Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL

PENGEMBANGAN KULKAS
PORTABLE MENGGUNAKAN REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK

OLEH:

BERYL PUTRA P.A


1625041021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 3

C. Tujuan Pengembangan ......................................................................... 3

D. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan .............................................. 3

E. Manfaat Pengembangan......................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori .......................................................................................... 5

1. Definisi Pengembangan ............................................................... 5

2. Model Pengembangan Prototyping ............................................... 6

3. Thermoelektrik .............................................................................. 9

4. Freon ............................................................................................. 11

5. Power Supply ................................................................................ 12

6. Heatsink......................................................................................... 13

7. Kipas Arus searah ........................................................................ 14

8. Sensor Suhu ................................................................................... 15

B. Kajian Penelitian Yang Relevan .......................................................... 17

C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 17

D. Pertanyaam Penelitian.......................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan.......................................................................... 20

ii
B. Prosedur Pengembangan ...................................................................... 22

1. Tahap Pra Pengembangan................................................................ 23

2. Tahap Pengembangan ...................................................................... 23

3. Tahap Penerapan .............................................................................. 24

C. Desain Pengembangan ......................................................................... 26

D. Pengujian Sistem.................................................................................. 30

E. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 32

F. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 33

G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendingin memiliki peranan yang penting dalam kehidupan

masyarakat saat ini. Indonesia yang beriklim tropis, hampir di setiap rumah

dapat ditemui peralatan yang menggunakan sistem pendingin. Pada rumah

tangga, sistem pendingin banyak digunakan adalah AC, Kulkas, Freezer dan

Dispenser, yang digunakan sebagai peralatan untuk menyimpan buah-buahan,

sayur-sayuran, minuman, untuk membuatnya lebih tahan lama dan lebih

segar.

Zaman modern ini teknologi berkembang semakin canggih,

pemanfaatan teknologi tersebut mencakup segala aspek kehidupan manusia,

Kulkas merupakan peralatan rumah tangga yang digunakan untuk

menyimpan berbagai jenis makanan agar lebih tahan lama dan tetap segar.

Pada perkembangan zaman manusia menyadari akan adanya bahaya yang

ditimbulkan dengan penggunaan bahan kimia didalamnya, salah satu

contohnya adalah penggunaan refrigeran. Refrigeran merupakan bahan kimia

yang dapat merusak struktur lapisan O3 (ozon) jika terurai di udara. Upaya

manusia mengatasi penggunaan refrigeran yang dapat merusak lapisan ozon

adalah dengan mengganti bahan kimia lain yang tidak merugikan atau dengan

metode yang tidak memerlukan bahan kimia. (Umboh.R, 2012)

Thermoelektrik merupakan komponen yang dapat menggantikan

fungsi dari refrigeran. Thermoelektrik adalah hubungan antara energi panas

1
dengan energi listrik yang terjadi antara dua jenis logam yang berbeda. Efek

thermoelektrik dikembangkan dalam suatu alat yang dinamakan elemen

Peltier (Santosa, 2015). Penggunaan elemen peltier ini dapat dirancang dalam

suatu sistem yang dapat menggantikan sistem konvensional dan lebih ramah

lingkungan.

Pada saat ini sistem pendingin yang banyak digunakan masyarakat

masih menggunakan refrigeran yang sebenarnya dapat merusak struktur

lapisan ozon semakin tipis dikarenakan zat ini saat dilepaskan di udara dapat

bereaksi dengan ozon. Ozon dibentuk oleh oksigen, rumus ozon adalah O3

namun karena bereaksi dengan freon maka lapisan ozon tersebut berubah

menjadi O2 atau Oksigen sehingga akibat pelepasan freon ini mengurangi

lapisan ozon di atmosfer bahkan hingga terdapat lubang ozon. Lubang inilah

yang akhirnya membuat pemanasan global. (Yusal, 2017)

Kulkas alternatif ini memiliki kelebihan. Pertama ditemukannya

alternatif kulkas ramah lingkungan yang menggunakan refrigerator

thermolelektrik yang tidak menggunakan bahan baku freon yang berbahaya

bagi lapisan ozon. Kedua energi listrik yang digunakan tidak sebesar energi

listrik kulkas yang di jual dipasaran, dan ketiga adalah portable.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan diteliti tentang

pengembangan kulkas portable yang lebih ramah lingkungan. Sehingga dapat

dirumuskan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengembangan Kulkas

Portable Menggunakan Refrigerator Thermoelektrik”

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yaitu:

1. Bagaimana tahapan-tahapan mengembangkan kulkas portable

menggunakan refrigerator thermoelektrik?

2. Bagaimana uji Funcitionality kulkas portable menggunakan refrigerator

thermoelektrik?

C. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui tahapan-tahapan mengembangkan kulkas portable

menggunakan refrigerator thermoelektrik.

2. Untuk mengetahui uji Funcitionality kulkas portable menggunakan

refrigerator thermoelektrik.

D. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

Adapun spesifikasi kulkas portable menggunakan refrigerator

thermoelektrik yang akan dibuat adalah berupa:

1. Produk berupa alat kulkas portable menggunakan refrigerator

thermoelektrik.

2. Menggunakan refrigerator thermoelektrik sebagai subtitusi penggunaan

Freon sehingga lebih ramah lingkungan.

