Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID


DAN SEMI SOLID

JUDUL
SUSPENSI CHLORAMPENICOL PALMITAT

Disusun oleh:

Antonia Bella Julita


(1919751)

Dosen Pembimbing:
1. Dra. Hj. Daryati Mardja, Apt. AFK
2. Dra. Tuty Taslim, M.Farm., Apt

AKADEMI FARMASI PRAYOGA PADANG


2019/2020
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami langkah-langkah pembuatan suspensi kalamin
2. Mahasiswa dapat mengetahui khasiat atau manfaat dari suspensi kalamin
3. Mahasiswa dapat mengetahui efek samping dari suspensi kalamin.

II. TEORI PENUNJANG


(FI V hal.56)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi
adalah sediaan seperti tersebut diatas, dan ttidak termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik,seperti
suspensi oral,suspensi topikal, dan lain-lain.
istilah Lotio banyak digunakan untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit
seperti Lotio kalamin.
Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair
dengan bahan pengaroma yang sesuai,dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi
etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini.
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair
yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
diteteskan pada telinga bagian luar.
Suspensi optalmik seperti tertera pada Ophthalmicoe Praeparationes.

(Ilmu Resep hal. 135)

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi
ke dalam fase cair.

Stabilitas Suspensi
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Bebrapa factor yang
memengaruhi stabilitas suspensi ialah:
 Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan
ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran patikel merupakan perbandingan
terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan anatara luas penampang dengan daya tekan
ke atas terdapat hubungan linier. Artinya semakin kecil ukuran partikel semakin besar luas
penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang
partikel, daya tekan ke atas cairanakan semakin besar, akibatnya memperlambat gerakan
partikel untuk mengendap sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel.
 Kekentalan (viskositas) suatu cairan memengaruhi pula kecepatan aliran cairan tersebut,
semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakin turun atau semakin kecil.
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan memengaruhi pula gerakan turun partikel yang
terdapat didalamnya. Dengan demikian, dengan menambah kekentalan cairan, gerakan turun
partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak
boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
 Jumlah partikel (konsentrasi), jika di dalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah
besar, maka partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi benturan antara
partikel tersebut. Oleh benturan ini akan menyebabkan terbentuknya endapan zat tersebut,
oleh karena itu semakin besar konsentrasi partikel, semakin besar pula kemungkinannya
terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat.
 Sifat atau muatan partikel, kemungkinan besar terdiri atas beberapa maca, campuran bahan
yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian, ada kemungkinan terjadi interaksi
antarbahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat
bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, kita tidak dapat memengaruhinya.

Bahan Pensuspensi dari Alam


Bahan alam dari jenis gom sering disebut “gom atau hidrokoloid”. Gom dapat larut atau
mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk musilago atau lender.
Dengan terbentuknya musilago, viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah
stabilitas suspensi. Kekentalan musilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH, dan proses
fermentasi bakteri. Golongan gom meliputi: Akasia (pulvis gummi arabic), Chondrus, Tragakan,
Algin.
 Bahan pensuspensi alam bukan gom
Suspending agent alam yang bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering
dipergunakan untuk tujuan menambag stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonit,
hectorite, dan veegum. Jika tanah liat dimasukkan ke dalam air, mereka akan
mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan pengocokan. Peristiwa ini disebut
“tiksotrofi”. Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan beryambah sehingga
stabilitas suspensi menjadi lebih baik.
 Bahan pensuspensi sintetis
Diantaranya derivat selulosa dan golongan organic polimer.

Cara mengerjakan obat dalam suspensi


a. Metode dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam musilago yang
telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi
kesukaran pada saat mendispersikan serbuk ke dalam pembawa. Hal tersebut karena adanya
udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah termasuki udara
sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk dibasahi tergantung pada besarnya
sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Jika sudut kontak ± 900, serbuk akan
mengambang di atas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk
menurunkan tegangan permukaan antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu
ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.

b. Metode presipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut organic yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam palarut organic, larutan zat ini kemudian diencerkan
dengan larutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan
bahan pensuspensi. Cairan organic tersebut adalah etanol, propilen glikol, dan polietilen
glikol.
Sistem pembentukan suspensi

a. Sistem deflokulasi
1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya
2. Sedimentasi yang terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap terpisah dan partikel
berada dalam ukuran paling kecil
3. Sedimen terbentuk lambat
4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi kembali
5. Wujud suspensi bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relative lama. Terlihat bahwa
ada endapan dan cairan atas berkabut
b. Sistem flokulasi
1. Partikel merupakan agregat yang bebas
2. Sedimentasi terjadi cepat
3. Sedimen terbentuk cepat
4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali
seperti semula.
Wujud suspensi kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah
cairan yang jernih dan nyata

