OLEH
STAMBUK: A1G118041
KELAS: A
KENDARI
2020
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikansyafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk menyelesaikan
pembuatan proposal dari mata kuliah Pengembangan Pembelajaran PKn doi SD.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
kami, Ibu Lisnawati Rusmin, S.Pd., M.Sc. yang telah memberikan tugas ini kepada kami
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1.1 Belajar
2.1.2 Pembelajaran
3.1.1 Observasi
3.1.2 Wawancara
3.1.3 Dokumentasi
3.1.4 Tes
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Memperhatikan isi UU No.20 Tahun 2003 tersebut, maka dapat dipastikan bahwa
kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan bangsa itu sendiri.
Pendidikan menuntut pada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya untuk berperan serta
dalam pencapaian hasil pendidikan yang optimal. Salah satu diantaranya adalah guru
sebagai pihak yang berperan dalam terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan
bermutu baik.
i
Mutu pendidikan sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya faktor
penggunaan model pembelajaran yang baik. Model pembelajaran yang baik dapat
mengubah sistem pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) menjadi sistem
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Proses pembelajaran dimana
siswa sebagai pusatnya akan membuat suasana belajar semakin hidup sehingga siswa
dapat berdiskusi dan bekerja sama dengan temannya.
Penggunaan model cooperative learning tipe TPS diharapkan siswa akan lebih kreatif
dan mandiri, serta dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM).
Apakah melalui model Think Pair Share (TPS)berbasis media gambar dapat
meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran PKN SD ?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah: meningkatkan prestasi belajar PKn pada siswa SD
Tujuan Khusus
a. Melalui model Think Pair Share (TPS) berbasis Media Gambar pembelajaran
dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran PKn di SD
b. Melalui model Think Pair Share (TPS) berbasis Media Gambar pembelajaran
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn di SD
c. Melalui model Think Pair Share (TPS) berbasis media gambar pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PK di SD
Manfaat Teoritis
Manfaat Praktis
Siswa
Melatih siswa untuk aktif dan kreatif, melalui model Think Pair Share (TPS) berbasis
media gmbar pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
pembelajaran PKn, serta melalui model Think Pair Share (TPS) berbasis media gambar
pembelajaransiswa dapat menerima pengalaman belajar yang bervariasi sehingga
meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran PKn.
Guru
Sebagai bahan untuk memberi masukan dan pengetahuan bagi guru tentang pentingnya
mengetahui berbagai macam model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam
menguasai materi pelajaran, salah satunya model Think Pair Share (TPS) berbasis media
Gambar pembelajaran, dan sebagai bahan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam
kegiatan belajar mengajar agar lebih profesional.
Sekolah
KAJIAN PUSTAKA
2.2.1 Belajar
Banyak sekali teori yang berkaitan dengan belajar. Masing masing teori
memiliki kekhasan tersendiri dalam mempersoalkan belajar. Huda (2014: 24-
25) menjabarkan dasar-dasar teori belajar kelompok, salah satu landasan
teoritis pertama tentang belajar kelompok ini berasal dari pandangan
konstruktivis sosial. Pertama dari Vygotsky, mental siswa pertama kali
berkembang pada level interpersonal di mana siswa belajar
menginternalisasikan dan mentransformasikan interaksi interpersonal siswa
dengan orang lain, lalu pada level intrapersonal di mana siswa mulai
memperoleh pemahaman dan keterampilan baru dari hasil interaksi ini.
Landasan teori inilah yang menjadi alasan mengapa siswa perlu diajak untuk
belajar berinteraksi bersama orang dewasa atau temannya yang lebih mampu
menyelesaikan tugas-tugas yang tidak bisa siswa selesaikan sendiri.
Landasan teori lainnya ialah berasal dari Piaget tentang konflik sosio
kognitif. Konflik ini, muncul ketika siswa mulai merumuskan kembali
pemahamannya akan suatu masalah yang bertentangan dengan pemahaman
orang lain yang tengah berinteraksi dengannya. Saat pertentangan ini terjadi,
siswa akan tertuntut untuk merefleksi pemahamannya sendiri, mencari
informasi tambahan untuk mengklarifikasi pertentangan tersebut, dan
berusaha “mendamaikan” pemahaman dan perspektifnya yang baru untuk
kembali menyelesaikan inkonsistensi-inkonsistensi yang ada. Konflik
kognitif, bagaimanapun merupakan penggerak perubahan karena ia
memotivasi siswa untuk merenungkan kembali pemahamannya tentang suatu
masalah dan berusaha mengkonstruksi pemahaman baru yang lebih sesuai
dengan feedback yang mereka terima. Teori Vygotsky dan Piaget, tetap
meneguhkan pentingnya interaksi sosial dalam memberdayakan perspektif,
kognisi, cara berpikir dan belajar siswa.
4) Teori skemata
Teori skemata pertama kali dihembuskan oleh Piaget pada tahun 1926,
teori ini membahas proses belajar yang melibatkan asimilasi, akomodasi,
dan skemata.
4. Teori belajar situated
Pandangan umum tentang teori ini adalah jika kita membawa siswa
pada situasi dunia nyata dan berinteraksi dengan orang lain, di situlah
terjadi proses belajar.
5. Teori konstruktivisme
a. Peserta didik.
b. Rangsangan (stimulus).
c. Memori.
Memori yang ada pada peserta didik berisi berbagai kemampuan yang
berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari
kegiatan belajar sebelumnya.
d. Respon.
