Anda di halaman 1dari 24

PENDIDIKAN PADA MASA

SAHABAT DAN PARA TABIIN


Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Ushul Tarbawiyah
Dosen Pengampu : Maryam Abdul Mughini, M.E.M

Disusun oleh :

1. Gina Amalia (1908105093)


2. Nisa Azka Nurkhomsa. (1908105099)
3. Lia Amalia (1908105102)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2020 M / 1441 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ushul Tarbawiyah ini tepat
pada waktunya. Dengan pertolongannya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Sholawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada jungjungan kita baginda
Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di yaumul akhir nanti.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok semester dua. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Pendidikan pada masa sahabat dan para tabiin” bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Umi Maryam, selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terima Kasih.

Cirebon, 22 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Khulafaur Rasyidin........................................................... 3
2.2 Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin ................. 3
2.3 Lembaga Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin ....................... 13
2.4 Kurikulum Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin .................... 15
2.5 Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Tabiin .................................... 15
2.6 Masa Kejayaan Pendidikan Islam..................................................... 17
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan ......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa perkembangan dan pertumbuhan islam berlangsung pada masa
khulafaur rosyidin ( Abu Bakar, Umar, Usman, Ali ) yang di warnain dengan
perkembangan ilmu-ilmu naqliah. Pendidikan Islam bukan sekedar “Transfer of
Knowledge” ataupun “Transfer Oftraining“, tetapi lebih merupakan suatu sistem
yang ditata di atas pondasi keimanan dan kesalehan, suatu sistem yang terkait
secara langsung dengan Tuhan. Pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan
dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai
Islam.
Setelah nabi wafat, sebagai pemimpin umat islam abu bakar as-sidiq sebagai
khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah nabi wafat untuk
menggantikan nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagi pemimpin agama dan
pemerintahan. Pelaksanaan pendidikan islam pada masa khulafaur rosidin ini
adalah sama dengan pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik
materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau
keimanan, akhlaq, ibadah, kesehatan dan lain sebagainya. Dari sini kita dapat
mengetahui metode dan perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur
rasidin
.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimana Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin?
3. Apa Saja Lembaga Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin?
4. Apa Saja Kurikulum Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin?
5. Bagaimana Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Tabiin?
6. Kapan Masa Kejayaan Pendidikan Islam?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Khulafaur Rasyidin
2. Mengetahui Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin
3. Mengetahui Lembaga Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
4. Mengetahui Kurikulum Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
5. Mengetahui Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Tabiin
6. Mengetahui Masa Kejayaan Pendidikan Islam

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Khulafaur Rasyidin.


Khulafaur Rasyidin adalah berasal dari kata “Khulafa” dan “Ar-Rasyidin”
kata “Khulafa” merupakan bentuk jamak dari kata “Khulafah” kata ini dalam
bahasa arab megandung pengertian cerdik, pandai dan mengganti, sedangkan kata
“Ar-Rasyidin” merupakan bentuk jamak dari kata “Rosyada” yang mengandung
pengertian lurus, benar dan mendapat petunjuk. Dari pengertian diatas maka
dapatlah kita mengambil pengertian, bahwa pengertian khulafaurrasyidin adalah
Pengertian yang cerdik dan benar serta senantiasa mendapat petunjuk. Adapun yang
dimaksud dari kata “khulafaurrasyidin” disini adalah para pemimpin pengganti
Rasulullah dalam urusan kehidupan kaum muslimin yang sangat adil dan bijaksana,
pandai, husni dalam menjalankan tugasnya senantiasa berjalan pada jalur yang
benar serta senantiasa mendapat hidayah dari Allah SWT.
Para pemimpin Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang sahabat
Rasulullah yaitu :
1. Abu Bakar Shiddiq
2. Umar Bin Khattab
3. Utsman Bin Affan
4. Ali Bin Abi Thalib
Periode Khulafa‟ur Rasyidin ini merupakan periode penyiaran Islam yang
sangat berhasil, sehingga Islam mulai tersiar di luar jazirah Arabia.

2.2 Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin


Pada masa-masa Khulafa al-Rasyidin sebenarnya telah ada tingkat
pengajaran, hampir seperti masa sekarang, tingkat pertama ialah kuttab, tempat
anak-anak belajar menulis dan membaca/menghafal al-Qur’an serta belajar pokok-
pokok Agama Islam. Setelah tamat al-Qur’an mereka meneruskan pelajaran ke
masjid. Pelajaran di masjid ini terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi.
Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar,
sedangkan pada tingkat tinggi gurunya ulama yang dalam ilmunya dan
masyhur kealiman dan kesalehannya.

3
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang demi
seorang baik di Kuttab atau di masjid pada tingkat menengah. Pada tingkat tinggi
pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang dihadiri oleh pelajar
bersama-sama. Ilmu-ilmu yang diajarkan pada kuttab pada mulanya adalah dalam
keadaan sederhana yaitu belajar membaca dan menulis, membaca al-Qur’an dan
menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama Islam seperti cara berwudu’,
shalat, puasa dan sebagainya.

1. Pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Sidiq (632-634 M)/(11-13 H)


a. Kondisi Masyarakat
Masa awal kekhalifahan Abu Bakar, diguncang pemberontakan oleh
orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-
orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar
memusatkan perhatiannya untuk memerangi para pemberontak yang dapat
mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang-orang Islam awam untuk
menyimpang dari ajaran Islam.
Untuk menghadapi para pemberontak, Abu Bakar bermusyawarah
dengan para sahabat dan kaum muslimin. Dalam musyawarah tersebut
diputuskan bahwa semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran
harus diperangi, sehingga mereka semua kembali kepada kebenaran.
Abu Bakar mengirim pasukan untuk menumpas para pemberontak di
Yamanah. Dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, yang
terdiri dari sahabat dekat Rasulullah Saw dan para hafiz al-Qur’an. Oleh
karena itu, Umar bin Khatab menyarankan kepada Abu Bakar untuk
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam merealisasikan saran tersebut,
Abu Bakar mengutus Zait bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-
Qur’an yang masih berserakan.
b. Kepemimpinan Abu Bakar As-Shidiq
Abu Bakar As-Shidiq merupakan sahabat Rasulullah SAW yang lahir
pada tahun 573 Masehi. Ayah beliau bernama Abu Kuhafah (Ustman) yang
berasal dari kaum Quraisy. Sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair

4
Salamah. Abu Bakar diberi gelar Asshiddiq karena amat segera membenarkan
Rasul dalam berbagai macam peristiwa, terutama peristiwa isra’ mi’raj.
Abu Bakar merupakan orang yang pertama masuk Islam ketika agama
ini mulai didakwahkan. Baginya tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran
yang dibawa oleh Rasulullah Saw dikarenakan sejak kecil beliau telah
mengenal keagungan Nabi Muhammad Saw. Setelah masuk Islam, ia tidak
segan untuk menumbuhkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam.
c. Sistem Pendidikan era Abu Bakar As-Shidiq
Pelaksanaan pendidikan Islam pada masa khalifah Abu Bakar
Asshidiq hampir sama dengan pendidikan Islam yang dilaksanakan pada
masa Rasulullah Saw, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan islam, terdiri atas:
1) Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib
disembah adalah Allah SWT.
2) Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun dalam
bertetangga, bergaul dalam masyarakat, dan lain sebagainya.
3) Pendidikan ibadah, seperti pelaksanaan shalat, puasa, zakat, dan haji.
4) Pendidikan kesehatan, seperti kebersihan, gerak-gerik dalam sholat
merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.
Walaupun lembaga pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar masih
seperti lembaga pendidikan pada masa Rasulullah, akan tetapi dari segi
kuantitas maupun kualitas sudah banyak mengalami perkembangan. Adapun
lembaga-lembaga tersebut meliputi:
1) Kutab
Kutab/ maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang
artinya menulis. Maka kutab/ maktab adalah tempat menulis, atau tempat
di mana dilangsungkannya kegiatan tulis menulis. Pada mulanya,
pendidikan kutab berlangsung di rumah-rumah para guru. Akan tetapi,
setelah agama mulai berkembang secara luas, institusi kutab pun
mengalami perkembangan yang cukup berarti, sehingga ada yang mampu
menyediakan fasilitas asrama dan akomodasi bagi para muridnya.

5
2) Masjid
Masjid merupakan lembaga pendidikan lanjutan setelah anak-anak tamat
belajar pada kutab. Di masjid ini ada dua tingkat pendidikan, yaitu
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Yang membedakan antara
kedua tingkatan tersebut adalah bahwa pada tingkat menengah, gurunya
belum mencapai status ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi, para
pengajarnya adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam
dan integritas kesalehan dan kealiman yang diakui oleh masyarakat.
Menurut Ahmad Syalabi, lembaga untuk belajar membaca menulis ini
disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk
setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa kuttab
didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat
pembelajaran pada masa itu adalah Madinah, sedangkan yang bertindak
sebagai para pendidik adalah para sahabat Rasul yang terdekat.
Metode yang di gunakan pada masa abu bakar yaitu :
1) Membaca dan menulis
2) Menghafal AL-Quran
3) Mempelajari pokok-pokok ajaran islam dengan praktik , seperti cara
wudhu,shalat, dan sebagainya.

2. Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab(634-644 M)/(13-24)


a. Kepemimpinan Umar Bin Khatab
Pada masa kepemimpinan Umar bin Khatab, situasi politik dalam
keadaan stabil. Banyak terjadi penaklukan wilayah yang semula kafir,
menjadi wilayah-wilayah Islam. Bahkan Persia dan Romawi yang kala itu
merupakan dua kerajaan adidaya, tunduk di bawah pemerintahan Islam.
Umar bin Khatab menjalankan semua aktivitas dan kebijaksanaannya
dengan adil. Ia tidak melihat satu orang pun yang punya kelebihan di atas
yang lain, kecuali karena taqwa. Yang mengagumkan, ia pun hanya
menempatkan dirinya sebagai bagian dari umat Islam, yang justru dibebani
untuk melayani mereka. Ia memposisikan dirinya sebagai orang yang
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan keadaan mereka. Ia

6
memberikan perlakuan yang sama baik saat menghadapi raja ataupun pekerja
biasa. Ia akan bersikap sama kepada pembantu dan majikan.
Politik kepemimpinannya melihat umat berkedudukan sama. Bahkan
Umar sangat mungkin mendahulukan anak yang masih kecil, jika anak
tersebut punya ilmu dan kecerdasan. Sebaliknya, ia akan mengakhirkan orang
besar, karena ia tak punya ilmu pengetahuan.

b. Pendidikan era Umar bin Khatab


Meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluas pula kehidupan
masyarakat dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan
manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian. Meluasnya kekuasaan
Islam mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar. Mereka yang
baru menganut agama Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-
sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi
mobilitas penuntut ilmu agama dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah,
sebagai pusat agama Islam. Gairah menuntut ilmu agama Islam inilah yang
kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin ilmu
keagamaan.
1) Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan pada masa khalifah Umar bin Khatab sama
dengan masa Abu Bakar Asshidiq. Akan tetapi, dari segi kemajuan
lembaga, masa Umar bin Khatab mengalami kemajuan pesat, sebab
kondisi pemerintahannya dalam keadaan stabil dan aman. Hal ini
menyebabkan ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan, dan juga
terbentuknya pusat-pusat pendidikan di berbagai kota.
Pendidikan pada masa Umar berada di bawah pengaturan Gubernur.
Di samping itu, kemajuan dalam bidang pendidikan juga terdapat
kemajuan di berbagai bidang, seperti pos pengiriman surat, kepolisian,
baitul mal, dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada waktu
itu diambilkan dari hasil yang dikelola daerah yang ditaklukkan dan dari
baitul mal.

7
2) Materi Pendidikan
Materi pendidikan pada masa Umar bin Khatab adalah materi pada
kutab masa Abu Bakar. Di samping itu, materi yang diajarkan ditambah
dengan beberapa mata pelajaran dan keterampilan. Ketika Umar bin Khatab
diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada pendidik agar anak-
anak diajarkan: (1) berenang; (2) mengendarai unta; (3) memanah; dan (4)
membaca dan menghafal syair-syair. Adapun materi pendidikan pada
tingkat menengah dan tinggi terdiri dari al-qur’an dan tafsirnya, hadist dan
mengumpulkannya, serta fiqh.
Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab juga sudah mulai
nampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukan harus
belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini
sudah terdapat pengajaran bahasa Arab.
3) Pendidik
Pada masa khalifah Umar, yang menjadi pendidik adalah beliau
sendiri, serta guru-guru yang beliau angkat. Umar merupakan seorang
pendidik yang sering melakukan penyuluhan pendidikan di Kota Madinah.
Beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar, serta
mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang
ditaklukkan tersebut. Beliau juga menunjuk di antara sahabat-sahabat
menjadi pendidik ke daerah yang baru ditaklukkan tersebut, seperti
Abdurrahman In Ma’qal dan Imran Ibn al-Haim di Basyrah, Abdurrahman
Ibn Ghannam di Syiria, dan Hasan Ibn Abi Jabalah di Mesir.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, pendidikan juga tidak jauh
berbeda dengan masa sebelumnya, Pola penddidikan dimasa ini mengalami
perkembangan. Khalifah saat itu sering mengadakan penyuluhan
(pendidikan) di kota Madinah. Beliau juga menerapkan pendidikan di
Masjid-masjid dan mengangkat guru dari sahabat-sahabat untuk tiap-tiap
daerah yang ditaklukkan. Mereka bukan hanya bertugas mengajarkan al-
Quran, akan tetapi juga dibidang Fiqih. Adapun tenaga pengajar sebagian
besar adalah para sahabat yang senior, antara lain Abdurrahman bin Ma’qal

