Ruang Lingkup:
Endemi
Hiperendemi
Holoendemi
Epidemi.
Pandemi
Lingkungan
Agen penyebab penyakit
Pejamu
Kontak langsung
Udara
Makanan dan minuman,
Vektor
Manifestasi Klinis:
Ketika sudah terhadi pajanan resiko-tinggi dan inokulasi, orang yang terinfeksi akan
mengalami mononucleosis-like syndrome yang bisa disebabkan infeksi virus lain dan
kemudian berada dalam masa laten yaitu keadaan asimptomatik selama bertahun-tahun yang
hanya dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan laboratorium yang membuktikan
sorokonversi. Adapun gejala yang timbul meliputi, Limfadenopati persisten di seluruh yang
terjadi sekunder karena fungsi sel-sel CD4+ mengalami kerusakan, Gejala nonspesifik,
termasuk penurunan berat badan, rasa mudah lelah, keringat malam, demam yang
berhubungan dengan perubahan fungsi sel-sel CD4+, imunodefisiensi, dan infeksi pada sel-
sel lain yang membawa antigen CD4+, dan Gejala neurologi yang terjadi karena ensefalopati
HIV dan infeksi pada Sel-sel neuroglia, Infeksi oportunis atau penyakit kanker
immunodeficiency.
CARA PENCEGAHAN:
Menghindari hubungan seksual diluar nikah, dan setia kepada satu pasangan
Menggunakan kondom bagi orang yang berisiko tinggi ketika berhubungan seksual
Wanita yang telah terinfeksi HIV dianjurkan untuk tidak hamil karena dapat
menginfeksi bayinya
Orang- orang yang berisiko tinggi dianjurkan agar tidak mendonorkan darahnya
Menggunakan jarum suntik satu kali pakai dan dijaga ke-sterilannya
Menjauhkan diri dari segala yang dilarang oleh-Nya
Adapun yang dapat dilakukan pemerintah diantaranya memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang HIV/AIDS dan bagaimana cara pencegahannya
PENATALAKSANAAN:
Ketika diagnosis telah ditegakkan, pemeriksaan yang perlu dilakukan pada pasien
dengan HIV/AID ialah: Pemeriksaan stadium klinis setiap kali kunjungan dan
Pemeriksaan hitung CD4+
Pencegahan infeksi oportunistik dengan kemoproflasksis untuk mencegah Pneumonia
Pnemokistik atau Profilaksis PCP
Terapi Antiretroviral (ARV) yang bertujuan untuk menurunkan jumlah RNA virus
Terapi Antidiare dengan oktreotid asetat/ sandostatin yang efektif dalam diare kronik
berat
Kemoterapi
- Sarkoma Kaposi yang bertujuan untuk memperkecil ukuran lesi kulit pada
penderita HIV sehingga mengurangi ketidaknyamanan akibat lesinya.
- Limfoma
Antidepresan
Terapi nutrisi, penderita AIDS memerlukan diet sehat untuk memenuhi kebutuhan
tubunya.
Pada pasien AIDS diet sehat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh pasien.
Adapun diet sehat tersebut adalah smengkonsumsi diet rendah lemak, laktosa, serta
tak-larut dan kafein serta diet tinggi serat larut (bagi penderita yang mengalami diare),
Mengatur jumlah kalori, Stimulan nafsu makan, Suplemen oral,
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Risiko infeksi dengan factor risiko penyakit kronis
Hipertermia b.d. penyakit
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kurang asupan makanan
Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan aktif
Isolasi social b.d. perubahan penampilan fisik
Intoleransi aktivitas b.d. imobilitas
Cara Penularan:
Manusia maupun hoses reservoir yang didalam darahnya mengandung mikrofilaria
Vektor, yaitu nyamuk yang dapat menularkan filariasis
Manusia yang rentan terhadap filariasis
Manifestasi Klinis
Gejala penyakit pada tahap awal (fase akut) bersifat tidak khas seperti demam selama
3-4 hari yang dapat hilang tanpa diobati, demam berulang lagi 1-2 bulan kemudian,
atau gejala sering timbul bila pasien bekerja terlalu berat.
