Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis.
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka
farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk tenaga medis,
ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Farmakologi mencakup pengetahuan tentang
sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme
kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan penggunaan obat. Seiring
berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut telah berkembang menjadi
ilmu tersendiri (Setiawati dkk,1995)
Cabang farmakologi diantaranya farmakognosi ialah cabang ilmu farmakologi yang
memepelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat, farmasi
ialah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan, menyimpan, dan
menyediakan obat. farmakologi klinik ialah cabang farmakologi yang mempelajari efek
obat pada manusia. farmakoterapi cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat
dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, toksikologi ialah ilmu yang mempelajari
keracunan zat kimia, termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga, pestisida dan
lain-lain serta farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam
tubuh yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya dan farmakodinamik yang
mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai oran tubuh serta mekanisme
kerjanya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan farmakologi dan terapi obat?
2. Apa perbedaan obat paten, generik dan trade name?
3. Apa bahan pembuat obat?
4. Bagaimana rute pemberian obat?
5. Apa pengertian farmakodinamik dan farmakokinetik?
6. Bagaimana penggunaan istilah dalam peresepan obat?
7. Bagaimana peran kolaborasi dokter, apoteker, asisten apoteker dalam prinsip pemberian
obat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan farmakologi dan terapi obat.
2. Untuk mengetahui perbedaan obat paten, generik dan trade name.
3. Untuk mengetahui bahan pembuat obat.
4. Untuk mengetahui bagaimana rute pemberian obat.
5. Untuk mengetahui definisi farmakodinamik dan farmakokinetik.
6. Untuk mengetahui penggunaan istilah dalam peresepan obat.
7. Untuk mengetahui peran kolaborasi dokter, apoteker, asisten apoteker dalam prinsip
pemberian obat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Farmakologi dan Terapi Obat


Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara obat dengan makhluk
hidup. Farmakologi berasal dan bahasa Yunani yaitu pharmakon yang berarti senyawa
bioaktif dan logos yang berarti ilmu. Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang obat yang meliputi sejarah, sumber, srfat-sifat fisika dan kimiawi, cara
meracik, efek fisiologik dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi, biotransformasi,
distribusi, biotransformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan untuk
penggunaan lainnya. Sedangkan terapi obat atau pengobatan adalah remediasi
masalah kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis.. Orang yang melakukan terapi disebut
sebagai terapis.

2.2 Perbedaan Obat Paten, Generik dan Trade Name


Berdasarkan UU No.14 tahun 2001, tentang paten, masa hak paten berlaku 20 tahun
(pasal 8 ayat 1) dan bisa juga 10 tahun (pasal 9). Contoh yang cukup populer adalah Norvask.
Kandungan Norvask (Norvasc) adalah amlodipine besylate, untuk obat antihipertensi.
Pemilik hak paten adalah Pfizer. Ketika masih dalam masa hak paten (sebelum 2007), hanya
Pfizer yang boleh memproduksi dan memasarkan amlodipine. Setelah 20 tahun atau masa
hak paten berakhir, tidak ada lagi yang memiliki hak paten atas obat tersebut. Pada masa ini,
barulah industri farmasi lain boleh memproduksi dan memasarkan amlodipine dengan
berbagai merek dagang. Obat yang sudah habis masa perlindungan patennya disebut obat off-
patent. Obat-obat off-patent ini, ada yang diedarkan dan dijual sebagai “Obat Generik
Bermerek”, ada juga yang dijual tanpa merek tertentu yang disebut “Obat Generik”.
Pada awal tahun 1980 di Indonesia, ketika obat generik disosialisasikan, telah banyak
beredar obat generik yang diproduksi oleh pabrik yang belum memperoleh sertifikat CPOB
(Cara Pembuatan Obat yang Baik). Obat yang diproduksi oleh pabrik yang telah bersertifikat
CPOB diberi logo generik yang kemudian dikenal sebagai Obat Generik Berlogo. Pemberian
nama Obat Generik Berlogo ini bertujuan untuk membedakan obat generik yang diproduksi

