Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

ASIDIMETRI
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Titrasi adalah salah satu cara menentukan kadar senyawa yang


terkandung dalam suatu sampel. Namun, titrasi sendiri bermacam-macam, tidak
hanya satu. Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu proses titrasi.
Titrasi asam-basa ini sangat berguna dalam bidang pertanian yaitu untuk
pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam pembentukannya diperlukan
MgO yang dihitung kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi. Atau dalam
industri lain seperti penentuan sulfite dalam minuman anggur menggunakan
iodine yang merupakan asam.
Oleh sebab itu, maka praktikum ini dirasa penting. Karena proses titrasi
ini banyak diaplikasikan di berbagai bidang industri, maka sebagai mahasiswa
harus bisa memahami konsep percobaan agar tidak canggung apabila berada
dalam dunia industri.

1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan pratikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa dapat membuat larutan HCl 0.1 N
2. Mahasiswa dapat menstandarisasi larutan HCl
3. Mahasiswa dapat menganalisa kadar NaHCO3
1.3 Keselamatan Kerja
1. Saat bekerja dengan HCl pekat harus dilakukan di almari asam
2. Bila menggunakan perlatan bertenaga listrik ,lihat terlebih dahulu tegangan
jaringan yang ada.
3. Hati hati bekerja dengan larutan kimia (lihat MSDS)

II. DASAR TEORI


Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran
homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama
pembentukan larutan yaitu zat terlarut dan pelarut.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya
secara teliti dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau
M (molaritas).
Analisa titrimetric atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan
mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetric yang menggunakan
asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang
bersifat basa, ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau
garamnya).
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan
dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hydrogen sebagai ion
positif. Sedangkan basa secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila
dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion OH- sebagai
ion negatif.
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan
konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan, untuk itu perlu dilakukan
praktikum. Dalam hal ini, dilakukan pembuatan dan standarisasi larutan.
Praktikum kali ini adalah membuat larutan 0,1 N HCl dan standarisasi larutan HCl,
serta menentukan kadar Na2CO3 dengan larutan standar HCl 0,1 N yang
merupakan standarisasi dengan metode asidimetri.
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu cara atau
metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran, dan dilepaskan dari
perangkat gelas yang disebut buret. Proses titrasi asam basa sering dipantau
dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran
yang ditambahkan gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva pH atau kurva
titrasi yang didalamnya terdapat kurva ekivalen yaitu titik dimana titrasi
dihentikan (Ika,2009).
Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan,
digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan indikator
yang ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum penetesan larutan uji
dilakukan. Larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji
dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada
titik kesetaraan. Titrasi asam-basa pada saat indikator berubah warna disebut titik
akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat mungkin ke titik
kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan kedua titik itu (atau
mengkoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari
analisis titrasi asam-basa. Umumnya larutan uji adalah larutan standar elektrolit
kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida (Sujono,2003).
Sifat suatu larutan dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator asam-
basa, yaitu zat-zat warna yang warnanya berbeda dalam larutan asam, basa dan
garam. Untuk mengidentifikasi sifat dari asam, basa dan garam dapat
menggunakan kertas lakmus, larutan indikator atau indikator alami. Secara
sederhana, kertas lakmus dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat dari larutan
asam, basa dan garam (larutan netral). Alat lain yang dapat digunakan untuk
mengindikasi apakah larutan bersifat asam, basa atau netral adalah larutan
indikator fenolftalein, metil merah dan metil jingga (Azizah,2004)
Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya
merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH=7.
Tetapi bila asamnya ataupun basanya merupakan elektrolit lemah, garam yang
terjadi akan mengalami hidrolisis dan pada titik ekivalen larutan akan mempunyai
pH > 7 (bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat
dihitung dari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari
konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan
dengan indikator asam basa (harjanti, 2008).
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna
diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Kisaran
penggunaan indicator adalah 1 unit pH disekitar nilai pKa nya. Sebagai contoh
fenolftalein (PP),mempunyai pKa 9,4 ( perubahan warna antara pH 8,4 – 10,4).
Struktur fenolftalein akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini karena
proton dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH-nya meningkat
akibatnya akan terjadi perubahan warna (Sudjadi,2007).
Reaksi Asidimetri adalah reaksi menetapkan konsentrasi asam kuat
menggunakan larutan basa standar . Reaksinya meliputi reaksi netralisasi yang
menghasilkan air .
Reaksi :
HA + BOH  BA + H2O
Asam Basa Garam Air
Reaksi asidimetri termasuk reaksi titrimetric . titik akhir titrasi di tetapkan
dengan perubahan warna inidkator yaitu indicator warna organik.
Indikator organik yang sering digunakan adalah methyl orange untuk titrasi
antara asam kuat dengan basa lemah , phenolpthaline untuk titrasi basa kuat
dengan asam kuat atau asalam lemah.
Dalam perhitungan selanjutnya , digunakan persamaan antara volume dan
konsentrasi masing masing zat yang ditrasi dengan penetrasinya dan berlaku
rumus sebagai berikut:
V1 x N1 = V2 x N2
V1 = volume zat penetrasi ?/ standar (Ml)
N1 = normalitas zat penetrasi / standar ekivalen/L)
V2 = volume zat yang ditrasi (mL)
N2 = normalitas yang di tritasi (mL)
1. Membuat larutan HCl 0.1N
Hcl pekat yang di perlukan untuk membuat HCl 0.1 N sebanyak
volume tertentu adalah :
.
Vx =

