Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN

BERBASIS ELEKTRONIK DI RS X KOTA DEPOK


DENGAN MENGGUNAKAN TEORI PERUBAHAN LEWINS

Dyah Fitri Wulandari1 ,Hanny Handiyani2


Universitas Indonesia FIK Magister Kekhususan Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan

Abstract
Background: Nursing documentation in Indonesia is still much in the form of paper
based documentation. Many weaknesses in this documentation model, so it needs to be
innovated by using electronic-based nursing documentation. Problems that occur in RS
X in the development of electronic-based nursing documentation are the factors of
leadership, factors of means and factors of follow-up development of electronic nursing
documentation. Method: In solving this problem, it is recommended to use Lewin's
theory of change which consists of three phases: unfreezing, moving, and refreezing.
Result: Stages of unfreezing: conducting evidence-based and literature review studies
on the importance of electronic documentation, and brainstorming with the nurse actors
change Phase Moving implementing the stages of implementation of electronic
documentation development using the principles of 5 management functions namely
planning, organizing, staffing, leading and controlling. Refreezing stages: provide
supervisors, make Decree of Director and Standard of Operational Procedure about
implementation of electronic-based nursing documentationin X Hospital Depok.
Conclusion: In solving this problem, Lewin's theory of change consists of three pairs,
namely unfreezing, moving, and refreezing.

Keywords: Lewin's Theory of Change, Electronic-Based Nursing Documentation,


Recommendations

PENDAHULUAN yang cukup mahal, sering hilang atau


Dokumentasi keperawatan adalah terselip, memerlukan tempat
setiap catatan baik tertulis maupun penyimpanan yang luas dan menyulitkan
elektronik yang menggambarkan layanan pencarian kembali saat diperlukan.
keperawatan yang diberikan kepada klien (Hadi, 2011). Disamping itu masih
dan dapat digunakan sebagai bukti bagi banyak perawat yang tidak tahu data apa
tenaga yang berwenang. Dokumentasi yang harus dimasukkan dan bagaimana
keperawatan yang berlaku di rumah sakit dokumentasi keperawatan yang benar,
saat ini umumnya dilakukan secara untuk itu perlu adanya inovasi pencatatan
tertulis (paper based documentation). dengan menggunakan pencatatan
Metode ini mempunyai kelemahana yaitu berbasis elektronik. Pencatatan berbasis
memerlukan waktu yang cukup lama elektronik telah lebih dahulu dilakukan
untuk mengisi form yang tersedia, oleh negara negara maju, namun di
membutuhkam biaya percetakan form Indonesia baru dilakukan pada tahun

