Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT KLIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR
(CONGESTIVE HEART FAILURE)

DISUSUN OLEH :

1. Nur Rizky Septiani (11080)

2. Puji Miftakhulya (11081)

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKITPOLPUS

RADEN SAID SUKANTO JAKARTA

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung

kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus

meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung

berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat

menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan

penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit

(readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal

(R. Miftah Suryadipraja).

CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh

(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut

usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat

menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi,

penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi

kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.

Dalam makalah ini membahas CHF disertai penanganan dan asuhan

Keperawatan gawat darurat klien dengan CHF.

1
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mendapatakn pengetahuan mengenai penyakit Gagal

Jantung Kongestif yang menyerang sistem kardiovaskuler dan dapat

mengetahui bahwa bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada klien

dengan Gagal Jantung Kongestif menggunakan pendekatan proses

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gagal jantung

kongestif

b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan gagal

jantung kongestif

c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal

janutng kongestif

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gagal

jantung kongestif

e. Mampu melaksanakan evaluasi pada klien dengan gagal jantung

kongestif

C. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penulisan makalah ini adalah tentang asuhan

keperawatan gawat darurat pada klien dengan gagal jantung kongestif di ruang

IGD Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto Jakarta.

2
D. Metode Penulisan

Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu

metode yang bersifat mengumpulkan data dan menarik kesimpulan dan

kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan metode kepustakaan diantaranya

studi kepustakaan yaitu mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan Congestive Heart Failure

(CHF).

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari lima bab yang disusun secara

sistematika dengan urutan sebagai berikut : Bab satu: Pendahuluan, yang terdiri

dari Latar belakang, Tujuan, Ruang lingkup, Metode penulisan, dan sitematika

penulisan. Bab dua : Tinjauan Teori yang meliputi pengertian, etiologi,

patofisiologi yang terdiri dari perjalanan penyakit dan manifestasi klinis,

penatalaksanaan medis, asuhan keperawatan gawat darurat klien dengan CHF.

Bab tiga : Tinjauan Kasus. Bab empat : Pembahasan yang meliputi pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan

keperawatan, evaluasi keperawatan. Bab lima : Penutup yang terdiri dari

kesimpulan dan saran.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa

darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan

terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung

yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai

peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).

B. Etiologi

1. Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari

penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner,

hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi

2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena

terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis

(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel

jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan

penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung

karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung

menyebabkan kontraktilitas menurun.

4
3. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load)

meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan

hipertrofi serabut otot jantung.

4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan

gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut

jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

5. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme

biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung

(stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi

darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis

AV), peningkatan mendadak after load

6. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan

beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal :

demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan

suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan

abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi

dalam 4 kelainan fungsional :

I. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat

II. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang

III. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan

IV. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat

5
C. Patofisiologi

1. Proses perjalanan penyakit

Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan

metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang

bervariasi untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :

a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau

kemoreseptor

b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan

terhadap peningkatan volume

c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin

d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi

terhadap cairan

Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume

darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi

vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek

waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan

menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium.

Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan

oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung

iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme

pemompaan.

2. Manifestasi klinis

a. Gagal jantung kiri :

1) Letargi dan diaforesis


6
2) Dispnea/orthopnea

3) Palpitasi (berdebar-debar)

4) Pernapasan cheyne stokes

5) Batuk (hemaptoe)

6) Ronkhi basah bagian basal paru

7) Terdengar BJ3 dan BJ4/irama gallop

8) Oliguria dan anuria

9) Pulsus altenarus

b. Gagal jantung kanan

1) Edema tungkai /kulit

2) Central Vena Pressure (CVP) meningkat

3) Pulsasi vena jugularis

4) Bendungan vena jugularis/JVP meningkat

5) Distensi abdomen, mual, dan tidak nafsu makan

6) Asites

7) Berat badan meningkat

8) Hepatomegali (lunak dan nyeri tekan)

9) Splenomegali

10) Insomnia

D. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi Non Farmakologis

a) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung

b) Oksigenasi

7
c) Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah,

mengontrol atau menghilangkan oedema.

2. Terapi Farmakologis :

a) Glikosida jantung

b) Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan

memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasillkan adalah

peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume

darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.

3. Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air

melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping

hiponatremia dan hipokalemia.

4. Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi

impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini

memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena

sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.

E. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan CHF

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian Primer

Airway :Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot

pernafasan, oksigen.

Breathing :Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan

beberapa bantal

8
Circulation :Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub

jantung, anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi

jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3,

gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan

nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat

atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles

atau ronchi, oedema

Pengkajian Sekunder

a) Aktifitas/istirahat

Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea

saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital

berubah saat beraktifitas.

b) Integritas ego

Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung

c) Eliminasi

Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada

malam hari, diare / konstipasi

d) Makanana/cairan

Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB

signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam

penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema umum, dll

e) Hygiene

Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.

f) Neurosensori
9
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah

tersinggung.

g) Nyeri/kenyamanan

Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.

h) Interaksi social

Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya

curah jantung, hipoksemiajaringan, asidosis, thrombus atau

emboli.

