Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI DAN PSIKOLOGI

PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Zakiyah Isnawati, M. Pd.

Oleh:
Nurul Hikmah Luthfiyana (1810310127)
Nailul Hidayah (1810310137)
Elma Nur Santika (1810310151)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata Psyche yang
berarti jiwa, dan Ligos yang berarti ilmu. Jadi secara istilah, psikologi
berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang geajala-gejala
kejiwaan. Tetapi dalam sejarah perkembangannya, kemudian arti psikologi
menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini disebabkan
karena jiwa yang mengandung arti yang abstrak itu sukar untuk di pelajari
secara objektif. Kecuali itu, keadaan jiwa seseorang melatar belakangi
timbulnya hampir setiap tingkah laku.
Psikologi pendidikan adalah studio yang sistematis terhadap proses
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Pada zaman
sebelum Masehi, psikologi sudah dipelajari orang dan banyak di
hubungkan dengan filsafat. Para ahli filsafat pada waktu itu sudah
membicarakan tentang aspek-aspek kejiwaan manusia.
Psikologi perlu juga kita kaji agar kita lebih mudah untuk
mengetahui perkembangan jiwa yang dimiliki oleh seorang anak didik kita
kelak, agar kita bisa memiliki sikap kritis terhadap permasalahan-
permasalahan pendidikan dan pengajaran dan bisa menganalisisnya dari
segi psikologi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah psikologi ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan psikologi pendidikan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami sejarah psikologi
2. Memahami dan mengetahui tentang psikologi pendidikan serta
sejarah psikologinya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Psikologi
Psikologi berkembang diawali dalam bidang filsafat yang dikenal sebagai
induk dari berbagai ilmu. Mulai dari pada jaman yunani kuno, pemikiran
filsuf Aristoteles yang mengembangkan filsafat mengenai ilmu jiwa yaitu
ilmu yang mempelajari segala hal mengenai gejala kehidupan. Kemudian
ilmu jiwa ini menjadi ilmu yang otonom. Dalam perkembangannya
kemudian, psikologi juga banyak diminati oleh para ahli di bidang
kedokteran. Kelompok inilah kemudian yang berjasa menjadikan psikologi
sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Selain itu, dalam dunia Islam juga terjadi
upaya-upaya pengembangan psikologi berdasarkan pendekatan Islam yang
penting bagi pengembangan khazanah keilmuan.
1. Psikologi dengan Pendekatan Filsafat
Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi para filsuf telah mulai
memikirkan tentang aspek-aspek psikis pada manusia, meski masih belum
disebut sebagai psikologi. Dengan hanya menggunakan metode yang
tersedia pada saat itu, yaitu analisis logis, mereka mengembangkan
penjelasan tentang apa itu jiwa, proses kejadiannya, serta apa fungsi dan
sifat-sifatnya. Dua filsuf Yunani Kuno yang sudah mempelajari psikologi
adalah Plato dan Aristoteles (Dirgagunarsa, 1983).
Plato (427 - 347 S.M.) memandang aspek psikis manusia (yang
disebutnya sebagai jiwa) bersifat immaterial, karena sebelum masuk ke
dalam tubuh manusia sudah ada terlebih dahulu dalam alam para sensoris.
Ini dikenal dengan Pre-Eksistensi Jiwa. Selain itu, menurut Plato pada
manusia terdapat tiga aspek, yaitu berpikir, kehendak dan keinginan.
Berpikir (logisticon) terletak di otak, kehendak (thumeticon) terletak di
dada, dan keinginan (abdomen) terletak di perut. Ketiga aspek ini di sebut
sebagai Trichotomi, yang menurut Plato mendasari semua aktivitas
kejiwaan dan perilaku manusia.

