Anda di halaman 1dari 18

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik
Universitas Malikussaleh
Peserta didik mampu melakukan
DESAIN ELEMEN STRUKTUR
BETON BERTULANG
(Balok, pelat, kolom, … )
 Peserta didik mempersiapkan
diri sebelum kuliah dengan
membaca bahan-bahan yang
akan dibahas.

 Peserta didik secara aktif


(memberi komentar, mengaju-
kan pertanyaan, berdiskusi)
mengikuti kuliah dan kegiatan
terstruktur lainnya (responsi,
mengerjakan tugas /
pekerjaan rumah)
 Peserta didik diberi motivasi
dan dibangkitkan kemampu-
annya untuk belajar secara
(semakin) mandiri dan
berkelanjutan.
1. Pengantar, Sifat-sifat Bahan, Meto-
da Analisis & Desain

2. Beban Lentur :
* Balok Persegi - Tulangan Tunggal
* Pelat 1 arah
* Balok Persegi - Tulangan Ganda
* Balok T & L
* Pelat 2 arah

3. Beban Lentur & Aksial :


* Kolom Pendek
* Kolom Panjang/Langsing
(Lanjutan)

4. Persyaratan Layan :
* Lebar Retak
* Lendutan

5. Beban Geser :
* Balok Langsing
* Konsol Pendek

6. Beban Geser & Torsi (Statis Tertentu)

7. Panjang Penyaluran Tulangan

8. Pemutusan Tulangan
 MacGregor, J.G. (1988), Reinforced
Concrete : Mechanics & Design,
Prentice-Hall,2nd ed., 848 pages.
 Wang & Salmon (1985), Reinforced
Concrete Design, Harper & Row,
4th ed., 945 pages.
 Buku Seri CUR Volume 1 dan 4,
Penerbit Erlangga.
 Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung,
SKSNI T15-1991-03
BETON BERTULANG Adalah :

Kombinasi antara beton dan tulangan baja


BETON BERTULANG (Beton + Tulangan Baja) merupakan
kombinasi yang baik……………

KARENA BETON kuat dalam menahan TEKAN, namun lemah dalam menahan tarik. Oleh
karena itu, beton dapat mengalami retak jika beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan
tarik yang melebihi kekuatan tariknya.
Jadi, untuk mengatasi kelemahan beton maka ditambahkan TULANGAN BAJA yang kuat
Menahan TARIK.
Kombinasi BETON & BAJA TULANGAN
dapat bekerja dengan baik karena :

 lekatan yang kuat antara baja tulangan dengan beton yang menyelimutinya
mencegah terjadinya “slip”

 beton memiliki impermeabilitas tinggi melindungi baja tulangan dari karat

 Koefisien muai akibat temperatur hampir sama antara beton & baja 
perbedaan tegangan akibat temperatur dapat
diabaikan  1.2 x 10 -5 /C
BETON BERTULANG

merupakan gabungan antara :


BETON
yang memiliki kekuatan tekan >>


tetapi kekuatan tarik <<


TULANGAN BAJA
yang mampu menggantikan
fungsi beton di daerah tarik
GAMBAR DIAGRAM
TEGANGAN -REGANGAN BETON
YANG SESUNGGUHNYA
Stress

fc ’

’cu Strain
(0.003)
fct

fc’ = kokoh tekan karakteristik beton


(berdasarkan benda uji silinder)
fct = kokoh tarik beton
 0.5  fc’ (MPa)
Ec = Modulus Elastisitas Beton
 4700  fc’ (MPa)
cu = Regangan tekan maksimum
BAJA TULANGAN

Menurut SK-SNI-1991,

1. Baja Mutu Tinggi, fy = 400 MPa


2. Baja mutu rendah, fy = 240 MPa
GAMBAR DIAGRAM
TEGANGAN - REGANGAN BAJA
YANG SESUNGGUHNYA

Stress

Upper yield stress


fsu

fy Strain-hardening
Est
Plastic Tensile rupture

Elastic E
Not to scale
y sh
Strain
SKSNI T-15-1991-03 Pasal 3.3.2 (4)
ASUMSI DALAM PERENCANAAN

Hubungan tegangan - regangan


dalam baja tulangan

fs
fy = 400 MPa (4000 kg/cm2)
400

fy = 240 MPa (2400 kg/cm2)


240

Es

s
fy = kuat leleh
Es = modulus elastisitas = 200.000 MPa
y = regangan leleh

Untuk : s < y fs = Es . s
s  y fs = fy
BAJA TULANGAN

Jenis Notasi
BjTP 24 
Baja tulangan polos 5  16  balok, kolom
dengan fy = 240 Mpa 10 - 200  pelat

BjTS 40
Baja tulangan sirip D
dengan fy = 400 MPa 5 D 16  balok, kolom
D13 - 150  pelat

Dalam praktek mungkin masih dijumpai


istilah :
U 24  fy = 240 MPa = 240 kg/cm2)
U 39  fy = 3900 kg/cm2
Spesifikasi Baja Tulangan

Jenis Baja Diameter Luas Tegangan Kuat


Tulangan nominal nominal Leleh, fy tarik, fu
(mm) (mm2) (MPa) (MPa)

BjTP-24  6 6 28.30
8 8 50.30
 10 10 78.50
 12 12 113.00 Minimum Minimum
 16 16 201.00 240 390
 19 19 284.00
 22 22 230.00
 25 25 491.00

BjTS-40 D 10 10 78.50
D 13 13 133.00
D 16 16 201.00
D 19 19 284.00 Minimum Minimum
D 22 22 380.00 400 570
D 25 25 491.00
D 29 29 661.00
D 32 32 804.00
PERATURAN-PERATURAN DAN
STANDAR-STANDAR YANG DIBERLAKUKAN

a. Tata Cara Penghitungan Struktur Beton


untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002

b. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa


untuk Rumah dan Gedung, SNI 1726-2003

c. Tata Cara Perencanaan Pembebannan


untuk Rumah dan Gedung,SNI-1727-1989-F

d. Peraturan Daerah Setempat

e. Berbagai standar lain yang dikeluarkan


oleh Departemen Pekerjaan Umum, Badan
Penelitian dan Pengembangan PU

h. Berbagai Standar tambahan pelengkap


yang belum dikeluarkan oleh Standar
Nasional Indonesia (SNI)

Anda mungkin juga menyukai