Anda di halaman 1dari 35

PENGANTAR & EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TROPIS DI INDONESIA SERTA

PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT TROPIS DI INDONESIA


Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab,
pengendalian, factor, frekuensi dan distrbusi dari suatu penyakit yang ada pada populasi

Ruang Lingkup:

 Endemi
 Hiperendemi
 Holoendemi
 Epidemi.
 Pandemi

Faktor yang mempengaruhi penyakit menular

 Lingkungan
 Agen penyebab penyakit
 Pejamu

Metode Penularan Penyakit

 Kontak langsung
 Udara
 Makanan dan minuman,
 Vektor

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN HIV/AIDS


Human Immunnodeficiency Virus/ HIV merupakan penyakit yang menyerang sistem
kekebelan tubuh manusia (leukosit) sehingga penderitanya mudah terserang penyakit.
Sedangkan Acquired Immuno Deficiency Syndrom/ AIDS merupakan kumpulan gejala yang
diakibatkan dari sistem kekebalan tubuh yang diserang oleh virus HIV. Oleh karenanya
penderita AIDS harus diwaspadai karena ia mudah terserang penyakit dan dapat berakibat
fatal.
Cara Penularan: Berhubungan seksual (baik homoseksual, maupun heteroseksual),
Pemakaian obat IV secara bergantian, Pemberian transfusi kepada penderita hemophilia dan
Melalui ASI dari ibu yang terkena HIV.
HIV tidak menyebar melalui Bersalaman, Berpelukan, Berciuman, Batuk, Bersin,
Gigitan nyamuk, Bekerja, bersekolah, makan dan berkenderaan bersama, Memakai fasilitas
umum, misalnya kolam renang, WC umum, telepon umum, dan sebagainya, Memakai tempat
tidur atau peralatan rumah tangga bersama

Manifestasi Klinis:
Ketika sudah terhadi pajanan resiko-tinggi dan inokulasi, orang yang terinfeksi akan
mengalami mononucleosis-like syndrome yang bisa disebabkan infeksi virus lain dan
kemudian berada dalam masa laten yaitu keadaan asimptomatik selama bertahun-tahun yang
hanya dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan laboratorium yang membuktikan
sorokonversi. Adapun gejala yang timbul meliputi, Limfadenopati persisten di seluruh yang
terjadi sekunder karena fungsi sel-sel CD4+ mengalami kerusakan, Gejala nonspesifik,
termasuk penurunan berat badan, rasa mudah lelah, keringat malam, demam yang
berhubungan dengan perubahan fungsi sel-sel CD4+, imunodefisiensi, dan infeksi pada sel-
sel lain yang membawa antigen CD4+, dan Gejala neurologi yang terjadi karena ensefalopati
HIV dan infeksi pada Sel-sel neuroglia, Infeksi oportunis atau penyakit kanker
immunodeficiency.

CARA PENCEGAHAN:
 Menghindari hubungan seksual diluar nikah, dan setia kepada satu pasangan
 Menggunakan kondom bagi orang yang berisiko tinggi ketika berhubungan seksual
 Wanita yang telah terinfeksi HIV dianjurkan untuk tidak hamil karena dapat
menginfeksi bayinya
 Orang- orang yang berisiko tinggi dianjurkan agar tidak mendonorkan darahnya
 Menggunakan jarum suntik satu kali pakai dan dijaga ke-sterilannya
 Menjauhkan diri dari segala yang dilarang oleh-Nya
 Adapun yang dapat dilakukan pemerintah diantaranya memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang HIV/AIDS dan bagaimana cara pencegahannya
PENATALAKSANAAN:
 Ketika diagnosis telah ditegakkan, pemeriksaan yang perlu dilakukan pada pasien
dengan HIV/AID ialah: Pemeriksaan stadium klinis setiap kali kunjungan dan
Pemeriksaan hitung CD4+
 Pencegahan infeksi oportunistik dengan kemoproflasksis untuk mencegah Pneumonia
Pnemokistik atau Profilaksis PCP
 Terapi Antiretroviral (ARV) yang bertujuan untuk menurunkan jumlah RNA virus
 Terapi Antidiare dengan oktreotid asetat/ sandostatin yang efektif dalam diare kronik
berat
 Kemoterapi
- Sarkoma Kaposi yang bertujuan untuk memperkecil ukuran lesi kulit pada
penderita HIV sehingga mengurangi ketidaknyamanan akibat lesinya.
- Limfoma
 Antidepresan
 Terapi nutrisi, penderita AIDS memerlukan diet sehat untuk memenuhi kebutuhan
tubunya.
Pada pasien AIDS diet sehat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh pasien.
Adapun diet sehat tersebut adalah smengkonsumsi diet rendah lemak, laktosa, serta
tak-larut dan kafein serta diet tinggi serat larut (bagi penderita yang mengalami diare),
Mengatur jumlah kalori, Stimulan nafsu makan, Suplemen oral,

