Disusun oleh :
1
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah,dan inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah mata
kuliah Komunikasi Massa dengan judul “ Industri Media dan Masyarakat Massa”.
Penyusunan makalah ini kami kerjakan semaksimal mungkin dengan bantuan dari
berbagai pihak,sehingga dapat memperlancar dalam proses penyusunannya. Untuk itu kami tidak
lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Akhir kata,penulis merasa jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan,maka kritik dan
saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami diwaktu mendatang.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………...1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….5
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………10
3
BAB II
PENDAHULUAN
Teknologi komunikasi massa sering dijuluki sebagai faktor penentu perubahan yang
kehadirannya tidak bias dibendung. Makin mendekati abad 21 makin banyak perubahan yang
terjadi teknologi komunikasi. Proses bidang saja,tetapi juga merambang kebidang-bidang lain
dalam kehidupan manusia. Maka teori tentang efek komunikasi massa sekitar permulaan abad
ke-20 menyatakan bahwa individu sangat dipengaruhi secara langsung oleh pesan-pesan media
utamanya dalam bentuk pendapat umum.
Para ahli dalam dasawarsa 1950 dan 1960 menaruh harapan besar pada potensi media
massa untuk meningkatkan pembangunan. Media massa mempunyai kemampuan besar untuk
menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada masyarakat.
Pada masa Pra komunikasi media massa,umumnya orang bergantung kepada orang-orang
lain untuk mencatat,menafsirkan,menyampaikan pesan-pesan kepadanya dengan cara yang amat
pribadi. Zaman komunikasi massa tiba ketika orang-orang telah mampu menciptakan mesin
reproduksi yang dapat menggantikan komunikator pribadi dan melipat gandakan pesan-
pesannya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut istilah „media‟ berasal dari bahasa Latin (tunggal: medium) yang berarti sesuatu
yang ada ‟ atau muncul secara publik‟ atau “ada bagi publik‟, sebuah locus publicus, ruang
publik. Dengan demikian, hakikat media tidak dapat dipisahkan dari keterhubungan antara ranah
publik dan privat. Media menjadi perantara (mediating) dua wilayah untuk menciptakan atau
menemukan kemungkinan ( ketidakmungkinan) terciptanya hidup bersama.
Meskipun demikian, pemahaman lebih lanjut melihat bahwa media tetapla sebuah ranah
yang diperebutkan oleh berbagai kelompok kepentingan, mulai dari politik dan bisnis hingga
blok-blok religius-fundamentalis, yang bersaing untuk meraih kendali dan pengaruh, meskipun
terlihat jelas satu pihak memiliki kekuasaan lebih dibanding lainnya. Media terlihat dikendalikan
oleh akumulasi modal, sehingga industri dapat mengelak dari peraturan-peraturan yang ada,
dan pada gilirannya menyebabkan diperbolehkannya penguatan bisnis media melalui akui sisi
kanal maupun perusahaan media lain, dengan jumlah yang tidak terbatas. Pertumbuhan industri
media di manapun berkaitan erat dengan sistem ekonomi politik begitupun yang terjadi di
Indonesia.
Lanskap industri media di Indonesia sangatlah dinamis. Media terus menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, oleh karena itu perkembangan industri media selalu
5
penting bagi masyarakat. Meskipun begitu, ada langkah-langkah yang perlu diambil untuk
memastikan bahwa industri mengutamakan pelayanan pada kepentingan masyarakat, karena kita
tidak bisa menyerahkan hidup bersama kita semata pada logika bisnis.
Dalam bisnis media, profit didapat dari konten melalui iklan.Pertumbuhan iklan di
Indonesia disebabkan oleh stabilnya pertumbuhan ekonomi, serta didorong oleh kuatnya
konsumsi dan permintaan domestik. Semakin banyak konten yang dikonsumsi oleh pemirsa:
semakin besar profit yang akan diperoleh oleh media. Peraturannya sangat jelas, operator media
harus berusaha sebisa mungkin, untuk dapat menciptakan konten yang menarik pemirsa
sebanyak mungkin. Pemikiran seperti ini sangat logis dan jelas dalam bisnis media dan
sepertinya tidak menimbulkan masalah yang serius. Tetapi hal ini terus berlanjut, untuk
menjagapermintaan konten yang menguntungkan agar tetap tinggi, share pemirsa harus dijaga
sedemikian rupa dengan cara memanipulasi kebutuhan konsumen. Terlebih lagi, untuk meraih
keuntungan
lebih, konten harus diproduksi dan didistribusikan dengan cara yang lebih ekonomis.