55
56 Jurnal Keperawatan Global, Volume 4, No 1, Juni 2019, hlm 1-73

2000-an. Dokumentasi keperawatan dari sumber buku dan jurnal, serta


berbasis elektronik ini memberikan deskripsi hasil kunjungan. Metode yang
keuntungan bagi perawat dalam hal digunakan dalam kunjungan ke RS X
waktu pendokumentasian yang lebih adalah wawancara dan observasi.
singkat, keterbacaan data dan kemudahan Wawancara dilakukan kepada jajaran
akses bila dibandingkan dokumentasi direksi, kepala ruangan, perawat
dalam format kertas. Pengembangan pelaksana, dan staf IT RS X. Observasi
dokumentasi keperawatan berbasis dilakukan untuk melihat dokumentasi
elektronik tetap harus memperhatikan keperawatan yang dilakukan perawat di
prinsip kerahasiaan data klien, ruang rawat inap.
komprehensif, akurat, tepat waktu, dan
jelas mengidentifikasi pemberi perawatan HASIL PENELITIAN
sehingga perlu adanya kebijakan dan Berdasarkan hasil wawancara
pedoman yang jelas bagi tenaga perawat dengan jajaran direksi terdiri dari Direktur
dalam menjalankan sistem ini. dan Kepala Bidang Pelayanan yang saat
Di sebuah rumah sakit X di Kota ini juga sebagai plt. Kepala Bidang
Depok, telah dikembangkan aplikasi Keperawatan didapatkan hasil bahwa
dokumentasi berbasis elektronik yaitu jajaran direksi belum yakin bahwa
menggunakan Sistem Informasi dokumetasi elektronik bisa diterima oleh
Keperawatan (SIMPRO) pada tahun 2016. surveyor akreditasi, selain itu mereka
Namun saat ini masih dipakai menganggap belum diperlukan
dokumentasi berbasis kertas. dokumentasi keperawatan elektronik saat
Permasalahan yang ada adalah tidak ini. Apabila hanya perawat saja yang
tersedianya sarana yang memadai, yaitu berubah memakai dokumentasi elektronik
belum adanya server yang cukup maka akan terjadi dualisme bentuk
menampung aplikasi SIMPRO ini, adanya dokumentasi di RS X. Wawancara
survey akreditasi yang membuat jajaran terhadap Kepala Ruangan dan staf dan
direksi keberatan apabila model observasi dokumentasi keperawatan
dokumentasi keperawatan dirubah dari didapatkan data bahwa banyak keluhan
berbasis kertas menjadi berbasis tentang perawat yang lebih sering menulis
elektronik. Selain itu belum dilakukannya dibandingkan waktu memberikan
tindak lanjut dari bidang keperawatan pelayanan ke pasien. Namun dari hasil
terhadap pelaksanaan uji coba aplikasi observasi kelengkapan dokumentasi
SIMPRO ini. Berbagai masalah yang ada keperawatan didapatkan masih banyak
perlu dicari penyelesaiannya agar metode dokumentasi keperawatan yang tidak
SIMPRO yang sudah ada di RS X bisa lengkap, isi dokumentasi keperawatan
segera dipakai sebagai bentuk tidak sesuai dengan kondisi pasien dan
dokumentasi keperawatan. perawat mengeluh banyak sekali format
dokumentasi yang harus diisi, satu dengan
METODE PENELITIAN yang lain mempunyai persepsi yang
Metode yang digunakan dalam berbeda tentang cara penulisan
penulisan manuskrip adalah studi literatur dokumentasi.
Dyah Fitri Wulandari, Pengembangan Dokumentasi Keperawatan 57

Hasil wawancara terhadap staf kekuatan pendorong dan kekuatan


perawat yang telah menikuti pelatihan penahan setara, keadaan ekuilibrium
SIMPRO pada tahun 2016 menghasilkan tercapai. Agar perubahan terjadi, keadaan
data sebagai berikut : perawat merasakan ekuilibrium ini harus terganggu (Bozak,
kemudahan saat mengisi dokumentasi 2003; Kaminski,2011). Hal ini terjadi
keperawatan dengan ketika kekuatan pendorong lebih kuat
menggunakan SIMPRO, dan perawat daripada gaya menahan, atau sebaliknya,
menginginkan SIMPRO dilaksanakan di ketika kekuatanpenahan lebih lemah
ruang perawatan. daripada gaya penggerak (Bozak, 2003;
Hasil wawancara terhadap staf IT Kaminski, 2011)
RS X, didapatkan data bahwa server yang
ada saat ini bisa dipakai hanya untuk PEMBAHASAN
ruang rawat inap saja, dan dipastikan Teori perubahan Lewin terdiri dari
harus bagus koneksi internetnya, supaya tiga tahap: unfreezing, moving, and
dokumentasi berbasis elektronik refreezing(Judge, Timothy A_Robbins,
ini berjalan lancar. 2017). Unfreezing adalah tahap awal
Dalam memecahkan rangkaian proses manajemen perubahan. Pada tahap
masalah diatas digunakanlah metode ini, individu mengenali kebutuhan akan
perubahan menurut Lewin. Model perubahan dan bersiap menghadapi
perubahan Kurt Lewin menawarkan perubahan yang terjadi. Langkah ini sering
pendekatan terstruktur yang dapat menimbulkan perubahan perilaku di antara
membantu perawat mengidentifikasi individu. Bozak (2003) menyatakan
kebutuhan akan perubahan, menavigasi bahwa perasaan tidak nyaman, ketakutan,
melalui proses perubahan, dan mencapai dan kesusahan mungkin dialami selama
tujuan atau hasil yang diinginkan. (Payne, periode ini. Untuk maju ke tahap
2013) Pendekatan Lewin untuk berikutnya, perawat harus mengenali dan
manajemen perubahan sangat bermanfaat menangani secara memadai perilaku ini,
bagi keperawatan. Pendekatan ini juga serta kekuatan resistif lainnya. Selain itu,
dapat membantu perawat dalam perawat perlu menganalisis kekuatan
menganalisis proses perubahan dan dalam pendorong untuk menentukan apakah
mengidentifikasi kekuatan yang mereka lebih hebat daripada kekuatan
mendukung atau menolak perubahan (G penahan. Mendidik individu mengenai
Bozak, 2003). Lewin mengidentifikasi motif perubahan dapat meningkatkan
kekuatan ini sebagai kekuatan pendorong kekuatan kekuatan pendorong dan
dan kekuatan penahanan.(Kaminski, memfasilitasi transisi dari tahap pertama
2011). Menurut Kaminski (2011), ke tahap kedua model Lewin (Bozak,
kekuatan pendorong memulai perubahan 2003; Kaminski, 2011)
dan membantu organisasi mencapai tujuan Langkah kedua dari proses
yang mereka inginkan. Kekuatan penahan, perubahan dikenal sebagai bergerak
di sisi lain, adalah kekuatan statis yang (moving) (Bozak, 2003; Kaminski,
melawan kekuatan pendorong dan 2011). Pada titik ini, strategi manajemen
mencegah terjadinya perubahan.Bila perubahan harus diarahkan untuk
58 Jurnal Keperawatan Global, Volume 4, No 1, Juni 2019, hlm 1-73

