Anda di halaman 1dari 32

METODE PENELITIAN BIOLOGI

MAKALAH TENTANG PENGAMBILAN SAMPEL PENELITIAN


MENGGUNAKAN METODE

(Plot, Transek, Poin Quarter,Wandering Quarter Dan Jelajah)

Dosen Pengampu :

Pariyanto,M.Pd

Disusun Oleh :

Wiyana Nadia Liza (1721160074)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

TAHUN AJARAN 2020/2021


METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti
dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi
pada data yang telah didapatkan tersebut. Metode penelitian memberikan gambaran
rancangan penelitian yang meliputi antara lain : prosedur dan langkah-langkah yang
harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan dengan langkah apa data-data
tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah dan dianalisis. Winarno menjelaskan bahwa
metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan teknik yg teliti &
sistematik..

A. METODE PLOT

Metode Plot ( petak ukur ) adalah Prosedur yang umum digunakan untuk
Sampling berbagai tipe organisme. Plot biasa nya berbentuk segiempat atau persei
(Kwadrat) atau pun lingkaran,sedangkan ukurannya tergantung dari tinggat
keheterogenan komonitas yang digunakan untuk sampling tumbuh-tumbuhan, hewan-
hewan, Sessil(menetap) atau bergerak lambat seperti hewa-hewan meliang. Metode plot
juga adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe organisme.
Plot biasanya berbentuk segiempat atau persegi (kwadrat) ataupun lingkaran. Metode
ini digunakan untuk sampling tumbuh- tumbuhan, hewan-hewan sessil (menetap) atau
bergerak lambat seperti hewan-hewan yang meliang (Rani, 2011).
Dua masalah atau pertanyaan yang sering muncul dalam penggunaan metode ini,
yaitu bentuk dan ukuran plot atau kwadrat di gunakan. Untuk menjawab permasalahan
ini, ada dua pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang paling sederhana ialah
mencari literatur dan gunakan ukuran dan betuk kwadrat yang sama dengan yang pernah
dilakukan orang dalam bidang yang diteliti. Untuk Sampling pohon-pohon dihutan
kebanyakan orang menggunakan kwadrat 10 m x 10 m , untuk semak-semak 1 m2.
Pendekatan yang lebih baik (Jika waktu dan sumberdaya tersedia) ialah yang
menentukan bentuk dan ukuran kwadrat yang optimal. Untuk melakukan ini pertama-
tama yaitu ditentukan apa yang dimaksud yang “Terbaik” atau “Optimal” dari bentuk
dan ukuran kwadrat. Terbaik dapat didefinisikan dalam 2 cara :
1. Secara Statistik : Bentuk dan ukuran yang memberikan ketetapan statistik yang
paling tinggi untuk total area yang di sampling atau total jumlah waktu atau
dana yang diperlukan.
2. Secara Ekologis : Ukuran dan bentuk kwadrat yang paling baik untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan. Jika kita menyelidiki pertanyaan dari
skala ekologis, proses-proses yang dipelajari akan menentukan ukuran kwadrat
tetapi dalam banyak kasus kriteria statistik adalah kriteria yang utama.

Menurut Michael (1995), metode plot dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Cara petak tunggal

Menurut cara ini digunakan satu petak (kuadrat) berupa tegakkan hutan sebagai
unit sampel. Besar unit sampel tidak boleh terlalu kecil sehingga tidak dapat
menggambarkan keadaan hutan yang dipelajari. Ukuran minimum dari petak tunggal
tergantung dari kerapatan vegetasi dan banyaknya jenis-jenis pohon. Semakin jarang
pepohonan yang ada atau semakin banyak jenis-jenis tumbuhan, semakin besar ukuran
kuadrat sebagai petak tunggal yang digunakan. Ukuran minimum ditetapkan dengan
menggunakan kurva lengkung spesies. Luas minimum ditetapkan dengan dasar
penambahan luas kuadrat yang tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih besar
dari 10% atau 5%. Dengan menggunakan kurva lengkung jenis untuk kebanyakan hutan
hujan tropika menurut Richard pada umumnya diperlukan petak tunggal seluas 1,5 Ha,
sebaliknya menurut vestal rata-rata luas petak tunggal yang diperlukan untuk hutan
hujan tropika adalah 3 Ha. Untuk itu unit sampel berbentuk persegi panjang akan lebuh
efektif dari pada kuadrat berbentuk bujur sangkar.

2. Cara petak ganda

Menurut cara ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan banyak


kuadrat yang diletakkan tersebar merata dengan secara sistematis. Penentuan besar atau
luas unit sampel juga harus ditentukan kurva lengkung jenis. Di Indonesia biasanya
digunaka kuadrat berukuran 0,1 Ha untuk pohon, 0,01 untuk anakan pohon sampling
dan semak atau 0,001 Ha untuk tumbuh-tumbuhan bawah dan semai (seedling).
Menurut Soerianegara (1988), selain metode plot, metode transek biasa di
gunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain lain atau
suatu vegetasi yang sifatnya masih homogen.

BAHAN DAN METODE PLOT

A. BAHAN DAN ALAT


Alat dan bahan yang digunakan : pancang, tali rapia, alat tulis,
kertas,gunting,kamera hp
B. METODE PLOT
Pada praktikum minimal area ini dilakukan pada hari jum’at,10 januari
2020 pada pukul 15.00 – 17.00 WIB dilaksanakan di bekas kebun melon.