2
Aristoteles (384- 322 S.M.) adalah murid Plato. Menurut
Aristoteles, jiwa adalah jumlah dari daya hidup dengan proses-prosesnya,
yaitu keseluruhan prinsip vital dari suatu organisme. Di mana ada hidup di
situ ada jiwa akan tetapi tidak dalam taraf yang sama melainkan ada
tingkatan-tingkatannya. Fungsi jiwa ini terbagi dua yaitu: kemampuan
untuk mengenal dan kemampuan berkehendak. Ini disebut sebagai
Dichotomi.
Selain kedua filsuf di atas, filsuf-filsuf setelah mereka banyak juga
yang telah mempelajari psikologi, di antaranya adalah: Rene Descartes
(1596 - 1656), John Locke (1632 - 1704), Gottfried Wilhelm Leibnitz
(1646 - 1716), George Berkeley (1685 -1753), James Mill (1773 - 1836),
dan John Struart Mill (1806 -1873) (Dirgagunarsa,1983).
2. Psikologi dengan Pendekatan Ilmiah
Pemisahan psikologi dari filsafat diawali oleh Wilhelm Wundt
(1832 - 1920) dalam penelitian psikologi fisiologis yang mulai
dilakukannya pada tahun 1874 (Bell-Gredler, 1986). Wundt adalah
seorang dokter, namun ia lebih tertarik pada psikologi. Pada tahun 1879,
Wundt mendirikan laboratorium psikologi yang pertama di University of
Leipzig, Jerman. Sejak itulah, psikologi mulai menjadi ilmu yang berdiri
sendiri, dan karena jasanya tersebut Wundt disebut sebagai pendiri
psikologi. Menurut Dirgagunarsa (1983), sebenarnya sebelum Wundt telah
ada dua orang ahli yang memelopori timbulnya psikologi tersebut, yaitu
Gustav Theodere Fechner (1807 - 1887) dan Herman Ludwig
Ferdinand von Helmholtz (1821 - 1894). Namun keduanya tidak disebut
sebagai pendiri psikologi karena eksperimen- eksperimen mereka tidak
dilakukan dalam laboratorium khusus psikologi seperti halnya Wundt.
3. Psikologi dengan Pendekatan Islam
Seperti halnya psikologi pada umumnya, perkembangan psikologi
dengan pendekatan islam juga berawal dari pemikiran para tokoh filsafat
Islam. Akan tetapi baru diangkat sebagai wacana ilmiah yang terlepas dari
filsafat oleh Muhammad Ustman Najati pada tahun 1950-an. Tokoh-tokoh

3
filsafat Islam yang pernah memepelajari dan membahas tentang psikologi
adalah Alkindi, Ibnu Sina, Ibnu Majah, Sulawardi Al-Magfur dan Nasir
Al-Din Tusi (Shaleh dan Wahab, 2004). Selain keempat orang tersebut,
tokoh filsafat islam lain yang juga banyak membahas tentang psikologi
adalah Al-Ghozali dan Ibnu ‘Arabi. Ibnu ‘Arabi (Affifi, 1995)
mengemukakan tiga unsur yang terdapat dalam diri manusia, yaitu tubuh,
jiwa (soul), dan ruh (spirit).
Meski sudah lama dipelajari, namun wacana psikologi dengan
pendekata Islam baru mulai menjadi perbincangan public berskala
Internasional semenjak tahun 1978. Pada tahun tersebut, dilaksanakan
Internasional Simposium on Psycology and Islam di Universitas Riyadl.
Setahun setelah itu, 1979, di Inggris terbit sebuah buku kecil yang sangat
monumental di kalangan psikolog Muslim, yaitu The Dilemma of Muslim
Psychologists yang ditulis oleh Malik B. Badri. Pertemuan ilmiah dan
penerbitan buku tersebut kemudian menjadi inspirasi bagi lahir dan
berkembangnya psikologi dengan pendekatan Islam.1

B. Sejarah Psikologi Pendidikan dan Perkembangannya.


Menurut David (1972) pada umumnya para ahli memandang bahwa
Johan Friedrich Herbart adalah bapak psikologi pendidikan yang konon
menurut sebagian ahli masih merupakan disiplin sempalan psikologi lainnya
itu. Herbart adalah seorang filsuf dan pengarang kenamaan yang lahir di
Oldenburg, Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Pada usia 29 tahun ia menjadi
dosen filsafat di Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada tahun 1809
ketika ia diangkat menjadi ketua jurusan filsafat di Konisberg sampai tahun
1833. Ia meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841. Nama
Herbart kemudian diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang
disebut Herbartianisme pada tahun 1820-an. Konsep utama pemikiran

1
Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Depok : PT. Rajagrafindo Persada, 2014),
hlm. 9-16.