Keuntungandankekurangansuspensi
(https://www.slideshare.net/mobile/eti_nurfazar/keuntungan-kerugian-sediaan-farmasi)

1. Keuntungan suspensi
 Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet,pil,kapsul terutama untuk
anak-anak
 Memiliki homogenitas yang cukup tinggi
 Lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan kontak dengan
permukaan saluran cerna tinggi
 Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat
 Dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
2. Kerugian suspensi
 Memiliki kestabilan yang rendah
 Jika berbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga homogenitasnya
menjadi buruk
 Alirang yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk dituang
 Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan
 Suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan
 Pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan system dispersiakan meningkat apabila
terjadi perubahan temperatur pada tempat penyimpanan
III. BAHAN DAN ALAT
A. Bahan

1. Kloramfenikol 4. Sirup simpleks


2. Gliceryn 5. Aquadest
3. Gom arab

B. Alat

1. Beaker glass 3. Spatula


2. Gelas ukur 4. Stamfer dan mortir
5. Botol sirup
6. Etiket dan kemasan
IV. DATA PREFORMULASI

A. Zat aktif (KLORAMFENIKOL PALMITAT (FI V hal. 690)


Chloramhenicol Palmitate

BM 561,54
C27H42Cl2N2O6
Kloramfenikol Palmitat mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 55 μg dan tidak lebih
dari 595 μg kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5 per mg.
Pemerian : Serbuk hablur halus seperti lemak, putih, bau lemah; hampir tidak berasa.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton dan dalam kloroform, larut dalam
eter, agak sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam heksan

B. Zat Tambahan
1. Gom arab (FI V hal. 510)

GOM AKASIA
Gom Arab
Gom Acacia
Gom Akasia adalah eksudat,yang mengeras di udara seperti gom,yang mengalir secara alami
atau dengan penorehan batang dan cabang tanaman Acacia senegal L. Wildenow (familia
Leguminosae) dan spesies lain acacia yang berasal dari Afrika.
Pemerian Tidak berbau
Kelarutan Larut hampir sempurna dalam 2 bagian bobot air,tetapi sangat
lambat,meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit,praktis tidak
larut dalam etanol dan dalam eter.

Makroskopik butiran, bentuk bulat seperti ginjal atau bulat telur, penampang 1-3 cm,
warna putih kekuningan, kuning atau coklat muda, kadang-kadang berwarna merah
muda, rapuh, buram, sering kali dengan permukaan yang retak, mudah pecah menjadi
fragmen bersudut tidak beraturan dengan patahan melengkug, berwarna agak putih
atau agak kekuningan; seperti kaca dan tembus dan tembus cahaya. Di dalam pusat
butiran yang tidak pecah sering terdapat rongga kecil.
Mikroskopik serbuk berupa potongan mengkilat tidak beraturan, tidak berwarna
terlihat sedikit pati atau jaringan tanaman; tidak terlihat adanya lapisan membrane.
Konsentrasi: 5-10% (HOPE edisi 6 hal.1)
2. Glycerin (FI V hal. 507)

GLISERIN
Glycerin

Gliserol [56-81-5] C3H8O3


BM 92,09

Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% dab tidak lebih dari 101,0% C 3H8O3
Pemerian Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau khas
lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik; netral terhadap lakmus.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform,
dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.

3. Sirup simpleks (FI III hal. 567)


Pembuatan larutan 65 bagian sakarosa dalam larutan Metil Paraben 0,25% b/v secukupnya
hingga diperoleh 100 bagian sirup. Pemerian cairan jernih tidak berwarna. Penetapan kadar
memenuhi syarat penetapan Sakarosa yang tertera pada Sirupi. Penyimpanan dalam wadah
tertutup rapat, ditempat sejuk.
 Sakarosa (HOPE edisi VI hal. 704)
Massa jenis: 1,6 g/cm3, Titik lebur: 160-1860 C Kadar air: higroskopis dan menyerap
hingga 1% air. Kaitannya dengan sirup simpleks yaitu pada sirup simpleks mengandung
air dan gula.

4. Aquadest (FI III hal. 96)


Pemerian: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik

V. TINJAUAN KIMIA ZAT AKTIF


a. Analisis Kualitatif (FI V hal. 684)
Identifikasi
Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromide P menunjukkan
maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada kloramfenikol BPFI
A. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram larutan uji sesuai dengan waktu retensi
puncak utama pada kromatogram larutan baku yang diperoleh pada penetapan kadar
b. Analisis Kuantitatif (FI V hal. 684)
Penetapan Kadar
Lakukan penetapan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kromatografi <931>.
Fase gerak buat campuran air-metanol P-asam asetat glasiol P (55;45;0,1). Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti tertera pada kromatografi <931>

VI. TINJAUAN FARMAKOLOGI


(penuntun praktis peresepan obat hal. 141&142)
A. Mekanisme cara kerja obat
Menghambat sintesa protein yang berinteraksi dengan ribosom 50 S.