DIAGNOSA KEPERAWATAN:
 Risiko infeksi dengan factor risiko penyakit kronis
 Hipertermia b.d. penyakit
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kurang asupan makanan
 Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan aktif
 Isolasi social b.d. perubahan penampilan fisik
 Intoleransi aktivitas b.d. imobilitas

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN HERPES ZOOSTER


Herpes merupakan penyakit infeksi virus yang menyerang kulit manusia. Herpes
merupakan penyakit yang memiliki beberapa jenis namun Herpes yang paling umum
dikenal ialah Herpes Simpleks dan Herpes Zooster.
 Herpes Simpleks merupakan infeksi virus yang paling umum yang bisa
disebabkan oleh HSV-1 yang menyebabkan infeksi pada oral, okular atau wajah,
dan HSV-2 yang menyerang genital.
 Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster
yang menyerang kulit dan mukosa
Manifestasi Klinis:
 Gejala prodromal yang merupakan gejala yang muncul sebelum timbul di kulit baik
sistemik berupa demam, pusing, dan malaise, maupun lokal berupa mialgia,nyeri
tulang, gatal, pegal, dan sebagainya
 Setelah gejalah prodrolmal muncul, maka eritema mulai timbul yang dalam waktu
singkat menjadi vesikel berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema
yang biasanya berisi cairan jernih dan ketika infeksi sekunder terjadi bisa terisi darah
 Limfadenopati regional baik sebelum dan sesudah
 Lesi kulit yang sifatnya unilateral
Fase Infeksi Genital
1) Infeksi primer yang terjadi kurang lebih 1 minggu seelah hubungan seksual baik oral
maupun anal, dengan gejala prodormal namun bisa juga didahului oleh erupsi lebih dulu,
kemudian muncul lesi berupa papula kecil yang berkembang menjadi vesikel yang
memberntuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri yang biasa terjadi pada glans
penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat
2) Fase laten, yaitu fase dimana virus HSV dalam keaadaan dormant pada ganglion dorsalis
sehingga tidak ditemukan gejala klinis
3) Infeksi rekurens yaitu HSV pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif
namun dapat timbil gejala klinis yang dipicu oleh beberapa hal seperti trauma fisik.
Pemeriksaan Laboratorium
 Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa
berinti banyak.
 Histopatologis
 Pemeriksaan Serologis yaitu ELISA, Tes POCK, dan Kultur Virus. ELISA untuk
mendeteksi antibodi HSV-1 dan HSV-2, Tes POCK untuk HSV-2, dan Kultur Virus
merupakan gold standars yang dilakukan pada stadium awal infeksi
Pencegahan Herpes Genitalis
Edukasi kepada orang yang berisiko sehingga dapat mengurangi transmisi penularan,
mengobat individu yang terinfeksi dengan tepat, evaluasi dan konsultasi jika untuk berobat
jika salah satu pasangan terinfeksi, untuk pencegahan dapat dilakukan dengan screening,
diagnosis dini dan konseling
Penatalaksanaan Herpes Genitalis
 Nonfarmakologi (Edukasi kepada pasien mengenai penyakit ini, cara
penularan dan informasi penting lainnya)
 Farmakologi (Asiklovir (dosis 5 x 200 mg setiap hari selama 5 hari) dan
valasiklovir (dosis 2 x 500 mg setiap hari selama 7 – 10 hari))
Diagnosa keperawatan
 Nyeri akut
 Kerusakan Integritas Jaringan
 Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan penyakit
 Resiko infeksi
 Ansietas b.d proses penyakit

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN FILARIASIS


Filariasis/ Penyakit kaki gajah merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing
Wuchereria bancrofti Brugia malayi, Brugia timori yang ditularkan melalui nyamuk /
Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres yang hidup dalam saluran dan kelenjar getah
bening manusia dengan manifestasi klinis demam berulang dan peradangan saluran kelenjar
getah bening

Cara Penularan:
 Manusia maupun hoses reservoir yang didalam darahnya mengandung mikrofilaria
 Vektor, yaitu nyamuk yang dapat menularkan filariasis
 Manusia yang rentan terhadap filariasis

Manifestasi Klinis
 Gejala penyakit pada tahap awal (fase akut) bersifat tidak khas seperti demam selama
3-4 hari yang dapat hilang tanpa diobati, demam berulang lagi 1-2 bulan kemudian,
atau gejala sering timbul bila pasien bekerja terlalu berat.
 Benjolan yang terasa nyeri pada paha/ ketiak
 Teraba gaaris urat dan berwarna merah yang terasa sakit
 Pembengkakan pada saluran limfe akibat cacing yang menyumbat
 Pembengakakn anggita gerak terutama kaki (elephantiasis)

Penatalaksanaan

 Farmakologi: Dietilkarbamzin (DEC), Ivermectin Mectizan dan Albendazol 400mg


dosis tunggal

Pencegahan

 Pengobatan massal: mencegah gigitan nyamuk pembawa mikrofilaria


 Pengendalian vector, dengan memberantas tempat perkembang biakan nyamuk
 Peran serta masyarakat, untuk mau memeriksa darah dan meminum obat anti
penyakit kaki-gajah