Benjolan yang terasa nyeri pada paha/ ketiak
Teraba gaaris urat dan berwarna merah yang terasa sakit
Pembengkakan pada saluran limfe akibat cacing yang menyumbat
Pembengakakn anggita gerak terutama kaki (elephantiasis)
Penatalaksanaan
Pencegahan
Diagnosa Keperawatan
Intolerasi aktivitas
Nyeri akut
Hipertermi
Defisiensi pengetahuan
Penatalaksanaan:
Pencegahan:
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermi
Hambatan Mobilitas Fisik
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Farmakologi (Paracetamol, Infus RL, Metoklorpamid , Imbos Force, Lameson untuk
inflamasi liver)
Non-farmakologi
o Anjurkan untuk minum banyak untuk mencegah dehidrasi
o Untuk perlindungan, gunakan obat anti nyamuk yg mengandung DEET saat
mengunjungi daerah endemi Dengue (Saat pulang ke Rumah) dan atau
gunakan celana panjang dan baju lengan panjang
o Buang sampah pada tempatnya dan sanitasi
Diagnosa Keperawatan
Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan
Hipertermia b.d penyakit
Risiko syok
Risiko perdarahan
Manifestasi Klinis:
Masa inkubasi varicella sekitar 11-21 hari, dengan rata-rata 13-17 hari, dengan
stadium:
Penatalaksanaan:
• Farmakologi (Asiklovir oral: Biasanya diberikan pada penyakit - penyakit lain yang
melemah kan daya tahan tubuh, Antipiretik / paracetamol untuk menurunkan demam,
Salep antibiotika : untuk mengobati ruam yang terinfeksi, Antibiotika : bila terjadi
komplikasi pneumonia atau infeksi bakteri pada kulit dan bisa diberikan bedak
pengurang gatal (misalnya kalamin))
• Non farmakologi (Isolasi untuk mencegah penularan, Diet bergizi tinggi, Bila
demam tinggi, kompres dengan air hangat, Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada
kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi. Upayakan agar vesikel tidak
pecah, Jangan menggaruk vesikel, Kuku jangan dibiarkan panjang, Bila hendak
mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pada kulit, jangan digosok)
Manifestasi Klinis:
Fase prodormal: berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringan hingga
sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Fase Exanthema: Terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya
suhu badan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta
belakang telinga kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan
atas dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya
ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam
umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Selain itu,
batuk dan diare menjadi bertambah parah sehingga anak bisa mengalami sesak nafas
atau dehidrasi. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang patognomonik untuk morbili.
Fase Recovery: Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.
Penatalaksanaan:
Diagnosa Keperawatan:
Pencegahan Difteri
Isolasi penderita
Pencegahan terhadap kontak
Imunisasi DPT pada bayi, Vaksin DT pada SD
Penatalaksanaan:
Tindakan umum :
o Tirah baring selama 2 minggu dalam ruang isolasi.
o Jaga Intake cairan.
o Perhatikan defekasi
o Pemberian antitusif untuk mengurangi baruk (difteri laring)
o Aspirasi secret secara periodic terutama untuk difteri laring.
o Bila ada tanda-tanda obstruksi jalan napas segera berikan oksigen atau
trakeostomi
Tindakan spesifik :
o Serum anti difterik (SAD)
o Antibiotik (Penicilin Prokain/ Eritromisin)
o Kortikosteroid (Prednison, Deksametason)
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan neurologis
Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan system saraf pusat
Ketidakefektifan pola napas b.d sindrom hipoventilasi
Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi
Penatalaksanaan
Terapi Farmakologis, dengan Multi Drug Theraphy (MDT) dengan kombinasi obat
medikamentosa utama yang terdiri dari Rifampisin, Klofazimin dan DDS.
Terapi Non Farmakologi
o Menjaga kebersihan diri terutama pada regio yang mengalami penurunan
fungsi neurologis.
o Istirahatkan regio yang terlihat kemerahanatau melepuh dan hindarkan dari
tekanan misalnya dengan elevasi tungkai pada saat istirahat dan mencegah
berjalan dalam jangka waktu yang lama
o Discharge Planning
- Hidup bersih
- Makan makanan yang bernutrisi seimbang.
- Hindari penularan melalui penggunaan handuk dan pisau cukur
bersama.
- Kenali dan kendalikan stress emosional yang dapat memicu terjadinya
masalah kulit
- Menghilangkan sumber penularan yaitu dengan pengobatan tuntas
kepada semua penderita
Diagnosa Keperawatan:
Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil palatina yang disebabkan oleh virus
(Rhinovirus dan Influenza type A Virus) atau bakteri (Streptococcus). Berdasarkan tingkat
kepatrahannya tonsilitas diklasifikasikan menjadi 2 tingkatan yaitu akut dan kronis. Tonsilitis
Akut diantaranya:
Tonsilitis Viral disebabkan oleh Virus Epsein Barr (EBV) dan disebut sebagai
tonsilitis mononukleus infeksiosa.
Tonsilitis Bakterial, disebabkan oleh bakteri streptokokus beta hemolitikus
grup A, streptokokus viridan dan streptokokus plogenes.reaksi radang
mengakibatkan keluarnya leukosit polimorfonuklear.
Tonsilitis Rekuren atau tonsilitis streptokokal berulang apabila seseorang
memiliki 7 episode kultur positif dalam 1 tahun, 5 infeksi dalam 2 tahun
berturut-turut atau 3 infeksi tiap tahunnya selama 3 tahun berturut-turut
Tonsilitis Membranosa (Tonsilitis difteri) yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Corynebacterium diphteriae, kuman basil gram positif yang
ditransmisikan melalui droplet udara atau kontak kulit dengan penderita.
Tonsilitis Kronis disebabkan oleh polibakterial seperti streptokokus alfa dan beta
hemolitikus, S. Aureus, H. Influenza dan bacteriodes. Faktor predisposisi terjadinya tonsilitis
kronis adalah mencakup pajanan radiasi, hygiene mulut yang buruk, rokok, perubahan cuaca
dan penggunaan obat-obatan.
Manifestasi Klinis
tonsil tampak bewarna merah terang dan tedapat edema serta eksudat dapat terjadi
pada tonsil. Pada saat menekan tonsil, ddidapati hasil drainase purulent
Uvula juga memerah dan bengkak serta nodus limfe tonsilar biasanya nyeri dan
membesar
mengeluh nyeri tenggorokan, sulit menelan, malaise umum, demam dan otalgia (nyeri
yang menjalar ke telinga)
Infeksi yang dialami dapat memanjang melalui tuba eustasius sehingga dapat
mengakibatkan otitis media
Penatalaksanaan
Tonsilitis Akut
o Tonsilitis Viral Akut (dengan istirahat dan minum air cukup sesuai
kebutuhan. Pemberian analgetik dan jika berat dapat diberikan antivirus )
o Tonsilitis Bakterial Akut 9menjaga hidrasi dan asupan kalori yang
adekuat, kontrol nyeri dan demam dengan analgetik dan kompres, obat
kumur untuk menjaga hygiene mulut serta antibiotik spektrum luas)
o Tonsilitis Difteri (mengawasi adanya tanda obstruksi jalan napas atas,
tanpa menunggu hasil kultur dapat diberikan antitoksin difteria 200-1000
iu/Kg BB IV atau IM dengan melakukan skintest terlebih dahulu, dapat
diberikan antibiotik penisilin 300.000 iu/hari IM untuk BB <10 Kg dan
600.000 iu/hari untuk BB>10 Kg (selama 14 hari) atau eritromisin 25-50
mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari oral/injeksi 40-50 mg/hari
dosis maksimal 2 gr/hari selama 14 hari, pemberian kortikosteroid 1,2
mg/KgBB per hari, pemberian obat simptomatik lainnya seperti antipiretik
serta trakeostomi bila sudah terdapt sumbatan jalan napas atas )
o Tonsilitis Kronis (pemberian terapi suportif pemberian obat kumur untuk
menjaga hygiene mulut)
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermi
Nyeri Akut
Ketidakseimbangan Nutrisi:Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Helminth usus berarti cacing pada usus yang bersifat patogenik dalam usus manusia.
Jenis Infeksi nematoda Intestinal diantaranya:
Non Famakologi:
Tirah Baring: Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.
Diet: Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah
selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk
penderita demam tifoid, diklasifikasikan atas: diet cair, bubur lunak, tim dan nasi
biasa.
Nutrisi (cairan): Penderita harus mendapat terapi cairan yang cukup baik secara
oral maupun parenteral. Pemberian parenteral diindikasikan pada penderita sakit
berat, terdapat komplikasi, sulit makan dan penurunan kesadaran.
Pencegahan:
Penyediaan sumber air minum yang baik
Penyediaan jamban yang sehat
Sosialisasi budaya cuci tangan
Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum
Pemberantasan lalat
Pengawasan kepada para penjual makanan dan minuman
Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui
Imunisasi
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Hipertermi
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Kekurangan Volume Cairan
Konstipasi
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Jika manusia yang tergigit
nyamuk infetif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium,
dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium skizon yang akan pecah dan
melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki aliran darah dan menginfeksi
eritrosit untuk memulai siklus eritrositer.. Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung
spesiesnya. Palciparum memerlukan waktu 7-14 hari, plasmodium vivax dan plasmodium
ovale 8-14 hari, sedangkan plasmodium malariae memerlukan sekitar 7-30 hari. Masa
inkubasi ini dapat memanjang karena berbagai faktor seperti pengobatan dan pemberian
profilaksis dengan dosis yang tidak adekuat.
Manfestasi Klinis.
Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam lebih dari dua hari, menggigil,
dan berkeringat (yang disebut dengan tria malaria).
Demam karena plasmodium palciparum dapat terjadi pada setiap hari. Plasmodium
vivax atau ovale demamnya berselang satu hari. Sedangkan demam plasmodium
malariae menyerang berselang dua hari.
Konjugtiva Pucat
Splenomegali
Hepatomegali
TD menurun Penatalaksanaan:
Farmakologi:
o Pengobatan malaria tanpa komplikasi: Pengobatan malaria falciparum,
Pengobatan lini kedua malaria falciparum menggunakan kina + doksisisklin
tau tertasiklin + primakuin, Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale,
Pengobatan malaria vivax untuk penderita defisiensi G6-PD
o Pengobatan malaria dengan komplikasi: pmberianderivat artemisin
parenteral adalah artesunat intravena atau intramuskular dan artemeter
intramuskular
Pencegahan
Berbasis masyarakat: Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Menemukan dan
mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah penularan,
Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomik anopheles
seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan resistensi terhadap insktisida
Berbasis Pribadi, Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain : tidak keluar rumah antara
senja dan malam hari, bila terpaksa keluar sebaiknya mengenakan kemeja dan celana
panjang berwarna terang karena nyamuk lebih menyukai warna gelap, Pengobatan
profilaksis bila akan memasuki daerah endemik: Pada daerah dimana plasmodiumnya
masih sensitif terhadap klorokuin, diberikan klorokuin
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan proses penyakit
Klasifikasi:
Manifestasi Klinik:
Penatalaksanaan:
Antibiotic (parenteral penicillin 1,2 juta unit /hari selama 10 hari, IM dan tetanus
pada anak dapat diberikan penicillin dosis 50.000 unit/KgBB/12 jam secara IM
diberikan selama 7-10 hari).
Antitoksin dapat digunakan Human tetanus imunogglobulin (TIG) dengan dosis
3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM. Serta pemberian Tetanus Toksoid
(TT) yang pertama dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi
yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda.
Diagnosa Keperawatan:
Fase Pertusis
Fase kataralis (1-2 minggu) dengan gejala infeksi saluran nafas bagian atas dengan
timbulnya rinore, batuk dan panas yang ringan, anoreksia, batuk timbul mula-mula
malam, siang dan menjadi semakin berat, sekret banyak dan kental serta konjungtiva
kemerahan.
Fase spamodik (2-4 minggu) dengan batuk hebat di tandai whoop (tarikan nafas
panjang dan dalam, berbunyi melengking), batuk 5-10 kali per hari atau 10-20 kali per
hari, selama serangan muka menjadi merah atau sianosis, mata tampak menonjol,
lidah menjulur keluar, tampak gelisah dan berkeringat, dapat terjadi perdarahan
subkonjungtiva dan epistsksis, akhir serangan sering kali memuntahkan lendir atau
sputum kental, selama serangan dapat sampai keluar kencing dan sesudah serangan,
anak terbaring kelelahan dan sesak nafas.
Fase penyembuhan / konvalesens (1-2 minggu), ditandai dengan berhentinya bunyi
whoop dan muntah, batuk biasanya masih menetap kamudian menghilang dalam
waktu 2-3 minggu.
Manifestasi Klinis:
Inspeksi dapat ditemukan muka pasien menjadi merah, mata tampak menonjol keluar,
wajah cemas, dan gelisah.
Palpasi ditemukan Suhu tubuh meningkat dan ekspansi toraks.
Perkusi ditemukan bunyi Resonan atau hiperresonan.
Auskultasi terdengar ronki luas dan krepitasi kasar. Selain pemeriksaan fisik
dapatpula dilakukan pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan laboratorium, foto
toraks dan pemeriksaan sputum.
Penatalaksanaan:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b.d Mukus
Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Dispnea
Resiko Infeksi b.d vaksinasi tidak adekuat
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d faktor biologis
Nyeri Akut b.d Agens Cidera Biologis
Avian influenza atau yang lebihkita kenal dengan “flu burung” merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus Avian influenza dengan subtype H1 samapi H16 dan N1
sampai N9. Virus ini menyerang unggas diantaranya, ayam, kalkun, burung peliharaan dan
juga burung liar. Sebenarnya virus ini tidak menyerang manusia, akan tetapi karena adanya
subtype tertentu seperti H5N1,H7N7 yang sifatnya sangat pathogen menyebabkan virus ini
dapat menyerang manusi dan bahkan sampai menyebabkan kematian. Salah satu penyebab
penularan virus ini dari unggas kemanusia adalah melalui kontak langsung atau pun tidak
langsung dengan unggas yang sakit termasuk air liur dan tinja, udara dan alat alat peternakan
yang terkontaminasi dengan virus Avian Influenza. Gejala dari penyakit ini pun bervariasi.
Dari gejala ringan hingga berat.
Masa inklubasi influenza A (H5N1) hanya 48-72 jam, hal ini menjadi masalah dimana
terlalu singkatnya waktu yang dibutuhkan untuk membangkitkan respon imun
protektif. Masa infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari setelah
gejala timbul. Pada anak, masa infeksius sampai dengan 21 hari. Perkembangan
penyakit dalam waktu singkat ini menjadi berat jika terjadi peradangan paru paru
sampai terjadi distres pernafasan berat dalam satu minggu dari gejala awal.
Gejala umumnya adalah demam, nyeri kepala, lesu, nyeri otot, batuk, dan pilek.
Gelaja saluran cerna seperti nyeri abdomen, diare, dan muntah juga ditemukan pada
beberapa pasien
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
Penderita dirawat diruang isolasi sambil melakukan pemeriksaan laboratorium
dan rontgen toraks. Perawatan diruang isolasi dimaksudkan karena takut adanya
transmisi melalui udara. Dalam perawatan perlu diperhatikan oksigen dan hidrasi
penderita. Pemberian oksigen dilakukan jika terdapat sesak napas dan cenderung
ke arah gagal napas dengan mempertahankan saturasi oksigen > 90%. Hidrasi
dapat dilakukan dengan memberikan cairan parental dan minum banyak dan
istirahat.
Tatalaksana Khusus
Prioritas adalah pemberian obat obatan dan tatalaksana untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya kegagalan pernafasan. Pemberian obat obatan meliputi
anti-viral, antibiotik, dan antipiretik. Obat anti viral yang pernah digunakan untuk
terapi AI adalah oseltamivir, zamamivir, amantadine dan rimantadine. Obat
oseltamivir harus diberikan dalam 48 jam setelah awitan gejala. Didasarkan pada
replikasi virus yang mencapai puncaknya pada 48 jam.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN RUBELLA
Congenital Rubella Syndrome atau yang lebih dikenal denagan campak jerman
merupakan suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi virus rubella yang disebut
dengan German Measles.
Manifestasi Klinis
Gejala rubella hampir mirip dengan penyakit lain yang disertai ruam. G
ejala klinis untuk mendiagnosa infeksi virus rubella yaitu Infeksi bersifat akut yang
ditandai oleh adanya ruam maculopapular, Suhu tubuh >37,2 ℃, Arthralgia/arthritis,
limfadenopati, konjungtivitis.
Gejala klinis pada ibu hamil yaitu gangguan pendengaran tipe neurosensorik,
gangguan mata (katarak dan glaucoma), retardasi mental dan beberapa kelainan lain
diantaranya: Purpura trombositopeni (blueberry muffin rash) serta
hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain.
microcephali, pada mata biasanya ditemukan tanda kelainan di bola mata berupa
adanya katarak dan peningkatan tekanan intraokuler atau biasa disebut glaucoma.
Pada telinga terdapat kelainan pendengaran yaitu ketulian yang dapat dideteksi setelah
usia masa pertumbuhan.
Adanya kelainan berupa patent duktus arteriosus ditandai dengan adanya murmur
derajat I-IV. Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang seperti Isolasi virus,
pemeriksaan serologi, Pemeriksaan RNA virus (Polymerse Chain Reaction (PCR) dan
Reverse Transcription-Loop-Mediated Isothermal Amplication (RT-LAMP)).
Penatalaksanaan:
Diagnosa Keperawatan:
Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei.
Manifestasi Klini:
Penatalaksanaan
Secara umum: menjaga kebersihan dan mandi secara teratur setiap hari
Secara khusus: obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain
Belerang endap (sulfur presipitatum), Emulsi benzil-benzoas, Gama benzena heksa
klorida (gameksan = gammexane), Krotamiton dan Permetrin.
Diagnosa Keperawatan:
Manifestasi Klinis
Pada laki-laki terjadi infeksi terutama pada area uretra yang akan mengakibatkan
Urethritis akut. Gejala awal berupa rasa nyeri dan rasa terbakar pada saat buang air
kecil, serta discharge mukoid. Beberapa hari kemudian, berubah menjadi banyak,
purulent dan kadang bersama sedikit darah segar. Selain itu, terdapat pula
Epididimitis terjadi biasanya unilateral dengan nyeri dan pembengkakan posterior
skrotum. Prostatitis dan seminal vesikulitis jarang terjadi, dengan gejala urgensi, rasa
tidak nyamann abdominal, hematuria, demam, dan nyeri saat ereksi. Bila mengenai
rectum akan memberikan presentasi nyeri, pruritus, discharge dan tetanus.
Pada perempuan terdapat gejala mayor seperti vaginal discharge yang
biasanya berwarna putih keruh kekuningan, disuria, perdarahan internal menstrual
(spotting), dispareunia (nyeri saat berhubungan intim), dan nyeri abdomen bawah
ringan.