Langkah kerja yang dilakukan yaitu sebagai berikut :


1. Dibuat plot/petak dengan ukuran 25 x 25 cm.
2. Kemudian dicatat dan amati jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada plot
tersebut.
3. Setelah itu plot diperbesar dengan ukuran 25 x 50 cm.
4. Dicatat penambahan jenis pada plot tersebut.
5. Kemudian plot diperbesar dua kali lipat menjadi 50 x 50 cm, dan dicatat
penambahan jenis tumbuhannya.
6. Hal yang sama dilakukan untuk perbesaran plot selanjutnya yaitu 50 x100
cm, 100 x 100 cm dan seterusnya sampai tidak terjadi lagi penambahan jenis
tumbuhan baru.
7. Apabila pertambahan jenis relatif kecil (persentase penambahan jenis kira-
kira 10%) maka ukuran plot tidak diperluas lagi. Plot yang terakhir inilah
yang disebut minimal area.
8. Terakhir, dibuat grafik kurva dari hasil percobaan ini
Contoh gambar petak area

Keterangan :

1. Petak 25 x 25 cm
2. Petak 25 x 50 cm
3. Petak 50 x 50 cm
4. Petak 50 x 100 cm

C. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil pengamatan

Spesies Plot Gambar


Plot Plot Plot Plot
1 2 3 4
Mimosa pudica 7 12 4 4
(putri malu)

Amaranthus 8 10 7 7
spinosus
(bayam duri)
Cyperus 9 9 5 5
rotundus
(rumput teki)

Phyllanthus 15 10 1 17
urinaria
(meniran)

Ageratum 12 13 3 7
conyzoides
(bandotan)

2. Pembahasan

Dari hasil pengamatan didapati bahwa pada plot 1 berukuran 25 x 25 didapati


tanaman dengan spesies dan jumlah yang beragam yaitu tanaman Pada Mimosa pudica
(putri malu) sebanyak 7 tumbuhan, Amaranthus spinosus (bayam duri) sebanyak 8
tumbuhan, Cyperus rotundus(rumput teki) sebanyak 9 tumbuhan, Phyllanthus urinaria
(meniran) sebanyak 15 tumbuhan, Ageratum conyzoides (bandotan) sebanyak 12
tumbuhan.

plot berukuran 25 x 50 didapati spesies yang sama dengan jumlah yang tidak
jauh berbeda dengan plot nomor 1 yaitu Mimosa pudica (putri malu) sebanyak 12
tumbuhan, Amaranthus spinosus (bayam duri) sebanyak 10 tumbuhan, Cyperus
rotundus(rumput teki) sebanyak 9 tumbuhan, Phyllanthus urinaria (meniran) sebanyak
10 tumbuhan, Ageratum conyzoides (bandotan) sebanyak 13 tumbuhan. Pada plot 4 dan
plot 5 tidak ditemukan jenis tumbuhan baru. Hal ini menunjukkan bahwa pada plot 4,
dan 5 tidak terdapat penambahan jenis tumbuhan baru yang berarti bahwa ukuran plot
terhenti pada ukuran 50x 50 cm saja. Ukuran plot 50 x 50 cm ini disebut sebagai
minimal area.

Pada keempat plot tersebut baik ukuran 25 x 25 cm, 25 x 50 cm, dan 50 x 50 dan
50 x 100 cm yang paling banyak jumlah individunya pada tumbuhan Phyllanthus
urinaria (meniran). Hal ini bearti spesies tersebut mendominasi daerah yang diamati
karena daya persaingan yang dimiliki spesies ini tinggi, dan spesies ini cocok atau
sesuai dengan kondisi optimal pada daerah tersebut. jika terdapat dua spesies dengan
kebutuhan ekologis yang sama berada dalam suatu daerah yang sama, maka seleksi
alamiah akan bekerja untuk mengurangi ketumpang-tindihan relung kedua spesies
tersebut. Ini berarti relung yang luas di dalam suatu wilayah akan terbagi-bagi terus
seiring pertambahan spesies. Kerapatan suatu spesies tergantung pada persaingan atau
kompetisi antara spesies yang sejenis dan tidak hanya bergantung pada luas areal saja.

Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah padang


terbuka yang banyak ditumbuhi oleh rerumputan dan herba.Tempat yang dipilih tidak
berada pada naungan pohon.Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu
komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas.
Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang
berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-
masing spesies. Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas
dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan
tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang
jumlah individu pada masing- masing plot. Digunakannya petak minimal area karena
daerah lapangan terbuka tumbuhannya bersifat homogen, karena bebas menempatkan
petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak contoh
relatif kecil. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar
individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup
kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau
pengabaian.
B. METODE TRANSEK (LINE TRANSEK & DOBEL TRANSEK)

Transek merupakan jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/ diselidiki
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan
lingkungannya atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara
cepat. Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling
yang ditarik menyilang pada sebuah bentukan atau beberapa bentukan. Transek dapat
juga digunakan untuk studi altitude dan mengetahui perubahan komunitas yang ada.
Ukuran dari transek tergantung pada beberapa kondisi. Transek pada komunitas yang
kecil penarikan garis menyilang hanya beberapa meter panjangnya. Pada daerah
berbatuan transek dapat dibuat beberapa ratus meter panjangnya.

Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variable-variabel kerapatan,


kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting)
yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan
sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan
berdasarkan panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan
presentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan
terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan
suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Ali, 2008).

a. Line transek

Metode pengukuran yang digunakan untuk mengahui kondisi mangrove adalah


dengan menggunakan metode transek gris dan petak contoh ( line transect plot ).
Metode transek garis dan petak contoh ( transect line plot ) adalah metode pencuplikan
contoh populasi suatu ekosistem dengan pendekatan petak contoh yang berada pada
garis yang di tarik melewati wilayah ekosistem tersebut. Metode pengukuran ini
merupakan salah satu metode pengukuran yang paling mudah dilakukan, namun
memiliki tingkat akurasi dan ketelitian yang akurat.

Asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam metode ini (Umar, 2014) adalah:

a. Satwa dan garis transek terletak secara random


b. Satwa tidak bergerak/pindah sebelum terdeteksi
c. Tidak ada satwa yang terhitung dua kali (double account)
d. Seekor satwa atau kelompok satwa berbeda satu sama lainnya
e. Seekor satwa yang terbang tidak mempengaruhi kegiatan satwa yang lainnya.
f. Respon tingkah laku satwa terhadap kedatangan pengamat tidak berubah
selama dilakukan sensus
g. Habitat homogen, bila tidak homogen dapat dipergunakan stratifikasi.

Mekanisme pengukuran :

a. Wilayah kajian yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi mangrove harus


dapat mengindikasikan atau mewakili setiap zona mangrove yang terdapat di
wilayah kajian.
b. Pada setiap wilayah kajian ditentukan stasiun-stasiun pengamatan secara
konseptual berdasarkan keterwakilan lokasi kajian.
c. Pada setiap stasiun pengamatan, tetapkan transek-transek garis dari arah laut
kearah darat( tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan mangrove yang
terjadi) di daerah intertidal.
d. Pada setiap zona mangrove yang berada disepanjang transek garis, letaknya
secara acak petak-petak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran
10m x 10m sebanyak paling kurang 3(tiga) petak contoh (plot).
e. Pada setiap petak contoh (plot) yang telah ditentukan, determinasi setiap jenis
tumbuhan mangrove yang ada, hitung jumlah individu setiap jenis, dan ukur
lingkaran batang setiap pohon mangrove setinggi dada, sekitar 1,3 meter.

Dalam metode ini garis – garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang
berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan beberapa kali dijumpai.

Objek pengamatan metode line intercept transect (lit)


 ALAT
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kamera, alat tulis menulis dan
stopwatch (handphone).
 BAHAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah terumbu karang yang
diamati.
 CARA KERJA
A. Estimasi Kepadatan Populasi Terumbu karang
1. Metode Line Transects
 Ditetapkan areal tempat mengamati populasi satwa liar di sekitar kampus
 Ditentukan jalur yang akan diamati dengan estimasi lebar ke kiri dan ke
kanan masing-masing 25 meter.
 Dilakukan pengamatan sepanjang jalur yang telah ditetapkan terhadap
burung dan satwa liar lainnya yang ditemui sepanjang jalur yang
ditetapkan.
 Burung dan satwa liar yang ditemui kemudian dimasukkan ke dalam
Tabel Tally sheet.
 Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus Line Transects
B. Analisis Habitat Terumbu karang
 Diamati dan dicatat jenis tumbuhan yang tumbuh di sekitar titik
pengamatan.
 Dicatat tumbuhan yang banyak menghasilkan biji-bijian dan buah-
buahan yang berpotensi sebagai sumber daya makanan.
 Dicatat sumber air yang ada di sekitar areal pengamatan.

 Prosedur pelaksanaan line intercept tansect (LIT)


