Dosen Pengampu :
Pariyanto,M.Pd
Disusun Oleh :
A. METODE PLOT
Metode Plot ( petak ukur ) adalah Prosedur yang umum digunakan untuk
Sampling berbagai tipe organisme. Plot biasa nya berbentuk segiempat atau persei
(Kwadrat) atau pun lingkaran,sedangkan ukurannya tergantung dari tinggat
keheterogenan komonitas yang digunakan untuk sampling tumbuh-tumbuhan, hewan-
hewan, Sessil(menetap) atau bergerak lambat seperti hewa-hewan meliang. Metode plot
juga adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe organisme.
Plot biasanya berbentuk segiempat atau persegi (kwadrat) ataupun lingkaran. Metode
ini digunakan untuk sampling tumbuh- tumbuhan, hewan-hewan sessil (menetap) atau
bergerak lambat seperti hewan-hewan yang meliang (Rani, 2011).
Dua masalah atau pertanyaan yang sering muncul dalam penggunaan metode ini,
yaitu bentuk dan ukuran plot atau kwadrat di gunakan. Untuk menjawab permasalahan
ini, ada dua pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang paling sederhana ialah
mencari literatur dan gunakan ukuran dan betuk kwadrat yang sama dengan yang pernah
dilakukan orang dalam bidang yang diteliti. Untuk Sampling pohon-pohon dihutan
kebanyakan orang menggunakan kwadrat 10 m x 10 m , untuk semak-semak 1 m2.
Pendekatan yang lebih baik (Jika waktu dan sumberdaya tersedia) ialah yang
menentukan bentuk dan ukuran kwadrat yang optimal. Untuk melakukan ini pertama-
tama yaitu ditentukan apa yang dimaksud yang “Terbaik” atau “Optimal” dari bentuk
dan ukuran kwadrat. Terbaik dapat didefinisikan dalam 2 cara :
1. Secara Statistik : Bentuk dan ukuran yang memberikan ketetapan statistik yang
paling tinggi untuk total area yang di sampling atau total jumlah waktu atau
dana yang diperlukan.
2. Secara Ekologis : Ukuran dan bentuk kwadrat yang paling baik untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan. Jika kita menyelidiki pertanyaan dari
skala ekologis, proses-proses yang dipelajari akan menentukan ukuran kwadrat
tetapi dalam banyak kasus kriteria statistik adalah kriteria yang utama.
Menurut cara ini digunakan satu petak (kuadrat) berupa tegakkan hutan sebagai
unit sampel. Besar unit sampel tidak boleh terlalu kecil sehingga tidak dapat
menggambarkan keadaan hutan yang dipelajari. Ukuran minimum dari petak tunggal
tergantung dari kerapatan vegetasi dan banyaknya jenis-jenis pohon. Semakin jarang
pepohonan yang ada atau semakin banyak jenis-jenis tumbuhan, semakin besar ukuran
kuadrat sebagai petak tunggal yang digunakan. Ukuran minimum ditetapkan dengan
menggunakan kurva lengkung spesies. Luas minimum ditetapkan dengan dasar
penambahan luas kuadrat yang tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih besar
dari 10% atau 5%. Dengan menggunakan kurva lengkung jenis untuk kebanyakan hutan
hujan tropika menurut Richard pada umumnya diperlukan petak tunggal seluas 1,5 Ha,
sebaliknya menurut vestal rata-rata luas petak tunggal yang diperlukan untuk hutan
hujan tropika adalah 3 Ha. Untuk itu unit sampel berbentuk persegi panjang akan lebuh
efektif dari pada kuadrat berbentuk bujur sangkar.
