekerja diatas 40 tahun ditemukan ada- lam darah dan lama pemaparannya. Sema-
nya penurunan FEV1 25 ml bagi pekerja kin lama seseorang terpapar maka gejala
tidak perokok, 35 ml pekerja perokok dan dan keluhannya akan makin meningkat.
50-63 ml pada pekerja tidak perokok beker- Umumnya gejala keracunan Pb terasa apa-
ja di terowongan.9 bila kadar Pb dalam darah mencapai 40-60
74 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 65-80

μg/dl pada orang dewasa’ sedangkan pada Goings et al melaporkan efek pajanan
anak-anak 35-50 μg/dl.61 akut dari gas NO2 dengan dosis 1-3 ppm
Gejala intoksikasi Pb terbagi atas ke- pada 150 pemuda dewasa yang tidak
racunan ringan, sedang, dan berat. Gejala merokok. Pada penelitian ini dilakukan
keracunan ringan dapat berupa mialgia/ investigasi selama dua tahun pertama antara
paraesthesia, kelelahan ringan, iritabilitas, subjek dan kontrol. Kemudian setelah
dan letargi. Pada keracunan sedang dirasa- diteliti ulang pada tahun ketiga ditemukan
kan artralgia, kelelahan umum, rasa tidak bahwa 90% daripada subjek penelitian su-
enak pada perut, tidak dapat berkonsentrasi, dah mempunyai respon antibodi terhadap
kelelahan otot, tremor, dan sakit kepala. paparan, dibandingkan dengan 70% kontrol
Keracunan Pb berat ditandai dengan paresis yang terpapar plasebo.64
atau paralisis, encefalopati, kejang tiba-tiba, Studi dari Samet et al melaporkan
perubahan kesadaran, koma, dan kema- bahwa kelompok orang-orang yang ter-
tian.61 papar pada tingkat rendah dengan gas CO
Hasil penelitian Sandstrom memper- akan menyebabkan penyakit jantung iske-
lihatkan bahwa pada penderita asma yang mia, penyakit pembuluh darah perifer, dan
terpajan gas SO2 dengan konsentrasi 0,25- COPD.11
0,5 ppm sudah dapat menyebabkan Churg et al pada penelitian mereka
konstriksi saluran napas dan menyebabkan tentang paparan kronis polusi udara dengan
peningkatan rangsangan sensitivitas di paru- partikulat dosis tinggi didapatkan adanya
paru. Rabinovitch et al. (1989), mengemu- perubahan saluran udara kecil pada pendu-
kakan bahwa pada pekerja yang terpajan gas duk di Kota Meksiko yang tidak merokok,
SO2 yang menderita asma akibat kerja pada tidak terpapar debu (dust), dan tidak meng-
pemeriksaan faal parunya akan menunjuk- gunakan bahan bakar minyak untuk mema-
kan penurunan volume ekspirasi paksa pada sak. Hasil penelitian menemukan bahwa
detik pertama (VEP1 = FEV1) dan pada biopsi paru ditemukan gambaran
penurunan rasio VEP1/FVC (kapasitas vital histologis berupa fibrosis jaringan dinding
paksa paru). 24 paru, fibrosis otot pernapasan, dan adanya
Sandstrom mengemukakan bahwa pigmen debu.65
sulfur oksida (SO2) dapat menimbulkan Menurut Occupational Safety and He-
berbagai macam gejala seperti konjungtivi- alth Administration (OSHA) di Amerika
tis, iritasi kulit, rhinorrhea, nyeri dada, ba- Serikat, pekerja dapat mentoleransi pajanan
tuk, dan sesak napas. Ia juga memaparkan gas CO hingga 100 ppm/ 8 jam/ hari. Proto-
bahwa bahkan pada orang sehat yang tidak kol HOME, menyebutkan bila terpajan gas
hiperaktif, bila terpajan gas SO2 dengan CO lebih dari 36 ppm / 8 jam / hari sudah
konsentrasi di atas 5 ppm akan menim- harus dilakukan pemeriksaan kesehatan pa-
bulkan peningkatan tahanan (resistensi) da pekerja.40
saluran napas.24
American Lung Association menge-
Upaya pembatasan pencemaran udara
mukakan bahwa gas buangan kendaraan
bermotor yang menyebabkan gangguan paru Dalam upaya pembatasan pencemaran
adalah NOx.30 Pada suhu tinggi (panas) bila udara, dikeluarkan berbagai peraturan/stan-
gas ini masuk ke paru-paru dapat dar oleh berbagai badan dunia dan peme-
mengiritasi dan menurunkan tahanan rintah, antara lain Center for Disease Con-
saluran napas terhadap infeksi seperti virus trol (CDC), American Conference of Go-
influenza. Pada udara ambien dengan kon- vernmental Industry Hygienist (ACGIH),
sentrasi paparan yang sering dan berlanjut Environmental Protection Agency (EPA),
akan terjadi peningkatan pula bahkan pada National Institute for Occupational Safety
keadaan suhu normal, yang menyebabkan and Health (NIOSH), Food and Drug
peningkatan kasus penyakit saluran napas Administration (FDA), Consumer Product
akut pada anak-anak.63 Safety Commision (CPSC), United King-
Sinolungan, Dampak Polusi Partikel Debu dan Gas Kendaraan Bermotor… 75