memperkuat kekuatan pendorong atau dapat dipetakan sebagai berikut: untuk


melemahnya kekuatan penahanan yang kekuatan penahan dari kalangan direksi,
dihadapi oleh organisasi. Selain itu, perlu untuk kekuatan pendorong dari kalangan
dilakukan inisiatif untuk mendorong kepala ruangan dan staf keperawatan
individu bahwa perubahan diinginkan sebagai kekuatan pendorong.
akan membawa perubahan organisasi yang Setelah semua kekuatan
positif. Individu yang memahami manfaat ini teridentifikasi, perawat harus
ini lebih cenderung mendukung perubahan melanjutkan untuk mengembangkan
yang diajukan dan secara aktif terlibat sebuah rencana untuk memperkuat
dalam aktivitas yang mendorong kekuatan pendorong dan melemahkan atau
perubahan ke depan dan justru menghilangkan kekuatan penahan. .
menyebabkan perubahan terjadi (Judge, Bozak (2003) mengidentifikasi
Timothy A_Robbins, 2017). Langkah kekuatan pendorong yang berkaitan
ketiga, dan terakhir dari proses Lewin dengan penerapan dokumentasi elektronik
adalah refreezing. Pada langkah ini, meliputi: keinginan untuk memperbaiki
ekuilibrium telah berhasil dicapai. metode dokumentasi, kepercayaan bahwa
Akibatnya, perubahan dimasukkan ke dokumentasi elektronik akan memfasilitasi
dalam prosedur dan aktivitas rutin di akses terhadap informasi klinis yang
dalam organisasi. Untuk mencegah akurat dan komprehensif, pengalaman
individu mengalami kemunduran ke sebelumnya dengan komputer, dan sikap
keadaan sebelumnya, sangat penting untuk positif terhadap komputerisasi. Kekuatan
terus mempertahankan dan mengevaluasi pendorong potensial lainnya meliputi:
kembali perubahan yang telah ada Hal ini pelatihan yang memadai, manajemen yang
dapat dicapai melalui penggunaan mendukung, keinginan untuk memperluas
mekanisme pendukung seperti kebijakan, pengetahuan pribadi, sumber keuangan
penghargaan, pendidikan dan pelatihan, yang memadai, dan budaya organisasi
serta kompetensi antar ruangan yang positif. Oleh karena itu kekuatan
(Kaminski, 2011). pendorong harus di kuatkan, dengan
Dari pembahasan teori perubahan melakukan brainstorming untuk meminta
diatas maka dilakukan pemecahan masukan terhadap pelaksanaan SIMPRO
masalah menggunakan metode perubahan ini, dan melakukan pelatihan ulang untuk
Kurt Lewins. Masalah yang teridentifkasi pemakaian SIMPRO.
adalah adanya masalah pada faktor Penelitian tentang self efficasi
pimpinan, faktor sarana dan faktor tindak perawat dalam menggunakan SIMPRO,
lanjut pengembangan SIMPRO. perlu di jadikan pertimbangan dalam
Mengikuti model Lewin, langkah pertama mengembangan aplikasi SIMPRO di RS
dari proses perubahan melibatkan X.(Sartika, Dewi; Hariyati, Tutik Sri;
"unfreezing" perubahan. Untuk mencapai Noviestasari, 2014). Self efficacy perawat
langkah ini, perawat perancang perubahan penting dalam penggunaan SIMPRO
perlu mengidentifikasi dan karena dapat menentukan keberhasilan
memprioritaskan kekuatan pendorong dan penggunaan, meningkatkan kualitas
kekuatan penahan. Dari kondisi di RS X dokumentasi keperawatan dan kualitas
Dyah Fitri Wulandari, Pengembangan Dokumentasi Keperawatan 59