Keterangan :
1. Petak 25 x 25 cm
2. Petak 25 x 50 cm
3. Petak 50 x 50 cm
4. Petak 50 x 100 cm
1. Hasil pengamatan
Amaranthus 8 10 7 7
spinosus
(bayam duri)
Cyperus 9 9 5 5
rotundus
(rumput teki)
Phyllanthus 15 10 1 17
urinaria
(meniran)
Ageratum 12 13 3 7
conyzoides
(bandotan)
2. Pembahasan
plot berukuran 25 x 50 didapati spesies yang sama dengan jumlah yang tidak
jauh berbeda dengan plot nomor 1 yaitu Mimosa pudica (putri malu) sebanyak 12
tumbuhan, Amaranthus spinosus (bayam duri) sebanyak 10 tumbuhan, Cyperus
rotundus(rumput teki) sebanyak 9 tumbuhan, Phyllanthus urinaria (meniran) sebanyak
10 tumbuhan, Ageratum conyzoides (bandotan) sebanyak 13 tumbuhan. Pada plot 4 dan
plot 5 tidak ditemukan jenis tumbuhan baru. Hal ini menunjukkan bahwa pada plot 4,
dan 5 tidak terdapat penambahan jenis tumbuhan baru yang berarti bahwa ukuran plot
terhenti pada ukuran 50x 50 cm saja. Ukuran plot 50 x 50 cm ini disebut sebagai
minimal area.
Pada keempat plot tersebut baik ukuran 25 x 25 cm, 25 x 50 cm, dan 50 x 50 dan
50 x 100 cm yang paling banyak jumlah individunya pada tumbuhan Phyllanthus
urinaria (meniran). Hal ini bearti spesies tersebut mendominasi daerah yang diamati
karena daya persaingan yang dimiliki spesies ini tinggi, dan spesies ini cocok atau
sesuai dengan kondisi optimal pada daerah tersebut. jika terdapat dua spesies dengan
kebutuhan ekologis yang sama berada dalam suatu daerah yang sama, maka seleksi
alamiah akan bekerja untuk mengurangi ketumpang-tindihan relung kedua spesies
tersebut. Ini berarti relung yang luas di dalam suatu wilayah akan terbagi-bagi terus
seiring pertambahan spesies. Kerapatan suatu spesies tergantung pada persaingan atau
kompetisi antara spesies yang sejenis dan tidak hanya bergantung pada luas areal saja.
Transek merupakan jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/ diselidiki
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan
lingkungannya atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara
cepat. Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling
yang ditarik menyilang pada sebuah bentukan atau beberapa bentukan. Transek dapat
juga digunakan untuk studi altitude dan mengetahui perubahan komunitas yang ada.
Ukuran dari transek tergantung pada beberapa kondisi. Transek pada komunitas yang
kecil penarikan garis menyilang hanya beberapa meter panjangnya. Pada daerah
berbatuan transek dapat dibuat beberapa ratus meter panjangnya.
a. Line transek
Mekanisme pengukuran :
Dalam metode ini garis – garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang
berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan beberapa kali dijumpai.
Dimana :
H’ = indeks keanekaragaman
N = total jumlah individu
ni = jumlah individu dalam genus ke-i
indeks kematian berdasarkan rumus dari Gomes et.al, 1994
IM = KM/KM+KH
IM = indeks kematian
KM = persentase tutupan karang mati
KH = persentase tutupan karang hidup
Kelebihan Dan Kekurangan metode line intercept transect( LIT)
Adapun kelebihan dari metode transek garis/ line intercept transect (LIT) ini yaitu :
1. Akurasi data dapat diperoleh dengan baik
2. Data yang diperoleh juga jauh lebih baik dan lebih banyak
3. Penyajian struktur komunitas seperti persentase tutupan karang hidup/ karang
mati, kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran koloni dan
keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyentuh.
4. Struktur komunitas biota yang berasosiasi dengan terumbu karang juga dapat
disajikan dengan baik.
Adapun kekurangan dari metode transek garis/ line intercept transect (LIT) :
1. Membutuhkan tenaga peneliti yang banyak
2. Survey membutuhkan waktu yang lama
3. Dituntut keahlian peneliti dalam identifikasi karang, minimal life from dan
sebaliknya genus dan spesies.