dom (UK), dan World Health Organization mental Industrial Hygienist (ACGIH), yang
(WHO). kemudian dijadikan sebagai pedoman yaitu:
Pemerintah Indonesia juga telah mem- 1. Nitrogen dioksida (NO2) ppm: 5,6 mh/
buat peraturan perundang-undangan menge- m3. ACGIH: 3 ppm, EPA: 0,053 ppm,
nai standar kualitas udara ambien yang ha- 2. Ozone (O3) ACGIH: kompleks terma-
rus diberlakukan di seluruh Indonesia. Per- suk waktu kerja, dan lain-lain, EPA:
aturan perundangan yang mengatur hal 0,08 ppm (8 jam) dan 0,12 ppm (1 jam),
tersebut adalah PP No. 41 Tahun 1999 ten- 3. Partikulat (PM 2,5) EPA: 15 μg/m3
tang Baku Mutu Udara Ambien Nasional (rata-rata) , 65 μg/m3 (24 jam),
dapat dilihat pada Tabel 4.66 4. Partikulat (PM 10) EPA: 50 μg/m3 (rata-
Kristanto mengemukakan pendapat rata), 150 μg/m3 (24 jam),
Perkins dalam bukunya Air Pollution yang 5. Sulfur dioksida (SO2) ACGIH: 2 ppm
telah menyusun nilai standar gas-gas atau (TWA) dan 5 ppm (CEILING).
partikel yang bisa berada dalam udara 6. EPA: 0,03 ppm (80 mcg/m3 untuk rata-
ambien dimana kehadiran kontaminan ter- rata), 0,14 ppm (365 mcg/m3 untuk 24
sebut tidak berdampak negatif baik terhadap jam).
lingkungan maupun makhluk hidup.67 7. Karbon monooksida (CO) EPA: 9 ppm
Laporan dari U.S. EPA,5 tentang stan- (10 mg/m3 untuk 8 jam), 35 ppm (40
dar kualitas udara (Tabel 5) dikemukakan mcg/m3 untuk 1 jam).
dalam American Conference of Govern-

Tabel 4. Baku mutu udara ambien nasional menurut PP. No. 41 Tahun 1999

Parameter Waktu Baku Mutu Metode Analisis Peralatan


Pengukuran
1 Jam 900 μg/m3
SO2 24 Jam 365 μg/m3 = 0,129 ppm Pararosanilin Spektrofotometer
1 Tahun 60 μg/m3
1 Jam 30.000 μg/m3
CO 24 Jam 10.000 μg/m3 NDIR NDIR Analyzer
1 Tahun ---
1 Jam 400 μg/m3
NO2 24 Jam 150 μg/m3 = 0,08 ppm Saltzman Spektrofotometer
1 Tahun 100 μg/m3
1 Jam 235 μg/m3 Chemiluminescent Spektrofotometer
O3
1 Tahun 50 μg/m3
Hidrokarbon 3 Jam 160 μg/m3 Flame Ionization Gas Kromatografi
PM - 10 24 Jam 150 μg/m3 Gravimetri Hi-Vol
24 Jam 65 μg/m3
PM 25 Gravimetri Hi-Vol
1 Tahun 15 μg/m3
24 Jam 230 μg/m3
TSP / SPM Gravimetri Hi-Vol
1 Tahun 90 μg/m3
10 ton/Km2/bulan
(Lokasi Pemukiman) 20
Debu jatuh 30 Hari Gravimetri Cannister
ton/Km2/bulan (Lokasi
Industri)
24 Jam 2 μg/m3 Gravimetri Hi-Vol
Pb 1 Tahun 1 μg/m3 Ekstraktif AAS
Pengabuan
Sumber: PP No. 41 Tahun 1999
76 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 65-80

Tabel 5. Ambient air quality standards.