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan secret.

c. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan

penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air

d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume

paru, hepatomegali, splenomegali.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa :

Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah

jantung, hipoksemiajaringan, asidosis, thrombus atau emboli.

10
Intervensi :

a. Monitor frekuensi dan irama jantung

b. Observasi perubahan status mental

c. Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa

d. Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya

e. Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi

f. Pantau pemeriksaan diagnostik dan lab. Missal EKG,

elektrolit, GDA (PaO2, PaCO2 dan saturasi O2), dan

pemeriksaan oksigen

Diagnosa :

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

secret.

Intervensi :

a. Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot

Bantu pernafasan.

b. Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan/tidak adanya

bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan missal krakles, ronchi

c. Lakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan jalan

nafas misal batuk, penghisapan lender

d. Tinggikan kepala / mpat tidur sesuai kebutuhan / toleransi

pasien

11
Diagnosa :

Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan

perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan

hidrostatik atau penurunan protein

Intervensi :

a. masukan/haluaran, catat penurunan, pengeluaran, sifat

konsentrasi, hitung keseimbangan cairan

b. Observasi adanya oedema dependen

c. Timbang BB tiap hari

d. Pertahankan masukan cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi

kardiovaskuler

e. Kolaborasi : pemberian diit rendah natrium, berikan diuretic

Diagnosa :

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru

Intervensi :

a. Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi dan kespansi dada

b. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas

c. Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas

tambahan

d. Tinggikan kepala dan Bantu untuk mencapai posisi yang

senyaman mungkin.

e. Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan GDA.


12
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini, penulis akan menyajikan asuhan keperawatan gawat darurat yang

dilakukan pada Tn.P dengan Gagal Jantung Congestif. Pengkajian ini menggunakan

format pemgkajian keperawatan gawat darurat. Pengkajian dilakukan pada saat klien

datang ke ruang IGD pada tanggal 16 Maret 2014.

A. Identitas Klien

Kilen bernama Tn.P, umur 51 tahun, nomer rekam medik 665894, klien tinggal

di Jalan Kelapa Rt 16/5 dengan diagnosa CHF.

Riwayat sebelum masuk RS:

Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak 3 hari SMRS, sesak pada saat

aktivitas, riwayat penyempitan jantung, riwayat hipertensi sejak 10 tahun lalu

terkontrol dan DM. Riwayat stroke tidak ada, nyeri ulu hati, posisi nyaman 2-3

bantal. Obat yang pernah dimakan adalah clopidogrel, simvastatin dan aspilet.

B. PRIMARY SURVEY

Airway :Tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada trauma cervikal atau fraktur

wajah.

Breathing :Frekuensi nafas 30x/menit, irama teratur, gerakan dada simetris,

suara nafas vesikuler, tidak ada tanda jejas, hasil thorax foto kesan

pembesaran pada jantung (cardiomegali).

13
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah memberikan

posisi fowler, memberikan oksigen nasal 3 liter/menit, melakukan

thorax foto

Circulation :Teraba nadi 109x/menit, teratur, denyutan kuat, tidak ada

ketegangan pada vena cordis, tekanan darah 110/60 mmHg, suhu

36,1 C, ektremitas hangat, ada edema pada ekstremitas bawah,

capirally refill kanan 3 detik dan kiri 2 detik, tidak ada

perdarahan, kulit elastis, hasil EKG (terlampir).

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memberi posisi

fowler, kolaborasi untuk pemberian cairan,pemasangan infus RL

7 tetes/menit, melakukan EKG, memberi injeksi furosemid 20 mg

IV.

Disability :Jam 20.57 WIB, GCS 15 (E4 V5 M6), pada ekstremitas tidak

terjadi fraktur, kondisi kulit tidak ada lesi, turgor elastis. Data

lainnya mata klien sebelah kanan berkedip cepat. Klien

mengetahui tentang penyakit jantungnya.

C. SECONDARY SURVEY

a) Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, tampak klien

memegangi dada sebelah kiri, posisi klien duduk dengan 2-3 bantal. Klien

mengatakan sesak 3 hari SMRS saat aktivitas dan nyeri pada dadanya.

b) Penyakit lain yang diderita/penyakit keluarga adalah hipertensi dan

diabetes melitus.

c) Pemeriksaan fisik :
14
tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15, pupil isokor, hasil tanda tanda

vital tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 109x/menit, pernapasan

30x/menit, suhu 36,10C

d) Kepala/leher : tidak ada lesi, tidak ada fraktur, tidak ada distensi vena

cordis

e) Mata : tidak simetris, mata sebelah kanan berkedip cepat

f) THT : tidak ada kelainan

g) Tulang Belakang : tidak ada kelainan

h) Auskultasi suara nafas vesikuler, pergerakan dada simetris

i) Jantung : tidak ada bunyi tambahan jantung

j) Abdomen : tidak ada tanda jejas, acites, bising usus 9x/menit.

k) Ekstremitas : hangat, ada edema pada bagian tungkai sebelah kanan.

