Anda di halaman 1dari 26

LAPORANPENDAHULUAN

ASMA BRONCHIAL

Dosen Pembimbing: Dr. Arwani, MN

Disusun oleh:
Ibi Yulia Setyani
(P1337420617032)

3A3 RKI

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ASMA BRONKHIAL

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya
masing- masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G
bailon dan Aracelis Maglaya 2013).
Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :
a) Unit terkecil masyarakat
b) Terdiri dari dua orang atau lebih
c) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d) Hidup dalam satu rumah tangga
e) Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f) Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga
g) Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h) Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Type Keluarga
a. Keluarga inti ( Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
b. Keluarga besar ( Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan suami atau istri
4. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lngkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual

5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih saying dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2) Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang
akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilkinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

6. Ciri –   Ciri Keluarga
a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam suatu rumah.

7. Tahap –   Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah
tangga
b. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai
generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga
yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang
kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung
kepada kedua orangtuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah
mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah
kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang
bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan
dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan,
norma-norma agama, norma-norma social budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari
anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar
secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan
pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yan paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan
mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri
tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling
pengerti antara kedua orangtua dengan anak perlu dipelihara dan
dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan
pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke
masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap
ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga
h. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,
tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa
sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan
depresi dan stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orangtua mempersiapkan
diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

8. Tugas –   Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

9. Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya
dan saling memelihara. Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang
harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
 perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan
lembaga- lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan
dengan baik fasilitas- fasilitas kesehatan yang ada.
10. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas
utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang
kesehatan, meliputi:
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut :
1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit
keturunan
b. Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil :
1) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun)
2) Menderita kekurangan gizi/anemia, hipertensi
3) Primipara atau multipara
4) Riwayat persalinan dengan komplikasi
c. Keluarga dimana anak manjadi risiko tinggi, karena :
1) Lahir premature/BBLR
2) Berat badan sukar naik
3) Lahir dengan cacat bawaan
4) ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau
anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga
1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga sehingga sering
timbul cekcok dan ketegangan
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit

B. Konsep Dasar Asma


1. Pengertian Asma
Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru meradang
hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus (pemicu) yang menyebabkan jalan
udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan mengakibatkan sesak
napas dan bunyi napas mengikik (Professor Jon Ayres, 2003).
Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan napas,
inflamasi jalan napas dan jalan napas yang hiperresponsif atau spasme otot
polos bronchial.

2. Klasifikasi Asma

3. Etiologi Asma
Ada beberapa faktor predisposisi dan predispetasi timbulnya serangan asma
bronchial yang dapat digolongkan pada 2 faktor terdiri dari :
a. Faktor predisposisi, meliputi :
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penularannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena ada bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronchial jika terpapar dengan faktor
pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran  pernafasannya juga bisa
diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut
Ex : makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Ex : perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
timbulnya asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Selain itu juga kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau, musim bunga, arah angina serbuk bunga serta debu.
3) Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma
yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
teratasi maka gejala asmanya belum bisa diobati
4) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, terkena bulu-bulu
binatang industry tekstil, pabrik abses, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti
5) Olahraga / aktivitas jasmani yang berat
Sebagian berat penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat, seperti lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma kerena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

4. Manifestasi Klinik
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas
bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan maupun dengan
pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :
a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
b. Batuk produktif, sering terjadi pada malam hari
c. Napas atau dada seperti tertekan
d. Pasien menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas dan mungkin
membungkuk ke depan untuk bernafas dengan lebih baik.
e. Dispnea dengan ekspirasi memanjang
f. Cuping hidung melebar
g. Sianosis
h. Ansietas, iritabilitas sampai penurunan tingkat kesadaran.
Gejalanya bersifat paroksimal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada
malam hari.
Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu :
a. Ekstrinsik Alergik
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya satu  predisposisi
genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik
seperti yang disebutkan di atas maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
b. Intrinsik (Non Alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisema.
c. Asma Gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergi dan non-alergi

5. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas  bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini
terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan pengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini
akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun ekresi
mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama
eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah
tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal
ini bisa menyebabkan barrel ches.