Averaging California Standard Federal Standard


Pollutant Time
Concentration Method Primary Secondary Method
12 hr 10 ppm --
Carbon Nondispersive Same as Nondispersive
monoxide 8 hr -- 3)
(11 mg/m infrared 10 mg/m3 Primary infrared
(CO) spectroscopy standard spectroscopy
1 hr 40 ppm 40ppm)
(9 ppm
Annual (46 mg/m ) 3
100μg/m
(46 mg/m3) Same as Colorimetric
Nitrogen -- Saltzman
average Primary method using
dioxide (NO2) Method (0,05 ppm)
1 hr 0,25 ppm --- standard NaOH

Annual μg/m3)
(470 -- 80μg/m3 60μg/m3
average
(0,03 ppm) (0,02 ppm)
24 hr 0,04 ppm 365 μg/m3 260 μg/m3
Sulfur dioxide Conductimetri 0,10 ppm Pararosaline
(SO2) (105 μg/m3) method (0,145 ppm) method
3 hr -- -- 1300 μg/m3
0,5 ppm
1 hr 0,5 ppm -- --
3
Suspended Annual (1310 μg/m ) 75 μg/m3 60 μg/m3
particulate Geometric 60 μg/m3 High Volume High Volume
matter (SPM) mean sampling sampling
24 hr 100 μg/m3 260 μg/m3 150 μg/m3
Lead 30-day High Volume
(Particulate) average 1,5 μg/m3 sampling -- -- --
Diltiazone
Hidrogen 1 hr 0,03 ppm method
Cadmium
sulfide hydroxide St -- -- --
(42 μg/m3)
Ractan
Hidrocarbon 3 hr -- -- Method 160 μg/m3 Same as Flame
Primary ionization
(0,24 ppm)
standard detection
Photochemical 1 hr 0,10 ppm Neutral 160 μg/m3 Same as Chemilumines
oxidants buffered KI Primary cent method
(200 μg/m3) 161μg/m3
standard
(0,08 ppm)
Sumber: Ryadi, 1982

Standar pengukuran volume dan kapa- 2. FEV1% adalah volume udara yang
sitas paru dengan spirometer dike-luarkan dalam satu detik dikali
100 kapasitas vital.
1. FEV1 adalah volume udara yang dapat 3. FVC adalah Kapasitas Vital Paksa
diekspirasi secara teratur sampai mak- paru-paru yaitu sejumlah udara yang
simal. Setelah suatu inspirasi yang dida-patkan dengan cara
sedalam-dalamnya, dimana pada orang menghembuskan udara ke dalam
dewasa normal 80% atau dibawah 1.000 spirometer maksimal dan secepat-
cc, Rumus FEV= IRV+TV+ERV cepatnya setelah sebelum-nya
(100%). Biasanya dihitung besarnya menghirup udara secara maksimal.
FEV sesudah waktu 1 detik, disingkat Rumus FVC=RV+ERV+k.l 2.200/
FEV1. 1.800 ml .
Jika FEV1 kurang dari 70% maka ada 4. FEV3 (Forced Expiration Volume
obstruksi jalan napas. FEV1 adalah se- third second) adalah volume udara
bagian dari FVC yang didapatkan sela- ekspirasi secara teratur sampai mak-
ma satu detik yang pertama simal. Setelah suatu inspirasi yang
Sinolungan, Dampak Polusi Partikel Debu dan Gas Kendaraan Bermotor… 77

