Medium ialah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (zat makanan) yang
dipakai untuk menumbuhkan mikroba termasuk bakteri patogen tanaman. Selain itu,
menumbuhkan mikrobia medium dapat digunakan pula untuk isolasi,
memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba.
Medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul
rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan
molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar
makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Label,
2008).
Menurut susunannya, medium dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu medium
alam, medium semisintetik, dan medium sintetik. Medium alam adalah medium yang
komposisi nutrisinya tidak dapat diketahui dengan pasti setiap waktu karena dapat
berubah-ubah dalam bahan yang digunakan dan tergantung dari asalnya. Sedangkan
untuk medium semisintetik, selain digunakan bahan alami, digunakan pula zat-zat
kimia yang komposisinya dapat diketahui dengan tepat. Medium sintetik adalah
medium yang komposisi dan konsentrasinya diketahui dengan tepat sehingga dapat
diulang secara tepat. Medium ini biasanya dibuat dari bahan-bahan kimia yang
kemurniannya tinggi (Label, 2008).
Menurut tujuan penggunaannya, medium dapat dibagi menjadi medium
umum, medium selektif, dan medium diferensial. Medium umum atau serbaguna
adalah medium yang mengandung kebutuhan pokok dan penunjang pertumbuhan
mikroorganisme tertentu. Medium selektif adalah medium yang dimodifikasi dengan
menambah zat penghambat sehingga pertumbuhan jenis mikroorganisme tertentu
dibatasi. Medium diferensial adalah medium yang mengandung zat-zat kimia tertentu
yang memungkinkan pengamat membedakan berbagai tipe dari satu mikroorganisme
karena dalam medium ini dihasilkan ciri khas, bentuk dan warna koloni dari suatu
spesies mikroorganisme dan dapat dijadikan ciri pembeda dari spesies lainnya.
Medium selektif disebut juga dengan medium diferensial yang bertujuan untuk
membedakan jenis bakteri dan untuk melihat karakteristik bakteri (Juariah & Yanti,
2016).
Berdasarkan konsistensinya, medium dapat dibagi menjadi medium padat,
setengah padt dan medium cair. Medium cair dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti pembiakan mikroorganisme dalam jumlah besar, penelaahan
fermentasi, dan berbagai macam uji. Medium padat biasanya digunakan untuk
mengamati penampilan atau morfologi koloni dan mengisolasi biakan murni.
Medium setengah padat digunakan untuk menguji ada tidaknya mortalitas dan
kemampuan fermentasinya (Label, 2008).
PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan media yang sangat umum yang
digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir.
Komposisi Potato Dextrose Agar ini terdiri dari bubuk kentang, dextrose dan juga
agar. Bubuk kentang dan juga dextrose merupakan sumber makanan untuk jamur dan
khamir. Potato Dextrose Agar juga bisa digunakan untuk menghitung jumlah
mikroorganisme menggunakan metode Total Plate Count. Perindustrian seperti
industri makanan, industri produk susu dan juga kosmetik menggunakan PDA untuk
menghitung jumlah mikroorganisme pada sample mereka, karena fungsinya yang
dapat mengembangbiakkan jamur, sekarang ini PDA juga banyak digunakan oleh
pembudidayan jamur seperti jamur tiram. Kondisi pH yang rendah (sekitar 3,5) dapat
digunakan untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit jamur, biasanya pembudidaya
mengaturnya dan juga menambahkan asam atau antibiotik untuk menghambat
terjadinya pertumbuhan bakteri (Sugianto, 2012).
Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup,
dalam hal ini (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, dan virus) yang terdapat dalam
semua benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik untuk
membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi ini bertujuan untuk
menjamin sterilitas produk maupun karakteristik kualitas sediannya, termasuk
kestabilan yang dimiliki oleh produk yang dihasilkan. Agen kimia untuk sterilisasi
disebut sterilant. Proses sterilisasi merupakan hal yang paling utama dalam
menentukan kesterilan dari sediaan akhir yang nantinya akan dibuat, sehingga perlu
dilakukan metode sterilisasi yang tepat dan sesuai dengan sifat masing-masing
bahan, alat serta wadah yang digunakan untuk proses sterilisasi (Tipnis & Burgess,
2017).
Sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu, secara mekanik, fisik dan
kimiawi. Secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0,22 mikron untuk bakteri dan 0,45 mikron untuk yeast) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Sterilisasi mekanik digunakan untuk alat dan bahan
yang tidak tahan oleh panas. Sterilisasi fisik dapat dilakukan dengan pemanasan atau
penyinaran. Pemanasan dapat dibagi menjadi pemijaran (dengan api langsung) dan
digunakan untuk alat yang tahan panas, panas kering untuk alat yang terbuat dari
kaca, uap air panas menggunakan arnold steam sterilizer, dan uap air panas
bertekanan menggunakan autoklaf. Sedangkan pada penyinaran dapat menggunakan
sinar ultra violet (UV). Serta sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan
senyawa desinfektan antara lain alkohol (Irianto, 2006).
Mahalnya harga media instant yang mencapai Rp 500.000,- hingga Rp
1.500.000,- setiap 500 g serta melimpahnya sumber alam yang dapat digunakan
sebagai media pertumbuhan mikroorganisme mendorong para peneliti untuk
menemukan media alternatif dari bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak
memerlukan biaya yang mahal dan sekaligus dapat mengurangi keseluruhan biaya
yang harus dikeluarkan dalam penelitian. Komposisi PDA salah satunya adalah
ekstrak kentang yang merupakan sumber karbohidrat, sehingga dilakukan alternatif
yang komposisinya hampir sama dengan kentang, yakni dengan menggunakan
singkong (Manihot esculenta Crantz). Umbi singkong merupakan sumber energi
yang kaya karbohidrat. Selain umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan
dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada
kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida (Sadjad, 2000).
Singkong (Manihot esculenta Crantz) memiliki jumlah karbohidrat sebanyak
34,00 g sebagai sumber energi, sedangkan kentang memiliki jumlah karbohidrat
sebanyak 19,10 g (Hidayat, 2009). Sehingga dapat diketahui bahwa jumlah
karbohidrat pada singkong (Manihot esculenta Crantz ) lebih banyak daripada
kentang. Sumber karbohidrat lain seperti singkong (Manihot esculenta Crantz) juga
memiliki berbagai nutrisi cukup sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai
media pertumbuhan jamur (Octavia & Wantini, 2016).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum acara praktikum kali ini adalah
beaker glass, hotplate & stirer, gelas ukur, timbangan analitik, erlenmeyer dan
autoklaf.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kentang,
dekstrose, agar, akuades dan PDA instan.
B. Metode
Ekstra kentang
Disaring dengan
kain kasa
Kentang 200 gr Ekstra kentang ditambahkan
dipotong dadu Kentang direbus dengan dekstrosa 20 g, agar 15 g
500 ml akuades hingga Ditambah akuades hingga 1 liter,
didapat ekstra lalu dihomogenkan
2. +
+
A. Hasil
Tabel 4.1. Alat dan Bahan pada Pembuatan Medium PDA
No. Nama Gambar Fungsi
1. Beaker glass Untuk menampung cairan
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya praktikan melakukan
perlakuan.
DAFTAR REFERENSI
Hidayat, N., Padaga, M. C. & Suhartini, S., 2006. Mikrobiologi Industri. Andi:
Yogyakarta.
Irianto, K., 2006. Mikrobiologi Jilid 1. Bandung. Yrama Widya.
Kusnadi, P., 2003. Mikrobiologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Label, J., 2008. Mikrobiologi : Pembuatan Medium. Jakarta. Erlangga.
Sugianto, 2012. Pembuatan Medium. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Hadioetomo, R., 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi
Industri. Jakarta. Gramedia.
Juariah, & Yanti, N., 2016. Identifikasi Salmonella Sp. pada Telur Asin yang Dijual
di Beberapa Pasar Kota Pekanbaru. Jurnal Sains Dan Teknologi
Laboratorium Medik , 1(1), pp.2-11.
Pratiwi, S., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Saputri, R., Syauqi, A. & Santoso, H., 2019. Penambahan Nutrisi Potato Dextrose
Agar Pada Pembuatan Starter Mikroorganisme Jamur Dengan Bahan Baku
Tepung Beras. Biosaintropis, 4(2), pp.40-45.
Schlegel, H. G. & Schmidt, K., 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press.
Suriawiria, U., 2005. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.
Sutedjo, 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tipnis, N. P. & Burgess, D. J., 2017. Sterilization of Implantable Polymer-Based
Medical Devices : A review. International Journal of Pharmaceutics,
544(2), pp.455-460.
Octavia, & Wantini., 2016. Perbandingan Pertumbuhan Jamur Aspergillus Flavus
Pada Media PDA (Potato Dextrose Agar) dan Media Alternatif Dari
Singkong (Manihot Esculenta Crantz. Jurnal Analis Kesehatan, 6(2),
pp.625-31.
.
LAMPIRAN