Diagnosa Keperawatan

 Intolerasi aktivitas
 Nyeri akut
 Hipertermi
 Defisiensi pengetahuan

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN LEPTOSPIROSIS


Leptospirosis/ Weil disease/ Canicola fever/ Hemorhagic jaudince/ Mud fever, atau
Swineherd disease merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yaitu
bakteri yang berbentuk seperti benang yang menyerang manusia dengan manifestasi
klinis berupa demam, icterus, hepatomegali, splenomegali, dan kerusakan ginjal.
Manifestasi Klinis:
 Fase pertama (Leptospiremia): Gejala ini terjadi saat hari ke 4-7 ditandai dengan
nyeri kepala daerah frontal, nyeri otot betis, paha, pinggang terutama saat ditekan.
Gejala ini diikuti hiperestesi kulit, demam tinggi, menggigil, mual, diare, bahkan
penurunan kesadaran. Pada sakit berat dapat ditemui bradikardia dan ikterus (50%).
 Fase imun yang berlangsung 4-30 hari, dengan peningkatan titer antibody IgM,
demam hingga 40°C disertai mengigil dan kelemahan umum. Pada leher, perut, dan
otot kaki dijumpai rasa nyeri. Perdarahan paling jelas saat fase ikterik dimana dapat
ditemukan purpura, petekie, epistaksis, dan perdarahan gusi
 Fase Ketiga (konvalesen): Fase ini ditandai dengan gejala klinis yang sudah
berkurang dapat timbul kembali dan berlangsung selama 2-4 minggu

Penatalaksanaan:

 Farmakologi: Leptospirosis ringan (Ampisilin 4 x 500 mg, Amoksisilin 4 x 500


mg, Eritromisin 4 x 500 mg), Leptospirosis berat dengan Penisilin 4 x 1,5 IU dan
Amoksisilin 4 x 1 gr selama 7 hari)

Pencegahan:

 Pekerja yang rentan terkontaminasi disarankan memakai APD


 Menjaga sanitasi air minum penduduk
 Pemberian vaksim
 Pemberian antibiotik kemoprofilaksis
 Pengendalian hospen peranta leptospira
 Edukasi masyarakat

Diagnosa Keperawatan:

 Hipertermi
 Hambatan Mobilitas Fisik
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN DHF


Dengue Hemoragik Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis seperti demam,
nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, trombossitopenia, dan hemoragik.
Derajat DBD:
 Derajat 1: demam disertai dengan gejala tidak khas yang hanya dapat dibuktikan
dengan uji tourniquet positif
 Derajat 2: derajat 1 disertai dengan perdarah spontan pada kulit/ perdarahan lain
 Derajat 3: adanya tanda kegagalan sirkulasi berupa nadi ceoat dan lembut, TD
menurun (≤20 mmHg) / hipotensi yang disertai dengan kulit dingin dan lembab serta
pasien gelisah
 Derajat 4: syok berat, nadi tidak dapat diraba dan TD tidak dapat diukur
Manifestasi Klinik
 Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
 Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti
perdarahan pada kulit
 Hepatomegali
 Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau
kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.

Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium( Pemeriksaan darah ( IgG dengue positif (dengue blood),


Trombositipenia, Hemoglobin meningkat >20%, Hemokonsentrasi (hematokrit
meningkat), Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema,
hiponatremia, hypokalemia, SGOT dan SGPT mungkin meningkat, Ureum dan pH
darah mungkin meningkat, Waktu perdarahan memanjang, AGD menunjukkan
asidois metabolik PCO2 <35-40 mmHg, HCO3 rendah.)
 Pemeriksaan laboratorium urine : pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
 Pemeriksaan serologi
 Pemeriksaan radiology: Foto thorax dan Pemeriksaan USG

Penatalaksanaan
 Farmakologi (Paracetamol, Infus RL, Metoklorpamid , Imbos Force, Lameson untuk
inflamasi liver)
 Non-farmakologi
o Anjurkan untuk minum banyak untuk mencegah dehidrasi
o Untuk perlindungan, gunakan obat anti nyamuk yg mengandung DEET saat
mengunjungi daerah endemi Dengue (Saat pulang ke Rumah) dan atau
gunakan celana panjang dan baju lengan panjang
o Buang sampah pada tempatnya dan sanitasi
Diagnosa Keperawatan
 Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan
 Hipertermia b.d penyakit
 Risiko syok
 Risiko perdarahan