3
E. Manfaat Pengembangan

Adapun manfaat yang dapat diberikan dari pengembangan sistem

pendingin ruangan ini:

1. Manfaat Teoritis

a. Mampu menerapkan ilmu yang didapat dari program pendidikan Strata

Satu Teknik Elektronika Universitas Negeri Makassar.

b. Mampu mendesain pembuatan kulkas portable menggunakan

refrigerator thermoelektrik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

1) Untuk memperoleh gelar sarjana serta menambah pengetahuan dan

wawasan serta mengembangkan daya nalar dalam bidang elektronika

2) Untuk menambah pengetahuan pengembangan dalam pengembangan

elektronika.

b. Bagi industri

Dapat menjadi nilai tambah pelaku industri untuk memproduksi

pendingin ruangan yang aman dan nyaman untuk menciptakan kondisi

yang ramah lingkungan.

c. Bagi jurusan

Dapat memberikan suatu referensi di jurusan bagi peneliti

selanjutnya dalam hal pengembangan teknologi elektronika.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Definisi Pengembangan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002

tentang sistem nasional penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu

pengetahuan dan teknologi, pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu

pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi,

manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau

menghasilkan teknologi baru.

(Sugiyono, 2017) memberikan pengertian bahwa pengembangan adalah

memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada. Kegiatan

pengembangan meliputi tahapan: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang

diikuti dengan kegiatan penyempurnaan sehingga diperoleh bentuk yang

dianggap memadai. Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk

menghasilkan sebuah produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah

ada. Produk yang dihasilkan dalam kegiatan pengembangan ini tidak harus

berbentuk benda perangkat keras (Hardware), tetapi dapat berupa perangkat

perangkat lunak (Software).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan

adalah proses atau kegiatan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan

5
yang sudah ada sebelumnya bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk

baru.

2. Model Pengembangan Prototyping

Beberapa model pengembangan dan model pengembangan memiliki

keunggulan maupun keterbatasan. Berikut ini merupakan beberapa model

pengembangan yang akan dipakai dalam pengembangan kulkas portable

menggunakan refrigerator thermoelektrik.

Menurut (Shalahuddin, 2015) Prototyping model dijadikan sebagai

acuan atau dasar dalam pelaksanaan penelitian bertujuan untuk membuat

sebuah model awal dari program perangkat-perangkat atau sebuah sistem.

.Gambar 2.1
Model Prototype (Sumber: Shalahuddin: 2015)

Tahap-tahap model pengembangan Prototype Shalahuddin adalah:

1). Mendengarkan pelanggan

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan kebutuhan dari sistem

dengan cara mendengar keluhan dari pelanggan. Untuk membuat suatu

sistem yang sesuai kebutuhan, maka harus diketahui terlebih dahulu

6
bagaimana sistem yang sedang berjalan untuk kemudian mengetahui

masalah yang terjadi.

2). Merancang dan Membuat Prototype

Pada tahap ini, dilakukan perancangan dan pembuatan prototype

sistem. Prototype yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan sistem

yang telah didefinisikan sebelumnya dari keluhan pelanggan atau

pengguna.

3). Uji coba

Pada tahap ini, Prototype dari sistem di uji coba oleh pelanggan

atau pengguna. Kemudian dilakukan evaluasi kekurangan-kekurangan

dari kebutuhan pelanggan. Pengembangan kemudian kembali

mendengarkan keluhan dari pelanggan untuk memperbaiki Prototype

yang ada.

Penjelasan tahapan model prototyping diatas, hasil analisisnya

menjelaskan bahwa terdapat 3 tahapan model pengembangan

prototyping yang sesuai untuk pengembangan sistem pendingin ruangan

yaitu; 1) Mendengarkan pelanggan atau analisis kebutuhan yakni:

Dengan cara mendengar keluhan dari pelanggan. Untuk membuat suatu

sistem yang sesuai kebutuhan, maka harus diketahui terlebih dahulu

bagaimana sistem yang sedang berjalan untuk kemudian mengetahui

masalah yang terjadi. 2) Merancang dan Membuat Prototype yakni:

Perancangan dan pembuatan Prototype sistem. Prototype yang dibuat

disesuaikan dengan kebutuhan sistem yang telah didefinisikan

7
sebelumnya dari keluhan pelanggan atau pengguna. 3) Uji coba yakni:

Prototype dari sistem di uji coba oleh pelanggan atau pengguna.

Kemudian dilakukan evaluasi kekurangan-kekurangan dari kebutuhan

pelanggan.

Analisis Kebutuhan
Pra Pengembangan
1. Analisis permasalahan
2. Analisis data penunjang
Perancangan

Pengembangan 1. Merancang Tujuan


Pengembangan
2. Merancang desain
1. Membuat sistem kulkas
menggunakan refrigerator
thermoelektrik

Evaluasi

Penerapan Validasi

Uji coba

Produk
Akhir

Gambar 2.4
Konsep Pengembangan kulkas portable menggunakan refrigerator
Thermoelektrik

8
3. Thermoelektrik

Efek thermoelektrik pertama kali ditemukan pada tahun 1821 oleh T. J.

Seebeck. Ia menunjukkan bahwa gaya gerak listrik (ggl) dapat dihasilkan

dengan memanaskan titik sambungan antara dua penghantar listrik yang

berbeda. Efek Seebeck dapat didemonstrasikan dengan membuat sambungan

antara dua kawat dari jenis logam yang berbeda (misalnya, tembaga dan besi).