2.2.2 Pembelajaran
Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang
dapat membentuk jiwa dan watak anak didik, guru mempunyai kekuasaan
untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang
yang berguna bagi agama,, nusa dan bangsa.
e. Keterampilan Menjelaskan
PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk
diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Ruminiati (2007: 1.15) menyatakan
bahwa pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung
dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Tetapi
di dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sedikit yang salah menafsirkan
bahwa PKN dengan PKn merupakan hal yang sama. Padahal keduanya
memiliki definisi dan fungsi yang berbeda dalam pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan pendapat Soemantri bahwa PKN adalah pendidikan
kewargaan negara, yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan
membentuk warga negara yang baik yaitu warga negara yang tahu, mau, dan
mampu berbuat baik, sedangkan PKn adalah pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang berisi tentang
diri kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau pemerolehan status sebagai
WNI (Ruminiati, 2007: 1 – 25).
e. Konstitusi negara.
g. Pancasila.
h. Globalisasi.
Ada 3 tahap pembelajaran TPS yang harus dilakukan oleh guru think
(berpikir), pair (berpasangan), dan share (berbagi). Guru gurumem berikan
batasan waku agar siswa dapat belajar berfikir dan bertindak secara cepat dan
tepat.
Pada tahap ini guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dengan
teman disampingnya, misalnya teman sebangkunya. Ini dilakukan agar
siswa yang bersangkutan dapat bertukar informasi satu sama lain dan
saling melengkapi ideide jawaban yang belum terpikirkan pada tahap
Think. Pada tahap ini bahwa ada dua orang siswa untuk setiap pasangan.
Langkah ini dapat berkembang dengan menerima pasangan lain untuk
membentuk kelompok berempat dengan tujuan memperkaya pemikiran
mereka sebelum berbagai dengan kelompok lain yang lebih besar,
misalnya kelas. Namun dengan pertimbangan tertentu, terkadang
kelompok yang besar akan bersifat kurang efektif karena akan mengurangi
ruang dan kesempatan bagi tiap individu untuk berpikir dan
mengungkapkan idenya.
Pada tahap ini setiap pasangan atau kelompok kemudian berbagi hasil
pemikiran, ide, dan jawaban mereka dengan pasangan atau kelompok lain
atau bisa ke kelompok yang lebih besar yaitu kelas.
Langkah ini merupakan penyempurnaan langkah-langkah sebelumnya,
dalam artian bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok berakhir
titik yang sama yaitu jawaban yang paling benar. Pasangan atau kelompok
yang pemikirannya masih kurang sempurna atau yang belum
menyelesaikan permasalahannya diharapkan menjadi lebih memahami
pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain
yang berkesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya. Atau jika
waktu memungkinkan, dapat juga memberi kesempatan pada semua
kelompok untuk maju dan menyampaikan hasil diskusinya bersama
pasangannya.
3. Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata
pelajaran.
3. Jika jumlah siswa sangat besar maka guru akan mengalami kesulitan
dalam membimbing siswa yang membutuhkan perhatian lebih.
Media gambar merupakan salah satu jenis media grafis yang sering
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Media gambar juga dapat diartikan
sebagai jenis media yang paling umum digunakan, tergolong bahasa yang
umum dan mudah dimengerti oleh peserta didik, karena bersifat visual
konkret menampilkan objek sesuai dengan bentuk dan wujud aslinya sehingga
tidak bersifat verbalistik (Asra, 2007: 5.20).
yaitu:
4. Memperjelas masalah di bidang apa saja baik usia muda maupun tua.
Tidak semua jenis gambar baik untuk digunakan sebagai media dalam
pembelajaran. Terdapat enam syarat yang harus dipenuhi sehingga gambar
dikatakan baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran, meliputi:
d. Bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran (Sadiman,
dkk., 2006: 31).
Berdasarkan pendapat Sadiman di atas, dapat diketahui bahwa media
gambar dikatakan baik untuk digunakan jika memenuhi syarat tertentu.
Gambar yang baik adalah gambar yang secara jujur melukiskan situasi dan
poin-poin tertentu secara jelas. Kemudian dapat menggambarkan ukuran
benda sebenarnya, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
serta memiliki unsur estetika atau keindahan seni di dalamnya, sehingga
mampu menarik perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
a. Jika kita membaca maka kita mengingat 10% dari apa yang kita baca.
b. Jika kita mendengar maka kita mengingat 20% dari apa yang kita dengar.
c. Jika kita melihat maka kita mengingat 30% dari apa yang kita lihat.
d. Jika kita melihat dan mendengar, maka kita mengingat 50% dari apa yang kita
lihat dan dengar.
e. Jika kita mengatakan, maka kita mengingat 70% dari apa yang kita katakan.
f. Jika kita mengatakan dan melakukan, maka kita mengingat 90% dari apa
yang kita katakan dan kita lakukan.
a. Tahap 1 (Pendahuluan)
3. Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan.
b. Tahap 2 (Think) :
c. Tahap 3 (Pair) :
d. .Tahap 4 (Share) :
13. Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada
seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.
e. Tahap 5 (Penghargaan) :
Model TPS berbasis media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran pkn di SD
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.1 Observasi
3.1.2 Wawancara
3.1.3 Angket
Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus
dijawab secara tertulis juga ( WS. Winkel, 1987) dalam (Ignaditya, 2008).
3.1.4 Dokumentasi
3.1.5 Tes
Data kualitatif berupa data hasil observasi keterampilan guru dan aktivitas siswa
dalam kegiatan pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS), serta hasil catatan lapangan dan hasil wawancara yang kemudian
dijabarkan dalam bentuk deskriptif kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang
dipisah-pisahkan menurut kategori dalam beberapa paragraf menurut kriteria agar
diperoleh kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unila.ac.id/22287/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASA
N.pdf Diakses 27 Maret 2020
http://digilib.unila.ac.id/21757/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASA
N.pdf Diakses 27 Maret 2020
https://eprints.uny.ac.id/8597/3/bab%202%20-%2008108249131.pdf