sedalam-dalamnya, dimana pada o- terjadi trend peningkatan gejala batuk dalam


rang dewasa normal 97%. Rumus satu bulan akibat polusi udara meningkat
FEV=IRV+TV+ ERV (100%) Bi- dari 16,8% menjadi 22,5% dan kematian
asanya di hitung besarnya FEV akibat infeksi saluran napas juga meningkat
sesudah waktu 3 detik, disingkat dari 6,2% pada tahun 1986 menjadi 9,2%
FEV3. Jika FEV3 kurang dari 97% pada tahun 1992.
maka ada obstruksi jalan napas pada Mobilitas manusia semakin beragam
ekspirasi detik ketiga. sehingga dukungan sistem transportasi ma-
5. Kapasitas Vital (VC) adalah pen- kin baik. Sistem transportasi yang tidak ber-
jumlahan IRV, ERV dan VT yaitu sahabat dengan lingkungan akan membe-
laki-laki 4.600 ml sedangkan perem- rikan dampak langsung maupun tidak lang-
puan 3.100 ml. Menilai kapasitas sung bagi kehidupan manusia seperti dam-
paru melalui Total Lung Capacity pak terhadap lingkungan, kesehatan maupun
(TLC) yaitu penjumlahan kapasitas sosial ekonomi. Oleh karena itu untuk
vital (VC) ditambah dengan volume menghindari semakin menurunnya kualitas
residual dimana pada laki-laki 5.800 lingkungan maka sistem transportasi ini per-
ml sedangkan perempuan 4.200 ml. lu dikembangkan menjadi sistem transpor-
6. VC pred (Vital Capacity predicted) tasi yang berkelanjutan.
adalah Kapasitas vital yang diper- Diharapkan dengan mengetahui batas-
kirakan. Kapasitas vital yang seha- an pencemaran udara, jenis dan dampak
rusnya pada orang dewasa dengan partikel debu dan gas kendaraan bermotor
umur dan tinggi badan tertentu serta dan dampaknya bagi kesehatan membuat ki-
dalam keadaan sehat. VC predicted ta harus lebih memberikan perhatian terha-
adalah volume gas yang tertinggal dap lingkugan hidup sekitar perkotaan. Pe-
dalam paru pada akhir ekspirasi tidal ranan kerjasama lintas sektoral untuk meng-
normal. VC prediksi menggunakan atasi polusi partikel debu dan gas buangan
formula Baldwin yaitu: perlu ditingkatkan dan pengaturan kendara-
Laki-laki: KV=(27,63-0,112 . U) x an layak beroperasi akan menekan muncul-
TB (satuannya ml). nya kasus infeksi saluran napas dan gang-
Perempuan : KV=(21,78 – 0,101 guan pernapasan.
.U) x TB (satuannya ml).
KV=VC=Kapasitas Vital. U=Umur
dalam tahun. TB=Tinggi badan DAFTAR PUSTAKA
dalam cm. 1. Munthe E, Yunus F, Wiyono WH,
7. VC% (Prosentase Vital Capacity) Ikhsan M. Pengaruh inhalasi sulfur ok-
adalah persentase volume gas dalam sida terhadap kesehatan paru. Cermin
paru setelah ekspirasi maksimal Dunia Kedokteran. 2003;138:29-33.
(Sumber : Levitsky, 2000). 2. Aditama YT. Paru kita masalah kita.
Medika. November 2002;11.
3. Mangunegoro H, Sutoyo DK. Environ-
KESIMPULAN mental and occupational lung diseases
in Indonesia. Respirology. 1996;I:85-
Semakin bertambahnya jumlah kenda-
91.
raan bermotor mengakibatkan polusi udara 4. American Lung Association. Outdoor air
makin bertambah dan berkembang menjadi pollution. [homepage on the Internet].
masalah global, yang menimbulkan dampak 2003. [diambil 23 Mei 2003]. Available
negatif antara lain masalah kesehatan. from: http://www.who.int/outdoorair-
Penyakit paru merupakan salah satu pollution.
masalah kesehatan utama di Indonesia yaitu 5. Pirngadie BH. Strategi penanggulangan
sekitar 30-40% penyakit dan penyebab polusi udara dari sektor transportasi.
kematian adalah penyakit paru dengan ber- Simposium ke 4 FS-TPT Udayana Bali,
bagai bentuknya. Hasil SKRT ditemukan 8 November 2001.
78 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 65-80