Adapun prosedur pelaksanaan metode transek garis / line intercept transect (LIT),
sebagai berikut :
1. menentukan lokasi melalui survei awal atau dengan mata tow
2. menentukan titik pengambilan biasanya pengambilan lokasi sampling dilakukan
sebanyak 2 kali berdasarkan kedalaman yaitu kedalaman antara 3-5 meter dan
kedalaman 6-10 meter.
3. Tarik transek sejajar dengan garis pantai, dimana transek atau meteran yang di
tarik harus kosisten pada kedalaman yang sama dalam satu tarikan. Panjang
transek yang di gunakan biasanya 30nmeter, 50 meter atau 100 meter.
4. Penyelam melakukan pengamatan dan mencatat setiap biota yang dilewati
transek berdasarkan katagori dan taksonya serta dilakukan pengukuran dengan
tingkat penelitian mendekati centimeter. Dalam penelitian ini satu koloni
diangga satu individu. Hal yang perlu diperhatikan pada penentuan koloni yaitu :
 Jika satu koloni dipisahkan oleh satu atau beberapa bagian yang mati,
maka tiap bagian yang hidup dianggap sebagai satu individu tersendiri.
 Jika dua koloni atau lebih tumbuh di atas koloni yang lain, maka masing-
masing koloni tetap dihitung sebagai koloni yang terpisah.
 Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang nantinya akan digunakan
untuk menganalisis kelimpahan jenis.
 Kondisi dasar dan kehadiran karang lunak, karang mati lepass atau
massif dan biota lain yang ditemukan dilokasi juga perlu di catat.
Contoh metode:
Transek garis (lit) digunakan untuk menentukan komunitas bentik sesil di area
terumbu karang berdasarkan bentuk pertumbuhan karang. Adapun objek pengamatan
sebagai berikut :
1. hard coral ( hc )
- Acropora branching (ACB)
- Acropora digitate (ACD)
- Acropora encrusting (ACE)
- Acropora submassive (ACS)
- Acropora tabulate (ACT)
- Branching coral (BC)
- Coral encrusting (CE)
- Foliose coral (MC)
- Millephora (ME)
- Mushroom coral (CMR)
- Submassive coral (CS)
- Heliopora (CHL)
- Tubiphora (CTU)
2. Dead coral (DC)
Karang mati atau dead coral (DC) terbagi lagi :
- Dead coral (DC)
- Dead coral with algae (DCA)
3. Algae
Katagori pengamatan untuk alga sebgai berikut :
- Algae assemblage (AA)
- Coralina algae (CA)
- Halimeda (HA)
- Macro algae (MA)
- Turf algae (TA)
4. Other Biota
Other biota memiliki katagori tersendiri yaitu :
- Soft coral (SC)
- Sponge (SP)
- Zoantid (ZO)
- Others (OT)
 Ascidian (ASC)
 Crinoid (CRI)
 Gorgonian (GO)
5. Abiotic
Adapun katagori dari abiotic yaitu :
- Concrete (CO)
- Rock (RCK)
- Ruble (RB)
- Sand (SD)
- Silt (SI)
- Water (WA)
 Adapun peralatan yang digunakan dalam survey menggunakan metode transek
garis (LIT) yaitu :
1. rol meter
2. Alat dasar ( masker, snorkel dan kaki katak/ fins )
3. Scuba set (BCD, Regulator)
4. Tank/ tabung udara
5. pemberat
6. alat tulis bawah air (pensil, sabak atau kertas underwater dan penghapus)
7. perahu boat ( bila diperlukan )
8. GPS
9. kamera underwater

 Pengolahan data dilakukan dengan analis data sebagai berikut :


Persentase tutupan karang berdasarkan formulasi Cox (1967):
Percent cover(%) = total panjang intersep per genus/ total panjang transek x100
Keanekaragaman jenis (genus) mengikuti formasi Shannon-Wiener :
H’ = -∑ ni / N x log ni / N

Dimana :
H’ = indeks keanekaragaman
N = total jumlah individu
ni = jumlah individu dalam genus ke-i
indeks kematian berdasarkan rumus dari Gomes et.al, 1994
IM = KM/KM+KH
IM = indeks kematian
KM = persentase tutupan karang mati
KH = persentase tutupan karang hidup
 Kelebihan Dan Kekurangan metode line intercept transect( LIT)
Adapun kelebihan dari metode transek garis/ line intercept transect (LIT) ini yaitu :
1. Akurasi data dapat diperoleh dengan baik
2. Data yang diperoleh juga jauh lebih baik dan lebih banyak
3. Penyajian struktur komunitas seperti persentase tutupan karang hidup/ karang
mati, kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran koloni dan
keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyentuh.
4. Struktur komunitas biota yang berasosiasi dengan terumbu karang juga dapat
disajikan dengan baik.
 Adapun kekurangan dari metode transek garis/ line intercept transect (LIT) :
1. Membutuhkan tenaga peneliti yang banyak
2. Survey membutuhkan waktu yang lama
3. Dituntut keahlian peneliti dalam identifikasi karang, minimal life from dan
sebaliknya genus dan spesies.
4. Peneliti dituntut sebagai penyelam yang baik
5. Biaya yang dibutuhkan juga relative lebih besar

Ada beberapa cara yang mungkin untuk memperkirakan jumlah individu dalam
suatu daerah. Salah satunya adalah untuk menghitung mereka semua (jumlah total).
Total jumlah tidak memiliki ketidakpastian yang terkait, tetapi biasanya tidak mungkin
logistik untuk populasi yang menempati area yang luas. Alternatif adalah "transek strip"
di mana pengamat mendefinisikan strip dengan lebar tertentu, dan menghitung semua
individu dalam strip.. Kepadatan estimasi kemudian digunakan untuk ekstrapolasi ke
daerah ditemukan, untuk mendapatkan estimasi populasi. Asumsinya adalah bahwa
semua individu dalam strip terdeteksi, membatasi lebar strip..
Meskipun satu dapat menyesuaikan perkiraan jika ada yang tahu proporsi pengamatan
tidak terjawab, adalah penting bahwa probabilitas deteksi tidak menurun dengan jarak
dari pusat strip. Semua pengamatan luar strip harus dilewati dari analisis. transek Strip
telah digunakan dan dievaluasi untuk beruang kutub (Wiig dan Bakken 1990). Metode
transek garis memiliki banyak kesamaan dengan metode transek strip, tapi membiarkan
probabilitas deteksi menurun dengan jarak dari garis survey, dan menggunakan fungsi
deteksi untuk memperkirakan kepadatan.. Satu masih perlu untuk mengamati semua
individu "di" baris, atau dengan cara lain, untuk memperkirakan proporsi satu
ketinggalan di garis untuk koreksi.
 Asumsi untuk transek line (Buckland et al 2001.):
1. Sejumlah besar transek secara acak dialokasikan di daerah penelitian independen
dari distribusi populasi survei
2. Semua individu pada baris yang terdeteksi dengan pasti (g (0) = 1)
3. Hewan gerakan lambat dibandingkan dengan gerakan pengamat
4. Jarak diukur tanpa kesalahan

b. Doble transek

Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan
belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari
perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan elevasi. Transek
dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut kepedalaman, memotong sungai
atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek yang umum digunakan
adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar transek 200-1000 meter tergantung pada
intensitas yang dikehendaki. Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas
yang dikendaki 2 %, dan hutan yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %. Lebar jalur
untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah
diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m
yang baik.

 Rumus Analisis Vegetasi yang digunakan


a. Kerapatan Mutlak untuk jenis I (KM)

KM =Jumlah individu dari suatu jenis i

Jumlah total luas areal yang digunakan untuk penarikan contoh

b. Kerapatan Relatif jenis i (KR)

KR =Kerapatan mutlak dari jenis i

Kerapatan total seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh

c. Frekuensi Mutlak jenis i (FM)

FM = Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh spesies i

Jumlah banyaknya petak contoh dalam analisis vegetasi

d. Frekuensi Relatif jenis i (FR)

FR = Frekuensi mutlak dari jenis i

Frekuensi total seluruh jenis

e. Dominasi Mutlak jenis i (DM)

DM = Jumlah luas bidang dasar suatu jenis

Luas petak contoh


f. Dominasi Relatif jenis i (DR)

DR = Jumlah dominasi dari jenis i

Jumlah dominasi seluruh jenis

g. INP (%)

DR + DM

BAHAN DAN METODE TRENSEK

A. Alat Dan Bahan


patok kayu atau bambu, tali rafia atau tali plastik pisau besar, palu, meteran
panjang, penggaris, kamera handphone.

B. Metode Transek
Pada praktikum minimal area ini dilakukan pada hari jum’at,10 januari 2020
pada pukul 15.00 – 17.00 WIB dilaksanakan di bekas kebun melon.

 langkah kerja yang dilakukan yaitu sebagai berikut :


1. Pertama kali dibuat transek sepanjang 50cm dengan menggunakan tali
plastik.
2. Kemudian pada setiap 50 cm dibuat plot kuadrat dengan ukuran 25x 25
cm.
3. Untuk semak dan herba yang diukur adalah : jenis spesies,
DBH(diameter breast high), tinggi dan cover.
4. Untuk sampling dibuat plot dengan ukuran 25 x 25 cm didalam plot
ukuran 25 x 25 cm atau atau dengan membagi plot tersebut.
5. Untuk seedling dibuat plot dengan ukuran 10 x 10 cm dalam plot 15 x 25
cm.
6. Untuk sampling dan seedling diukur diameter jenis tanaman dan
jumlahnya.
7. Dianalisa data yang diperoleh.
C. Hasil Pengamatan
1. Nilai Analisa Kuantitatif Semai Setiap Plot.

N SPESIES £ £ K KR F FR IN INP/ Log H sp.


O I P M % M P sp INP
N L % INP/ sp/
D O total INP
T total
1 Mimosa 5 4 1 4,2 1 40 44, 0,22 -0,6 Kelimp
pudica 3 23 ahan
(putri rendah
malu)
2 Amarant 1 4 22, 89, 1 40 12 0,64 -0,2 Kelimp
hus 0 8 27 9,2 ahan
spinosus 4 7 rendah
(bayam
duri)
3 Cyperus 6 2 1,5 6,4 0, 20 26, 0,13 -0,9 Kelimp
rotundus 4 5 44 ahan
(rumput rendah
teki)

2. Nilai Analisa Kuantitatif Pancang Setiap Plot

N Nama £ £ K KR F FR INP INP/s Log HS p


o spesies IN P M % M % p INP
D L INP/t sp/I
O otal NP
T total
1 Mimosa 99 4 16 40 0, 14 54 0,27 - Keli
pudica ,5 5 0,56 mpah
(putri an
malu) renda
h
2 Amarant 16 2 2, 6,4 0, 9, 15, 0,08 - Keli
hus 66 6 33 45 91 1,09 mpah
spinosus an
(bayam renda
duri) h
3 Cyperus 4 1 0, 1,6 0, 4, 6,1 0,03 -1,5 Keli
rotundus 66 16 58 8 mpah
(rumput an
teki) renda
h
4 Phyllant 3 2 0, 1,2 0, 9, 10, 0,053 - Keli
hus 5 1 33 45 66 1,27 mpah
urinaria an
(meniran renda
) h

3. Nilai Analisis Kuantitatif Tiang Setiap Plot

N Spesies £ £ K KR FM FR IN INP Lo H sp
o IN P M % % P /sp g
D L % INP IN
O /total P
T sp/
IN
P
tot
al
1 Mimosa 46 6 7,6 66, 0,8 39 10 0,53 - Kelim
pudica 6 8 3 5,8 0,2 pahan
(putri 9 renda
malu) h
2 Amarant 1 1 0,1 1,3 0,1 7,5 8,8 0,04 - Kelim
hus 6 6 1,3 pahan
spinosus 9 renda
(bayam h
duri)
3 Cyperus 2 1 0,3 2,8 0,1 7,5 10, 0,05 - Kelim
rotundus 3 6 3 1,3 pahan
(rumput renda
teki) h
4 Phyllant 2 1 0,3 2,8 0,1 7,5 10, 0,05 - Kelim
hus 3 6 3 1,3 pahan
urinaria renda
(meniran h
)

D. Pembahasan

Praktikum metode transek bertujuan untuk mengetahui komposisi tumbuhan


pada suatu daerah atau pada suatu area tertentu. Menurut Oosting (1956), menyatakan
bahwa transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah
bentukkan atau beberapa bentukan. Transek juga dapat dipakai dalam studi altituide dan
mengetahui perubahan komunitas yang ada (Heddy, 1996).

Untuk mengetahui komposisi berdasarkan hal tersebut, maka dibuatlah jalur trek
sepanjang 50cm, yang kemudian jalur tersebut dibentuk plot-plot lebih kecil berukuran
25x25 cm di sisi kanan dan kirinya. Di dalam setiap plot tersebut, dibuat lagi plot
dengan ukuran yang lebih kecil. Plot dengan ukuran 25x25 cm untuk mengidntifikasi
semai, plot ukuran 10x10 cm, untuk mengidentifikasi pancang, plot dengan ukuran
15x25 cm untuk mengidentifikasi tiang, sedangakan untuk mengidentifikasi pohon pada
plot 10x10 cm (pada semua plot-plot kecil tersebut). Pengamatan dilakukan pada tiga
level tumbuhan, yaitu semai, pancang, tiang dan semak/herba. didapatkan 4 spesies
yaitu pada semai Mimosa pudica, Amaranthus spinosus, Cyperus rotundus. Pada
pancang terdapat. Pada tiang terdapat spesies Mimosa pudica, Amaranthus spinosus,
Cyperus rotundus, Phyllanthus urinaria. Dan pada tiang terdapat Mimosa pudica,
Amaranthus spinosus, Cyperus rotundus, Phyllanthus spinosus.

Berdasarkan hasil pengamatan pada tingkat semai diperoleh tiga jenis tumbuhan
dengan INP yang paling tinggi adalah Amaranthus spinosus yakni sebesar 129,27 %.
Dari hasil analisa kuantitatif pada level pancang spesies yang lebih mendominasi adalah
Amaranthus spinosusdengan nilai INP sebesar 15,91 % . Pada level tiang, spesies yang
mendominasi adalah dengan nilai Mimosa pudica INP sebesar 105,8 % . Dari data-data
yang didapat, dapat terlihat komposisi tumbuhan yang banyak tumbuh pada hutan
tersebut. Keanekaragaman tumbuhan di setiap plotnya berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh daya dukung tumbuh.

C. METODE POINT QUARTER

Point- quarter adalah metode penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan


disepanjang garis transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak
atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga
setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan
pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik
kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.
Contoh ilustrasi : Garis transek d 7 d 6 d1 d 5 d 8 d 2 d3 d4

Perhitungan besarnya nilai kuantitatif parameter vegetasi adalah :


a). Rata-rata jarak individu ke titik pengukuran

D=

d 1+ d 2+d 3 … … … … … … … … … … .+dn
n

dimana :
d = jarak ind. Pohon ke titik pengukuran di setiap kuadran
n = banyaknya pohon
d = rata-rata unit area/ind, yaitu rata-rata luasan permukaan tanah yang
diokupasi oleh satu ind pohon

b). Kerapatan total semua jenis


unit area
(d )2
c). Kerapatan relatif suatu jenis
jumlah ind suatu jenis
×100 %
jumlah individu semua jenis

d). Kerapatan sutu jenis


kerapatan relatif suatu jenis
× kerapatan total semua jenis
100

e). Donimasi suatu jenis


Kerapatan suatu jenis × dominasi rata-rata per jenis

f). Dominasi relatif


dominasi suatu jenis
×100 %
dominasi seluruh jenis

g). Frekuensi suatu jenis


jumlah titik ditemukannya suatu jenis
jumlah semua titik pengukuran

h). Frekuensi relatif


frekuensi suatu jenis
× 100 %
frekuensi semua jenis

i). INP = KR + FR + DR

METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat

Kuliah Kerja Lapangan “Analisis Vegetasi dengan Metode PCQ” ini dilaksanakan di
kawasan Hutan Alas Purwo Banyuwangi yang terbagi dalam dua puluh lima plot pada
transek ke-21 Triangulasi. Waktu penelitian adalah pada hari Jumat, 24 Maret 2017.

2. Alat dan Bahan


 Alat
a) Tali tampar
b) Roll meter
c) Meteran kain
d) Klinometer
e) Kompas bidik
f) Soil thermometer
g) Termohigrometer
h) Alat tulis
i) Meja dada
j) Tali raffia
k) Camera
 Bahan
a) Kantong Plastik
b) Kertas label
c) Kertas tabel pengamatan