4. Peneliti dituntut sebagai penyelam yang baik
5. Biaya yang dibutuhkan juga relative lebih besar
Ada beberapa cara yang mungkin untuk memperkirakan jumlah individu dalam
suatu daerah. Salah satunya adalah untuk menghitung mereka semua (jumlah total).
Total jumlah tidak memiliki ketidakpastian yang terkait, tetapi biasanya tidak mungkin
logistik untuk populasi yang menempati area yang luas. Alternatif adalah "transek strip"
di mana pengamat mendefinisikan strip dengan lebar tertentu, dan menghitung semua
individu dalam strip.. Kepadatan estimasi kemudian digunakan untuk ekstrapolasi ke
daerah ditemukan, untuk mendapatkan estimasi populasi. Asumsinya adalah bahwa
semua individu dalam strip terdeteksi, membatasi lebar strip..
Meskipun satu dapat menyesuaikan perkiraan jika ada yang tahu proporsi pengamatan
tidak terjawab, adalah penting bahwa probabilitas deteksi tidak menurun dengan jarak
dari pusat strip. Semua pengamatan luar strip harus dilewati dari analisis. transek Strip
telah digunakan dan dievaluasi untuk beruang kutub (Wiig dan Bakken 1990). Metode
transek garis memiliki banyak kesamaan dengan metode transek strip, tapi membiarkan
probabilitas deteksi menurun dengan jarak dari garis survey, dan menggunakan fungsi
deteksi untuk memperkirakan kepadatan.. Satu masih perlu untuk mengamati semua
individu "di" baris, atau dengan cara lain, untuk memperkirakan proporsi satu
ketinggalan di garis untuk koreksi.
Asumsi untuk transek line (Buckland et al 2001.):
1. Sejumlah besar transek secara acak dialokasikan di daerah penelitian independen
dari distribusi populasi survei
2. Semua individu pada baris yang terdeteksi dengan pasti (g (0) = 1)
3. Hewan gerakan lambat dibandingkan dengan gerakan pengamat
4. Jarak diukur tanpa kesalahan
b. Doble transek
Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan
belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari
perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan elevasi. Transek
dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut kepedalaman, memotong sungai
atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek yang umum digunakan
adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar transek 200-1000 meter tergantung pada
intensitas yang dikehendaki. Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas
yang dikendaki 2 %, dan hutan yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %. Lebar jalur
untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah
diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m
yang baik.
g. INP (%)
DR + DM
B. Metode Transek
Pada praktikum minimal area ini dilakukan pada hari jum’at,10 januari 2020
pada pukul 15.00 – 17.00 WIB dilaksanakan di bekas kebun melon.
N Spesies £ £ K KR FM FR IN INP Lo H sp
o IN P M % % P /sp g
D L % INP IN
O /total P
T sp/
IN
P
tot
al
1 Mimosa 46 6 7,6 66, 0,8 39 10 0,53 - Kelim
pudica 6 8 3 5,8 0,2 pahan
(putri 9 renda
malu) h
2 Amarant 1 1 0,1 1,3 0,1 7,5 8,8 0,04 - Kelim
hus 6 6 1,3 pahan
spinosus 9 renda
(bayam h
duri)
3 Cyperus 2 1 0,3 2,8 0,1 7,5 10, 0,05 - Kelim
rotundus 3 6 3 1,3 pahan
(rumput renda
teki) h
4 Phyllant 2 1 0,3 2,8 0,1 7,5 10, 0,05 - Kelim
hus 3 6 3 1,3 pahan
urinaria renda
(meniran h
)
D. Pembahasan
Untuk mengetahui komposisi berdasarkan hal tersebut, maka dibuatlah jalur trek
sepanjang 50cm, yang kemudian jalur tersebut dibentuk plot-plot lebih kecil berukuran
25x25 cm di sisi kanan dan kirinya. Di dalam setiap plot tersebut, dibuat lagi plot
dengan ukuran yang lebih kecil. Plot dengan ukuran 25x25 cm untuk mengidntifikasi
semai, plot ukuran 10x10 cm, untuk mengidentifikasi pancang, plot dengan ukuran
15x25 cm untuk mengidentifikasi tiang, sedangakan untuk mengidentifikasi pohon pada
plot 10x10 cm (pada semua plot-plot kecil tersebut). Pengamatan dilakukan pada tiga
level tumbuhan, yaitu semai, pancang, tiang dan semak/herba. didapatkan 4 spesies
yaitu pada semai Mimosa pudica, Amaranthus spinosus, Cyperus rotundus. Pada
pancang terdapat. Pada tiang terdapat spesies Mimosa pudica, Amaranthus spinosus,
Cyperus rotundus, Phyllanthus urinaria. Dan pada tiang terdapat Mimosa pudica,
Amaranthus spinosus, Cyperus rotundus, Phyllanthus spinosus.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tingkat semai diperoleh tiga jenis tumbuhan
dengan INP yang paling tinggi adalah Amaranthus spinosus yakni sebesar 129,27 %.