Hasil pemeriksaan penunjang :

1. Laboratorium darah

Hemoglobin 13,9 g/dl (normal 13-16 g/dl)

Lekosit 8700 u/l (normal 5.000-10.000 u/l)

Hematokrit 43 % (normal 40-48 %)

Trombosit 201.000 /ul (normal 150.000-400.000/ul)

Ureum 42 mg/dl (normal 10-50 mg/dl)

Creatinine 1,0 mg/dl (normal 0,5-1,5 mg/dl)

GDS 183 mg/dl (normal < 200 mg/dl)

2. EKG

3. Foto Thorax

15
Therapy :

1. Spironolacton 1x50 mg

2. Rantin 2x50 mg

3. Lasix 3x20 mg

4. Diet Jantung minum 750 cc/hari

ANALISA DATA

NO. DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. DS : Penurunan perfusi jaringan berhubungan

klien mengatakan sesak 3 hari dengan menurunnya curah jantung

SMRS saat beraktivitas, nyeri pada

dadanya dan nyeri ulu hati, klien

mengatakan mempunyai riwayat

penyempitan jantung dan teratur

minum obat.

DO :

1. Keadaan umum lemah

2. Kesadaran compos mentis

3. Hasil TTV

Tekanan darah 110/60 mmHg,

Nadi 109x/menit, Pernapasan

30x/menit, Suhu 36,1 C

4. Tampak klien memegangi

dadanya sebelah kiri

16
5. Posisi duduk klien fowler,

disanggah 2-3 bantal

6. Capirally refill kanan 3 detik,

kiri 2 detik

7. Tampak klien pucat dan

berkeringat

8. Gambaran foto thorax adalah

pembesaran pada jantung

9. Hasil laboratorium :

Hemoglobin 13,9 g/dl, Lekosit

8700 u/l, Hematokrit 43 %,

Trombosit 201.000 /ul, Ureum

42 mg/dl, Creatinine 1,0 mg/dl,

GDS 183 mg/dl

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung.

E. PERENCANAAN KEPERAWATAN :

1. Monitor frekuensi dan irama jantung

2. Observasi warna kulit dan suhu kulit/membran mukosa

3. Pantau tekanan tekanan darah

4. Kolaborasi pemberian obat


17
F. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

1. Mengobservasi tanda-tanda vital (pukul 20.56 WIB)

Hasil :Tekanan darah 110/60 mmHg, Nadi 109x/menit, Pernapasan 30x/menit,

Suhu 36,1 C

2. Memberikan oksigen nasal kanul 3 liter/menit (pukul 20.57 WIB)

Hasil :Klien terpasang oksigen 3 liter/menit, klien mengatakan sesak berkurang

sedikit, tampak klien masih gelisah

3. Melakukan EKG (pukul 21.00 WIB)

4. Melakukan foto thorax (pukul 21.20 WIB)

Hasil : kesan adanya pembesaran pada jantung

5. Memasang infus RL 7 tetes/menit (pukul 21.28 WIB)

Hasil : terpasang infus RL 7 tetes/menit di tangan kiri, tetesan infus lancar

6. Mengambil darah vena untuk pemeriksaan laboratorium (pukul 21.30 WIB)

Hasil : darah diambil sebanyak 3 cc, hasil laboratorium Hemoglobin 13,9 g/dl,

Lekosit 8700 u/l, Hematokrit 43 %, Trombosit 201.000 /ul, Ureum 42 mg/dl,

Creatinine 1,0 mg/dl, GDS 183 mg/dl

7. Memberikan terapi injeksi furesemid 20 mg IV (pukul 22.00 WIB)

Hasil : obat furosemid 20 mg masuk melaui IV

8. Klien pindah ke ruang perawatan dan tindakan keperawatan dilanjutkan di

ruang perawatan dengan :

a. Observasi tanda-tanda vital

b. Pemberian terapi sesuai program :

1) Spironolacton 1x50 mg

18
2) Rantin 2x50 mg

3) Lasix 3x20 mg

4) Diet Jantung minum 750 cc/hari

19
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

pada Tn.P dengan CHF” diruang IGD Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said

Sukanto. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan selama 1 jam pada tanggal 16 Maret

2014. Pada bab ini penulis mencoba menganalisa setiap masalah yang terdapat pada

klien dengan membandingkan dengan teori yang ada. Adapun lingkup pembahasan

mencakup tahap-tahap dalam proses keperawatan yaitu pengkajian keperawatan,

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi

keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian penulis mengumpulkan data klien melalui wawancara dengan

klien dan keluarga, melakukan pemeriksan fisik secara bertahap, serta

mendapatkan infrmasi dari perawat ruangan dan catatan medik klien.