3. Prosedur Kerja
a) Semua kelompok berjalan ke garis pantai
b) Menentukan arah pengambilan data (memasuki hutan) menggunakan kompas
bidik tegak lurus dengan garis pantai 20o
c) Menentukan jarak antar plot menggunakan rollmeter
d) Setiap kelompok berjalan ke masing-maisng plot
e) Menyiapkan plot berukuran 10x10 meter menggunakan tali tampar
f) Membagi plot empat kuadran
g) Mencari pohon terdekat pada setiap kuadran (1 pohon saja) dengan keliling
pohon ≥30 cm
h) Mengukur keliling batang pohon setinggi dada. Jika pohon bercabang, maka
kedua cabang diukur kelilingnya lalu dirata-rata
i) Mengukur jarak titik pusat ke pohon tersebut
j) Mengestimasi ketinggian pohon dengan klinometer. Mengarahkan klinometer ke
ujung pohon
k) Mengukur jarak pengamat klinometer ke pohon dan juga tinggi pengamat
l) Mencari nama spesies dari pohon tersebut. Jika tidak tahu, mengambil sampel
dan memasukkannya ke dalam kantong plastik lalu melabelinya
m) Melakukan langkah di atas pada 4 kuadran sehingga akan didapatkan maksimal
4 pohon terdekat
n) Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan yang telah disiapkan

4. Teknik Analisis Data

Setelah didapatkan data, dilakukan analisis PCQ hingga didaopatkan Indeks Nilai
Penting. Analisis data dimulai dari perhitungan menetukan Basal area (BA) merupakan
penutupan kanopi pohon. Diameter didapatkan dari pengukuran keliling batang pohon.
Diameter batang tiap spesies tersebut kemudian digunakan untuk mencari nilai basal
area dengan menggunakan rumus:

d = K/ π

BA = 1/4 πd2

Keterangan:

K = keliling pohon

BA = Basal Area

π = 3,14

d = Diameter batang

Rata-rata jarak = Jumlah semua jarak yang terukur (jumlah plot x panjang plot) 4 x
jumlah titik pusat (n)

Kerapatan per 100 m2 = Jumlah individu spesies i / 100 x Faktor koreksi

Faktor koreksi PCQ = 1

Kerapatan Mutlak = BA x Kerapatan per 100 m2

Kerapatan relatif = Jumlah individu sejenis x 100%


Total individu seluruh spesies

Frekuensi relatif = Frekuensi spesies i x 100%

Total frekuensi

Dominasi relatif = dominansi spesies i x 100%

Dominansi total

Indeks Nilai Penting = kerapatan relatif + dominasi relatif + frekuensi relative


D. METODE WONDERING QUARTER

Wandering - quarter adalah suatu metode dengan cara membuat suatu garis
transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan
kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90°) yang berpusat pada titik awal tersebut dan
membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran
dan pengukuran luas penutupan dan jarak satu pohon terdekat dengan titik pusat
kuadran. Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas umumnya
digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif. Analisis vegetasi hutan
Lindung Aek nauli dalam kegiatan P3H dilakukan dengan metoda kombinasi antara
metoda jalur dan metoda garis berpetak dengan panjang jalur minimum adalah 12.500
m yang bisa terdiri dari beberapa jalur, tergantung kondisi di lapangan. Di dalam
metoda ini risalah pohon dilakukan dengan metoda jalur dan permudaan dengan metoda
garis berpetak.

Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi,
yaitu :

1. kerapatan (Density)

Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan
tumbuhanlain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung.Secara kualitatif kualitatif
dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak
sekali terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut
kerapatan yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi
persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha,

2. Dominasi

Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain
(bisa dalam hal ruang ,cahaya danlainnya),sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam
besaran:

a) Banyaknya Individu (abudance)dan kerapatan (density)


b) persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar(LBD)/Basal
area(BA).
c) Volum.
d) Biomas’
e) Indek nilai penting(importance value-IV)

Kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalh LBH dengan


pertimbangan lebih mudah dan cepat,yaitu dengan melakukan pengukuran diameter
pohon pada ketinggian setinggi dada (diameter breas heigt-dbh).

3. Frekuensi

Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu


jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah
menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan
adaptasinya terhadap lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel membagi
frekuensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase,yaitu:

a) Kelas A dalam frekuensi 01 –20 %


b) Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
c) Kelas C dalm frekuensi 41-60%
d) Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
e) Kelas E dalam frekuensi 81-100%

4. Indek Nilai Penting(importance value Indeks)

Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam


komunitas dalam Shukla dan chandel Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai
kerapatan relatif, dominasi relaif dan frekuensi relatif,sehingga jumlah maksimalnya
300%. Praktik analisis vegetasi sangat ditunjang oleh kemampuan mengenai jenis
tumbuhan (nama). Kelemahan ini dapat diperkecil dengan mengajak pengenal pohon
atau dengan membuat herbarium maupun foto yang nantinya dapat diruntut dengan
buku pedoman atau dinyatakan keahlian pengenal pohon setempat,ataupundapat
langsung berhubungan dengan lembaga Biologi Nasional Bogor. Analisis vegetasi dapat
dilanjutkan untuk menentukan indeks keanekaragaman ,indeks kesamaan, indeks
asosiasi, kesalihan, dll, yang dapat banyak memberikan informasi dalam pengolahan
suatu kawasan, penilaian suatu kawasan. Data penunjang seperti tinggi tempat, pH tanah
warna tanah, tekstur tanah dll diperlukan untuk membantu dalam menginterpretasikan
hasil analisis.

Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah:

 Nama jenis (lokal atau botanis)


 Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
 Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap
lahan
 Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk
menghitung volume pohon.
 Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC),
penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat
diketahui ditaksir ukuran volume pohon.