6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
2) Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4) Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeks
4) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
1. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
2. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB ( Right bundle branch block).
3. Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

8. Komplikasi
a. Status asmatikus
b. Pneumonia
c. Pneumothoraks
d. Emfisema kronik
e. Gagal nafas
f. Bronchitis
g. Fraktur iga
h. Kematian

9. Pencegahan
Diharapkan dengan mencegah dan mengendalikan faktor pencetus
serangan asma makin berkurang atau derajat asma semakin ringan. Pada
dasarnya obat-obat anti asma dipakai untuk mencegah dan mengendalikan
gejala asma.
a. Pencegahan (controller) yaitu obat yang dipakai setiap hari, dengan
tujuan agar gejala asma persisten tetap terkendali.
b. Penghilang gejala (reliever) yaitu obat penghilang gejala yang dapat
merelaksasi bronkontruksi dan gejala-gejala yang menyertainya segera.

10. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma dan mencegah
kekambuhan
b. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
c. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
d. Menghindari efek samping obat asma
e. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel Strategi pengobatan
pada asma bronchial terbagi 2, yaitu :
1. Pengobatan non farmakologik :
a) Memberikan penyuluhan
b) Menghindari faktor pencetus
c) Pemberian cairan
d) Fisioterapi
e) Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi
dalam 2 golongan :
a) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat : Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), Terbutalin
(bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus
yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau
cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin)
yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel
yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b) Santin (teofilin)
Nama obat : Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan impatomimetik, tetapi
cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin
dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan
langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung
bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan.
Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung
sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam
bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam
anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal
tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya
kering)
c) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan.
d) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan
obat ini adalah dapat diberika secara oral.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
diajukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat
dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana/penyalur.
Asuhan keparawatan pada keluarga merupakan bagian penting dalam upaya
menyelesaikan masalah yang dihadapi sasaran, baik sebagai sasaran keluarga
sendiri , sasaran individu maupun sasaran kelompok bahkan sasaran yang lebih
luas yaitu masyarakat.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama
lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk
menggambarkan
perkembangan dari tahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan klien dan keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga
maupun sosial, yang merupakan sistem yang berintegrasi dan kesanggupan
untuk mengatasinya.
Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber informasi dari
anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan keluarga dan biasanya
adalah ibu. Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat diperoleh dari
pengambilan keputusan dalam keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau
kadang-kadang orangtua. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :
1. Wawancara
Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental,
sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan sebagainya.
2. Observasi
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah
dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan
dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, keberhasilan dan
sebagainya.
3. Studi Dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa, diantaranya
melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan
lain.
4. Pemeriksaan Fisik 
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya kehamilan dan
tanda- tanda penyakit. Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1) Data Umum
a) Kepala keluarga dan komposisi keluarga
b) Tipe keluarga
c) Suku bangsa dan agama
d) Status sosial ekonomi keluarga
e) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
a) Tahap perkembangan keluarga
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) riwayat kesehatan keluarga inti
3) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga
4) Struktur keluarga
a) Struktur peran
b) Nilai dan norma keluarga
c) Pola komunikasi keluarga
d) Struktur kekuatan keluarga
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi ekonomi
b) Fungsi mendapatkan status sosial
c) Fungsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
e) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan:
1. Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa
kesehatan
2. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
mengenal tindakan kesehatan yang tepat
3. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
4. Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat
5. Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan dimasyarakat
f) Fungsi religius
g) Fungsi rekreasi
h) Fungsi reproduksi
i) Fungsi afeksi
6) Stress dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
d) Disfungsi strategi adaptasi
e) Pemeriksaan keluarga
7) Pemeriksaan kesehatan
pada individu anggota keluarga meliputi pemeriksaan kebutuhan dasar
individu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu.
8) Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan)
untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

b. Perumusan Masalah
Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan
kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari
pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan,
lingkungan, nilai, norma, kultur yang dianut oleh keluarga mengacu pada tipologi
masalah kesehatan dan keperawatan serta berbagai alasan dari
ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam
bidang kesehatan. Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu:
1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Yang
termasuk didalamnya adalah :
a) Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa
b) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak
sesuai dengan pertumbuhan normal.
2) Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) adalah masa keperawatan
yang belum terjadi tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual
dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan
perawat.
3) Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dan keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kemampuan kesehatannya dan
mempunyai suumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
ditingkatkan.