Pemeriksaan
Pewarnaan gram
kultur biakan,
Tes definitive,
Tes Thomson untuk mengetahui keparahan infeksi,
Teknik imunoflurensi,
Pemeriksaan fiksasi kompleme
Tes enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Penatalaksanaan:
Penisilin dan derivatnya dimana Penicilin terikat pada pada protein membran atau
enzim yang mensintesis merein seperti traspeptidase dan memutuskan pertumbuhan
serta metabolisme organisme.
Ampicilin dan amoksilin dapat menjadi alternatif untuk yang alergi penicillin
Pegobatan lainnya seperti golongan sefalosporin, spektinomisin, aminoglikosida,
tiamfenikol, azitromisin, sulfonamid dan trimetroprim.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertemia bd penyakit
Nyeri akut bd agens cedera biologis
Hambatan elimnasi urin bd Infeksi saluran kemih
Risiko infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SIFILIS
Manifestasi Klinis:
Sifilis Primer, dimana lesi tidak disadari. Umunnya terdapat lesi tunggal. Pada laki-
laki dijumpai pada preputium,sulkus korona, glans/frenulum. Pada perempuan sering
pada labia, namun dapat juga terjadi pada fourchette, uretra/perineum.
Sifilis sekunder, influenza (awal akan menyerupai inflenza yaitu sakit kepada,
lakrimasi, sekret dihidung, rasa tidak enak pada tenggorokan dan artralgia
generalisasi), limfadenopati, dan lesi kulit (menyerupai banyak penyakit kulit. Tanda
lesi generalisata tidak sakit dan tidak gatal, melibatkan kulit dan mukosa, berbentuk
makula, papul, pustular).
Sifilis laten, tahap laten dapat berlanjut ke tahap tertier, dimana relaps biasa terjadi
selama 1 tahun pertama/stadium laten dini, kemudian setelah 1 tahun disebut laten
lanjut dan relaps jarang terjadi pada stadium ini.
Sifilis tertier, tedapat 3 gambaran utama dalam stadium ini seperti sifilis lanjut
benigna (manifestasi stadium sekunder dan relaps lain selain kardiovaskular atau
sistem syaraf. Organ yang paling sering terlibat adalah kulit, membran mukosa, dan
tulang), sifilis kardiovaskular (Menyebabkan kerusakan dinding aorta berakibat
nekrosis otot dan jaringan elastik dan skar) dan Neurosifilis (Pada meningovaskular
adalah stroke ringan, pada pupil akan terlihat mengecil ireguler yang bereaksi normal
pada akomodasi tetapi tidak terhadap cahaya. Terdapat tanda arefleksia dan
kehilangan keseimbangan, nyeri dalam dan sensasi suhu).
sifilis kongenital Terjadi pada bayi yang ditularkan ibu yang menderita sifilis. Kuman
masuk secara hematogen ke janin melalui plasenta dan selanjutnya kontak lagi dengan
genitalia ibu yang terinfeksi. Dapat ditularkan melalui ASI. Gambaran klinis pada
sifilis kongenital dapat dibagi 2 yaitu:
a. Sifilis kongenital dini, Timbul dan berkembang hinggal bayi berumur 2 tahun. Bayi
dengan BBLR atau lahir prematur, iritabel dan lemah, terdapat sekret purulen
bercampur darah di mukosa nasal, kulit kering dan berkerut. Dapat pula timbul
kondiloma lata berupa erupsi anular/corymbiform. Timbul bulla paling sering di
daerah ekstremitas, dan pustul di jari tangan, jari kaki dan rongga mulut, ulserarsi di
mulut, hidung, dan anus.
b. Sifilis kongenital lanjut, biasanya timbul setelah bayi berusia 2 tahun. Karakteristik
berupa keratitis interstitial, bersifat tidak menular dan tidak infeksius. Dibagi 2
kelompok yaitu maltorasi (stigmata) dan proses patogenik aktif.
Penatalaksanaan:
Diagnosa Keperawatan:
Hipertemia bd penyakit
Nyeri akut bd agens cedera biologis
Ketidaksemibangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd ketidakmampuan makan