Didapati juga bahwa besar tegangan thermoelektrik sebanding dengan

perbedaan suhu antara titik sambungan termokopel dan koneksinya pada alat

ukur.

Tiga belas tahun setelah Seebeck melakukan penemuannya, J. Peltier,

seorang pembuat jam tangan, peneliti efek thermoelektrik yang kedua. Ia

mendapati dimana arus listrik yang melalui suatu termokopel akan

menghasilkan efek pemanasan atau pendinginan bergantung pada arah aliran

arus listrik tersebut. Efek Peltier cukup sulit untuk didemonstrasikan

menggunakan termokopel karena selalu terdapat efek pemanasan Joule yang

juga muncul. Barulah efek peltier dapat didemonstrasikan, pada prinsipnya,

mengganti meter dengan sumber arus searah dan menempatkan termometer

kecil pada titik sambungan termokopel. (Umboh, 2012).

Bahan semikonduktor Thermo-Electric yang paling sering digunakan

saat ini adalah Bismuth Telluride (Bi2Te3). Thermo-Electric dibangun oleh dua

buah semikonduktor yang berbeda, satu tipe N dan yang lainnya tipe P. Bahan

Thermo-Electric lainya termaksud Timbal Telluride (PbTe), Silicon

Germanium (SiGe), dan Bismuth-Antimony (SbBi) adalah paduan bahan yang

9
dapat digunakan dalam situasi tertentu, namun Bismuth Telluride adalah bahan

terbaik dalam hal pendingin. Sebuah Thermo-Electric akan menghasilkan

perbedaan suhu maksimal 70oC antara sisi panas dan dinginnya. (Santosa,

2015)

Adapun spesifikasi thermoelectric peltier TEC-12706 yang digunakan

sebagai berikut:

a. Tipe: TEC-12706

b. Dimensi: 40 x 40 x 3.9mm

c. Tegangan kerja maksimal: 15.4V

d. Arus maksimal: 7A

e. Daya maksimal: 62.2W

f. Max Operating Temp:180°C, Min Operating Temp: - 50°C

Gambar 2.8
Thermoelektrik Peltier TEC-12706 (Sumber: google.com)

10
4. Freon

Freon atau refrigerant adalah senyawa kimia atau gas yang biasanya

digunakan sebagai fluida untuk menyerap beban pendingin ruangan atau

tempat-tempat lain yang ingin dikondisikan suhu udaranya. Freon termasuk

dalam pendingin buatan, yaitu hidro chloro, fluoro dan carbon. Pada mesin

refrigerator banyak digunakan refrigerant yang mengandung bahan kimia CFC

(chloro fluoro carbon) dan didominasi oleh R-12 dan R-22. Synthetic

refrigerant CFC seperti R-12 dan R-22 mempunyai efek negatif terhadap

lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara

langsung dari penggunaan freon dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon.

Belum lagi ditambah karbon dioksida dari kendaraan bermotor, pemanasan

global menjadikan efek rumah kaca semakin meningkat (M.Pamungkas, 2015)

Dikarenakan fungsinya yang beragam, freon diklasifikasikan ke dalam

beberapa kelas berdasarkan jenis fluida yang digunakan. Jenis-jenis tersebut

antara lain CFC (Chloro fluoro carbon), dan jenis natural yang langsung

digunakan dari alam, perlu diketahui bahwa Freon tergolong zat yang

berbahaya karena ketika menguap di udara dapat menipiskan lapisan ozon.

Satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 100 tahun dalam atmosfer

sebelum dihapuskan. Dalam waktu kira – kira 15 tahun, CFC bergerak naik

dengan perlahan ke dalam stratosfer (10-50 km). Lapisan ozon secara efisien

menyaring semua sinar ultraviolet yang berbahaya dari sinar matahari dengan

menyerap sebagian besar radiasi UV-B yang berbahaya (UV-A diperbolehkan

melalui sinar UV-C ditangkap oleh oksigen). Lapisan Ozon adalah pelindung

11
terhadap radiasi UV-B yang berbahaya sehingga kerusakan pada ozon ini dapat

menyebabkan kerusakan yang besar pada lingkungan dan kehidupan di bumi.

Telah ditemukan bahwa satu atom kalor dapat menghancurkan 100.000

molekul ozon. Semakin tinggi kadar klorin senyawa, semakin lama akan

berdampak dengan lapisan ozon. Diperkirakan bahwa CFC menyumbang

hampir 70% bahan kimia perusak ozon buatan manusia di atmosfer diukur

dengan satuan komparatif yang disebut Ozone Depletion Potential (ODP)

(Yusal, 2017)

Gambar 2.5
Freon (Sumber: google.com)

5. Heatsink

Heatsink merupakan komponen yang berfungsi menyerap panas atau

melepas kalor/panas. Heatsink sisi dingin berfungsi menghantarkan suhu

12
dingin yang dihasilkan thermoelektrik. Suhu dingin pada bagian heatsink

disebarkan oleh kipas agar udara dingin menyebar diseluruh ruangan kotak

bagian pendingin. Heatsink sisi panas berfungsi sebagai pelepas panas,

dimana sisi ini sangat berpengaruh dalam kinerja kotak pedingin dan

pemanas.

Tebal tipisnya sirip juga berpengaruh dari proses perpindahan panas,

semakin tebal akan semakin lama panas menjalar keseluruh bagian heatsink.