pelayanan keperawatan. Penelitian informatika untuk menjaga komunikasi


fenomenologi ini mengeksplorasi self terbuka dengan staf perawat dan
efficacy perawat dalam penggunaan sistem melibatkan mereka di semua tahap proses
informasi keperawatan (SIMPRO) di perencanaan (Bozak, 2003). Untuk
RSIA Bunda Jakarta. Hal baru yang kekuatan penahan, perlu dilakukan
ditemukan pada penelitian ini yaitu komunikasi yang yang lebih intensif
munculnya kepercayaan diri menggunakan dengan membuat telaah tentang perlunya
SIMPRO dengan faktor faktor sebagai SIMPRO ini. Telah berbasis evidence
berikut adanya keyakinan diri untuk bisa based, dengan menggunakan jurnal jurnal
menggunakan SIMPRO, tertarik terhadap terkait perlu dilakukan.
teknologi SIMPRO, paham terhadap Penelitian yang dilakukan pada
SIMPRO, dan sering menggunakan pelaksanaan SIMPRO di RS Dompet
SIMPRO. Faktor kendala dalam Dhuafa menunjukan hasil sebagai berikut :
menggunakan SIMPRO yaitu terdiri atas terdapat perbedaan kelengkapan dan
kendala terkait perangkat SIMPRO dan waktu pendokumentasian asuhan
kendala dari rekan kerja. Kendala terkait keperawatan yang bermakna antara
perangkat SIMPRO terdiri atas loading sebelum 1,63 (40,75%) dan 472,5 detik
lama, loading error, dan tidak ada sinyal. (7,9 menit): sesudah penerapan SIMPRO
Sedangkan kendala dari rekan kerja, yaitu 3,13 (78,25%) dan 189,88 detik (3,2
rekan kerja malas menggunakan SIMPRO menit). Hasil uji statistik menunjukkan
perlu diantisipasi Direkomendasikan bahwa jenis kelamin (p=0,408 &
kepada perawat untuk meningkatkan self p=0,285), tingkat pendidikan (p= 0,315 &
efficacy melalui mempelajari SIMPRO, p = 0,906). Pengalaman (p= 0,193 & p=
dan mengikuti pelatihan tentang SIMPRO 0,181), kemampuan menggunakan
serta melanjutkan pendidikan agar dapat komputer (p= 0,314 & p= 0,500) tidak
mengoptimalkan peran dan fungsi-fungsi berhubungan dengan kelengkapan dan
manajemen untuk meningkatkan self waktu dokumentasi asuhan keperawatan
efficacy perawat dalam menggunakan setelah penerapan SIMPRO. Demikian
SIMPRO. implikasi hasil penelitian mengenai
Bozak (2003) juga pengaruh penerapan SIMPRO terhadap
mengidentifikasi kemungkinan kekuatan pelayanan keperawatan di RS Dompet
penahanan seperti pelatihan yang tidak Dhuafa (Dwisatyadini, 2014).
memadai, manajemen yang tidak Dalam penelitian lain tentang
mendukung, keengganan untuk optimalisasi kinerja SIMPRO menghasil
mempelajari sesuatu yang baru, sumber data sebagai berikut: hasil riset
keuangan yang tidak mencukupi, dan menyampaikan ada perbedaan kinerja
budaya organisasi yang negatif. Kekuatan sebelum dan sesudah menggunakan
penahanan lainnya meliputi: keinginan SIMPRO yang diidentifikasikan dari
untuk terus menggunakan dokumentasi perbedaan kualitas, kelengkapan,
berbasis kertas, kurangnya pengalaman kesinambungan, bukti aspek legal dan
komputer, dan sikap negatif terhadap fungsi membantu membuat keputusan
komputer. Sangat penting bagi perawat (p=0.001). Ada perbedaan efisiensi waktu:
60 Jurnal Keperawatan Global, Volume 4, No 1, Juni 2019, hlm 1-73