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN HEPATITIS


Hepatitis merupakan penyakit peadangan pada hati yang disebabkan oleh Hepatitis
Virus baik Hepatitis Virus A,B,C,D maupun E) dengan manifestasi klinis berupa jaundis,
lesu, iritabel, nyeri otot, nyeri sendi, anoreksia, mual, muntah, nyeri perut (disebabkan oleh
tegangan kapsul Glisson di sekitar hati akibat inflamasi), diare atau konstipasi., panas, dan
gejala lain seperti flu.
Pencegahan:
 Menjaga kebersihan dengan baik/ personal hygiene yang baik
Penatalaksanaan:
 Manajemen Medis (perawatan di RS)
 Mengurangi Letih (istirahat total)
 Menjaga Keseimbangan Nutrisi dan Elektrolit (diet tinggi karbohidrat, rendah lemak
dan tinggi kalori agar mudah dicerna)
 Mengurangi Pengaruh Hepatitis (Antiemetic mengontrol mual dan muntah,, Vitamin
K parenteral mungkin memberikan kepada klien waktu protrombin memanjang)
 Sekuestran Asam Empedu, yangdapat mengurangi gatal terkait dengan peningkatan
kadar asama empedu akibat dari penyakit hati kolestatik berat, yang membersihkan
kolesterol
 Imunoglobulin, untuk memberikan profilaksis bagi keluarga dan teman.
 Vaksin, untuk meningkatkan kekebalan terhadap HAV dan HBV
 Medikasi untuk Dihindari karna beberapa medikasi seperti pemberian
chlorpromazine, aspirin, asetaminofen, dan berbagai sedative diberikan tidak sesering
mugkin karena hepatotoksik
Diagnosa Keperawatan:
 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh b.d ketidakmampuan makan
 Risiko kerusakan integritas kulit b.d gangguan turgor kulit
 Gangguang citra tubuh b.d penyakit
 Ketidakefektifan pola napas
 Risiko perdarahan

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN VARICELLA


Varicella (disebut juga cacar air) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
Varicella Zooster yang sifatnya menular.

Manifestasi Klinis:

Masa inkubasi varicella sekitar 11-21 hari, dengan rata-rata 13-17 hari, dengan
stadium:

 Stadium prodromal: 2 minggu setelah infeksi akan timbul demam, malaise,


anoreksia, dan nyeri kepala.
 Stadium erupsi: 1 - 3 hari kemudian akan muncul ruam atau macula kemerahan,
papula segera berubah menjadi vesikel yang khas berbentuk seperti “tetesan air”.
Vesikel akan menjadi pustula (cairan jernih berubah menjadi keruh) yang pecah
menjadi krusta dalam waktu sekitar 12 jam. Vesikel mulai muncul di muka atau
mukosa yang cepat menyebar ke tubuh dan anggota gerak dengan menimbulkan
gejala gatal.

Penatalaksanaan:

• Farmakologi (Asiklovir oral: Biasanya diberikan pada penyakit - penyakit lain yang
melemah kan daya tahan tubuh, Antipiretik / paracetamol untuk menurunkan demam,
Salep antibiotika : untuk mengobati ruam yang terinfeksi, Antibiotika : bila terjadi
komplikasi pneumonia atau infeksi bakteri pada kulit dan bisa diberikan bedak
pengurang gatal (misalnya kalamin))

• Non farmakologi (Isolasi untuk mencegah penularan, Diet bergizi tinggi, Bila
demam tinggi, kompres dengan air hangat, Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada
kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi. Upayakan agar vesikel tidak
pecah, Jangan menggaruk vesikel, Kuku jangan dibiarkan panjang, Bila hendak
mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pada kulit, jangan digosok)

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN MORBILI


Morbili merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat menular yang di sebabkan
oleh virus campak dari family Paramyxovirus dengan Masa inkubasi selama 10 – 20 hari.

Manifestasi Klinis:

 Fase prodormal: berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringan hingga
sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
 Fase Exanthema: Terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya
suhu badan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta
belakang telinga kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan
atas dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya
ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam
umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Selain itu,
batuk dan diare menjadi bertambah parah sehingga anak bisa mengalami sesak nafas
atau dehidrasi. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang patognomonik untuk morbili.
 Fase Recovery: Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.

Penatalaksanaan:

 antipiretik jika penderita demam (paracetamol atau ibuprofen) dengan dosis


paracetamol pada anak yaitu 10-15 mg/kgBB/dosis.
 Antitussif untuk meringankan batuk
 Vitamin A dengan dosis 200.000 IU untuk anak usia >12 bulan dan 100.000 IU untuk
usia <12 bulan serta untuk anak usia < 6 bulan diberikan dengan dosis 50.000 IU
 Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya jika disertai dengan komplikasi
dimana pemberian antibiotik golongan cephalosporin berupa ceftriaxone dapat
digunakan pada infeksi saluran nafas dan dengan dosis 50-75 mg/kgBB/kali sehari
atau dibagi menjadi 2 dosis,
 Anti konvulsi apabila terjadi kejang, dan yang terakhir
 Salep mata jika mata bernanah (oleskan salep mata kloramfenikol/tetrasiklin, 3 kali
sehari selama 7 hari).