Dari hasil analisa kuantitatif pada level pancang spesies yang lebih mendominasi adalah
Amaranthus spinosusdengan nilai INP sebesar 15,91 % . Pada level tiang, spesies yang
mendominasi adalah dengan nilai Mimosa pudica INP sebesar 105,8 % . Dari data-data
yang didapat, dapat terlihat komposisi tumbuhan yang banyak tumbuh pada hutan
tersebut. Keanekaragaman tumbuhan di setiap plotnya berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh daya dukung tumbuh.
D=
d 1+ d 2+d 3 … … … … … … … … … … .+dn
n
dimana :
d = jarak ind. Pohon ke titik pengukuran di setiap kuadran
n = banyaknya pohon
d = rata-rata unit area/ind, yaitu rata-rata luasan permukaan tanah yang
diokupasi oleh satu ind pohon
i). INP = KR + FR + DR
METODE PENELITIAN
Kuliah Kerja Lapangan “Analisis Vegetasi dengan Metode PCQ” ini dilaksanakan di
kawasan Hutan Alas Purwo Banyuwangi yang terbagi dalam dua puluh lima plot pada
transek ke-21 Triangulasi. Waktu penelitian adalah pada hari Jumat, 24 Maret 2017.
3. Prosedur Kerja
a) Semua kelompok berjalan ke garis pantai
b) Menentukan arah pengambilan data (memasuki hutan) menggunakan kompas
bidik tegak lurus dengan garis pantai 20o
c) Menentukan jarak antar plot menggunakan rollmeter
d) Setiap kelompok berjalan ke masing-maisng plot
e) Menyiapkan plot berukuran 10x10 meter menggunakan tali tampar
f) Membagi plot empat kuadran
g) Mencari pohon terdekat pada setiap kuadran (1 pohon saja) dengan keliling
pohon ≥30 cm
h) Mengukur keliling batang pohon setinggi dada. Jika pohon bercabang, maka
kedua cabang diukur kelilingnya lalu dirata-rata
i) Mengukur jarak titik pusat ke pohon tersebut
j) Mengestimasi ketinggian pohon dengan klinometer. Mengarahkan klinometer ke
ujung pohon
k) Mengukur jarak pengamat klinometer ke pohon dan juga tinggi pengamat
l) Mencari nama spesies dari pohon tersebut. Jika tidak tahu, mengambil sampel
dan memasukkannya ke dalam kantong plastik lalu melabelinya
m) Melakukan langkah di atas pada 4 kuadran sehingga akan didapatkan maksimal
4 pohon terdekat
n) Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan yang telah disiapkan
Setelah didapatkan data, dilakukan analisis PCQ hingga didaopatkan Indeks Nilai
Penting. Analisis data dimulai dari perhitungan menetukan Basal area (BA) merupakan
penutupan kanopi pohon. Diameter didapatkan dari pengukuran keliling batang pohon.