Turunan dari logika ini sangat merusak, tetapi inilah yang sedang terjadi pada media di
Indonesia. Bisnis penyedia konten dan bisnis iklan telah berkembang seiring dengan
perkembangan industri media. Dari sisi iklan, bisnis televisi memang menggiurkan untuk
menghasilkan uang yang besar. Iming-iming pendapatan besar dari iklan inilah yang menjadi
daya tarik sebagian besar pemiliki televisi lokal untuk mendirikan stasiun televisi swasta lokal di
awal kemunculannya. 1
Teori masyarakat massa memberikan keutamaan pada media sebagai faktor penyebab.
Ide dasarnya adalah bahwa media menawarkan pandangan mengenai dunia tetapi juga membantu
mereka bertahan pada situasi yang sulit. Menurut C.Wright Millis,diantara kesadaran dan
1
Digilib.uinsby.ac.id
6
keberadaan,berdirilah komunikasi yang pengaruhnya sepeti kesadaran yang dimiliki manusia dan
keberadaan mereka.
Teori masyarakat massa memberi kedudukan terhormat kepada media sebagai penggerak
dan pengaman teori maasyarakat massa. Teori ini juga sangat mengunggulkan gagasan yang
menyatakan bahwa media menyuguhkan pandangan tentang dunia,semacam pengganti atau
lingkungan semu yang disatu pihak merupakan sarana ampuh untuk memanipulasi orang,tetapi
dilain pihak merupakan alat bantu bagi kelanjutan ketenangan psikisnya dalam kondisi yang
sulit.
Kemudian jika dilihat dari pandangan klasik, media merupakan alat produksi yang
disesuaikan dengan tipe umum industri kapitalis beserta faktor produksi dan hubungan
produksinya. Media cenderung dimonopoli oleh kelas kapitalis, yang penanganannya
dilaksanakan baik secara nasional maupun internasional untuk memenuhi kepentingan kelas
sosial tersebut. Para kapitalis melakukan hal tersebut dengan mengeksploitasi pekerja budaya
dan konsumen secara material demi memperoleh keuntungan yang berlebihan.
Para kapitalis tersebut bekerja secara ideologis dengan menyebarkan ide dan cara
pandang kelas penguasa,yang menolak ide lain yang dianggap berkemungkinan untuk
menciptakan perubahan atau mengarah ke terciptanya kesadaran kelas pekerja akan
kepentingannya.2
2
http://oliviadwiayu.wordpress.com/2006/12/08/teori-masyarakat-massa/
7
4. Rata-rata orang mudah mengecam media karena mereka sudah putus atau diisolir dari
instutisi sosial tradisional yang sebelumnya memproteksi mereka dari tindakan
manipulasi.
5. Media massa menurunkan nilai bentuk-bentuk budaya tertinggi dan membawa kepada
kemunduran peradaban secara umum.
Pada perkembangannya media tidak lagi dianggap sebagai suatu yang merusak,dan
mendegradasi budaya tinggi,namun dipandang sebagai sesuatu yang membatasi perkembangan
budaya, kekhawatiran tentang totaaliterisme telah digantikan oleh tumbuhnya kekecewaan dengan
konsumen dan kekuatannya dalam menggrogoti identitas budaya dan nasionalisme semua bangsa.3
BAB III
3
eprints.umsida.ac.id
8
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah „media‟ berasal dari bahasa Latin (tunggal: medium) yang berarti sesuatu yang
ada di antara‟ atau muncul secara publik‟ atau „ada bagi publik‟, sebuah locus publicus, ruang
publik. Dengan demikian, hakikat media tidak dapat dipisahkan dari keterhubungan antara ranah
publik dan privat. Media menjadi perantara (mediating) dua wilayah ini untuk menciptakan atau
menemukan kemungkinan (atau ketidakmungkinan) terciptanya hidup bersama.
Menurut KBBI, industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan
menggunakan sarana dan peralatan. Sedangkan Media adalah alat, sarana, bisa seperti koran,
majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Media memainkan peran penting dalam
kehidupan publik saat ini. Bahkan secara etimologis, kata „media‟ memiliki makna locus
publicus, sebuah ranah publik. Akan tetapi, seperti yang mungkin juga terjadi di negara-negara
lain, media di Indonesia tampak semakin digerakkan oleh motif keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
9
eprints.umsida.ac.id
http://oliviadwiayu.wordpress.com/2006/12/08/teori-masyarakat-massa/
Digilib.uinsby.ac.id
10