4
Herbartianisme ialah apperceptive mass, sebuah istilah yang khusus
diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah dimiliki individu.
Dalam pandangan Herbart, proses belajar atau memahami sesuatu
bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara
ide-ide baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Konsep ini sampai
sekarang masih digunakan secara luas dalam dunia pengajaran, yakni yang
kita kenal dengan istilah apersepsi sebagai salah satu tahapan dalam belajar
mengajar. Ia juga dianggap sebagai pencetus gagasan-gagasan pendidikan
gaya baru yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Buku Pedagogics
(ilmu mengajar) adalah karyanya yang dianggap monumental, “sesuatu yang
agung”. Karya besar lainnya yang berhubungan dengan psikologi pendidikan
Application of Fsichology to the Science of Education (penerapan psikologi
untuk ilmu pendidikan).
Selanjutnya psikologi pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika
Serikat, meskipun tanah kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dari
negara adidaya tersebut menyebar keseluruh benua hingga sampai ke
Indonesia. Meskipun perkembangan psikologi pendidikan di Eropa dianggap
tidak seberapa, kenyataannya psikologi tersebut tidak lenyap atau tergeser
oleh perkembangan psikologi pengajaran dan didaksologi seperti yang telah
penyusun singgung dimuka. Salah satu bukti masih dipakai dan
dikembangkannya psikologi tersebut di Eropa, khususnya di Inggris adalah
masih diterbitkannya sebuah jurnal Internasional yang bernama British
Journal of Educational Psychology. Sekarang, semakin dewasa usia psikologi
pendidikan, semakin banyak pakar psikologi dan pendidikan untuk
mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya fakultas
psikologi dan fakultas pendidikan di universitas-universitas terkenal di dunia
yang membuka jurusan atau spesialisasi keahlian psikologi pendidikan
dengan fasilitas belajar yang lengkap dan modern.
Di Indonesia sendiri, Psikologi mulai berkembang pada tahun 1952.
Psikologi di Indonesia diperkenalkan oleh seorang professor psikiater dari
Universitas Indonesia yang bernama Slamet Imam Santoso. Di tahun tersebut,

5
Slamet Imam Santoso ditunjuk sebagai ketua Jurusan Psikologi di Universitas
Indonesia, sebagai Jurusan Psikologi pertama di Indonesia. Lulusan pertama
dari Jurusan Psikologi adalah Bapak Fuad Hassan pada tahun 1958. Pada
tahun 1960, Jurusan Psikologi berdiri sendiri sebagai sebuah fakultas dengan
Slamet Imam Santoso sebagai dekan pertama, yang kemudian digantikan oleh
Bapak Fuad Hassan (Psikologikucom, 2015).
Pada tahun 1961 berdiri Fakultas Psikologi di Universitas Padjajaran,
Bandung yang diprakarsai oleh anggota TNI yang juga dikirim ke Belanda
dan Jerman untuk mempelajari Psikologi dan kemudian ditempatkan di
Angkatan Darat dan Angkatan Udara Bandung. Universitas ketiga yang
memiliki jurusan psikologi adalah Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Pada
awalnya jurusan psikologi terdapat di dalam Fakultas Pendidikan. Pada tahun
1964, Fakultas pendidikan berdiri sendiri sebagai sebuah institute, namun
Jurusan psikologi tetap berada di bawah naungan Universitas Gajah Mada
dan kemudian berdiri sebagai Fakultas. Universitas keempat adalah
Universitas Airlangga, Surabaya. Di Universitas ini pada awalnya psikologi
tergabung dalam Fakultas Ilmu Sosial. Namun pada tahun 1992, menjadi
Fakultas Psikologi dengan para staf nya sebagian besar adalah alumni
fakultas psikologi Universitas Gajah Mada (Psikologikucom, 2015). Setelah
itu, Jurusan dan Fakultas Psikologi semakin banyak bermunculan hingga saat
ini.2

2
Didik Supriyanto, Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan, Jurnal Program Studi PGMI,
Volume 4, Nomor 2, September 2017, hlm. 230-231.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejak jaman Yunani kuno, psikologi sudah mulai berkembang
bermula dari bidang filsafat oleh seorang filsuf Aristoteles yang
mempunyai pemikiran mengembangkan filsafat mengenai ilmu jiwa yang
kemudian menjadi ilmu yang otonom. Pemisahan psikologi dari filsafat
diawali oleh seorang dokter bernama Wilhelm Wundt dalam penelitian
psikologi fisiologisnya pada tahun 1874. Pada tahun 1879, Wundt
mendirikan laboratorium psikologi yang pertama di University of Leipzig,
Jerman. Sejak itulah, psikologi mulai menjadi ilmu yang berdiri sendiri,
dan karena jasanya tersebut Wundt disebut sebagai pendiri psikologi.
Perkembangan psikologi dengan pendekatan islam juga berawal dari
pemikiran para tokoh filsafat Islam.
Psikologi pendidikan berkembang pesat di Amerika Serikat,
meskipun tanah kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, psikolgi
menyebar keseluruh benua hingga sampai ke Indonesia. Di Indonesia,
Psikologi diperkenalkan oleh seorang professor psikiater dari Universitas
Indonesia yang bernama Slamet Imam Santoso dan mulai berkembang
pada tahun 1952. Pada tahun 1960, Jurusan Psikologi berdiri sendiri
sebagai sebuah fakultas. Setelah itu, Jurusan dan Fakultas Psikologi
semakin banyak bermunculan di perguruan tinggi di Indonesia hingga saat
ini.

B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa sepenuhnya makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dari isi maupun penulisan. Oleh karena itu,
pemakalah mengharapkan kritik dan saran tentang materi ini untuk
disempurnakan lebih baik lagi dan dapat menjadi pelajaran untuk
selanjutnya.