8
dan Imran bin al-Hasyim (di Bashrah), Abdurrahman bin Ghanam (di
Syiria), Hasan bin Abi Jabalah (di Mesir).
Pendidikan dikelola di bawah pengaturan Gubernur yang berkuasa
saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos,
kepolisian, baitulmal, dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik
pada waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.
Pada masa khalifah Umar sahabat-sahabat besar yang lebih dekat
kepada Rosulullah dan memiliki pengaruh besar, dan pendidikan Islam
terpusatkan di Madinah sehingga kota tersebut pada waktu itu menjadi pusat
keilmuan Islam. Meluasnya kekuasaan Islam mendorong
kegiatan pendidikan Islam bertambah besar karena mereka yang baru
menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat yang
menerima langsung dari Nabi SAW. Khususnya menyangkut Hadist Rosul
yang merupakan salah satu sumber agama yang belum terbukukan dan
hanya dalam ingatan para sahabat.
Materi pendidiakan islam yang diajarkan pada masa khulafaur
rasyidin sebelum masa Umar bin khattab, untuk pendidikan dasar:
1) Membaca dan menulis
2) Membaca dan menghafal al-qur’an
3) Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shoum, dan
sebagainya
Ketika Umar bin khattab diangkat menjadi khalifah ia
menginstruksikan kepada penduduk agar anak-anak diajari
1) Mengendarai unta,
2) Memanah, membaca
3) Menghafal syair-syair yang mudah dan pribahasa.
Sedangakan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi
terdiri dari:
1) Al-qur’an dan tafsirnya
2) Hadis dan pengumpulannya
3) Fiqh.

9
3. Pada Masa Khalifah Ustman bin Affan (23-35 H/644-656 M)
Pada masa kholifah Utsman bin affan, pelaksanaan pendidikan islam
tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa hanya
melanjutkan yang telah ada.namun ada sedikit terjadi perubahan yang mewarnai
pendidikan islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah
yang tidak di perbolehkan meninggalkan Madinah di masa Umar, di beri
kelonggaran untuk keluar daan menetap di daerah yang mereka sukai. Kebijakan
ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
Sehingga para peserta didik lebih mudah dalam menuntut dan belajar ilmu.
Kholifah utsman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang ada,
namun begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi di masa ini yang
berpengaruh bagi pendidikan islam, yaitu mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al
quran. Penyalinan ini terjadi karena adanya perselisihan dalam
bacaan.berdasarkan hal ini, kholifah Utsman memerintah kepada tim untuk
penyalinan tersebut, adapun tim tersebut adalah Zaid bin tsabit,Abdullah bin
zubair, Zaid bin as dan Abdurrahman bin harits.
Bila terjadi pertikaian bacaan,maka harus di ambil pedoman kepada
dialeg suku quraisy, sebab Al Quran ini di turunkan menurut dialek mereka
sesuai dengan lisan quraisy. Zaid bin tsabit bukanlah orang quraisy ,sedangkan
ketiganya adalah orang quraisy.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini di serahkan pada umat
itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian
para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan
keridhaan Allah.
Adapun objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:
Orang dewasa dan atau Anak- anak yang baru masuk Islam. Baik orang
tuanya telah lama memeluk Islam ataupun yang baru memeluk Islam Orang
dewasa dan atau orang tua yang telah lama memeluk Islam Orang yang
mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan mendalaminya,
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara
menyamaratakan semua objek tetapi harus diadakan pengklasifikasian yang rapi

10
dan sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari peserta
didiknya.
Adapun metode yang digunakan adalah:
1) Golongan pertama menggunakan metode ceramah dengan mengemukakan
contoh –contoh dan peragaan, seperti Shalat,Wudhu dan sebagainya.
2) Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan.
3) Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, 11anya jawab.
4) Golongan keempat menggunakan metode pengajaran pada golongan ini
lebih bersifat pematangan dan pendalaman Mata pelajaran yang di berikan.
Ada 3 fase dalam pendidikan dan pengajarannya:
1) Fase pembinaan: memberikan kesempatan agar terdidik memperoleh
kemantapan iman.
2) Fase pendidikan: ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud .agar
mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan
sebaik- baiknya dalam kehidupan sehari- hari.
3) Fase pembelajaran: ada pelajaran-pelajaran lain yang diberikan untuk
penunjang pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab
dengan tata bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.
Pada masa kholifah Utsman bin affan tidak banyak terjadi perkembangan
kalau dibandingkan dengan masa kekhalifahan umar bin khattab,sebab pada
masa kholifah utsman urusan pendidikan di serahkan pada rakyat. Dan apabila di
lihat dari segi kondisi pemerintahan utsman banyak timbul pergolakan dalam
masyarakat sebagai akibat ketidasenangan mereka terhadap kebijakan utsman
yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.

4. Perkembangan Pada Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib (35-40 H/656-661m)
Dari sejak awal kekuasaannya kekhalifahan Ali selalu diselimuti
pemberontakan, salah satunya peperangan dengan Aisyah (istri Nabi) bersama
Talhah dan Abdullah bin Zubair yang berambisi menduduki jabatan khalifah,
peperangan diantara mereka disebut dengan perang Jamal (Unta) karena Aishyah
menggunakan kendaraan unta.