Diagnosa Keperawatan:

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN TBC


Tuberkulosis Paru/ TBC merupakan penyakit infeksius yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang utama menyerang parenkim paru (TB Paru), namun
juga dapat menyerang organ lain seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta
ginjal (TB Ekstra Paru).
Manifestasi Klinis TBC
Demam , Malaise , Anoreksia, Penurunan berat badan , Batuk ada atau tidak
(berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu sampai berbulan – bulan) ,
Peningkatan frekuensi pernapasan , Ekspansi buruk pada tempat yang sakit, Bunyi napas
hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi 7, Demam persisten, Manifestasi gejala
yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan.
Pemeriksaan Penunjang TBC
Sputum Culture , Ziehl neelsen: Positif untuk BTA, Skin test (PPD, mantoux, tine,
and vollmer, patch) , Chest X-ray , Histologi atau kultur jaringan: positif untuk
Mycobacterium tuberculosis, Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB,
adanya selsel besar yang mengindikasikan nekrosis , Elektrolit, Bronkografi, Test fungsi
paru-paru dan pemeriksaan darah.
Pencegahan TBC
 Menghindari oran yang sedang dalam pengobatan TB aktif selama beberapa minggu
pertama
 Sering buka jendela untuk Ventilasi ruangan.
 Gunakan Maker
 Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan desinfektan (air sabun).
 Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
 Hindari udara dingin.
 Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur.
 Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari.
 Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan
tidak boleh digunakan oleh orang lain.
 Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN DIFTERI


Difteri merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular yang disebabkan oleh
basil gram positif Corynebacterium diphtheria yang terjadi secara local pada mukosa saluran
pernapasan atau kulit, dengan manifestasi klinik berupa terbentuknya eksudat yang
berbentuk membran pada tempat infeksi, dan diikuti oleh gejala-gejala uum yang ditimbulkan
oleh eksotoksin yang diproduksi oleh basil ini. Difteri diklasifikasikan menurut tempat
terinfeksinya yaitu, Difteri nasal anterior, Difteri nasal posterior, Difteri fausial (farinks),
Difteri laryngeal, Difteri konjungtiva, Difteri kulit serta Difteri vulva/vagina.

Pemeriksaan Penunjang Difteri


- Pemeriksaan laboratorium
- Hitung darah rutin. Hb (menurun), Leukosit (meningkat/normal), eritrosit
(menurun), dan albumin (menurun).
- Pemeriksaan urin lengkap (terdapat albuminuria ringan)
- Pemeriksaan ureum dan kreatinin (bila di curagai ada komplikasi ginjal).
- Pemeriksaan EKG secara berkala untuk mendeteksi toksin basil menyerang sel
otot jantung
- Pemeriksaan radiografi toraks (mengecek adanya hiperinflasi)
- Tes schick

Pencegahan Difteri

 Isolasi penderita
 Pencegahan terhadap kontak
 Imunisasi DPT pada bayi, Vaksin DT pada SD

Penatalaksanaan:
 Tindakan umum :
o Tirah baring selama 2 minggu dalam ruang isolasi.
o Jaga Intake cairan.
o Perhatikan defekasi
o Pemberian antitusif untuk mengurangi baruk (difteri laring)
o Aspirasi secret secara periodic terutama untuk difteri laring.
o Bila ada tanda-tanda obstruksi jalan napas segera berikan oksigen atau
trakeostomi
 Tindakan spesifik :
o Serum anti difterik (SAD)
o Antibiotik (Penicilin Prokain/ Eritromisin)
o Kortikosteroid (Prednison, Deksametason)
Diagnosa Keperawatan:
 Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan neurologis
 Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan system saraf pusat
 Ketidakefektifan pola napas b.d sindrom hipoventilasi
 Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi

 Ansietas berhubungan dengan pajanan pada toksin

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN MORBUS HANSEN


Morbus Hansen atau yang lebih dikenal dengan penyakit kusta/ lepra merupakan
penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang manifestasi
kliniknya meneyupai penyakit kulit dan saraf.
Faktor risiko dari penyakit diantaranya masyarakat yang bermukim di area endemis,
memiliki kontak dengan pengidap leprae, lingkungan yang kurang memenuhi kebersihan,
dan termasuk juga faktor sosioekonomi rendah.
Klasifikasi:
 Tipe tuberkuloid (kusta bentuk kering) merupakan tipe kusta yang tidak menular
ditandai dengan bercak putih sebesar uang logam atau lebih besar pada kulit dibagian
pipi, punggung, paha, bokong/ lengan yang kehilangan rasa.
 Tipe lepromatosa (kusta bentuk basah), merupakan tipe kusta yang menular ditandai
dengan bercak kemerahan kecil-kecil yang tersebar diseluruh badan, yang dapat
berupa penebalan kulit yang luas sebagai infiltrat yang tampak mengkilap dan
berminyak, dapat pula berupa benjolan merah sebesar biji jagung yang tersebar di
badan, muka dan daun telinga. Selain itu, tipe ini juga disertai dengan rontoknya alis
mata serta menebalnya daun telinga.
 Kusta Bordeline (Tipe Peralihan) yang merupakan peralihan antara kedua bentuk tipe
morbus Hansen
Manifestasi Klinis
 Jika mengenai saraf perifer, gejala klinis yang timbul akan sesuai dengan nervus yang
terkena.
Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan Bakterioskopis: untuk mengakkan diagnosis dan mengevaluasi
pengobatan
 Pemeriksaan Histopatologis
 Pemeriksaan Imunologis, Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle
Aglutination), ELISA dan mL dipstick (Mycobacterium Leprae dipstick), yang
membantu diagnosis kusta yang meragukan
 Pemeriksaan Laboratorium: berupa pemeriksaan basil tahan asam.

Penatalaksanaan

 Terapi Farmakologis, dengan Multi Drug Theraphy (MDT) dengan kombinasi obat
medikamentosa utama yang terdiri dari Rifampisin, Klofazimin dan DDS.
 Terapi Non Farmakologi
o Menjaga kebersihan diri terutama pada regio yang mengalami penurunan
fungsi neurologis.
o Istirahatkan regio yang terlihat kemerahanatau melepuh dan hindarkan dari
tekanan misalnya dengan elevasi tungkai pada saat istirahat dan mencegah
berjalan dalam jangka waktu yang lama
o Discharge Planning
- Hidup bersih
- Makan makanan yang bernutrisi seimbang.
- Hindari penularan melalui penggunaan handuk dan pisau cukur
bersama.
- Kenali dan kendalikan stress emosional yang dapat memicu terjadinya
masalah kulit
- Menghilangkan sumber penularan yaitu dengan pengobatan tuntas
kepada semua penderita

Diagnosa Keperawatan:

 Kerusakan Integritas Kulit


 Hambatan Mobilitas Fisik
 Gangguan Citra Tubuh
 Defisit Pengetahuan
 Ansietas

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN TONSILITIS

Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil palatina yang disebabkan oleh virus
(Rhinovirus dan Influenza type A Virus) atau bakteri (Streptococcus). Berdasarkan tingkat
kepatrahannya tonsilitas diklasifikasikan menjadi 2 tingkatan yaitu akut dan kronis. Tonsilitis
Akut diantaranya:

 Tonsilitis Viral disebabkan oleh Virus Epsein Barr (EBV) dan disebut sebagai
tonsilitis mononukleus infeksiosa.
 Tonsilitis Bakterial, disebabkan oleh bakteri streptokokus beta hemolitikus
grup A, streptokokus viridan dan streptokokus plogenes.reaksi radang
mengakibatkan keluarnya leukosit polimorfonuklear.
 Tonsilitis Rekuren atau tonsilitis streptokokal berulang apabila seseorang
memiliki 7 episode kultur positif dalam 1 tahun, 5 infeksi dalam 2 tahun
berturut-turut atau 3 infeksi tiap tahunnya selama 3 tahun berturut-turut
 Tonsilitis Membranosa (Tonsilitis difteri) yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Corynebacterium diphteriae, kuman basil gram positif yang
ditransmisikan melalui droplet udara atau kontak kulit dengan penderita.
Tonsilitis Kronis disebabkan oleh polibakterial seperti streptokokus alfa dan beta
hemolitikus, S. Aureus, H. Influenza dan bacteriodes. Faktor predisposisi terjadinya tonsilitis
kronis adalah mencakup pajanan radiasi, hygiene mulut yang buruk, rokok, perubahan cuaca
dan penggunaan obat-obatan.

Manifestasi Klinis

 tonsil tampak bewarna merah terang dan tedapat edema serta eksudat dapat terjadi
pada tonsil. Pada saat menekan tonsil, ddidapati hasil drainase purulent
 Uvula juga memerah dan bengkak serta nodus limfe tonsilar biasanya nyeri dan
membesar
 mengeluh nyeri tenggorokan, sulit menelan, malaise umum, demam dan otalgia (nyeri
yang menjalar ke telinga)
 Infeksi yang dialami dapat memanjang melalui tuba eustasius sehingga dapat
mengakibatkan otitis media

Penatalaksanaan

 Tonsilitis Akut
o Tonsilitis Viral Akut (dengan istirahat dan minum air cukup sesuai
kebutuhan. Pemberian analgetik dan jika berat dapat diberikan antivirus )
o Tonsilitis Bakterial Akut 9menjaga hidrasi dan asupan kalori yang
adekuat, kontrol nyeri dan demam dengan analgetik dan kompres, obat
kumur untuk menjaga hygiene mulut serta antibiotik spektrum luas)
o Tonsilitis Difteri (mengawasi adanya tanda obstruksi jalan napas atas,
tanpa menunggu hasil kultur dapat diberikan antitoksin difteria 200-1000
iu/Kg BB IV atau IM dengan melakukan skintest terlebih dahulu, dapat
diberikan antibiotik penisilin 300.000 iu/hari IM untuk BB <10 Kg dan
600.000 iu/hari untuk BB>10 Kg (selama 14 hari) atau eritromisin 25-50
mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari oral/injeksi 40-50 mg/hari
dosis maksimal 2 gr/hari selama 14 hari, pemberian kortikosteroid 1,2
mg/KgBB per hari, pemberian obat simptomatik lainnya seperti antipiretik
serta trakeostomi bila sudah terdapt sumbatan jalan napas atas )
o Tonsilitis Kronis (pemberian terapi suportif pemberian obat kumur untuk
menjaga hygiene mulut)
Diagnosa Keperawatan:

 Hipertermi
 Nyeri Akut
 Ketidakseimbangan Nutrisi:Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN HELMINTH USUS

Helminth usus berarti cacing pada usus yang bersifat patogenik dalam usus manusia.
Jenis Infeksi nematoda Intestinal diantaranya:

o Enterobiasis (infeksi cacing kremi) yang sering menginfeksi anak- anak


namun tidak berbahaya, yang sekali berproduksi dapat mencapai 11.000
telur dengan manifestasi klinis Gatal- gatal di perianal selama
penempatan telur merupakan satu-satunya gejala yang muncul, diikuti
dengan susah gangguan tidur dan infeksi menetap.
o Ascaris Lumricoides yaitu Infeksi Cacing Gelang yang Umum manusia,
yang penularannya dari tanah yang terkontaminasi. Jika terinfeksi cacing
ini, manifestasi klinis yang ditimbulkan diantaranya: konjungtivitis,
urtikaria, asma, gatal hebat pada anus, migrasi larva dapat menyebabkan
kerusakan paru, ditandai dengan demam, batuk berdahak, asma, skin
rash, eosinofilia, infiltrate paru. (kondisi ini dapat menyebabkan
kematian), Jika larva mencapai otak mata (retina) dapat menimbulkan
granuloma, Gejala neurologis antaralain; kejang, miningismus, epilepsy,
insomnia, tooth grinding. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk
menghindari infeksi cacing ini diantaranya, menjaga agar makanan dan
minuman tidak tercemar tanah yang terpapar tinja manusia yang
mengandung telur infektif cacing ini, Pembuatan kakus yang benar dan
selalau memasak makanan dan minuman dengan baik dapat mencegah
penularan, Pengobatan penderita dan pengobatan massal di daerah
endemis serta pendidikan kesehatan dapat mencegah penyebaran
askariasis dalam waktu yang lama
o Ancylostamiasi merupakan infeksi yang disebabkan oleh 2 jenis cacing
tambang yaitu Ancylostoma duodenaledan Necator americanus.
Penularan terjadi secara perkutaneus atau tertelan makanan yang
terkontaminasi. Sebagian kecil kasus terjadi karena makan daging
mentah yang mengandung lava A.duodenale dan melalui air susu ibu.
Masa inkubasi 40-100 hari. Manifestasi klinis rasa gatal dan dermatitis
popular (ground itch), eosinofilias berat dan pneumonitis alergik (viseral
larva migrans), berkurangnya napsu makan, mual, muntah, nyeri perut,
dan diare berhubungan dengan adanya cacing dewasa pada usus halus,
jika infeksi berat timbul anemia defesiensi besi yang sangat progresif.
o Strongiloidiasis disebabkan oleh strongyloides stercoralis yang bisa
terdapat dalam bentuk parasitik maupun hidup bebas dalam tanah.
Manifestasi Klinis: Jika larva masuk melalui kulit menyebabkan
perdarahan patekie, gatal yang hebat, kongesti dan edema, jika sampai ke
paru menyebabkan bronkopneumonia, bisa juga terhadi sakit kepala,
kejang, kebigungan, strupor, meningitis, gejala neurologis fokal.
o Trikuriasi, Semua golongan umur bisa mengalami infeksi ini terutama
pada anak berusia 5-15 tahun. Manifestasi Klinisnya diantaranya Infeksi
ringan biasanya tanpa gejala, Infeksi sedang menyebabkan anemia dan
gangguanpertumbuhan. Pada kondisi berat dapat terjadi perdarahan
kolon, gejala disentri (trichuris dysentery syndrome) dan prolapse rectum
(kasusnya jarang). Infeksi berat dapat menyebabkan nyeri perut, diare
campur darah (colitis), anemia ringan sebagai konsekuensi penghisapan
oleh cacing dan prolapse rectum, Sebagian besar infeksi asimtomatik
Penatalaksanaan
 Farmakologi: Albendazol, kombinasi albendazol 400mg dan ivermectin 200 µg/kg,
Pirantel pamoat (10 mg/kg BB) dan oksantel pamoat (10-20 mg/kgBB per hari,
Levamisol 2,5 mg/kgBB/hari sebagai dosis tunggal, tamblet tambah darah untuk
anemia
 Non Farmakologi: menghindari kontak dengan tanah yang terkontaminasi dan
kemoterapi massal secara periodik [ CITATION Set14 \l 1033 ].
Diagonsa Keperawatan:
 Gangguan rasa nyaman
 Kekurangan volume cairan
 Nyeri akut
 Diare
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN MUMPS
Mumps adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyebabkan
pembengkakan pada kelenjar liur disertai nyeri. Manifestasi Klinis: Pada infeksi berat gejala
awal diikuti dengan demam, menggigil, malaise, sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri telinga
dan nyeri daerah sepanjang saluran kelenjar parotis.
Penatalaksanaan
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit
yang sembuh sendiri).
 Analgesik diberikan untuk nyeri dan antipiretik diberikan untuk demam,
Penicilin untuk mencegah peradangan kuman lain,
 kecukupan asupan cairan mencegah dehidrasi akibat demam dan anoreksia
 jika pasien idak menelan, ia mungkin memerlikan penggantian cairan
Pemeriksaan:
Pengujian antibody serologis bisa membuktikan diagnosis jika pasien tidak
mengalami pembesaran kelenjar parotid atau kelenjar saliva
Pencegahan:
 PenKes untuk imunisasi
 Pemberian Gamma globulin hiperimun
 Pemberian Vaksi Mumpvirus
Diagnosa Keperawatan:
 Hipertermia
 Nyeri Akut
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
 Gangguan menelan