baik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda menunjukkan bahwa bahwa dengan
Jakarta dan RS. Fatmawati (p= 0.01). dokumentasi berbasis elektronik, perawat
Setelah menggunakan SIMPRO waktu memiliki kinerja pendokumentasian baik
yang diperlukan untuk melaksanakan sebanyak 52,6%. (Pramithasari. & Diah,
dokumentasi di RS 2016). Hasil – hasil penelitian di atas bisa
Fatmawati adalah 40.29 menit atau dimasukan dalam telaah pentingnya
25.27% dari total waktu dalam satu shift, penggunaan SIMPRO.
sedangkan di RS Ibu dan Anak Bunda Tahapan pertama dari
Jakarta membutuhkan waktu 24.62 menit model Lewin bisa dilalui apabila
atau 9.60% dari total waktu dalam satu semua skateholder yang ikut berperan
shift. SIMPRO juga mempengaruhi dalam pelaksanaan SIMPRO merasakan
efisiensi biaya, dimana dengan SIMPRO perlu untuk dilakukan perubahan,
dokumentasi tidak setiap waktu harus dan memberikan dukungan penuh
dicetak. SIMPRO menjamin continuity of terhadap SIMPRO ini. Terutama kekuatan
care dari asuhan keperawatan, sebagai penahan yang berubah menjadi kekuatan
bukti aspek legal, membantu mengambil pendorong dalam sebuah proyek
keputusan dan meningkatkan keselamatan perubahan.
pasien. SIMPRO mengefisiensikan waktu Langkah kedua model Lewin
dokumentasi sehingga waktu perawatan melibatkan pembuat rencana perubahan
langsung ke pasien lebih optimal. yang diusulkan pada langkah pertama, dan
SIMPRO juga meningkatkan edukasi benar-benar menerapkan perubahan
kesehatan kepada pasien dan keluarga. tersebut (Bozak, 2003; Kaminski, 2011).
Pada riset ini SIMPRO juga dapat Seperti pada langkah sebelumnya, perawat
meningkatkan peran manajer keperawatan perancang perubahan harus terus
dalam melaksanakan fungsi manajemen berkomunikasi dengan staf perawat dan
terutama pada peran pemberiaan motivasi, mengetahui saran dan pendapat mereka.
pengarahan, evaluasi dan monitoring Informer perawat juga membantu staf
terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan. mengenali manfaat dokumentasi
Dukungan aspek perawat, aspek elektronik. Menurut Bozak (2003),
manajemen dan teknik dapat karyawan lebih cenderung mendukung
mengoptimalkan kinerja SIMPRO perubahan jika mereka memahami
sehingga dapat meningkatkan kualitas manfaat dokumentasi elektronik dan
pelayanan keperawatan. Berdasarkan terlibat aktif selama proses perencanaan
manfaat dari SIMPRO, maka sistem ini dan pelaksanaan. Perawat juga harus terus
dapat direkomendasikan untuk digunakan memantau perubahan perilaku staf dan
di setiap Rumah Sakit serta dapat perilaku selama tahap ini (Bozak, 2003).
mendukung peningkatan kualitas mutu Tidak diragukan lagi, penerapan
pelayanan keperawatan dan kesehatan dokumentasi elektronik akan mengganggu
(Hariyati, 2012). perubahan normal dalam alur kerja, yang
Penelitian lain di sebuah RS dapat menimbulkan perasaan negatif atau
Daerah di Jawa Tengah dengan kondisi perilaku di antara staf. Jika ini terjadi,
yang hampir sama dengan RS X perawat perancang perubahan harus
Dyah Fitri Wulandari, Pengembangan Dokumentasi Keperawatan 61