6. Menteri Negara Kependudukan dan Ling- 16. United States Environment Protection A-
kungan Hidup Republik Indonesia. gency (US EPA). National Air Quality
Agenda 21 Indonesia. Jakarta 1997. and Emissions Trends Report.. U.S.
7. Warouw F. Analisis hubungan kadar Pb EPA. Office of Air Quality Planning
dalam darah dengan lama kerja peda- and Standards. Washington, DC; 1998.
gang kaki lima di pusat kota Manado 17. WHO. Particulate matter (PM), Total sus-
akibat pemaparan gas buangan kendara- pended particulate (TSP), PM 10 and
an bermotor yang mengandung Pb. PM 2,5. WHO, Int. [homepage on the
[PhD Tesis]. Manado: Pascasarjana Internet]. 1986 [diambil 24 Mei 2003].
Unsrat;2003. Available at: http://www.who.int/envi-
8. Marcelo B, Paulo HN, Saldiva. ronmentalinformation/air/guideline/cha
Respiratory changes due long-term ex- pter3.htm.
posure to urban level of air pollution. J. 18. Bruce N, Padilla RP, Albalak R. Pro-
Chest. 1998; 113: 1312-8. tection of Human Environment. WHO.
9. Ulvestad B, Bakke B, Eduard W, [homepage on the Internet]. 2002 [di-
Kongerud J, and Lund MB. ambil 23 Maret 2003]. Available at:
Cumulative exposure to dust causes http//www.who.int.gov.
accelerated decline in lung function in 19. Committee on the Medical effects of air
tunnel workers. Occupational Environ- pollutants (COMEAP), Statement on
ment Med. [serial online]. 2001 [diam- banding of air quality, Air Quality Stan-
bil April 2003]; 58: 663-669. Avail- dards. Department of Health, U.K. [ho-
able at: http://www.occenvmed.com. mepage on the Internet] 2003 [diambil
10. Peters A, Dockery DW, Muller JE. 23 Maret 2003]. Available at: http:
Increased particulate air pollution and //www.departmentofhealthairquality.
the triggering of myocardial infarction. com.
Department of Environment Health. 20. Environment Protection Agency (EPA).
[homepage on the Internet]. 2001 Public Health Statement for Lead,
[diambil Januari 2004]. Available at : August. U.S. Department of Health and
http://www.circulationsha.org. Human Services. [homepage on the
11. Samet JM, Dominici F, Curriero FC. Internet]. 1997 [diambil 23 Mei 2003].
Fine particulate air pollution and mor- Available at: http://www.atsdr. cdc.gov.
tality in 20 U.S. Cities, 1987-1994. The 21. Sumber daya udara di Jakarta, NKLD Buku
New England Journal of Medicine. II DKI Jakarta. [homepage on the
2000 Dec 14; 343(24) Internet]. 2000 [diambil 23 Mei 2003].
12. Amsyari F. Prinsip-prinsip masalah pen- Di dapat dari: http://www.polusiudara.
cemaran Lingkungan. Jakarta: Ghalia com.
Indonesia, 1986. 22. Lannefors H, Hansson HC, Granat L.
13. Harsanto JBB. 2001. Polusi udara, pe- Background aerosol composition in
ngaruh, serta cara penanggulangannya. southern Sweden – Fourteen micro and
Seminar Nasional Lingkungan Hidup: macro constituents measured in seven
Strategi Kebijakan Pengendalian Polusi particle size intervals at one site during
Udara dalam Menuju Program Langit year. Atmos Environ. 1983;17:87-101.
Biru. Yogyakarta, 9 Mei 2001. 23. Chamberlain A, Heard C, Little MJ,
14. Kindwall EP. Carbon monoxide. The Che- Micciolo R, Andrea FD. The disperse-
mical Occupational Environment. In: on of lead from motor exhausts. Philos
Zenz Carl, Dickerson OB, Hovart EP, Trans R Soc Lond A. 1979;290:557-89.
Editors. Occupational Medicine. 3th ed. 24. Sandstrom T. Respiratory effect of air
St. Louis: Mosby Year Book Inc, 1994; pollution: experimental studies in hu-
p. 447-52. mans. Eur Respir J. 1995;8: 986-9.
15. Fine LJ, Rosenstock L. Cardiovascular 25. Lazarus CS, Wong HH, Watts JM,
disorders, evaluation and treatment. In: Boushey HA, Lavins BJ, Minkwitz
Rosenstock L, Cullen MR. Editors. MC. The leukotriene receptor antago-
Textbook of Clinical and Environ- nist zafirlukast inhibits sulfur dioxide-
mental Medicine. Philadelphia: WB induced bronchoconstriction in patients
Saunders Co, 1994; p. 389-93. with asthma. Am.J. Respir Crit Care
Sinolungan, Dampak Polusi Partikel Debu dan Gas Kendaraan Bermotor… 79