B. Indikasi
Demam tifoid, menginitis yang disebabkan oleh H, influenza, N, meningitidis, S. pneumonia;
infeksi SSP yang disebabkan oleh bakteri anaerob; infeksi riketsia seperti Rocky mountain fever
dan Q fever.

(ISO vol. 51 hal. 106)


Tifus, paratifus dan batuk rejan, herpes zoster, riketsiosis, enterokolitis, ISK, infeksi pada alat-
alat pernafasan, radang paru-paru.

C. Kontra indikasi
Wanita hamil dan menyusui, anak-anak, hipersensitivitas.

D. Efek samping
Mual, muntah, urtikaria, angioedema, gangguan hematologik dan neurologik, rasa terbakar, gray
syndrome.

E. Interaksi obat
Memperpanjang waktu paruh dan meningkatkan kadar fenitoin, dikumarol, tolbutamid,
klorpropamid, dalam serum. Fenobarbital dan rifampisin menurunkan kadar kloramfenikol dalam
serum. Menurunkan respon anemia terhadap asam folat dan vitamin B 12 bila diberi bersama.
Mengantagonis efek bakterisid penisilin.

F. Dosis
(ISO vol. 51 hal 106)
Anak < 1 tahun: sehari 4 x 1 sdt
1-5 tahun: sehari 4 x 2 sdt
(Fornas edisi 2 hal. 66)
3x sehari 1 sendok teh
VII. FORMULASI NASIONAL
A. Formulasi yang ada di buku standar (Fornas edisi II hal. 66)
Tiap 5 mL mengandung:
Chloramphenicoli palmitas setara dengan
Chloramphenicolum 125 mg
Carboxymethylcellulosum natricum 50 mg
Polysorbatum-80 25 mg
Propylenglycolum 1g
Siripus simpleks 1,5 g
Aqua destillata hingga 5 mL

B. Formulasi yang direncanakan

Kloramp. Palmitat 125 mg/5mL (FI V, p. 690)


Glycerin 25% (HOPE, p.283)
Gom Arab 5% (HOPE, p.1)
Sir. Simpleks 10%
perasa, pewarna qs
Aqua ad 60 mL

C. Perhitungan bahan
Perhitungan berdasarkan dari formula yang ada di buku standar
125mL
 Kloramp. Palmitat¿ x 60=1.500 mg=1,5 gram
5 mL
25
 Glycerin = x 60=15 mL
100
5 mL
 Gom Arab = x 60=3 gram
100

10 mL
 Sirup simpleks = x 60=6 mL
100

 Aquadest = 60 - (1,5 + 15 + 3 + 6)
= 60 -–(25,5)
= 34,5 mL

Kelarutan chloramphenicoli palmitas (>10.000) PTL


chloramphenicoli palmitas  >10.000 x 1,5 ¿>15000 mL

Kesimpulan:
Aquadest yang tersedia (dari perhitungan bahan) lebih sedikit daripada yang seharusnya
ada (dari perhitungan kelarutan), sehingga hal itu membuat zat aktif (chloramphenicoli
palmitas) tidak larut dalam air, maka dijadikan sediaan suspensi.

D. Cara kerja
1. Bersihkan alat dan timbang bahan
2. Kalibrasi botol 60 mL
 Masukkan aquadest ke dalam gelas ukur sampai 60 mL
 Kemudian masukkan ke dalam botol
 Tandai botol, sampai habis aquadest yang ada didalam gelas ukur
3. Masukkan gom arab ke dalam lumpang gerus ad halus,lalu tambahkan aquadest
secukupnya gerus ad mucilago
4. Masukkan kloramfenikol palmitat ke dalam lumpang, gerus ad homogen
5. Basahi dengan wetting agent (Gliceryn), gerus halus ad homogen
6. Tambahkan sirup simpleks, gerus ad larut
7. Masukkan ke dalam botol
8. Bilas lumpang dengan aquadest kemudian masukkan ke dalam botol
9. Tambahkan aqudest sampai batas kalibrasi, kocok sampai rata
10. Tambahkan perasa dan pewarna secukupnya,kocok ad homogen
11. Beri etiket pada botol “kocok dahulu sebelum digunakan”

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
dr.Theodorus. 2012. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
Goskonda S. r. 2007. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C.,
Sheskey, P. J., Queen, M. E. (Editor), London, Pharmaceutical Press and American Pharmacist
Assosiation, 754-755
Kasim, Fauzi. 2017-2018. ISO Indonesia Volume 51. Jakarta barat: PT. ISFI
Syamsuni A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

https://www.slideshare.net/mobile/eti_nurfazar/keuntungan-kerugian-sediaan-farmasi

Anda mungkin juga menyukai