Prosedur kerja :

Garis transek utama diletakkan dari tepi menuju ke tengah atau menuju ke arah
perubahan floristik/ gradien floristik atau searah dengan perubahan gradien lingkungan
yang terpilih. Kemudian dibuat garis subtransek dapat dengan interval sama atau
bersifat sekehendak. Dengan demikian setiap subtransek akan memotong stand vegetasi,
tersusun secara acak atau sistematik, untuk penepatan empat kuadran pada setiap titik
sampel. Disarankan pada setiap subtransek terdapat paling sedikit 20 titik sampel ,
sehingga akan tercatat 20 kali 4 pengukuran pohon tiap subtransek/stand.

Pohon dewasa pada tiap quarter dipilih satu yang terdapat. Diukur jaraknya dari
titik sampel ke pohon, secara diameter batang setinggi dada. Pohon yang telah terukur
ini diberi tanda dan tidak boleh diukur lagi. Selain pohon dewasa juga diambil anak
pohon dengan diameter batang. Dengan demikian dalam tiap kuadran diambil satu
pohon dewasa dan satu anak pohon. Untuk melengkapi lapisa vegetasi yang harus
disampling, maka lapisan herba dan semai pada setiap kuadran diambil dengan metode
kuadrat dengan ukuran 1 x 1 m . 
E. METODE JELAJAH

Metode jelajah (cruise methods) merupakan kegiatan mencari, mengumpulkan,


dan meneliti jenis spesies, Pengamatan dilakukan pada setiap kali penjumpaan. Jadi
setiap kali berjalan dijumpai anggrek, maka pada saat itu pula dilakukan pengamatan
populasi dan pengulangan penjumpaan dihitung sebagai frekuensinya. Persentase
kemelimpahan dihitung dari penjumlahan persentase jumlah individu dan persentase
frekuensi keterdapatannya.
Data untuk jenis tumbuhan anggrek yang ditemukan dicatat ke dalam tabel
pengamatan yang sudah di sediakan dan menyimpan titik koordinatnya menggunakan
GPS (Global Positinoning System). Pengulangan pengambilan sampel dilakukan secara
ganjil sebanyak tiga kali dengan daerah cruising/jelajah yang berbeda. Data hasil jelajah
dimasukan ke dalam tabel pengamatan yang dalamnya terdapat nama spesies, ciri khas,
jumlah, habitat. Analisis data untuk faktor abiotik digunakan perhitungan rata-rata.
Perhitungan indeks keragaman dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener (Odum,
1996).

s
H’= ∑ ¿¿
i=1

Kriteria :
H’ < 1,0 : keragaman rendah
1,0 < H’< 3,322 : keragaman sedang
H’> 3,322 : keragaman tinggi

Keragaman tidak dapat lepas dari kemerataan (evenness) yang dapat dihitung
dengan formulasi pielou (Odum,1996)

H'
e=
¿S
Ket :
H’ : indeks keragaman Shannon-Wiener
S : Jumlah jenis spesies
Ni : Jumlah total individu/Spesies
N : Jumlah individu seluruhnya
¿
Pi : N : Sebagai proporsi jenis ke i

e : Nilai keseimbanan antar jenis

e ≥ 0,6 Keseragaman spesies termasuk dalam kategori tinggi

0,4 ≤ e > 0,6 Keseragaman spesies termasuk dalam kategori sedang

e ≤ 0,4 Keseragaman spesies termasuk dalam kategori rendah

Kriteria :
Semakin kecil nilai e berarti semkin sempit penyebaran spesies dan semakin
besar nilai e berarti semakin luas penyebaran spesies.

Kelimpahan (Abundance)
Untuk melihat kelimpahan data yang diperoleh, digunakan rumus kelimpahan
haryanto et al, (1986).

Pi =
∑ species i
∑ total individu

Ket :
Pi : Nilai kelimpahan
DAFTAR PUSTAKA

Anwar hidayat. 2017. METODE PENELITIAN: Pengertian, Tujuan, Jenis. Diakses


melalui situs https://www.statistikian.com/2017/02/metode-penelitian-
metodologi-penelitian.html. pada tanggal 21/05/2020. 22:20

Qurratuain. 2015. Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan "Metode Jalur (Transek).


Diakses melalui situs http://vonimauliana-qurratuain.blogspot.com/2015/01/v-
behaviorurldefaultvmlo.html pada tanggal 20/05/2020. 23:05
Ande marpaung. 2009. Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan "Metode Jalur
(Transek). Diakses melalui situs
http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana-
mempelajari-analisa-vegetasi/ pada tanggal 21/05/22019. 23:15
Dahuri, R. I N. Suryadiputra, Zairion and Sulistiono. 1993. Metode dan Teknis
Analisis Biota Perairan. PPLH-LEMLIT Institut Pertanian Bogor.
Muhamad Adnan Rivaldi, 2013. Kelimpahan Dan Keragaman Anggrek Di Hutan
Pantai Leuweung Sanean Kecamatan Cibalong Kabupaten GarutUniversitas
Pendidikan Indonesia. diakses melalui situs
http://repository.upi.edu/355/6/S_BIO_0801352_CHAPTER3.pdf pada
tanggaal 23/05/2020. 15:49.
Dedy 2010 http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi diakses
tanggal 22/02/2020

Anda mungkin juga menyukai