Med. 1997;156:1725-30. 36. Prawiro RH. Ekologi lingkungan pence-


26. Balmes RJ. Tager I. Air pollution. In: maran, Semarang, Indonesia, 1983; p.
Murray JF, Nadel JA, eds. Textbook of 35-65.
respiratory medicine. 3rd ed. 37. School of Medicine. Carbon Monoxide
Philadelphia: WB Saunders Co, 2000; Headquarter. Wayne State University,
p. 1885-93. 1999.
27. Malachowski MJ. Health effects of toxic 38. Jones AL, Volans G. Carbon monoxide
substances, Inhalation SO2. WSU. [ho- poisoning. Recent advances manage-
mepage on the Internet]. 1995 [diambil ment of self poisoning. Br Med J. 1999;
23 Maret 2003]. Available at: http: 319: 1414-17.
www/cc.wsu.edu/research/wesberg_HT 39. Kales SN. Carbon Monoxide intoxication.
ML/SO2_module/healtheffects. htm. Am. Fam Physician. 1993;48:1100-04.
28. Samet JM, Dominici F, Curriero FC. 40. Wichaksana A, Astono S, Hanum K.
Fine particulate air pollution and mor- Dampak keracunan gas karbon mo-
tality in 20 U.S. Cities, 1987-1994. The noksida bagi kesehatan pekerja. Cer-
New England Journal of Medicine. Dec min Dunia Kedokteran. 2002;136:24-
14 2000; no. 24, Vol. 343. 29.
29. Waldbott GL. The Sulfur oxide. In: 41. Slamet JS. Kesehatan lingkungan. Jakarta:
Waldbott GL, ed. Health effects on Gajah Mada University Press, 2000.
Environmental Pollutants. 2nd ed. St 42. Rondonuwu EE. Pengaruh polusi gas
Louis: CV Mosby Co., 1978; p. 85-101. kendaraan bermotor karbon monooksi-
30. American Lung Association. Diesel Fumes da terhadap kadar karboksihemoglobin
and American Manufacturers. Spark pedagang kaki lima di pusat kota
Technology, Inc. [homepage on the Manado [Tesis]. Manado: Pascasarjana
Internet]. 2003 [diambil 23 Mei 2003]. Unsrat, 2003.
Available at: http://www.Thefilterfo- 43. Mancall EL. General editor. Continuum
rumissuetrends. html. life long learning in neurology. Neuro-
31. Soejachmaoen M, Rahman A, Meiviana toxicology Part A. 1999; 5(2): 91-3.
A. Kualitas udara semakin memburuk, 44. Di Maio DJ. Carbon monoxide poison-
perangkat hukum mengenai pencema- ing. In: Forensic Pathology. Di Maio
ran udara harus segera dibuat. Jakarta: VJ. Editors. Boca Raton: CRC Press,
Pelangi. [homepage on the Internet]. 8 1993; p. 347-54.
Oktober 2002 [diambil April 2003]. Di 45. Lu FC. Efek toksik, prinsip umum toksiko-
dapat dari: http//www. Pelangipress- logi. Dalam: Toksikologi Dasar, Asas,
release. htm. Organ Sasaran dan Penilaian Risiko.
32. Chale SN. Carbon monoxide poisoning, Editor. Edisi kedua. Jakarta: UI-Press,
environmental toxins. In: Viccelio P, 1995; p. 48-51.
editors. Handbook of Medical Toxico- 46. Corwin EJ. Sistem pernapasan. Buku Saku
logy, 1st ed, Boston: Little, Brown and Patofisiologi (Handbook of Pathophy-
Co, 1993; p. 639-46. siology). Lippincott-Raven Publishers,
33. Benowitz NL. Cardiovascular toxicology. Inc. Alih bahasa: B.U. Pendit. Jakarta:
Occupational Illness. In: La Dou J. EGC, 2000; Bab 12, 395-441.
Editor. Occupational and Environmen- 47. Guyton AC, Hall J.E. Respiration. In:
tal Medicine. International 2nd ed. Textbook of Medical Physiology. 9th
Stamford: a Lange Medical Book, ed. Philadelphia: WB Saunders Co,
1997; p. 328-32. 1994.
34. Bleecker ML. Clinical presentation of 48. Levitsky GM. Physiology of respiratory
selected neurotoxic coumponds. In: alveolar ventilation. [homepage on the
Bleecker ML, Harsen JA, editors. internet] 2000. [diambil Januari 2004].
Occupational Neurology and Clinical. Didapat dari URL: http://www.
Neurotoxicology. Baltimore: William mednets.com.
& Wilkins, 1994; 211: 207-08. 49. Spirometry: Interpretation of ventilatory
35. Ryadi, S. Polusi udara. Surabaya, function test. [homepage on the inter-
Indonesia: Usaha Nasional, 1982; p. 50- net] 2004. [dikunjungi Januari 2004].
59. Available at: http://www.nationalasth-
80 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 65-80

ma.org.au/publication/ spiro/ivft.html. mmwrq@cdc.gov.