Bentuk Fin (sirip) sebaiknya yang berupa irisan langsung dari dasar HS, pada

beberapa merek heatsink FIN-nya berupa tempelan. Jelas bahan penempel

tersebut merupakan hambatan proses perambatan panas (Ajiwiguna, 2016).

Gambar 2.9
Heatsink (Sumber: google.com)

6. Kipas Arus searah

Kipas digunakan sebagai pengoptimal proses pelepasan kalor. Sistem

kotak pemanas dan pendingin ini menggunakan dua buah fan yang

ditempatkan ditengah sisi panas dan sisi dingin kotak. Spesifikasi fan untuk

mendinginkan heatsink yang baik yaitu ukuran fan besar dan putaran yang

tinggi. Kipas ini berfungsi membantu menjaga suhu komponen agar tetap

terjaga pada suhu optimal.

13
Kipas ini terdiri dari kumparan kawat tembaga yang menghasilkan

elektromagnetik untuk menggerakan kipas. Saat listrik DC dialirkan melalui

kabel kipas, maka kipas akan langsung merubah arus listrik menjadi medan

magnet yang dapat memutar kipas sesuai dengan arah aliran listrik. (Arifin,

2017)

Gambar 2.10
Kipas DC (Sumber: google.com)
7. Power Supply

Power supply adalah suatu hardware komponen elektronika yang

mempunyai fungsi sebagai penghantar arus listrik dengan terlebih dahulu

merubah tegangannya dari AC jadi DC. Jadi arus listrik PLN yang bersifat

Alternating Current (AC) masuk ke power supply, dikomponen ini

tegangannya diubah menjadi Direct Current (DC) baru kemudian dialirkan ke

komponen lain yang membutuhkan. Proses pengubahan tegangan tersebut

dilakukan karena hardware pada umumnya seperti komputer, hanya bekerja

dengan menggunakan arus DC.

14
Power supply merupakan kata yang diadopsi dari bahasa inggris.

Sedangkan penggunaan kata yang sebenarnya, dalam bahasa indonesia ialah

Catu Daya. Penampakan power supply bila dilihat luarnya adalah berupa

kotak berbentuk persegi, sedangkan dari dalam berupa papan induk dengan

sejumlah komponen berupa kesatuan rangkaian elektronika. Catu daya juga

dapat digunakan sebagai perangkat yang memasok energi listrik untuk satu

atau lebih beban listrik (Cahyadi, 2016)

Gambar 2.7
Power Supply (Sumber: google.com)

8. Sensor Suhu

Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang

digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia

menjadi tegangan dan arus listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan

robotika, sensor memberikan kesamaan yanag menyerupai mata,

pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai

otaknya (Petruzella, 2001).

15
Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik

berfungsi mengubah tegangan fisika (misalnya: temperatur, cahaya, gaya,

kecepatan putaran) menjadi besaran listrik yang proposional. Sensor dalam

teknik pengukuran dan pengaturan ini harus memnuhi persyaratan-

persyaratan kualitas yakni:

a. Linieritas: Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik

konversi harus linier.

b. Tidak tergantung temperatur: Keluaran inverter tidak boleh tergantung

pada temperatur disekelilingnya, kecuali sensor suhu.

c. Kepekaan: Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-

nilai masukan yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang

cukup besar.

d. Waktu tanggapan: Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan

keluaran sensor untuk mencapai nilai akhirnya pada nilai masukan yang

berubah secara mendadak. Sensor harus dapat berubah cepat bila nilai

masukan pada sistem tempat sensor tersebut berubah.

Gambar 2.8
Pengukur suhu Digital (Sumber: google.com)

16
B. Kajian Penelitian Yang Relevan

(Purnamasari, 2017) penilitian yaitu “Perancangan Kotak Pendingin

dan Penghangat Minuman Menggunakan Modul Thermoelektrik Peltier TEC-

12706”. Pada penelitian yang diusulkan, Peltier dimanfaatkan sebagai

komponen pendingin. Teknologi yang digunakan dari penelitian sebelumnya

memiliki kesamaan dengan teknologi yang akan dibuat yaitu pemanfaatan sisi

pendinginan. Namun yang menjadi perbedaanya adalah pada penelitian ini

tidak menggunakan pompa kalor melainkan memanfaatkan efek peltier

sebagai sumber pendingin.

(Nugroho, 2016) penelitian yaitu “Rancang Bangun Alat Pendingin

Minuman Portable Menggunakan Peltier”. Pada penelitian yang diusulkan,

Peltier dimanfaatkan sebagai komponen pendingin. Teknologi yang

digunakan dari penelitian sebelumnya memiliki kesamaan dengan teknologi

yang akan dibuat yaitu portable dan pemanfaatan sisi pendinginan peltier.

Namun yang menjadi perbedaanya adalah pada penelitian ini membuat kulkas

portable lebih besar dibanding pendingin minuman portable, yang hanya

muat beberapa minuman.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat dengan metode yang

digunakan, maka dalam tahap kerangka pemikiran berguna untuk memperjelas

kerangka tentang apa saja yang menjadi sasaran penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah dapat membuat sistem pendingin yang

aman dan nyaman sehingga bisa menciptakan kondisi yang ramah lingkungan

17
guna meminimalisir terjadinya pemanasan global, dilengkapi fitur input suara

untuk mengatur otomatisasi on/offnya maupun suhunya yang mempermudah

kita dalam penggunaanya.