kembali ke strategi yang digunakan strategi yang akan dipakai dibahas juga
selama tahap unfreezing (Bozak, 2003; dalam perencanaan ini.
Kaminski, 2011). Fungsi berikutnya dalam
Pada tahap ini perawat perancang manajemen keperawatan adalah fungsi
perubahan diharapkan memakai prinsip pengorganisasian yaitu fungsi manajemen
prinsip manajemen keperawatan dalam yang berhubungan dengan mengalokasi
melakukan perubahan. Swansburg (1999) dan mengatur sumber daya untuk
menyatakan bahwa fungsi manajemen menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran
terdiri atas lima fungsi yaitu perencanaan manajer dalam fungsi pengorganisasian
(planning), pengorganisasian adalah menentukan tugas yang akan
(organizing), pengaturan staf (staffing), dikerjakan, individu yang akan
kepemimpinan (leading), dan mengerjakan, pengelompokkan tugas,
pengendalian (controlling). Perencanaan struktur pertanggungjawaban, dan proses
(Planning) merupakan fungsi dasar dari pengambilan keputusan. Manajer
manajemen. Perencanaan dalam bertanggung jawab juga dalam merancang
manajemen keperawatan adalah proses pekerjaan staf yang digunakan untuk
dimana semua manajer perawat mencapai tujuan yang diharapkan. Maka
menggunakan data yang valid dan dapat pada tahapan ini di buatlah deskripsi kerja,
dipercaya untuk mengembangkan objektif penanggung jawab, cara pelaporan, cara
dan menentukan sumber-sumber yang supervisi bagi individu yang terlibat
dibutuhkan dan cetak biru yang digunakan dalam pelaksanaan SIMPRO.
dalam mencapai tujuan. Tujuan utama dari Setelah tahapan pengorganisasian
perencanaan adalah membuat telah berjalan baik, maka fungsi
kemungkinan yang paling baik dalam berikutnya adalah staffing (pengaturan
penggunaan personel, bahan, dan alat staf). Pengaturan staf keperawatan
Swansburg, 1999). Fungsi perencanaan merupakan proses yang teratur, sistematis,
mencakup proses merumuskan sasaran, rasional diterapkan untuk menentukan
membangun strategi untuk mencapai jumlah dan jenis personel keperawatan
sasaran yang telah disepakati, dan yang dibutuhkan untuk melakukan proyek
mengembangkan perencanaan tersebut perubahan. Pada tahapan ini dilakukan
untuk memadukan dan pelaksanaan pelatihan ulang SIMPRO,
mengkoordinasikan sejumlah kegiatan. dilakukan pembagian staf keperawatan
Pada perenecanaaan ini, dilakukan yang ikut pelatihan awal SIMPRO ini,
rencana melakukan sosialisasi untuk dipilih yang bisa menjadi agen perubahan
mendapatkan masukan terkait pelaksanaan di ruang rawat. Pengaturan staf untuk
SIMPRO, pembentukan tim inti SIMPRO, melakukan supervisi terhadap pelaksaan
rencana pelatihan ulang SIMPRO, rencana SIMPRO perlu dilakukan juga, selain itu
pertemuan pertemuan lanjutan, dan koordinasi dengan staf IT RS X juga harus
rencana ruangan yang dijadikan pilot di sepakati di tahap ini.
project, dan rencana penambahan server Fungsi kepemimpian (leading)
untuk tahun depan. Waktu yang adalah fungsi selanjutnya. Kepemimpinan
diperlukan, tujuan yang akan dicapai dan merupakan proses mempengaruhi
62 Jurnal Keperawatan Global, Volume 4, No 1, Juni 2019, hlm 1-73