Keterangan :
 Vx = volume HCl pekat yang di perlukan (mL)
 V = volume HCl 0.1 N yang akan di buat (mL)
 K = L kadar HCl pekat
Harga K dan L dapat dilihat pada label botol HCl pekat di almari asam
2. Standarisasi Larutan HCl 0.1 N
Larutan HCl 0.1 N yang baru di buat belum tepat normalitasnya
untuk itu harus distandarisai dengan Na2CO2 menggunakan perhitungan
dibawah ini :

N= ⁄

Keterangan :
 G = berat Na2CO3 yang ditimbang (gram )
 V = volume total Na2CO3 (mL)
 v = volume Na2CO3 yang di gunakan setiap titrasi (mL)
 VHCl = volume rata rata HCl yang digunakan untuk titrasi (mL)
3. Analisa Larutan Campuran NaHCO3 dan Na2CO3
Untuk menghitung kandungan NaHCO3 dan Na2CO3 dalam suatu larutan
yang digunakan perhitungan sebagai berikut :
Na2CO3 – 2A x NHCl x53 mgram
NaHCO3 = (B-A) x NHCl x 84 gram
III. METODOLOGI
3.1 Bahan Kimia
1. HCl pekat
2. Na2CO3 anhydrous
3. Larutan indikator Phenol Phthalein (PP)
4. Larutan indikator Methyl Orange (MO)
3.2 Peralatan
5. Pipet ukur, kapasitas 1 atau 2 mL
6. Pipet volumetrik, kapasitas 10 mL
7. Labu takar, kapasitas 100 mL
8. Labu takar, kapasitas 200 mL
9. Gelas beaker, kapasitas 100 mL
10. Buret, kapasitas 50 mL
11. Erlenmeyer, kapasitas 100 mL
12. Timbangan analitik

3.3 Prosedur

3.3.1 Membuat Larutan HCl 0,1 N


1. Memasukkan sekitar 5 mL akuades ke dalam labu takar 200 mL, kemudian
dibawa ke dalam almari asam.
2. Dengan menggunakan pipet ukur, mengambil sejumlah volume HCl pekat
sesuai dengan hasil perhitungan (Vx). Dimasukkan ke dalam labu takar,
kemudian ditambahkan akuades sampai tanda batas. Menutup labu dan
dikocok agar tercampur.
3. Sebelum digunakan, larutan distandarisasi terlebih dahulu.
3.3.2 Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
1. Menimbang 2,54 gram Na2CO3 dalam gelas beaker. Lalu dipanaskan
dalam oven dengan temperature 150°C selama ±75 menit dan didinginkan
dalam desikator. Dalam mencatat berat penimbangan sampai 4 angka di
belakang koma.
2. Dilarutkan dengan sedikit akuades, kemudian dimasukkan ke dalam labu
takar 100 mL, Membilas gelas beaker dengan sedikit akuades dan
bilasanya juga dimasukkan ke dalam labu takar. Pembilasan dilakukan
setidaknya 2 kali. Kemudian menambahkan akuades ke dalam labu takar
sampai tanda batas. Ditutup dan dikocok agar tercampur.
3. Mengambil 10 mL larutan tersebut dengan pipet volumetric, lalu
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan indikator MO.
4. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan HCl yang hendak distandarisasi
dari buret sampai terbentuk warna jingga.
5. Mencatat volume HCl yang digunakan. Lalu mengulangi titrasi ini
sebanyak 2 kali lagi. Menghitung rata-rata volume HCl yang yang
digunakan, misal V mL.
6. Menghitung nomrmalitas HCl dengan ketelitian sampai 4 angka di
belakang koma.
3.3.3 Menganalisa Larutan Campuran NaHCO3 dan Na2CO3
1. Mengambil 10 mL larutan campuran dengan pipet volumetrik, dimasukkan
ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 4 tetes indicator PP.
2. Melakukan titrasi dengan larutan HCl yang sudah distandarisasi sampai
warna merah larutan tepat hilang.
3. Mencatat pemakaian larutan HCl yang digunakan, misal A mL.
4. Menambahkan 4 tetes indikator MO pada larutan yang baru saja dititrasi
lalu dikocok.
5. Melakukan titrasi lagi dengan larutan HCl sampai tepat terjadi perubahan
warna larutan dari kuning menjadi jingga.
6. Mencatat pemakaian larutan HCl yang digunakan, misal B mL.
7. Mengulangi langkah 1 sampai dengan 6 diatas 2 kali lagi, kemudian
masing-masing dirata-rata perolehan harga A dan B-nya.
8. Menghitung kandungan NaHCO3 dan Na2CO3 dalam 10 mL larutan
campuran.