50. Balfe DL, Lewis M, Mohsenifar Z. 59. Neamtu A, Niciu E, Oranici V. Studies on
Grading the severity of obstruction in the relation between air pollution with
the present of a restrictive ventilatory suspended particulate matter and acute
defect. American College of Chest Phy- respiratory diseases admissions.
sicians. Chest. [serial online]. 2002 Bucharest. [homepage on the internet]
[dikunjungi 14 April 2004]; 122: 1365- 2003. [dikunjungi 23 Maret 2003].
1369. Available at: http://www. Chest- Available at: http://www.studiesonthe-
online.com. lationbetweenair.or.au.
51. Silverthorn DU, Ober WC, Garrison 60. DeJonghe WRA, Adams FC. Biogeo-
CW, Silverthorn AC. Respiratory chemical cycling of organic lead com-
physiology. Human Physiology an Inte- pounds. Adv Environ Sci Technol.
grated Approach. Prentice Hall Inc, 1986; 17: 561-94.
2001; p. 496-541. 61. Case studies in environmental medicine
52. Maskrey M. Assessment of pulmonary lead toxicity, ATSDR. [homepage on
function. Pulmonary Lecture, 5 hal. the internet] 1995. [dikunjungi 23 Ma-
[homepage on the internet]. 2000 ret 2003]. Available at: http://
[dikunjungi 23 Maret 2003]. Didapat www.atsdr.cdc.gov/HEC/HSPH/caselea
dari URL : http://www.maskreyheart- d.html.
andlung.com 62. Rabinovitch S, Greyson ND, Weiser W.
53. Jhonson AT. Biomechanics and exercise Clinical and laboratory features of acute
physiology. New York: J Wiley& Sons, sulfurdioxide inhalation poisoning:
1991. Two-year Follow up. Am Rev Respir
54. Mc Ardle WD. Exercise physiology: Dis. 1989; 139: 556-8.
energy nutrition and human perfor- 63. Spirometry. Interpretation of ventilatory
mance. Third edition, Philadephia: Lea function test. [homepage on the inter-
and Febriger, 1991. net] 2003b. Available at: http://www.
55. Waldron HA. Occupational health prac- nationalasthma.org.au/publication/spiro
tice. Butterworths. [homepage on the /ivft.html
internet] 1998. [dikunjungi April 2003]; 64. Goings SA, Kulle TJ, Bascom R. Effect of
p. 221 – 224. Available at: http:// nitrogen dioxide exposure on suscept-
www.managementofdusthazardsanddis ibility to Influenza a virus infection in
eases.Introductiontooccupationallungdi healthy adults. Am Rev Respir Dis.
sease. 1989; 139: 1075-1081.
56. Sumayku JN. Pengaruh paparan debu kayu 65. Churg A, Brauer M, Avila-Casado MC,
terhadap faal paru pekerja pem-buat Fortoul TI, Wright JL. Chronic
perabot/mebel kayu di kota Bitung. exposure to high levels of particulate
[Tesis]. Manado: Pascasarjana Unsrat, air pollution and small airway remo-
2004. deling. Environment Health Perspecti-
57. Younes M. Air quality guideline, WHO. ve. [serial online] 2003. [dikunjungi 14
[homepage on the internet] 1999. April 2004]; 111: 714-718. Available
[dikunjungi April 2003]. Available at: at: http://www.ehponline.com.
http://www.who.int/airpollutionguidelin 66. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999,
ewho. Baku Mutu Udara Nasional. Jakarta,
58. Mannino DM, Homa DM, Akinbami LJ. 1999.
Chronic obstructive pulmonary disease 67. Kristanto P. Polusi lingkungan. Dalam:
surveillance-United States 1971-2000. Ekologi Industri. Surabaya: ANDI
CDC. [homepage on the internet] 2002. Yogyakarta dan LPPM Univ. Kristen
[dikunjungi 23 Maret 2003]. Available PETRA, 2002; p. 96-139.
at: http://www.cdc. gov. or email:

Anda mungkin juga menyukai