7
8
DAFTAR PUSTAKA

Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Depok : PT. Rajagrafindo


Persada.
Supriyanto, Didik. 2017. Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan. Jurnal Program
Studi PGMI. Volume 4, Nomor 2.

9
LANGKAH PEMBELAJARAN PSIKOLOGI

Langkah- langkah Presentasi:


1. Tahap Persiapan atau Pembukaan

a. Pemakalah menyiapkan potongan kertas yang berisi nama kelompok yang


dibagikan ketika audience memasuki ruang kelas, sehingga audience
langsung duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing melaui
arahan pemakalah

b. Moderator membuka presentasi dengan salam dan memperkenalkan nama


anggotanya

c. Moderator menyampaikan kata – kata motivasi yang tertuang dalam PPT

d. Moderator menyampaikan tujuan persentasi mengenai Sejarah Psikologi


dan Psikologi Pendidikan

e. Moderator menyampaikan pendekatan dan metode yang digunakan dalam


persentasi yaitu menggunakan metode ceramah, inquiry, diskusi dan tanya
jawab

2. Tahap membawakan

Pemateri menjelaskan dengan singkat, jelas dan detail mengenai materi


sejarah psikologi dan psikologi pendidikan, serta melakukan ice breaking di
tengah penjelasan materi agar audience tetap semangat dan tidak bosan.

3. Tahap Penutup

a. Pemateri memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dijelaskan

b. Moderator menjelaskan metode pembelajaran yang digunakan selanjutnya


yaitu metode pembelajaran inquiry dengan model pembelajaran snowball
throwing, hal ini dilakukan untuk mengulas kembali materi yang telah
disampaikana pemakalah

10
c. Moderator memberikan kesempatan kepada audience untuk bertanya
mengenai materi yang belum dipahami

d. Pemateri menjawab pertanyaan dan mendiskusikannya kepada audience


yang di bimbing oleh Dosen Bu Zakiyah.

4. Ice Breaking

Ice breaking ini kami pilih bertjuan untuk melatih kekompakan, dengan
langkah – langkah sebagai berikut :
a. Setelah melakukan proses pembagian kelompok saat tahap persiapan
presentasi, terbagilah 5 kelompok yang beranggotakan 6 orang. Nama
kelompok yang telah pemakalah siapkan adalah wak, wik, wuk, wek, dan
wok.
b. Permainan dilakukan dengan berdiri agar lebih semangat, kemudian
pemakalah menerangkan cara bermain dalam ice breaking ini, yaitu
pemakalah akan menunjuk audience untuk menyanyikan sebuah lagu
tetapi lirik dalam lagu tersebut digantikan dengan nama kelompoknya
masing-masing. Misalnya saya menunjuk kelompok 2 :”wik wik wik
wik wik wik”, kelompok 3 :”wuk wuk wuk wuk wuk wuk dan
seterusnya. Kelompok yang tidak ditunjuk oleh pemakalah diharapkan
diam namun tetap berkonsentrasi.
c. Ice breaking dimulai dengan menyanyikan lagu potong bebek angsa,
untuk menyemarakkan suasana kelompok yang tidak ditunjuk dapat
bertepuk tangan sesuai dengan irama lagu. . Jika ada kelompok yang
tidak fokus atau gagal pengucapannya maka pemakalah memberikan
punishment dengan menyuruh kelompok tersebut untuk maju kedepan
dan menyanyikan lagu dengan mengganti huruf vokalnya.

5. Metode Inquiry dengan model pembelajaran Snawball Throwing

Dalam metode ini, setiap kelompok akan bermain dengan gumpalan kertas
yang telah disediakan pemakalah. Gumpalan kertas tersebut berisi soal-soal

11
yang akan dijawab oleh kelompok. Pemakalah menerangkan cara bermain
dalam metode ini dengan langkah-langkah :
a. Pemakalah akan memutarkan berbagai macam lagu kemudian
gumpalan kertas tersebut saling dilemparkan kesetiap kelompok. Jika
musik berhenti dan gumpalan kertas tersebut berhenti pada kelompok
tertentu maka kelompok tersebut yang harus menjawabnya dengan
mendiskusikannya bersama anggota kelompoknya. Jika kelompok
tersebut tidak dapat menjawab maka soal tersebut akan dilempar ke
kelompok lain yang dapat menjawab dengan cara berebut. Kelompok
yang dapat menjawab akan mendatkan poin.
b. Permainan tersebut dilakukan hingga gumpalan kertas berakhir
c. Kelompok yang berhasil mendapatkan point tertinggi akan mendapatkan
reward dari pemakah, dan kelompok yang tidak mendapatkan point
sama sekali akan diberikan punishment

12

Anda mungkin juga menyukai