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN


1. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N

No. Volume Na2CO3 (mL) Volume Titrasi HCl 0,1 N (mL)

1 10 4.3
2 10 9.0
3 10 5.9
2. Analisa Larutan Campuran NaHCO3 dan Na2CO3
Larutan Campuran Titrasi HCl 0,1 N
No. NaHCO3 dan Na2CO3 Indikator PP Indikator MO
(mL) (A mL) (B mL)
1 10 4.1 8.1
2 10 5.4 9.2
3 10 4.4 8.1

Perhitungan

1. Volume HCl Pekat

Vx = 3.65 x V

10 x k x L

= 3.65 x 200 mL

kg
10 x 1,9 /mL x 37
= 1.65 mL
2. Normalitas HCl

NHCl = 1000 G x 2

V/v x VHCl x 106

= 1000 x 2.5 x 2

100 mL/10 mL x 6.4 mL x 106

= 0.737 N

3. a. Kadar Na2CO3 dalam campuran

Na2CO3 = 2A x NHCl x 53 mgram

= 2 (4.63 mL) x 0.737 N x 53 mgram

= 361.7048 mgram

b. Kadar NaHCO3 dalam campuran

NaHCO3 = (B-A) x NHCl x 84 mgram

= (8.46 mL – 4.63 mL) x 0.737 N x 84 mgram

= 237.5204 mgram
V. JAWABAN PERTANYAAN
1. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi saat standarisasi HCl dan analisis
campuran?
Jawab : a. Na₂CO₃ + 2HCl  2NaCl + H₂O + CO₂
b. Na₂CO₃ + HCl  NaCl + NaHCO₃
NaHCO₃ + HCl  NaCl + H₂O + CO₂

2. Terangkan dari mana asalnya rumus perhitungan pada analisis


campuran?
Jawab :
Rumus perhitungan pada analisis campuran sesungguhnya
merupakan penjabaran rumus titrasi. Diketahui rumus titrasi adalah N₁
x V₁ = N₂ x V₂. Analisa kandungan Na₂CO₃ dan NaHCO₃ dalam
rumus tersebut dinyatakan dalam milligram (mg) sehingga perlu
dilakukan modifikasi dengan persamaan rumus lainnya. Berikut
adalah asal muasal rumus tersebut:
N = normalitas
N = gr zat terlarut x 1000 mg
BE zat terlarut Vol. larutan (m
N x V = zat terlarut (g) x 1000 mg x Volume larutan (mL)
BE zat terlarut Vol. larutan (mL)
N x V = zat terlarut (mg)
BE zat terlarut
a. Rumus mencari kandungan Na₂CO₃ dalam milligram (mg) :
N( Na₂CO₃) x V(Na₂CO₃) = N(HCl) x V(HCl)
Na₂CO₃ (mg) = N(HCl) x V(HCl)
BE Na₂CO₃
Na₂CO₃ (mg) = N(HCl) x V(HCl) x BE Na₂CO₃
Na₂CO₃ (mg) = N(HCl) x V(HCl) x Mr Na₂CO₃
Eq. Na₂CO₃

Dari informasi jawaban soal no. 1 diketahui


Na₂CO₃ + HCl  2NaCl + H₂O + CO₂
Dilihat dari ekivalennya, senyawa Na₂CO₃ memiliki ion 2Na+
sedangkan senyawa HCl memiliki ion H+. Oleh karena mol (ekivalen)
secara teoritis berbanding lurus dengan volume, maka akan
dibutuhkan 2 kali volume HCl supaya dapat bertitrasi dengan Na₂CO₃.
Apabila kita misalkan Volume HCl adalah A, maka lanjutan rumus
menjadi :
Na₂CO₃ (mg) = N(HCl) x 2A x Mr Na₂CO₃
Eq. Na₂CO₃
Na₂CO₃ (mg) = N(HCl) x 2A x 106
2
Na₂CO₃ (mg) = N(HCl) x 2A x 53

b. Rumus mencari kandungan Na₂CO₃ dalam milligram (mg) :