11
Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul
pemberontakan lain sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah
mendapatkan ketenangan dan kedamaian. Muawiyah sebagai gubernur di
Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaan Ali, Ali terpaksa
harus menghadapi peperangan lagi melawan Muawiyah dan pendukungnya yang
terjadi perang Shiffin. Tentara Ali sudah hampir pasti dapat mengalahkan tentara
Muawiyah, akhirnya Muawiyah mengambil siasat untuk mengadakan takhim,
penyelesaian dengan adil dan damai. Semula Ali menolak, tetapi atas desakan
sebagian tentaranya ia menerima juga, namun takhim malah menimbulkan
kekacauan Karena Muawiyah bersifat curang. Dengan takhim Muawiyah
berhasil mengalahkan Ali dan akhirnya mendirikan pemerintah tandingan di
Damaskus.
Sementara itu sebagian tentara Ali menentang keputusan dengan cara
takhim karena tidak setuju mereka meninggalkan Ali, mereka membentuk
kelompok sendiri sebagai kelompok Khawarij, Golongan ini selalu merongrong
kewibawaan kekuasaan Ali sampai akhirnya beliau mati terbunuh seperti yang
dialami Utsman.
Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa,kegiatan pendidikan
islam mendapat hambatan dan gangguan, pada saat itu Ali tidak sempat
memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya di tumpahkan
pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat islam. Dengan
demikian, pola pendidikan pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh beda dengan
masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran islam
yang bersumber pada al-qur’an dan hadis Nabi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada zaman
empat khalifah belum berkembang seperti masa-masa sesudahnya, pelaksananya
tidak jauh berbeda dengan masa nabi yang menekankan pada pengajaran baca
tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist nabi,
hal ini disebabkan oleh kosentrasi umat Islam dan terjadinya pergolakan politik,
khususnya dimasa Ali bin Abi Thalib.
Pada masa pemerintahan yang tidak stabil selama enam tahun ini
pendidikan islam mendapat hambatan dikarenakan khalifah sendiri tidak sempat

12
memikirkannya terlalu sibuk untuk menyelesaikan permasalah politik dan
pemberontakan yang disebabkan oleh kebijakan Khalifah yang memecat
gubernur-gubernur yang diangkat oleh khalifah sebelumnya namun kebijakan
tersebut ditolak dan bahkan banyak yang tidak mengakui kekhalifahan Ali bin
Abi Thalib. Dengan begitu, berarti pola pendidikan tidak jauh berbeda dengan
masa-masa sebelumnya yang sudah berjalan

2.3 Lembaga Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin


Adapun lembaga lembaga pendidikan pada masa khulafaur rasyidin selain
lembaga kuttab dan masjid adalah :
1. Madrasah Makkah
Guru pertamanya yaitu Mu’az bin Jabal, ia mengajarkan agama islam dan mana
yang halal dan mana yang haram dalam islam. Kemudian khalifah abdul malik
bin marwan, abdullah bin abbas, pergi ke mekkah dan mengajar di masjidil
haram, ia mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra, dan dialah yang membangun
madrasah mekkah yang termahsyur di seluruh negara islam. Kemudian
digantikan murid-muridnya tabi’in yaitu mujahid bin jabar yang termahsyur
meriwayatkan tafsir al qur’an dari ibn abbas. Athak bin abu rabah yang
termahsyur dalam ilmu fiqh terutama dalam manasik haji. Thawus bin
kaisan,yaitu seorang fukaha dan mufti.
2. Madrasah Madinah
Disinilah tempat sahabat-sahabat nabi saw dan ulama-ulama yang termahsyur
seperti Umar bin khattab, Ali bin abi thalib, Zaid bin sabit, Abdullah bin umar
bin khattab, mereka bekerja sebagai guru, Zaid bin sabit adalah ahli qiraat dan
ahli fiqh, terutama dalam faraid. Abdullah bin umar adalah ahli hadits, ia
mengumpulkan hadits-hadits serta menuliskanya, kemudian meriwayatkanya
kepada murid-muridnya. Setelah mereka wafat maka digantikan oleh murid-
muridnya yaitu Said bin Al Musaiyab yaitu murid Zaid bin sabit. Urwah bin Az
Zubair bin Al awam. Dan madrasah madinah ini melahirkan imam malik bin
anas, imam madinah.