c. Prioritas Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan pada beberapa criteria sebagai berikut :
1) Sifat masalah dikelompokkan menjadi:
a) Keadaan tidak atau kurang sehat
b) Ancaman kesehatan
c) Keadaan sejahtera
2) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan
untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan
intervensi keperawatan dan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk
menangani masalah
b) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
c) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu
d) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
3) Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang
akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan
dan kesehatan. Yang perlu diperhatikan:
a) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
b) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki
masalah
c) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan
menjadi parah
4) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah
dalam hal beratnya dan diatasi melalui intervensi keperawatan, perawat
perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah keluarga
tersebut. Dalam menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan
keluarga perlu disusun skala  prioritas sebagai berikut:

Kriteria Skala Bobot Skoring


Sifat masalah
Wellness 3
Aktual 3 1
Risiko 2
Potensial 1
Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah 2
Sebagian 2
1
Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi 3
Cukup 1
2
Rendah 1
Menonjolnya masalah
Segera 2 1
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0
Total
Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot
3. Jumlah skor untuk semua kriteria
4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

d. Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan


1) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan
karena:
a) Kurang pengetahuan/ketidaktauan fakta
b) Rasa takut akibat masalah yang diketahui
c) Sifat dan falsafah hidup
2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat, disebabkan karena:
a) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah
b) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
c) Keluarga tidak sanggup mememcahkan masalah karena kurang
pengetahuan dan kurangnya sumber daya manusia
d) Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga
e) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
f) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
g) Takut dari akibat tindakan
h) Sikap negative terhadap masalah kesehatan
i) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
j) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena:
a) Tidak mengetahui keadaan penyakit
b) Tidak mengetahui tentang perawatan yang dibutuhkan
c) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d) Tidak seimbang sumber daya yang ada dalam keluarga.
e) Konflik
f) Sikap dan pandangan hidup
4) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena:
a) Sumber keluarga tidak cukup
b) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat memelihara kebersihan
rumah
c) Ketidaktauan pentingnya fasilitas lingkungan
d) Sikap dan pandangan hidup
e) Ketidak kompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak
ada kesepakatan, acuh terhadap yang mempunyai masalah
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara
kesehatan, disebabkan karena:
a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
c) Kurang percaya pada petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
d) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
e) Rasa takut pada akibat dari tindakan
e. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan
oleh perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan /
keperawatan yang telah diidentifikasikan (Effendy, 2013).
1) Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Asma meliputi
kegiatan yang bertujuan: Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga
mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan.
Tujuan: Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Asma
Intervensi:
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma, faktor
pencetus, tanda dan gejala, serta penanganannya.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan
c) Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
Tujuan: Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat
Intervensi:
a) Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan luasnya masalah
b) Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai tindakan yang tepat
c) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan
pemilihan tindakan yang tepat.
3) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang mengalami asma
Intervensi:
a) Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma
b) Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi
c) Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu beristirahat
d) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan
e) Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
4) Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan keluarga
Tujuan: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
proses penyembuhan dan pencegahan asma.
Intervensi:
a) Jelaskan pada keluarga tentang lingkungan yang berpengaruh untuk
menunjang proses penyembuhan asma
b) Mendemonstrasikan kepada keluarga cara menciptakan lingkungan yang
dapat menunjang proses pencegahan dan penyembuhan penyakit asma.
c) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
5) Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungannya.
Tujuan: Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mengobati penyakit asma
Intervensi: Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada
untuk  pemeriksaan dan pengobatan Asma
f. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam
memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah :
1) Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan
2) Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
3) Tidak mau mengatasi situasi
4) Adat istiadat yang berlaku
5) Mempertahankan suatu pola tingkah laku
6) Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran
7) Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan
Faktor lain yang bersumber dari perawat:
1) Menggunakan pola pendekatan yang tidak tepat (kaku)
2) Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap faktor-faktor
sosial budaya
3) Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap keluarga:
1) Sumber daya keluarga (keuangan) dan tingkat pendidikan keluarga
2) Adat istiadat yang berlaku
3) Respon dalam penerimaan keluarga
4) Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga

g. Evaluasi
Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dan
kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi
tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana perawatan yang baru.
Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga
penting diperhatikan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan Asma diharapkan :
1) Keluarga mampu mengenal masalah Asma
2) Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang
tepat
3) Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga
yang sakit
4) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang penyembuhan
dan pencegahan penyakit Asma
5) Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat
untuk penatalaksanaan Asma

DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Mubarak, W dkk. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap Dalam Praktik
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Neuratif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda.Yogyakarta: Mediacation.

Saheb, A.2011.Penyakit Asma. Bandung: CV medika


Purnomo.2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada Anak.
Semarang: Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai