Etika Profesi FIXX

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ETIKA PROFESI

KODE ETIK AHLI GIZI DI INDONESIA

Oleh Kelompok 4:

Fitria Elma (16S10174)

Liza Astika Munawaroh (16S10179)

Maurin Nadilla (16S10210)

Nor Arpianti Eka Wardani (16S10194)

Rosielia Triyatna (16S10201)

Windi Dwi Elvira (16S10207)

PROGRAM STUDI S1 GIZI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA BORNEO
BANJARBARU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
llmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari
hubungan antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang
diakibatkannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dampak globalisasi
menuntut tenaga gizi yang handal dan profesional serta tanggap dalam
mengantisipasi perkembangan masalah gizi baik nasional maupun internasional.
Oleh karena itu diperlukan pengembangan sumberdaya manusia sebagai ahli
gizi professional di Indonesia yang berkesinambungan dan mempunyai daya
saing internasional.
Kode etik adalah aturan tertulis yang harus dipatuhi oleh profesi yang
terkait. Sedangkan ahli gizi adalah seseorang yang memiliki kehalian khusus
dalam bidang makanan yang dikaitkan dengan kesehatan. Oleh karena itu kode
etik ahli gizi adalah peraturan yang harus dilakukan ahli gizi dalam berinteraksi
dengan orang lain baik itu klien maupun teman seprofesi. Disetiap negara
mempunyai kode etik ahli gizi yang berbeda-beda. Hal tersebut mengacu pada
keadaan negara tersebut dan tujuan dari ahli gizi negara tersebut dalam
menyelesaikan masalah gizinya. Sebagai calon ahli gizi, seseorang perlu
memahami kode etik ahli gizi dari Indonesia agar bisa mulai membiasakan sikap
ahli gizi pada dirinya. Kode etik dari negara lain dapat dijadikan sebagai referensi
agar bisa memajukan ahli gizi di Indonesia.
Peran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian merupakan
salah satu kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi, seperti yang tertulis
didalam kepmenkes nomer 347 tahun 2007, maka seorang ahli gizi harus selalu
melakukan penelitian-penelitian gizi guna untuk meningkatkan pengetahuan
serta menemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan bersama, dan melalui
penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan status gizi pada masyarakat,
serta memecahkan masalah gizi di masyarakat.
Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib melakukannya sesuai
kewajiban yang meliputi kewajiban umum, kewajiban terhadap klien, kewajiban
terhadap masyarakat, kewajiban terhadap teman seprofesi dan mitra kerja serta
kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri. Kode etik ahli gizi ini dibuat atas
prinsip bahwa organisasi profesi bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya
dalam menjalankan praktek profesinya. Kode etik ini berlaku setelah hari dari
disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan
yang tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga profesi gizi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa isi kode etik ahli gizi di Indonesia?
2. Apa peran ahli gizi sebagai tenaga kerja professional?
3. Apa peran ahli gizi di bidang masyarakat?
4. Apa isi kode etik ahli gizi di Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui isi kode etik ahli gizi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui peran ahli gizi sebagai tenaga kerja professional.
3. Untuk mengetahui peran ahli gizi di bidang masyarakat.
4. Untuk mengetahui isi kode etik profesi gizi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kode Etik Ahli Gizi di Indonesia
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya
memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi,
pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam
menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan
nilainilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya
(Persagi, 2010).
a. Kewajiban Umum
1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam
meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap,
perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan
dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan
individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama
dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan
berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat yang sebenarnya.
8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun
lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-
baiknya.
b. Kewajiban terhadap Klien
1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi
pelayanan gizi atau di masyarakat umum.
2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat
klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah
klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian
hukum.
3. Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai
kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan
budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras,
status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
4. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga
memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut.
6. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban
senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai
keahlian.

c. Kewajiban terhadap Masyarakat


1. Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan
pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan
dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet.
2. Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat
mencegah masalah gizi di masyarakat.
4. Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah
gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.
5. Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang
seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik.
6. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi
berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan,
dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi
tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.
7. Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban
senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah
interpretasi atau menyesatkan masyarakat.

d. Kewajiban terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja


1. Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi
masyarakat secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan
menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.
2. Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua
organisasi atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya
meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
3. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada
sesama profesi dan mitra kerja.

e. Kewajiban terhadap Profesi dan Diri Sendiri


1. Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan
oleh profesi.
2. Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan
dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi
terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan.
3. Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani
mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati
dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.
4. Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh
kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak
sesuai dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat
(tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
5. Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain
untuk melawan hukum.
6. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan
baik.
7. Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan
atau kebesaran seseorang.
8. Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi.

f. Prinsip-prinsip kode etik


Profesi Gizi mengabdikan diri dalam upaya kesejahteraan dan kecerdasan
bangsa, upaya perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu dan
teknologi gizi serta ilmu-ilmu yang berkaitan dan meningkatkan pengetahuan gizi
masyarakat. Sebagai tenaga gizi profesional, seorang ahli gizi dan ahli madya
gizi harus melakukan tugas-tugasnya atas dasar :
1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab penuh akan kewajiban terhadap bangsa
dan negara.
2. Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting
dalam upaya mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
3. Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi tercapainya
masyarakat adil, makmur dan sehat sentosa.
Untuk itu, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi dalam melakukan tugasnya
perlu senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap
dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesi, baik dalam hubungan
dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi maupun dengan diri
sendiri.
Dengan melihat cakupan dan kode etik tersebut, disimpulkan bahwa profesi
gizi berperan dalam kebijakan sistem pelayanan kesehatan, mendidik dan
mengintervensi individu, kelompok, masyarakat serta meneliti dan
mengembangkan demi menjaga mutu pelayanan. Oleh karena itu, perlu disusun
standar kompetensi ahli gizi dan ahli madya gizi Indonesia yang dilandasi dengan
peran-peran ahli gizi dan ahli madya gizi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik,
penyelia, pemasar, anggota tim dan pelaku praktek kegizian yang bekerja secara
profesional dan etis.
2.2 Peran Ahli Gizi sebagai Tenaga Kerja Profesional
Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah
mengikuti pendidikan profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus setelah
mengikuti ujian kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk
mengurus ijin memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi
(Persagi, 2010). RD bertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa
gizi, menentukan dan mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian
melakukan visite berkala untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan
kondisi pasien. Selain itu, RD juga bertugas melakukan edukasi gizi untuk
pencegahan penyakit dan konseling gizi untuk kondisi kronis (ADA, 2009).
Sebagai ahli gizi profesional, hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan.
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang
berlaku.
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan
profesinya.
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang
diberikan.
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup.
9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif.
10. Otonomi dalam melakukan tindakan.
11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir.
12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik.
13. Alturism (memiliki sifat kemanusiaan dan loyalitas yang tinggi).

Di Indonesia, Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi sebagai pekerja profesional
harus memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau
spesialis.
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga professional.
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah.
5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur.
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
8. Memiliki etika.
9. Ahli Gizi.
10. Memiliki standar praktek.
11. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi
sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
12. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.

2.3 Peran Ahli Gizi di Bidang Masyarakat


Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai
dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010), yaitu
sebagai berikut :
a. Dietisien
Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya
dietetik, yang bekerja untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian
makan kepada individu atau kelompok, merencanakan menu, dan diet khusus,
serta mengawasi penyelenggaraan dan penyajian makanan (Kamus Gizi, 2010).