3
oleh pabrik bersertifikat CPOB dengan pabrik yang belum bersertifikat CPOB. Namun
sekarang semua pabrik farmasi harus memiliki sertifikat CPOB dan ini merupakan syarat
multak. Obat Generik Berlogo (OGB) merupakan program Pemerintah Indonesia yang
diluncurkan pada tahun 1989 dengan tujuan memberikan alternatif obat bagi masyarakat,
yang dengan kualitas terjamin, harga terjangkau, serta ketersediaan obat yang cukup.
1) Obat Paten
Obat paten adalah obat yang masih dilindungi oleh paten. Setiap obat umumnya
ditemukan sebagai hasil penelitian yang mendalam dan tentu mengeluarkan biaya yang
tidak sedikit. Untuk mendapatkan penggantian biaya penelitian yang telah dikeluarkan
tersebut, maka obat yang baru ditemukan umumnya dilindungi oleh hak paten.
Hak paten yang diberikan kepada industri farmasi pada obat yang baru ditemukan
berdasarkan riset industri farmasi tersebut dan diberikan hak paten untuk memproduksi
dan memasarkannya, setelah melalui berbagai tahapan uji klinis sesuai aturan yang telah
ditetapkan secara internasional.
2) Obat generik bermerek / Trade Name
Obat generik bermerek / Trade Name adalah obat yang telah habis masa patennya,
sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti.
Obat generik bermerek tertentu ini diberi nama atau merek dagang sesuai kehendak
produsen obat.
3) Obat generik
Obat generik adalah obat dengan nama obat yang sama dengan zat aktif berkhasiat yang
dikandungnya, sesuai dengan nama resmi International Non Propietary Names yang telah
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia.

2.3 Bahan Pembuat Obat


Secara garis besar, ada 4 jenis bahan baku obat yang digunakan oleh industri farmasi,
yaitu :
1. Bahan baku obat aktif (BBAO) yang diproses secara kimiawi
2. Bahan baku obat tambahan (eksipien)
3. Bahan baku obat aktif yang diproses secara Bioteknologi

4
4. Bahan baku obat aktif yang berasal dari Sel Punca (Stem Cell), yang merupakan
teknologi baru dalam pengembangan bahan baku aktif obat.
Bahan baku obat lokal di antaranya,  paracetamol, antibiotik turunan Betalaktam, produk
eksipien seperti,  Amilum Manihot, Sorbitol, Dektrosa, dan Talkum.
Selain itu, bahan baku  obat turunan Kina, Iodium, serta bahan baku obat herbal seperti,
fraksi  bioaktif Cinamomum burmani (kayumanis) dan Lagerstromia speciosa  (banaba).
Fraksi bioaktif Phaleria macrocarpa (mahkota dewa) dan Fraksi  protein bioaktif Lumbircus
rubellus.

2.4 Rute Pemberian Obat


Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang
diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat. Bentuk
sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik diperoleh jika
obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obat
yang bekerja setempat misalnya salep (Anief, 1990). Efek sistemik dapat diperoleh dengan
cara:
a. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal
b. Parenteral dengan cara intravena, intra muskuler dan subkutan
c. Inhalasi langsung ke dalam paru-paru.
Efek lokal dapat diperoleh dengan cara:
a. Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung, telinga
b. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru
c. Rektal, uretral dan vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur, saluran kencing
dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada keringat badan atau larut dalam
cairan badan.
Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal (dubur) dan
parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular, subkutan, dan intraperitonial,
melibatkan proses penyerapan obat yang berbeda-beda. Pemberian secara parenteral yang
lain, seperti melalui intravena, intra-arteri, intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan
proses penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi
reseptor (receptor site) cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung dan secara

5
setempat melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan
aktifitas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses penyerapan akan
memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan ( Siswandono dan
Soekardjo, B., 1995).

2.5 Farmakokinetik dan Farmakodinamik


1. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik
mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi
(E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
proses eliminasi obat. 
1) Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam
darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna
(mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara
pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena
memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280
cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili dan mikrovili ).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui
jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi
melalui beberapa metode, terutama transport aktif dan transport pasif. 
a. Metode absorpsi
1. Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat
dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan
konsentrasi rendah. Transport aktif terjadi selama molekul-molekul kecil dapat
berdifusi sepanjang membrane dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi
membrane seimbang.
2. Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan
konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi

6
b. Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi
terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
1. Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
2. Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
3. Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.
c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan
1. Aliran darah ke tempat absorpsi
2.  Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
3. Waktu kontak permukaan absorpsi
d. Kecepatan Absorpsi
1. Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna,
retensi gaster
2. Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan
memperlambat waktu absorpsi obat
3. Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)
4. Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat
tergantung jenis obat
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke
seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini
yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi
inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis
obat yang diberikan harus banyak.

2) Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan
cairan tubuh.

7
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
a. Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah
aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal.
Sedangkan distribusi ke organ lain seperti kulit, lemak dan otot lebih lambat
b. Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau
bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas
yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat
terikat protein.

3) Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga
menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa
dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme
baru menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum
(mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah :
dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan  kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi
polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini
obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah  menjadi lebih aktif,
kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1. Kondisi Khusus

8
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, penyakit hepar seperti
sirosis.
2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat
dengan cepat, sementara yang lain lambat.
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan
stress, Penyakit lama, Operasi, Cedera
4. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.

4) Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat
dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-
paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal
dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk
aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3
proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami
kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi
obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses.
Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum.
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:  
a. Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari
tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan
ekskresi.
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat
tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat

9
Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di
dalam tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak / puncak respon.
Durasi, Durasi kerja adalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi.

2. Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi
dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari farmakodinamik
adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan
mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi.
1) Mekanisme Kerja Obat
Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada
sel organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan dan
biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat yang efeknya
menyerupai senyawa endogen di sebut agonis, obat yang tidak mempunyai aktifitas
intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan menghambat kerja suatu agonis disebut
antagonis. 
2) Reseptor Obat
Protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat
merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-reseptor
dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen. Perubahan
kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer dapat menimbulkan
perubahan besar dalam sifat farmakologinya.
3) Transmisi Sinyal Biologis
Penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu substansi
ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik. Reseptor yang
terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim. Reseptor tidak hanya
berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan biokimia, tetapi juga diatur atau dipengaruhi
oleh mekanisme homeostatic lain. Bila suatu sel di rangsang oleh agonisnya secara terus-
menerus maka akan terjadi desentisasi yang menyebabkan efek perangsangan.
4) Interaksi Obat-Reseptor

10
Ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah
(ikatan ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract dengan
enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.
5) Antagonisme Farmakodinamik
a. Antagonis fisiologik
Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.
b. Antagonisme pada reseptor
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek
farmakologi secara instrinsik
6) Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor
a. Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran
b.  Perubahan sifat osmotic
c. Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrate
glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal dengan akibat terjadi
efek diuretic
d. Perubahan sifat asam/basa
Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid dalam menetralkan asam lambung.
e. Kerusakan nonspesifik
Zat perusak nonspesifik digunakan sebagai antiseptik dan disinfektan, dan
kontrasepsi.contohnya, detergen merusak intregitas membrane lipoprotein.
f. Gangguan fungsi membrane
Anestetik umum yang mudah menguap misalnya eter,, halotan, enfluran, dan
metoksifluran bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel di SSP sehingga
eksitabilitasnya menurun.
g. Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau Ion
Kerja ini diperlihatkan oleh kelator (chelating agents) misalnya CaNa2 EDTA yang
mengikat Pb2+ bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan Pb.
h. Masuk ke dalam komponen sel
Obat yang merupakan analog puri atau pirimidin dapat berinkoporasi ke dalam asam
nukleat  sehingga mengganggu fungsinya. Obat yang bekerja seperti ini disebut
antimetabolit misalnya 6-merkaptopurin atau anti mikroba lain.

11
2.6 Penggunaan Istilah dalam Peresepan Obat
A
a, aa = tiap-tiap
accur. = seksama
add. = tambahkan
ad. us. ext. (ad usum externum) = dalam pemakaian luar
ad.us int. (ad usum internum) = dalam pemakaian dalam
ad. us prop. (ad usum propium) = untuk dipakai sendiri
adh. (adhibere) = gunakan
applic. (applicatur) = digunakan
alt.hor. (alternis horis) = tiap jam
apt. (aptus) = cocok
a.c. (ante coenam) = sebelum makan
aur.dext. (a.d.) (auri dextrae)  = telinga kanan
aur.lev. (a.l.) (aur laevae) = telinga kiri
aut (aut) = atau
aq bisdest (aqua bidestilata) = air suling 2 kali
aq comm (aqua communis) = air biasa
 B
bid. (biduum) = waktu 2 hari
b.d..d (bis de die) = dua kali sehari
b.d.d.c (bis de die cochlear) = dua kali sehari sekian sendok makan
b.in.d (bis in die). = 2 kali sehari
C
cito : segera
c. (cochlear) = sendok makan (15 ml)
c.th (cochlear thea) = sendok teh (5 ml)
c.p (cochlear parfum/pulvis) = sendok bubur (8 ml)
cochleat (cochleatin) = sendok demi sendok
cc = cc / centimeter kubik