Diameter batang tiap spesies tersebut kemudian digunakan untuk mencari nilai basal
area dengan menggunakan rumus:
d = K/ π
BA = 1/4 πd2
Keterangan:
K = keliling pohon
BA = Basal Area
π = 3,14
d = Diameter batang
Rata-rata jarak = Jumlah semua jarak yang terukur (jumlah plot x panjang plot) 4 x
jumlah titik pusat (n)
Total frekuensi
Dominansi total
Wandering - quarter adalah suatu metode dengan cara membuat suatu garis
transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan
kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90°) yang berpusat pada titik awal tersebut dan
membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran
dan pengukuran luas penutupan dan jarak satu pohon terdekat dengan titik pusat
kuadran. Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas umumnya
digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif. Analisis vegetasi hutan
Lindung Aek nauli dalam kegiatan P3H dilakukan dengan metoda kombinasi antara
metoda jalur dan metoda garis berpetak dengan panjang jalur minimum adalah 12.500
m yang bisa terdiri dari beberapa jalur, tergantung kondisi di lapangan. Di dalam
metoda ini risalah pohon dilakukan dengan metoda jalur dan permudaan dengan metoda
garis berpetak.
Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi,
yaitu :
1. kerapatan (Density)
Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan
tumbuhanlain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung.Secara kualitatif kualitatif
dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak
sekali terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut
kerapatan yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi
persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha,
2. Dominasi
Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain
(bisa dalam hal ruang ,cahaya danlainnya),sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam
besaran:
3. Frekuensi
Prosedur kerja :
Garis transek utama diletakkan dari tepi menuju ke tengah atau menuju ke arah
perubahan floristik/ gradien floristik atau searah dengan perubahan gradien lingkungan
yang terpilih. Kemudian dibuat garis subtransek dapat dengan interval sama atau
bersifat sekehendak. Dengan demikian setiap subtransek akan memotong stand vegetasi,
tersusun secara acak atau sistematik, untuk penepatan empat kuadran pada setiap titik
sampel. Disarankan pada setiap subtransek terdapat paling sedikit 20 titik sampel ,
sehingga akan tercatat 20 kali 4 pengukuran pohon tiap subtransek/stand.
Pohon dewasa pada tiap quarter dipilih satu yang terdapat. Diukur jaraknya dari
titik sampel ke pohon, secara diameter batang setinggi dada. Pohon yang telah terukur
ini diberi tanda dan tidak boleh diukur lagi. Selain pohon dewasa juga diambil anak
pohon dengan diameter batang. Dengan demikian dalam tiap kuadran diambil satu
pohon dewasa dan satu anak pohon. Untuk melengkapi lapisa vegetasi yang harus
disampling, maka lapisan herba dan semai pada setiap kuadran diambil dengan metode
kuadrat dengan ukuran 1 x 1 m .
E. METODE JELAJAH
s
H’= ∑ ¿¿
i=1
Kriteria :
H’ < 1,0 : keragaman rendah
1,0 < H’< 3,322 : keragaman sedang
H’> 3,322 : keragaman tinggi
Keragaman tidak dapat lepas dari kemerataan (evenness) yang dapat dihitung
dengan formulasi pielou (Odum,1996)
H'
e=
¿S
Ket :
H’ : indeks keragaman Shannon-Wiener
S : Jumlah jenis spesies
Ni : Jumlah total individu/Spesies
N : Jumlah individu seluruhnya
¿
Pi : N : Sebagai proporsi jenis ke i
Kriteria :
Semakin kecil nilai e berarti semkin sempit penyebaran spesies dan semakin
besar nilai e berarti semakin luas penyebaran spesies.
Kelimpahan (Abundance)
Untuk melihat kelimpahan data yang diperoleh, digunakan rumus kelimpahan
haryanto et al, (1986).
Pi =
∑ species i
∑ total individu
Ket :
Pi : Nilai kelimpahan
DAFTAR PUSTAKA