Perhitungan yang sama dilakukan juga jika ingin mencari kandungan
NaHCO₃ dalam larutan. Dari informasi jawaban soal no. 1 diketahui :
 NaHCO₃ + HCl  NaCl + H₂O + CO₂
Dilihat dari ekivalennya, senyawa NaHCO₃ memiliki ion Na+ dan senyawa
HCl memiliki ion H+. Oleh karena mol (ekivalen) secara teoritis
berbanding lurus dengan volume, maka akan dibutuhkan 1 kali volume HCl
supaya dapat bertitrasi dengan NaHCO₃. Oleh karena praktikum ini adalah
titrasi berlanjut, selanjutnya buat permisalan Volume HCl yang dititrasi
dengan larutan campuran NaHCO₃ dan Na₂CO₃ adalah B, maka asal
muasal rumus mencari kandungan Na₂CO₃ menjadi :
N( NaHCO₃) x V(NaHCO₃) = N(HCl) x V(HCl)
NaHCO₃ (mg) = N(HCl) x V(HCl)
BE NaHCO₃
NaHCO₃ (mg) = N(HCl) x V(HCl) x BE NaHCO₃
NaHCO₃ (mg) = N(HCl) x V(HCl) x Mr NaHCO₃
Eq. NaHCO₃
NaHCO₃ (mg) = N(HCl) x (B-A) x Mr NaHCO₃
Eq. NaHCO₃
NaHCO₃ (mg) = N(HCl) x (B-A) x 168
2
NaHCO₃ (mg) = N(HCl) x (B-A) x 84

VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. a. Normalitas HCl = 0.737 N
b. Hasil Analisa Larutan Campuran NaHCO3 dan Na2CO3
Larutan Titrasi HCl 0,1 N
Campuran
No Indikator MO (B
NaHCO3 dan Indikator PP (A mL)
mL)
Na2CO3
1. 10 mL 4.1 8.1
2. 10 mL 5.4 9.2
3. 10 mL 4.4 8.1
Rata – rata 4.63 8.46

Na2CO3 = 2A x N.HCl x 53 gram


= 361.7048 mgram
NaHCO3 = (B-A) x N.HCl x 84 gram
= 237.5204 mgram
2. Prinsip standarisasi asidimetri dan alkalimetri hampir sama, yang
membedakan hanya reagen yang digunakan. Standarisasi Asidimetri harus
menggunakan larutan basa dan dalam prakikum ini yang digunakan adalah
larutan Na2CO3.
3. Berdasarkan hasil standarisasi Asidimetri HCl 0,1 N/ 10 mL sebanyak tiga
kali dengan larutan Na2CO3, diperoleh hasil bahwa titik akhir titrasinya
secara rata-rata saat volumenya mencapai 6.4 mL. Pada volume tersebut
Na2CO3 dalam tabung erlenmeyer menunjukkan perubahan warna dari
merah tua menjadi warna jingga, secara merata ke larutan tersebut.

4. Berdasarkan hasil analisa larutan campuran NaHCO3 dan Na2CO3 nmetode


yang digunakan adalah titrasi bertingkat dengan HCl 0,1 N melalui buret.
Pada saat diberi indikator PP sebanyak empat tetes titrasi hingga warna
merah larutan tepat hilang. Kemudian saat diberi indikator MO titrasi
hingga warna larutan menjadi jingga.

6.2 Saran
Saran penulis yaitu untuk fasilitas ruangan agar lebih ditingkatkan untuk
kenyamanan yang lebih pada saat menjalankan praktikum.
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. --- , Buku Panduan Praktikum Kimia, PEM Akamigas
2. VOGEL 1.
Quantitative Inorganic Chemistry, 6th Edition
3. Azizah, Utiya, 2004, Larutan Asam dan Basa, Kemendikbud: Jakarta.
4. Ika, Dani, 2009, Alat otomarisasi pengukur kadar vitamin C dengan
Metode titrasi asam basa, Jurnal Neutrino, Vol. 1.

5. Harjanti, 2008, Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma


domestica val.) dan Pemakaianya Sebagai Indikator Analisis
Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses, Vol.2, No.2.
6. Sudjadi, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
7. Sujono, 2003, Sistem Pengukur Molaritas Larutan dengan Metode
Titrasi Asam Basa Berbasis Komputer, Universitas Budi
Luhur.

Anda mungkin juga menyukai