Pada manifestasi klinis data yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus

adalah ketegangan vena cordis. Pada kasus tidak ditemukan ketegangan vena

cordis.

Penatalaksanaan yang ada pada teori dan kasus sudah dilakuakan seperti

pemeriksaanlaboratorium darah, EKG, foto thorax.

20
B. Diagnosa Keperawatan

Dalam diagnosa tidak ada kesenjangan dan sudah sesuai dengan teori yaitu

penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung.

Diagnosa yang tidak muncul pada kasus adalah bersihan jalan nafas tidak

efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.

C. Perencanaan Keperawatan

Pada perencanaan keperawatan tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan

teori. Dalam merencanakan tujuan terdapat kesenjangan antara teori dengan

kasus yaitu pada kasus alokasi waktu tidak ditentukan karena berdasarkan

penanganan segera dan waktu tidak terbatas.

Adapun faktor penunjang yang menyusun perencanaan yaitu sumber buku,

catatan medik, dan catatan keperawatan. Sedangkan faktor penghambat yaitu

semua perencanaan tidak dapat dilakukan sendiri karena keterbatasan waktu.

Alternatif pemecahan masalah yang penulis lakukan yaitu dengan bekerjasama

dengan perawat ruangan.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan pada teori dan kasus tidak ada kesenjangan. Tahap

pelaksanaan dalam kasus sudah sesuai dengan teori. Adapun faktor pendukung

dalam pelaksanaan adalah kerja sama dengan perawat rungan dan dukungan

dari sikap klien dan keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan.

21
E. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap ini, penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan sudah tercapai

dan masalah keperawatan sudah teratasi dan tindakan keperawatan dihentikan.

Namun, pada kasus, untuk tindakan keperawatan dilanjutkan di ruangan karena

membutuhkan perawatan lebih intensif sehingga masalah belum teratasi.

Adapun masalah keperawatan yang belum teratasi adalah penurunan perfusi

jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung. Untuk diagnosa pola

nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru tidak terdapat

pada kasus.

22
BAB V

PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan “Asuhan keperawatan gawat darurat pada

klien dengan CHF” di ruang IGD Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto

Jakarta. Meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

keperawatan.

A. KESIMPULAN

Pada pengkajian ini ini penulis menyimpulkan data-data tentang klien melalui

wawancara dengan klien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik secara

bertahap serta mendapatkan informasi dari perawat rungan dan catatan medik klien.

Pada manifestasi klinis data yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus

adalah ketegangan vena cordis. Pada kasus tidak ditemukan ketegangan vena

cordis.

Penatalaksanaan pada teori dan dilakukan pemeriksaan laboratorium darah, EKG,

foto thorax.Hasil laboratorium Hemoglobin13,9 g/dl, Lekosit 8700 u/l, Hematokrit

201.000 /ul,Ureum42 mg/dl, Creatinine 1,0 mg/dl, GDS 183 mg/dl. Hasil poto torax

kesan adanya pembesaran pada jantung.

Diagnosa keperawatan di teori yang tidak muncul dalam kasus ini yaitu bersihan

jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.

23
Dalam perencanaan keperawatan tujuan dan tinjaun teori mengalami kesenjangan

yaitu pada teori menggunakan alokasi waktu sedangkan pada kasus tidak dilakukan

alokasi waktu karena keperawatan gawat darurat bersifat segera dan tidak dibatasi

waktunya.Untuk melaksanakan tindakan keperawatan dikasus dilakukan semua

oleh penulis. Alternative klien kerja sama dengan perawat dalam melaksanakan

tindakan keperawatan.

Pada evaluasi keperawatan dapat disimpulkan adalah dari diagnosa yang muncul

belum tercapai dan yindakan keperawatan dilanjutkan di Ruangan perawatan.

B. SARAN

Setelah kami menguraikan dan menyimpulkan, kami dapat mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan yang ada, maka selanjutnya kami akan menyampaikan

saran yang ditujukkan pada perawat ruangan, klien dan keluarga sebagai berikut :

1. Kerjasama dengan klien dan keluarga tetap dipertahankan dan ditingkatkan

agar asuhan keperawatan yang diberikan pada klien akan lebih optimal

2. Untuk perawat supaya setiap kali melakukan tindakan keperawatan

mendokumentasikan semua tindakan dan respon klien terhadap tindakan

yang dilakukan agar dapat melakukan evaluasi secara akurat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Bruner & Suddart.

Edisi 8. Jakarta: EGC

25

Anda mungkin juga menyukai