kelompok untuk menentukan dan ini perawat perancang perubahan


mencapai tujuan. Kepemimpinan mengadakan rapat rapat evaluasi sesuai
difokuskan kepada gaya kepemimpinan yang telah di rencanakan. Rapat evaluasi
situasi kemungkinan dan faktor-faktor dilakukan untuk lebih menyempurnakan
seperti manusia, pekerjaan, situasi, pelaksanaan SIMPRO di ruang rawat,
organisasi, dan faktor-faktor lingkungan. mengevaluasi apakah tujuan yang di
Manajer perawat dalam fungsi ini rencanakan sudah tercapai, dan tindak
berperan untuk merangsang motivasi lanjut yang akan dilakukan setelah tujuan
dengan mempraktikkan fungsi tercapai. Sehingga pelaksaan SIMPRO
kepemimpinan karena perilaku motivasi dapat berjalan lancar dan bisa berlanjut
merupakan promosi, autonomi, membuat menjadi model dokumentasi keperawatan
keputusan, dan manajemen partisipasi di RS X. Begitu peserta perubahan telah
(Swansburg, 1999). Pada tahap ini perawat menerima dan berhasil beralih dari kertas
perancang berubahan harus meningkatkan ke dokumentasi elektronik, organisasi
motivasi para peserta perubahan, dengan dapat melanjutkan ke tahap akhir model
berbagai cara antara lain, mendampingi Lewin.
saat proses perubahan dilakukan, Pada tahap ini, RS X akan
melakukan promosi kegiatan perubahan ke menggunakan sistem komputerisasi untuk
seluruh komponen rumah sakit (termasuk secara elektronik dalam melakukan
kepada pimpinan rumah sakit), membantu dokumentasi pelayanan keperawatan.
menyelesaikan masalah masalah yang Tahap refreezing adalah waktu untuk
timbul dan apabila memungkinkan menstabilkan dan mengevaluasi kembali
memberikan penghargaan terhadap para perubahan tersebut ke dokumentasi
peserta perubahan yang aktif melakukan elektronik (Bozak, 2003). Perawat
kegiatan ini. perancang perubahan dapat
Fungsi akhir dari manajemen mempertahankan perubahan ini dengan
adalah pengendalian atau pengevaluasian memberi staf pelatihan lanjutan dan
(controlling) Pengendalian atau dukungan yang terus menerus. Untuk
pengevaluasian adalah suatu fungsi yang proyek SIMPRO ini, penting untuk
terus menerus dilakukan oleh manajer memiliki teknologi informasi yang
keperawatan yang terjadi selama tersedia sepanjang waktu untuk mengatasi
perencanaan, pengorganisasian, dan masalah dan masalah umum terkait sistem
pengerahan aktivitas. Melalui prsoses ini komputerisasi. Supervisor juga harus
standar dibuat dan kemudian digunakan, tersedia untuk mendukung staf dan
diikuti umpan balikyang menimbulkan memberikan pelatihan komprehensif untuk
perbaikan (Swansburg, 1999). Fungsi karyawan baru. Selain itu, kebijakan
pengendalian adalah fungsi yang berbentuk Surat Keputusan Direkturdan
digunakan untuk memantau dan mengatur Standar Prosedur
perencanaan, proses, dan sumber daya Operasional (SPO) harus tersedia untuk
manusia yang efektif dan efisien untuk membantu staf dalam proses dokumentasi
mencapai tujuan-tujuan yang telah (Kaminski, 2011). Evaluasi berkelanjutan
direncanakan sebelumnya. Pada tahapan juga penting untuk menentukan apakah
Dyah Fitri Wulandari, Pengembangan Dokumentasi Keperawatan 63