12
c.l.q.s. = jumlah secukupnya
caps.gel.el. = kapsul gelatin dengan tutup
cav = awas
caut (caute) = hati hati
cer (cera) = malam, lilin
col (cola) = menyari
conc (concentratus) = pekat
consp. (consperge) = taburkan
clysm. (clysma) = enema, lavemen
cois.comm. (communis) = biasa
D
d (dosi/dies/dexter) = takaran/hari/kanan
d.c. (durante coenam) = pada waktu makan
d.in.dim (da in dimio) = berikan separonya
d.in.2plo (da in duplo) = berikan 2 kalinya
d.in.3plo (da in triplo) = berikan 3 kalinya
d.d (de die) = sehari
4.d.d.c (quarter de die cochlear) = 4 kali sehari sekian sendok makan
5.d.d.c (quinquies de die ccochlear) = 5 kali sehari sekian sendok makan
d.s. (da signa) = berikan dan tulis
d.s.s.ven (de sub signo veneni) = berikan tanda racun
det (detur) = diberikan
dim (dimidio) = separuhnya
dtd (da tales doses) = berikan sekian takaran
dext. (dexter) = kanan
dil (dilutus) = diencerkan
dim. (dimidius) = separuhnya
div.in.p.aeq (divide in partes aequales) = bagilah dalam bagian yang sama
E
E.D. (expiration date) = tanggal kadaluarsa

13
e.d (eyes drops) = obat tetes mata
emuls =emulsi
e.m.p = sesuai dengan yang tertulis
ext.ut (externum utendum) = untuk dipakai diluar

F
f (fac, fiat, fiant) = buat. dibuat
filtr. (filtra) = saring
f.l (flores) = bunga
fol (folia) = daun
G
g (gramma) = gram
gtt. (guttae) = tetes
gutt.ad.aur. (guttae ad aures) = tetes telinga
gutta. (guttatim) = tetes demi tetes
H
h. (hora) = jam
h.v (hora vespertina) = malam
h.m (hora matutina) = pagi pagi
haust (haustus) = diminum sekaligus
h.s  (hora somni) = pada waktu mau pergi tidur
I
i.c. (inter cibus) = diantara waktu makan
i.d. (idem) = sama
I.A. (intra arterium) = suntikkan melalui pembuluh darah arteri
I.C (intra cutan) = suntikkan melalui lapisan kulit luar
I.M. (intra muscular) = suntikkan melalui bagian punggung (lumbal)
i.m.m. (in manum medici) = diserahkan dokter
I.V. (intra venous) = suntikkan melalui pem.darah vena
in. = dalam

14
in.d. = dari hari ke hari
inj.subc. = injeksi dibawah kulit/subkutan
instill (instilla) = teteskan
iter (iteratio/iteretur) = diulang

L
liq. (liquid) = cair
lot. (lotus) = dicuci
M
m (mane, misce) = pagi, campur
m.et v. (mane et vaspere) = pagi pagi dan malam
m.f (misce fac) = campur buat
merid (meridiem) = tengah hari
mixt. (mixtura) = campuran
N
ne iter (N.I) (ne iteretur) = jangan diulang
nedet (n.dt.) (ne detur) = tidak diberikan
ne repetatur = ne iter (ne iteretur) = tidak diulang
noct (nocte) = tengah malam
O
o.u = kedua mata
o.s. = mata kiri
o.d = mata kanan
o.h (omni hora) = tiap jam
o.h.c (omni hora cochlear) = tiap jam 1 sendok
o.b.h.c (omni bihorio cochlear) = tiap 2 jam 1 sendok
o.tr.h.c (omni  trihorio cochlear) = tiap 3 jam 1 sendok makan
o.4.h.c (omnibus quatuor horis cochlear) = tiap 4 jam 1 sendok makan
o.5.h.c (omnibus quinque horis cochlear) = tiap 5 jam 1 sendok makan
o.1/4.h (omni quarta hora) = tiap 1/4 jam
o.m. (omni mane) = tiap pagi