13
3. Madrasah Basrah
Ulama yang termahsyur disisni adalah Abu Musa Al Asy’ari yang ahli dalam
fiqh dan hadits dan ahli Qur’an, dan Annas bin Malik yang termahsyur di ahli
hadits. Madrasah Basrah ini melahirkan Al Hasan Basry yang ahli dalam fiqh,
taswauf, dan ia tidak hanya mengajarkan pelajaran kepada murid-muridnya tapi
menceritakan kisah-kisah, dan Ibn Sirin ia belajar kepada zaid bin sabit, ia ahli
hadis dan fiqh. Mereka hidup di masa umayyah nanti.
4. Madrasah Kuffah
Ulama yang tinggal disini adalah Ali bin abi thalib dan Abdullah bin mas’ud,
pekerjaan ali diirak adalah soal politik dan peperangan ia tidak sempat
mengajarkan pendidikan, sedangkan abdullah bin mas’ud mengajarkan al
Qur’an dan ilmu agama, tafsir dan fiqh. Dan dia diutus ke kuffah untuk menjadi
guru oleh umar bin khattab, dan ia melahirkan enam ulama besar seperti al
qamah, al aswad, masruq, ubaidah, al haris, dan amr, dan mereka menggantikan
abdullah untuk menjadi guru di kuffah, mereka bukan saja belajar dikuffah tapi
mereka pergi kemadinah belajar dengan umar bin khattab,ali bin abi thalib,
abdullah bin abbas, mu’az bin jabal dan lain-lain.
5. Madrasah Damsyik
Disini umar mengirimkan tiga orang guru agama yaitu : Mu’az bin jabal,
Ubadah dan Abdul dardak, mereka mendirikan madrasah agama di syam. Dan
mereka mengajarkan al Qur’an dan ilmu agama pada tiga tempat yaitu : abud-
dardak di damasyik, mu’az bin jabal di palestina, dan ubadah di hims. Kemudian
mereka digantikan oleh ulama –ulama seperti umar bin abdul aziz dan lain-lain.
6. Madrasah Fistat ( Mesir )
Mesir telah menjadi pusat ilmu-ilmu agama, dan ulama yang pertama kali
mendirukanya adalah Abdullah bin amr bin al’as, ia ahli dengan kata yang
sebenarnya karena ia tidak hanya mendengar hadits dari nabi tapi hadits tersebut
dituliskanya dalam catatanya, sehingga ia tidak lupa jika ia meriwayatkan hadits
kepada murid-muridnya. Kemudian setelah Abdullah bin amar yang termahsyur
di madrasah mesir adalah Yazid bin abu habib an nuby. Dan ia yang mula-mula
menyiarkan fiqh yang halal dan haram dalam islam, kemudian setelah dia
tekenal Abdullah bin abu ja’far bin rabi’ah.

14
2.4 Kurikulum Pendidikan Pada Masa Khulafahurrasasyidin
Tingkat Pelajaran dan Ilmu-ilmu yang Diajarkan ( kurikulum) Pada masa
khulafaur rasyidin sebenarnya sudah ada tingkat pengajaran, hampir sama seperti
sekarang, seperti tingkat pertama adalah kuttab, yaitu tempat anak-anak belajar dan
membaca / menghafal al qur’an, serta belajar pokok –pokok ajaran agama islam,
dan setelah tamat al qur’an mereka meneruskan pelajaran ke masjid, dan pelajaran
dimasjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi, gurunya ditingkat
menengah belum umala besar sedangkan ditingkat tinggi sudah ulama besar.
Umumnya pelajaran yang diberikan guru kepada murid-murid seorang demi
seorang, baik di kuttab atau dimasjid pada tingkat menengah, dan pada tingkat
tinggi pelajaran diberikan guru dalam suatu halaqah yang dihadiri oleh pelajar
secara bersama-sama. Ilmu-ilmu yang diajarkan pada kuttab pada mula-mulanya
adalah dalam keadaan sederhana yaitu :
1) Belajar membaca dan menulis
2) Membaca al Qur’an dan menghafalnya
3) Belajar pokok-pokok agama islam, seperti cara berwudhu’, sembahyang, puasa
dan sebagainya.
Dan pada masa umar bin khattab dikuttab, beliau mengintruksikan kepada
anak-anak agar diajarkan berenang, mengendarai kuda, memanah, membaca dan
menghafal syair-syair mudah dan peribahasa. Dan ini dilaksanakan oleh guru-guru
di tempat –tempat yang dapat dilaksanaka, misalnya berenang dapat dilaksanakan
dikota-kota yang mempunyai sungai seperti di irak, syam, mesir, dll. Sedangkan
ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari :
1) Al Qur’an dan Tafsirnya
2) Hadits dan mengumpulkanya
3) Fiqhi (Tasyri’)

2.5 Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Tabiin


Masa perkembangan pendidikan Islam setelah masa sahabat kemudian
dilanjutkan oleh dinasti Umayyah. Di samping melakukan ekspansi teritorial,
pemerintahan dinasti Umayyah juga menaruh perhatian dalam bidang pendidikan.
Usaha memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dilakukan