sistem dokumentasi ini sudah memenuhi Terhadap Kelengkapan dan


standar profesional, akreditasi dan Efisiensi Waktu Dokumentasi
organisasi, atau jika ada perubahan Keperawatan di Instalasi Rawat
tambahan yang perlu dilakukan untuk Jalan RS RST
memperbaiki metode dokumentasi Dompet Dhuafa
elektronik ini lebih lanjut. Parung.(Unpublished doctoral
master thesis). Universitas
KESIMPULAN Indonesia, Jakarta
Kesimpulan: G Bozak, M. (2003). Using Lewin’s Force
Dokumentasi keperawatan yang Field Analysis in
berlaku di rumah sakit saat ini umumnya Implementing a Nursing
dilakukan secara tertulis (paper based Information System. Computers,
documentation). Metode ini mempunyai informatics, nursing : CIN (Vol.
kelemahan yaitu memerlukan waktu yang 21).
cukup lama untuk mengisi form yang https://doi.org/10/1097/00024665-
tersedia, membutuhkam biaya percetakan 200303000-00008
form yang cukup mahal, sering hilang atau Hadi, S. (2011). Analisis Kebutuhan
terselip, memerlukan tempat penyimpanan Rencana Pengembangan Dokumentasi
yang luas dan menyulitkan pencarian Asuhan
kembali saat diperlukan. Diperlukan Keperawatan Elektronik Di
inovasi dokumentasi keperawatan dengan Rumah Sakit Umum Dr.
menggunakan dokumentasi berbasis Kanujoso Djatiwibowo
elektronik. Dokumentasi keperawatan Balikpapan. (Unpublished
berbasis elektronik ini memberikan doctoral master thesis).
keuntungan bagi perawat dalam hal waktu Universitas Gajah Mada,
pendokumentasian yang lebih singkat, Yogyakarta.
keterbacaan data dan kemudahan akses Hariyati, R. T. S. (2012). Optimalisasi
bila dibandingkan dokumentasi dalam Kinerja Sistem Informasi
format kertas. Manajemen Keperawatan
Masalah yang terjadi di RS X Berbasis Model Simpro.
dalam pengembangan dokumentasi (Unpublished doctoral
keperawatan berbasis elektronik adalah dissertation thesis). Universita
faktor pimpinan, faktor sarana dan faktor Indonesia, Jakarta.
tindak lanjut pengembangan SIMPRO. Judge, Timothy A_Robbins, S. P. (2017).
Dalam menyelesaikan masalah ini, Organizational Behavior.
th
digunakan teori perubahan Lewin yang 17 edition. Boston:
terdiri dari tiga tahap yaitu unfreezing, Pearson
moving, and refreezing. Education Limited.
Kaminski, J. (2011). Theory applied to
DAFTAR PUSTAKA informatics – L i ’ h Theory.
Dwisatyadini, M. (2014). Canadian Journal of Nursing
Pengaruh Penerapan Simpro Informatics, 6(c), 4–7.
64 Jurnal Keperawatan Global, Volume 4, No 1, Juni 2019, hlm 1-73

https://doi.org/http://cjni.net/journ
al/?p=967
Payne, S. (2013). The Implementation of
electronic clinical documentation
usi L i ’ ch management
theory. Canadian Journal
of Nursing Informatics,
1–8. Retrieved from
http://search.proquest.com/openvi
ew/bf426131labdfabfec6460259d
36265b7/1?
pqorigsite=gscholar&cbl=2026675
%
5Cnpapers3://publication/uuid/6A
FC8D39-B165-46C9-B94E-
05C9631D4BB0
Pramithasari., & Diah, I.
(2016). Gambaran kinerja perawat
dalam mendokumentasikan
asuhan keperawatan berbasis
komputer.
Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 1(1). Retrieved
from journal.um-surabaya.ac.id
Sartika, Dewi; Hariyati , Tutik Sri;
Noviestasari, E. (2014). Self
Efficacy Perawat Dalam
Penggunaan Sistem Informasi
Keperawatan Di Rsia Bunda
Jakarta: Studi Fenomenologi.
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume
17. Swansburg, R. J.
(1999). Introduction to
Management and Leadership for
Nurse Manager (2 nd edition).
Boston: Jones and Barlett
Publishers.

Anda mungkin juga menyukai