Berikut adalah kerangka pikir pembuatan sistem pendingin ruangan

menggunakan thermoelektrik peltier TEC-12706:

1. kulkas saat ini menggunakan senyawa


freon sebagai refrigerator sehingga tidak
ramah lingkungan
Kondisi Awal 2. Tidak adanya alternatif kulkas ramah
lingkungan

1. Tahap analisis kebutuhan


Proses 2. Tahap perancangan
Pengembangan 3. Tahap Uji coba

Kondisi Akhir Produksi Sistem Kulkas Portable


menggunakan refrigerator thermoelektrik

Gambar 2.9
Bagan Kerangka Pikir

18
D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah

dikemukakan tersebut, maka pertanyaan yg diajukan sebagai berikut:

1. Bagaimana tahap-tahap mengembangkan Kulkas Portable menggunakan

refrigerator thermoelektrik?

2. Bagaimana membuat produk teknologi alternatif kulkas yang aman dan

nyaman guna menciptakan kondisi yang ramah lingkungan?

3. Bagaimana uji Functionality Kulkas Portable menggunakan refrigerator

thermoelektrik?

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian yaitu penelitian

Research and Development (R&D). R&D adalah sebuah proses atau langkah-

langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan

produk yang telah ada. Produk dalam konteks ini adalah tidak selalu berbentuk

hardware (buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas dan laboratorium),

tetapi bisa juga perangkat lunak (software) seperti program untuk pengolahan

data. Metode Penelitian Research and Development (R&D) dianggap paling

relevan dengan penelitian yang direncanakan.

Terdapat 3 tahapan model pengembangan Prototyping yang

dilaksanakan yaitu; Analisis kebutuhan, perancangan dan uji coba. Pada

Gambar 3.1 menguraikan tiap tahapan pengembangan sistem pendingin

ruangan menggunakan thermoelektrik.

20
Analisis Kebutuhan
Pra Pengembangan
3. Analisis permasalahan
4. Analisis data penunjang
Perancangan

Pengembangan 3. Merancang Tujuan


Pengembangan
4. Merancang desain
Membuat kulkas portable menggunakan
refrigerator thermoelektrik

Evaluasi
Validasi
Penerapan

Uji coba

Produk
Akhir

Gambar 3.1
Konsep Pengembangan Kulkas Portable Menggunakan Refrigerator
Thermoelektrik

21
B. Prosedur Pengembangan

Desain kulkas portable menggunakan refrigerator thermoelektrik

dengan langkah–langkah prosedural pengembangan yang digambarkan pada

Gambar 3.2 sebagai berikut:

Analisis Permasalahan
Tahap Pra
Pengembangan
Analisis Data Penunjang

Desain Produk

Membuat Sistem Tahap


Kulkas Portable Pengembangan

Belum
Validasi Ahli Layak Revisi

Tahap Penerapan
Layak

Belum Layak
Uji Coba Revisi

Layak

Produksi Kulkas portable Menggunakan


refrigerator Thermoelektrik

Gambar 3.2
Model Prosedural Pengembangan Kulkas portable Menggunakan refrigerator
Thermoelektrik

22
1. Tahap Pra Pengembangan

Tujuan dari Analisis Kebutuhan ini adalah untuk mengetahui hal

apa saja yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang layak. Tahap

ini dilakukan penelitian pendahuluan, yaitu: 1) Melakukan Analisis

Permasalahan dengan mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan

sistem. Untuk membuat suatu sistem yang sesuai dengan kebutuhan

produksi. 2) Mengumpulkan data penunjang yang dapat diperoleh dari

berbagai sumber, seperti buku, jurnal, Internet, dan penelitian-penelitian

yang telah ada sebelumnya untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan

sebagai acuan untuk membuat alat dan aplikasi yang akan

dikembangkan.

Analisis Permasalahan

Analisis Data Penunjang

Gambar 3.3
Tahap Pra Pengembangan

2. Tahap Pengembangan

Tahap ini, peneliti akan merealisasikan hal yang telah dianalisis.

Peneliti akan membuat hal yang dibutuhkan. Tahap desain adalah tahap

perancangan kerangka kulkas portable menggunakan refrigerator

thermoelektrik. Perancangan produk pada tahapan ini tidak lepas dari hasil

analisis kebutuhan. Kerangka produk yang disusun sebagai pedoman untuk

tahapan pengembangan yaitu sistem (hardware) dan komponen-komponen

sistem. Pada tahap ini, beberapa hal yang dilakukakan seperti rancangan

23
awal (initial design), rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan

seluruh sistem pendingin ruangan yang harus dikerjakan sebelum uji coba

dilaksanakan. Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk

awal (prototype) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan

produk, tahap ini dilakukan untuk membuat sistem sesuai dengan kerangka

isi hasil analisis permasalahan dan data penunjang.

Desain Produk

Sistem Pendingin
(hardware)

Gambar 3.4
Tahap Perancangan dan Pengembangan

3. Tahap Penerapan

Pada tahap ini ahli/pakar dan calon pengguna akan melakukan

validasi, uji coba dan revisi. Jika sistem pendingin ruangan yang dibuat

belum mencapai kriteria positif, maka peneliti akan merevisi sistem

pendingin ruangan sesuai saran dari ahli. Pada tahap ini meliputi kegiatan

evaluasi yaitu validasi ahli, uji coba functionality dan revisi. Hasilnya akan

menjadi dasar pengambilan keputusan tentang dua hal, yaitu: seberapa

layak produk yang dikembangkan dan bagian mana yang masih lemah

sehingga perlu direvisi.