15
dengan menyediakan sarana dan prasarana. Hal ini bertujuan agar para ilmuan,
seniman dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang
dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu yang
berkembang pada masa ini adalah:
1) Ilmu agama, seperti: al-Qur‟an, Hadits, dan fiqh. Proses pembukuan hadits
terjadi pada masa khalifah Umar ibn Abdul Aziz (10 H), dan sejak saat itu
terus berkembang pesat.
2) Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang
perjalanan hidup, kisah, dan riwayat.
3) Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala yang mempelajari bahasa, nahu,
saraf, dan lain-lain.
4) Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa
asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung, dan ilmu yang
berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.
Selanjutnya pada masa dinasti Umayyah ini pola pendidikan bersifat
desentralisasi, tidak memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian keilmuan yang
ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekah, Madinah,
Mesir,Cordova, Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik, Palestina (Syam), dan Fistat
(Mesir). Berbeda dengan masa khullafaurrasyidin para guru hanya mengajar dengan
suka rela dan tidak dibayar, akan tetapi pada masa Umayyah guru tidak hanya
mendapat upah dari jerih payahnya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi
disediakan juga asrama di dalam istana.
Adapun bentuk pendidikan pada masa dinasti Umayyah adalah:
1) Pendidikan istana.
Pendidikan dimulai dari tingkatan paling rendah sampai tingkat tinggi
sebagaimana halaqah, mesjid, dan madrasah. Guru dinamakan dengan Muaddib,
sedangkan tujuan pendidikan ini adalah mengajarkan ilmu pengetahuan,
mendidik kecerdasan, hati dan jasmani anak.
2) Badiah
Badiah adalah dusun badui di Padang yang masih fasih berbahasa Arab dan
murni sesuai dengan kaidah bahasa dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan

16
kebahasaan. Pada masa ini muncul ilmu Qawaid dan ilmu yang berkaitan
lainnya.
3) Perpustakaan.
4) Bamaristan.
Yakni rumah sakit tempat berobat dan merawat orang serta tempat studi ilmu
kedokteran
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pola pendidikan pada periode
Umayyah telah berkembang. Hal ini terlihat dari aspek pengajarannya, meskipun
sistemnya masih sama dengan pada masa Nabi Saw dan khullafaurrasyidin. Pada
masa ini peradaban Islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua,
yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika, dan sebagian besar Asia yang kesemuanya
dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara.

2.6 Masa Kejayaan Pendidikan Islam


Masa kejayaan pendidikan Islam ditandai dengan berkembang luas atau
tersebarnya lembaga-lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah tinggi diberbagai
kota di dunia Islam. Gerakan pertama kejayaan ini disebut pula periode awal
Abbasiyah oleh al-Mansur. Ia mendirikan kota Baghdad sebagai kota peradaban
sekaligur membawa dan mengundang ulama-ulama besar ke kota ini.
Masa keemasan Abbasiyah adalah zaman keemasan peradaban (pendidikan)
Islam yang berpusat di Baghdad yang berlangsung selama kurang lebih lima abad
(750-1258 M). Hal ini dibuktikan oleh keberhasilan tokoh-tokoh Islam dalam
menjalani keilmuan dan dengan karya-karyanya. Mulai dari aliran fiqih, tafsir, ilmu
hadits, teologi, filsafat sampai dengan bidang keilmuan umum seperti matematika,
astronomi, sastra sampai ilmu kedokteran.
Keberhasilan dalam bidang keilmuan tersebut disebabkan adanya kesadaran
yang tinggi akan pentingnya ilmu pengetahuan untuk sebuah peradaban. Mereka
memahami bahwa sebuah kekuasaan tidak akan kokoh tanpa didukung oleh ilmu
pengetahuan. Hal itu dapat ditunjukkan melalui antusias mereka dalam mencari
ilmu, penghargaan yang tinggi bagi para ulama, para pencari ilmu, tempat-tempat
menuntut ilmu, dan banyaknya perpustakaan yang dibuka, salah satunya adalah
Bait al-Hikmah.

17
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun
al-Rasyid (768-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). Masa pemerintahan
Harun al-Rasyid yang 23 tahun itu merupakan permulaan zaman keemasan bagi
sejarah dunia Islam bagian timur. Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-
Rasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan
farmasi. Al-Ma’mun pengganti al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang sangat
cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing
digalakkan. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang
terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, yang besar. Pada masa al-
Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Lembaga pendidikan pada masa ini terdiri dari dua tingkat.
a. Pertama, maktab/ kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah,
tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan
tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadis, fiqih,
dan bahasa.
b. Kedua, tingkat pendalaman, para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya
pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli
dalam agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di ulama
bersangkutan. Bagi anak penguasa, pendidikan biasanya berlangsung di istana
atau di rumah penguasa tersebut dengan mendatangkan ulama ahli.
Kemajuan dalam bidang keilmuan di dukung oleh beberapa faktor.
a. Pertama, keterbukaan budaya umat Islam untuk menerima unsur-unsur budaya
dan peradaban dari luar, sebagai konsekuensi logis dari perluasan wilayah yang
mereka lakukan.
b. Kedua, adanya penghargaan, apresiasi terhadap kegiatan dan prestasi-prestasi
keilmuan.
c. Ketiga, terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain
yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
d. Keempat, gerakan penterjemahan guna menciptakan tradisi keilmuan yang
kondusif.