b. Konselor gizi
Konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien)
mengenali mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk
mencari dan memilih cara pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga
dapat dilaksanakan oleh klien secara efektif dan efisien. Konseling biasanya
dilakukan lebih privat, berupa komunikasi dua arah antara konselor dan klien
yang bertujuan untuk memberikan terapi diet yang sesuai dengan kondisi pasien
dalam upaya perubahan sikap dan perilaku terhadap makanan (Magdalena,
2010).
c. Penyuluh gizi
Penyuluh gizi, yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang
merupakan suatu upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah
bahan makanan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
perorangan atau masyarakat dalam mengonsumsi makanan sehingga
meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus Gizi, 2010). Penyuluhan gizi
sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah (komunikasi satu arah),
walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnya yang dapat
digunakan. Berbeda dengan konseling yang komunikasinya dilakukan lebih
pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya dapat
menjangkau sasaran yang lebih banyak.
Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang
yang sudah mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi
kesehatan manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain,
tidak dapat dipisahkan. Dengan adanya peran ahli gizi di dalam masyarakat,
diharapkan dapat membantu memperbaiki status kesehatan masyarakat,
khususnya melalui berbagai upaya preventif (pencegahan).
Melalui ahli gizilah salah satu caranya masyarakat dapat mengetahui
berbagai informasi-informasi dan isu-isu kesehatan, khususnya yang
berhubungan dengan gizi. Jika dilakukan tatap muka, masyarakat pun dapat
langsung berinteraksi dengan ahli gizi dan berkonsultasi langsung dengan
mudah mengenai permasalahan gizi yang mereka hadapi. Ahli gizi yang
memberikan penyuluhan dan konseling pun hendaknya memiliki bekal
pengetahuan dan wawasan yang cukup yang harus terus ditambah dan
diperbaharui setiap waktu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kode etik adalah aturan tertulis yang harus dipatuhi oleh profesi yang terkait.
Sedangkan ahli gizi adalah seseorang yang memiliki kehalian khusus dalam
bidang makanan yang dikaitkan dengan kesehatan. Oleh karena itu kode
etik ahli gizi adalah peraturan yang harus dilakukan ahli gizi dalam
berinteraksi dengan orang lain baik itu klien maupun teman seprofesi.
Disetiap negara mempunyai kode etik ahli gizi yang berbeda-beda.
2. Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib melakukannya sesuai kewajiban
yang meliputi kewajiban umum, kewajiban terhadap klien, kewajiban
terhadap masyarakat, kewajiban terhadap teman seprofesi dan mitra kerja
serta kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri. Kode etik ahli gizi ini dibuat
atas prinsip bahwa organisasi profesi bertanggung jawab terhadap kiprah
anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya.
3. Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah
mengikuti pendidikan profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus
setelah mengikuti ujian kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak
untuk mengurus ijin memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek
gizi. RD bertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa gizi,
menentukan dan mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian
melakukan visite berkala untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan
kondisi pasien.
4. Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai
dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi. Ketiga peran itu
hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah
mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan
manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak
dapat dipisahkan.
DAFTAR PUSTAKA
ADA. 2009. American Dietetic Association/Commission on Dietetic Registration
Code of Ethics for the Profession of Dietetics and Process for Consideration
of Ethics Issues. http://www.bu.edu/sargent/files/2009/09/ADA-Code-of-
Ethics-8-13.pdf. (Diakses pada tanggal 18 Maret 2020).
Almatsier, Sunita. 2006. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan.
Penuntun Diet Edisi Terbaru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
College of Dietitians of Ontario. 1999. Code of Ethics for The Dietetic Profession
in Canada. http://www.collegeofdietitians.org/Resources/Professional-
Practice/Standards-of-Practice/CodeOfEthicsInterpretiveGuide.aspx.
(Diakses pada tanggal 18 Maret 2020).
MenKes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
374/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Gizi.
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.
%20374%20ttg %20Standar%20Profesi%20Gizi.pdf. (Diakses pada tanggal
18 Maret 2020).
Nasihah, Fathiya. 2010. Peran Ahli Gizi sebagai Penyuluh dan Konselor Gizi.
Persagi. 2010. Standar Profesi Gizi. http://persagi.org (Diakses pada tanggal 18
Maret 2020).

Anda mungkin juga menyukai