Pada uji coba functionality produk diuji coba fungsi secara

langsung dengan mencoba satu-satu fitur dan komponen dari sistem oleh

24
peneliti untuk mereview hasil perancangan. Mengamati fungsi setiap

komponen dan fitur yang dikembangkan apakan perlu perbaikan sistem

atau sistem sudah berhasil.

Pada tahap ahli/pakar mekanik akan melakukan validasi terkait

produk telah dibuat untuk mengetahui kekurangan yang terdapat pada

sistem dengan cara Uji Coba Funcsionality. Uji coba Funcsionality

dilakukan dengan metode black box texting dimana penguji akan menilai

seluruh fungsi-fungsi dari komponen dan fitur yang digunakan berhasil,

meliputi: Apakah sensor suhu berfungsi, Apakah thermoelektrik berfungsi,

Apakah fan berfungsi.

Pada tahapan ini Uji coba dilakukana oleh ahli/pakar mekanik.

Dimana pada tahap ini dilakukan pengujian funcsionalty. pada uji coba

funcsionalty produk diuji coba fungsi secara langsung dengan mencoba

satu-satu komponen dari sistem oleh peneliti untuk mereview hasil

perancangan dengan didampingi seorang validator ahli. Validator ahli

mengamati fungsi setiap komponen dan fitur yang dikembangkan, menilai,

dan memberikan komentar masukan dan saran apakan perlu perbaikan

sistem atau sistem sudah berhasil.

Tahap akhir dari suatu proses pengembangan adalah evaluasi.

Hasilnya akan menjadi dasar pengambilan keputusan tentang dua hal,

yaitu: seberapa valid dan praktis produk yang dikembangkan dan bagian

mana yang masih lemah sehingga perlu direvisi. Tahap evaluasi

merangkum semua hasil uji coba produk yaitu uji coba funcionalty untuk

25
menentukan apakah sistem pendingin ruangan yang dibuat valid dan

praktis digunakan serta untuk mengetahui respon penilaian terhadap

produk yang dikembangkan.

Validasi Ahli, Analisis Revisi


Uji coba Fungsionality
Gambar 3.5
Tahap Penerapan

C. Desain Pengembangan

1. Analisi Kebutuhan

Berikut analisis kebutuhan dari kulkas portable menggunakan

refrigerator thermoelektrik:

a) Melakukan Analisis Permasalahan dengan mengumpulkan informasi

mengenai kebutuhan sistem. Untuk membuat suatu sistem yang sesuai

dengan kebutuhan produksi.

b) Mengumpulkan data penunjang yang dapat diperoleh dari berbagai

sumber, seperti buku, jurnal, internet, dan penelitian-penelitian yang

telah ada sebelumnya untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan

sebagai acuan untuk membuat alat dan aplikasi yang akan

dikembangkan.

2. Analisis Perangkat Keras

a) Satu unit Sensor suhu

b) Enam unit Thermoelektrik (Elemen Peltier TEC12706)

c) Heatsink

26
d) Empat unit Kipas arus searah

e) Satu unit Box 30x40x20cm

a) Bluetooth

3. Desain

Tahapan desain menggambarkan rancangan tampilan, interaksi,

maupun proses yang terjadi pada produk yang dirancang. Desain tersebut

didapatkan sesuai dengan analisis kebutuhan pengguna yang telah

didapatkan sebelumnya. Adapun desain dari sistem adalah sebagai

berikut:

a. Perancangan Alat

Perancangan alat juga merupakan bagian penting dalam

perencangan sistem alat ini. Power Supply sebagai sumber tegangan DC

komponen, Thermoelektrik sebagai media pendingin, Heatsink dan DC

Fan mendinginkan sisi panas thermoelektrik, dan sensor suhu

digunakan untuk mendeteksi suhu dalam kulkas. Adapun diagram blok

sistem pada sistem pendingin ruangan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.7
Diagram Blok Sistem Pendingin Ruangan

27
b. Perancangan Perangkat Keras

Gambar 3.8
Rancangan Mekanik Pendingin Ruangan

Berdasarkan Gambar 3.8 dapat dilihat perancangan dari kulkas

dapat dilihat rangkaian mekanik pendingin ruangan terdapat

thermoelektrik pada bagian dalam alat yang berfungsi sebagai media

pendingin kulkas dan heatsink dan kipas DC berfungsi untuk membuang

suhu panas pada sistem. Pada bagian depan sistem terdapat sensor suhu

berfungsi mendeteksi suhu dalam kulkas sedangkan sumber tenaga utama

pendingin ruangan di salurkan melalui power supply.

28
Adapun ilustrasi elektronika dari sistem alat di gambarkan di

bawah ini.

1. Thermoelektrik

Prinsip kerja modul thermoelektrik adalah berdasarkan efek

peltier. Efek peltier akan menciptakan perbedaan suhu yang

diakibatkan oleh pemberian tegangan antara dua jenis elektroda yang

terhubung ke sampel bahan semi konduktor. Ketika menggunakan

modul thermoelektrik maka harus didukung dengan proses

pembuangan panas pada sisi panas. Apabila suhu panas sama dengan

suhu lingkungan, maka pada sisi dingin akan didapatkan suhu yang

lebih rendah, maka dari kedua sisi tersebut terdapat pembuangan

panas udara sehingga dingin ruangan akan maksimal. Modul

thermoelektrik peltier TEC1-12706 membutuhkan tegangan 12 V dan

arus maksimal yang digunakan adalah sebesar 6 A (Terang, 2016).