15
o.n (omni nocte) = tiap malam
opt. (optimus) = sangat baik
P
p.d.sing. (pro dosi singulari) = untuk dosis tunggal
P.I.M (periculum in mora) = berbahaya bila ditunda
part.dol (parte dolente) = pada bagian yang sakit
p.r.n. (pro re nata) = kadang kadang jika perlu
p.o. (per os) = secara oral
pil (pilula) = pil
pot. (potio) = minuman/larutan
p.c. (post coenam) = stelah makan 
pulv. (pulvis/pulveratus) = serbuk
Q
q. (quantitas) = banyaknya
q.s. (quantum satis) = secukupnya
R
R., Rp.,Rcp., (recipe) = ambillah
rec. (recens) = baru
reiter = dibuat ulangan baru
repetatur = iteretur = diulang
Rep.s (repetatur semel) = diulang sekali
Rep.bis (repetatur bis) = diulang 2 kali
S
s. (signa) = tanda
ss. (semis) = separuh
s.d.d.c (semel de die cochlear) = satu kali sehari sekian sendok makan
sol.,solut (solutio) = larutan
solv. (solve) = larut
statim : penting
sum. (sume) = untuk diminum
sup (super) = atas

16
T
t.d.d (ter de die) =  3 kali sehari
t.d.d.c (ter de die cochlear) = 3 kali sehari sekian sendok makan
ter in d. (ter in die) = 3 kali sehari
ter. (tere) = gosok
tct., tinct., tra., () tinctura = tingtur
trit (tritus) = gerus
U
urgent : penting
u.c (usus cognitus) = pemakaian diketahui
u.e (usus externus) = dipakai untuk luar
u.i (usus internus) = dipakai untuk dalam
u.v (usus veterinarius) = pemakaian untuk hewan
V
vesp. (vaspere) = malam
vit.ov. (vittelum ovi) = kuning telur

2.7 Peran Kolaborasi Dokter, Apoteker, Asisten Apoteker dalam Prinsip Pemberian Obat
Kolaborasi dokter dan apoteker sangat penting dalam suatu pemberian pengobatan
kepada pasien. Kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan
perspektif kepada seluruh kolaborator. Agar hubungan kolaborasi dapat optimal, semua
anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama. Apoteker dan dokter harus
merencanakan dan bekerja sebagai kolega, bekerja saling melengkapi dalam batas-batas
lingkup praktik dengan berbagai nilai, etika dan pengetahuan. Peran direktur dalam
kerjasama dokter dan apoteker adalah dalam hal pengambilan keputusan bahwa pengobatan
di rumah sakit diputuskan secara bersama antara profesi kesehatan (dokter dan apoteker).

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan UU No.14 tahun 2001, tentang paten, masa hak paten berlaku 20 tahun
(pasal 8 ayat 1) dan bisa juga 10 tahun (pasal 9). Contoh yang cukup populer adalah
Norvask. Kandungan Norvask (Norvasc) adalah amlodipine besylate, untuk obat
antihipertensi. Pemilik hak paten adalah Pfizer. Ketika masih dalam masa hak paten
(sebelum 2007), hanya Pfizer yang boleh memproduksi dan memasarkan amlodipine.
Setelah 20 tahun atau masa hak paten berakhir, tidak ada lagi yang memiliki hak paten atas
obat tersebut. Pada masa ini, barulah industri farmasi lain boleh memproduksi dan
memasarkan amlodipine dengan berbagai merek dagang. Obat yang sudah habis masa
perlindungan patennya disebut obat off-patent. Obat-obat off-patent ini, ada yang
diedarkan dan dijual sebagai “Obat Generik Bermerek”, ada juga yang dijual tanpa merek
tertentu yang disebut “Obat Generik”.

18
DAFTAR PUSTAKA
https://swiperxapp.com/obat-paten-obat-generik-bermerek-atau-obat-generik/
https://www.beritasatu.com/kesehatan/36279/kemenkes-kembangkan-15-jenis-bahan-baku-obat
http://imamkp.blogspot.com/2016/05/farmakokinetik-dan-farmakodinamik.html
http://jurnal.unpad.ac.id/ijcp/article/download/15572/pdf
Moh. Anief. 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Prakter Hal. 1-9; 20, 21, 22. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press

19

Anda mungkin juga menyukai