18
Pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah mengalami kemajuan dalam
bidang pengetahuan dan teknologi, seperti Geometri, Trigonometri, Musik,Antidote
(penawar racun), Ilmu kedokteran, Filsafat.
Sedangkan tokoh-tokoh/para ilmuan yang lahir pada zaman Abbasiyah
adalah:
a. Bidang Astronomi: al-Fazari, al- Fargani (al-Faragnus), Jabir Batany, Musa bin
Syakir, dan Abu Ja‟far Muhammad.
b. Bidang Kedokteran: Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Masiwaihi, Ibnu Sahal, Ali bin
Abbas, Al-Razi, Ibn Rusyd, dan al-Zahawi.
c. Bidang Optika: Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythani (al-Hazen).
d. Bidang Kimia: Jabir ibn Hayyan dan Ibn Baitar.
e. Bidang Matematika: Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, Tsabit ibn Qurrah
al-Hirany, dan Musa bin Syakir.
f. Bidang Sejarah: Al-Mas‟udi dan Ibn Sa‟ad.
g. Bidang Filsafat: Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, dan Musa bin Syakir.
h. Bidang Tafsir: Ibn Jarir ath Tabary, Ibn Athiyah al-Andalusy, Abu Bakar
Asam, dan Ibn Jaru al-Asady.
i. Bidang Hadis: Imam Bukhari (karyanya adalah kitab al-Jami‟ al-Shahih yang
merupakan kumpulan hadis), Imam Muslim, Ibn Majah, Baihaqi, dan at-
Tirmizi.
j. Bidang Kalam: al-Asy‟ari, Imam Ghazali, dan Washil bin Atha‟.pusat
penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan

19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Khalifah Khulafaur Rasyidin Yakni: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman
ibn Affan, dan Ali Bin Abi Thalib yang merupakan khalifah pengganti Rasulullah
Muhammad dengan semangat untuk menyebarkan Islam mereka berusaha keras
dengan menyerang daerah- daerah yang tidak mau masuk Islam. Walaupun
menghadapi rintangan yang sangat berat namun semangat mereka tidak pernah
hilang. Justru dengan adanya rintangan itulah umat Islam menjadi lebih bersemangat
dalam menyebarkan agama Islam.
Penyebaran Islam pada masa Khulafaur Rasyidin ini bergerak di berbagai
bidang, baik dari segi Kekuasaan, Politik, Ekonomi maupun Pendidikan. Sementara
sebagai bukti keberhasilan dibidang pendidikan pada masa Khalifah Khulafa’ur
Rasyidin adalah adanya Mushaf Al-Qur’an yang dikenal dengan Mushaf Utsmani,
adanya Ilmu Nahwu yang dipeuntukkan orang-orang Islam selain Arab, dan adanya
Majlis Khalifah yang digunakan untuk Belajar Umat Islam. Selain itu sebagai bukti
keberhasilan Khalifah Khulafa‟ur Rasyidin dibidang pendidikan adalah munculnya
Majlis Khalifah yang sudah tersebar di daerah sekitar Makkah dan Madinah. Inilah
diantara keberhasilan para Khalifah Rasyidin pada waktu itu.
Dan pembiayaan pendidikan diambil dari baitul mal pada masa umar bin
khattab dan masih berlangsung sampai ali bin abi thalib, karena perkembangan
pendidikan masih seperti itu sampai kepada khalifah ali. Dan masalah evaluasi pada
murid yaitu dengan menghafalkan pelajaran yang diberikan dan apabila sudah
pandai membaca dan menulis dan menghafalkan al qur’an baru pindah ke masjid
atau tempat tingkat tinggi untuk belajar tafsir dan lain-lain.
Selanjutnya masa perkembangan pendidikan Islam setelah masa sahabat
kemudian dilanjutkan oleh dinasti Umayyah. Di samping melakukan ekspansi
teritorial, pemerintahan dinasti Umayyah juga menaruh perhatian dalam bidang
pendidikan. Hal ini bertujuan agar para ilmuan, seniman dan para ulama mau
melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan
kaderisasi ilmu.

20
DAFTAR PUSTAKA

Asrohah Hanun,Sejarah Peradapan Islam , Jakarta:Wacana Ilmu ,2001


Baharuddin, dkk, Dikotomi Pendidikan Islam: Historisitas dan Implikasi pada
Masyarakat Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
Yunus Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidayakarya Agung, 1989
Sukarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Islam, Bandung: Angkasa, 1983
Mansur dan Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2005)
Nizar Syamsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; Prenada Media, 2008
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Isam: Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan
Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi Saw sampai Ulama Nusantara,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2012)
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
http://itarizki.blogspot.com/2011/04/pendidikan-masa-khulafaur-
rasyidin.html diakses tanggal 20 April 2020
http://sitimaymunahborbat.blogspot.com/2013/06/adapun-lembaga-lembaga-
pendidikan-pada.html diakses tanggal 20 April 2020

21

Anda mungkin juga menyukai