Heatsink dan kipas DC digunakan untuk mengeluarkan suhu

dingin yang dihasilkan thermoelektrik ditampilkan pada Gambar 3.11

berikut:

Modul
Heatsink Thermoelektrik

Gambar 3.11
Ilustrasi Thermolektrik

29
2. Sensor DHT11

Dengan spesifikasi dan karakteristik yang dimiliki sensor suhu

berarti bahwa sensor ini dapat digunakan untuk mendeteksi suhu

dingin. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan sensor suhu

untuk mengukur suhu pada sisi dingin prototype.

Modul
Sensor
Suhu Thermoelektrik

Gambar 3.9
Ilustrasi Sensor suhu

D. Pengujian Sistem

Pengujian sistem secara keseluruhan bertujuan untuk mengetahui

kinerja pendingin ruangan dalam keberhasilan pengujian yang dilakukan yaitu:

1. Pengujian Perangkat Keras

Pengujian perangkat keras dilakukan dengan mengecek jalur

rangkaian serta pengecekan komponen penunjang secara menyeluruh seperti

catu daya yang dibutuhkan untuk bekerja, pin yang diperuntukan sebagai

masukan dan keluaran pada komponen yang digunakan. Pengujian ini untuk

kinerja dan kondisi komponen yang digunakan.

a. Pengujian power supply

Pengujian ini dilakukan dengan memastikan power supply dapat

memberikan tegangan DC.

30
b. Pengujian sistem pendingin modul thermoelektrik peltier TEC-12706.

Pengujian pada sistem pendingin menggunakan sensor suhu. Yaitu

menguji kemampuan mendinginkan suhu dalam kulkas.

2. Pengujian Sistem Keseluruhan

Pengujian ini dialakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem

pendingin. Dalam pengujian ini, aspek yang diuji berupa proses seberapa

lama waktu yang dibutuhkan untuk mendinginkan kulkas tanpa ada

makanan dalam kulkas dan diberikan makanan pada kulkas.

3. Pengujian Functionality

Pengujian karakteristik Functionality dilakukan dengan penguji

menilai berdasarkan instrumen berupa test case. Instrumen pengujian

Functionality berisi tabel seperti berikut:

Tabel 3.2
Instrumen Functionality
Requirement Hasil
No Butir uji
Yang diuji Ya Tidak
1 Hardware Apakah Sensor suhu dapat
mengukur suhu
2 Hardware Apakah Thermoelektrik
peltier TEC-12706 dapat
mengkonversi panas ke
dingin
3 Hardware Apakah kipas DC dapat
berputar
4 Hardware Apakah kulkas dapat
mendinginkan makanan
dan minuman dalam
kulkas
5 Hardware Apakah power supply
dapat menurunkan
tegangan 220 VAC
menjadi 12 VDC

31
E. Subjek dan Objek Penelitian

1. Objek Penelitian

Menurut (Ansori, 2017) “Objek penelitian adalah suatu yang

dikenai penelitian, yaitu varibel yang diteliti”. Objek penelitian dapat

diartikan sebagai target penelitian yang akan dicapai untuk mengukur

keberhasilan dari sautu pengembangan produk penelitian, adapun objek

penelitian ini adalah Pengembangan kulkas portable menggunakan

refrigerator thermoelektrik.

2. Subjek Penelitian

(Ansori, 2017) memberi batasan subjek penelitian sebagai tempat di

mana objek (variabel) berada atau melekat, jika bicara tentang subjek

penelitian berbicara tentang unit analisis, yakni subjek yang menjadi pusat

perhatian atau sasaran peneliti. Pada data kualitatif adalah data yang

dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar. Data kualitatif dapat

diperoleh melalui wawancara, observasi, diskusi atau pengamatan dan Pada

penelitian kualitatif responden atau subjek penelitian disebut dengan istilah

informan, yaitu orang memberi informasi tentang data yang diinginkan

peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Adapun

subjek dalam penelitian ini adalah validasi ahli yaitu uji coba Functionality.

32
F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tenik pengumpulan data dari penelitian ini yaitu:

1. Observasi.

Teknik dan Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan teknik observasi atau pengamatan langsung. Teknik observasi

yaitu teknik yang digunakan dengan melakukan pengamatan secara

langsung terhadap objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang

dilakukan. Teknik dan instrumen pengumpulan data observasi memiliki

objek penelitian bersifat perilaku, tindakan manusia, proses kerja, dan

penggunaan responden kecil. Observasi atau pengamatan merupakan suatu

teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam hal ini, observasi yang

dilakukan adalah observasi non partisipasi, yaitu pengamat tidak ikut serta

dalam kegiatan namun hanya berperan mengamati kegiatan (Sugiyono,

2016).

Teknik observasi pada penelitian ini digunakan karena, peneliti

hanya melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam

penelitian ini pula, peneliti tidak harus memiliki seorang partisipan atau

lebih dalam melakukan teknik pengambilan datanya. Namun, jika peneliti

ingin melibatkan seorang partisipan atau lebih juga dibolehkan tergantung

kebutuhan penelitian. Dalam kegiatan yang dilakukan peneliti terhadap

objek penelitian, peneliti menetapkan terlebih dahulu tabel instrumen yang

digunakan dalam pengukuran.

33
Tabel 3.4
Instrumen Pengukuran

Percobaan Suhu Waktu


No. Suhu Akhir Penurunan
Awal
1 Percobaan 1 Derajat Derajat Derajat Second

2 Percobaan 2 Derajat Derajat Derajat Second

3 Percobaan 3 Derajat Derajat Derajat Second

2. Kusioner

Teknik kuesioner atau angket dilakukan untuk mendapatkan data

yang terkait dengan aspek Functionality. Teknik kuesioner juga

dilakukan untuk melakukan uji sistem dan uji validasi oleh ahli mekanik

yaitu Instrumen Functionality. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan instrumen test case. Test case merupakan sekumpulan

input yang akan diuji, kondisi yang harus dieksekusi dan hasil yang

diharapkan.

G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah

deskriptif kuantitatif. Analisis data deskriptif adalah proses pendeskripsian

atau menjelaskan data yang telah dikumpul sebagaimana adanya tanpa

membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (Sugiyono, 2017).

Penelitian ini akan membandingkan kemampuan refrigerator thermoelektrik

dalam mendingankan kulkas yang telah dirancang. Apabila terjadi

penyimpangan, maka akan dilakukan identifikasi melalui pengamatan dan

pengujian ulang dari penyimpangan tersebut. Data hasil perancangan

selanjutnya dianalisis secara kuantitatif.

34
Data-data yang dianalisis disajikan dalam bentuk tabel. Pada sistem ini

digunakan pengujian Functionality. Pengujian Functionality ditentukan dari

hasil perhitungan skor persentase untuk masing-masing instrumen. Pada

lembar jawaban setiap item pertanyaan menggunakan skala Guttman. Skala

pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas yaitu ya/tidak,

benar/salah, pernah/tidak pernah, positif/negatif (Sugiyono, 2017). Jawaban

dapat dibuat dalam bentuk checklist dengan skor tinggi satu dan skor rendah

nol.

Tabel. 3.5
Konversi skor skala Guttman

Skor oleh Validator


Lai 100% Hasil
Validator 1 Validator 2
Ya ∑Ya
Tidak ∑Tidak
Skor Maks ∑Ya+∑Tidak
Sumber: Sugiyono (2018)

Analisis dari pengujian Functionalty menggunakan metode analisis

deskriptif dimana:

𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐨𝐛𝐬𝐞𝐫𝐯𝐚𝐬𝐢


Persentase kelayakan= 𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧 𝐱 𝟏𝟎𝟎%(3.1)

Hasil analisis deskriptif, jika didapatkan hasil kelayakan alat bernilai

100% dan memiliki interperensi sangat baik maka dinyatakan bahwa alat

layak. Tetapi jika alat tidak mendapat nilai 100% maka harus dilakukan

perbaikan untuk mendapat nilai kelayakan sempurna.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ajiwiguna, T. A. (2016). Pengaruh Laju Aliran Udara terhadap Hambatan


Thermal Heat Sink untuk Pendingin Elektronik. Penelitian dan
Pengembangan Telekomunikasi, Kendali Komputer, Elektrik dan
Elektronika (TEKTRIKA), Vol,1. No, 2.
Ansori, H. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Airlangga University
Pers.
Arifin, J. (2017). Prototipe Pendingin Perangkat Komunikasi Sumber Arus DC
Menggunakan Smartphone. Media Elektrika, Vol. 10, No. 1.
Cahyadi, M. (2016). Rancang Bangun Catu Daya AC 1V-20V Menggunakan
Kendali P-I Berbasis Mikrokontroller. Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Elektro, Vol. 10, No. 2,.
M.Pamungkas, G. (2015). Frocogerator (Free Freon Cooler Refrigerator) Sebagai
Inovasi Kulkas Penyimpan Biah dan Sayuran yang Raamah Lingkungan
Berbasis Transfer Kalor Adsorben-adsorbat yang Low Power. Universitas
Negeri Semarang.
Nomor, Undang-undang. 18AD. “Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional
Penelitian.” Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi.
Nugroho (2016). Rancang Bangun Alat Pendingin Minuman Portable
Menggunakan Peltier. Universitas Muhammadiyah Pontianak, Vol. 1,
No1,.
Pettruzella. (2001). Elektronik Industri. Yogyakart: Andi
Purnamasari (2017). Rancang Bangun Alat Pendingin Minuman Portable
Menggunakan Peltier. Universitas Lampung.
Umboh R. (2012). Perancangan Alat Pendingin Portable Menggunakan Elemen
Peltier. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol. 1, No. 3,.
Santosa, B. (2015). Mengenal Thermo Electric. Pusat Pembangunan Dan
Pemberdayaan Pendidik Bidang Otomotif Dan Elektronika, Vol. 14, No.
2,.
Shalahuddin, R. A. (2015). Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung: Informatika.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan: (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan: (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

36
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan: (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Terang. (2016). Analisa Kinerja Sistem Pendingin Peltier yang Menggunakan Sel
PV dengan Sumber Energi Radiasi Matahari. Jurnal Energi dan
Mnufaktur, Vol. 9, No. 2,.
Yusal, Y. (2017). Tinjuan Etika Terhadap Penggunaan Freon Untuk Mesin
Pendingin Dalam Filsafat Ilmu. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan
Riset Ilmiah, Vol. 1 No. 1.

37

Anda mungkin juga menyukai