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN TIFOID


Tifoid dan paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Demam tifoid, enteric fever ialah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.

Manifestasi Klinis Demam Tifoid


 Demam berkepanjangan
 Gangguan sistem pencernaan
 Gangguan kesadaran
Penatalaksanaan:
Farmakologi:
 Terapi simptomatik:Terapi simtomatis dapat diberikan dengan pertimbangan untuk
memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian Roboransia/Vitamin,
Antipiretik. Paracetamol dan Antiemetik
 Terapi Defenitif: Terapi defenitif yang diberikan adalah pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik (Terapi ini dimaksud untuk membunuh kuman penyebab
demam tifoid. Seperti Kloramfemikol, Amoxilin,Kotrimoksazol, Sefalosporin,
danofloxacin )
 Pemberian antibiotik (Terapi ini dimaksud untuk membunuh kuman penyebab
demam tifoid. Seperti Kloramfemikol, Amoxilin,Kotrimoksazol, Sefalosporin,
danofloxacin )

Non Famakologi:
 Tirah Baring: Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.
 Diet: Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah
selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk
penderita demam tifoid, diklasifikasikan atas: diet cair, bubur lunak, tim dan nasi
biasa.
 Nutrisi (cairan): Penderita harus mendapat terapi cairan yang cukup baik secara
oral maupun parenteral. Pemberian parenteral diindikasikan pada penderita sakit
berat, terdapat komplikasi, sulit makan dan penurunan kesadaran.
Pencegahan:
 Penyediaan sumber air minum yang baik
 Penyediaan jamban yang sehat
 Sosialisasi budaya cuci tangan
 Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum
 Pemberantasan lalat
 Pengawasan kepada para penjual makanan dan minuman
 Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui
 Imunisasi

Diagnosa Keperawatan:
 Nyeri Akut
 Hipertermi
 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
 Kekurangan Volume Cairan
 Konstipasi

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN MALARIA

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Jika manusia yang tergigit
nyamuk infetif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium,
dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium skizon yang akan pecah dan
melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki aliran darah dan menginfeksi
eritrosit untuk memulai siklus eritrositer.. Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung
spesiesnya. Palciparum memerlukan waktu 7-14 hari, plasmodium vivax dan plasmodium
ovale 8-14 hari, sedangkan plasmodium malariae memerlukan sekitar 7-30 hari. Masa
inkubasi ini dapat memanjang karena berbagai faktor seperti pengobatan dan pemberian
profilaksis dengan dosis yang tidak adekuat.

Manfestasi Klinis.

 Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam lebih dari dua hari, menggigil,
dan berkeringat (yang disebut dengan tria malaria).
 Demam karena plasmodium palciparum dapat terjadi pada setiap hari. Plasmodium
vivax atau ovale demamnya berselang satu hari. Sedangkan demam plasmodium
malariae menyerang berselang dua hari.
 Konjugtiva Pucat
 Splenomegali
 Hepatomegali
TD menurun Penatalaksanaan:

 Farmakologi:
o Pengobatan malaria tanpa komplikasi: Pengobatan malaria falciparum,
Pengobatan lini kedua malaria falciparum menggunakan kina + doksisisklin
tau tertasiklin + primakuin, Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale,
Pengobatan malaria vivax untuk penderita defisiensi G6-PD
o Pengobatan malaria dengan komplikasi: pmberianderivat artemisin
parenteral adalah artesunat intravena atau intramuskular dan artemeter
intramuskular

Pencegahan

 Berbasis masyarakat: Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Menemukan dan
mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah penularan,
Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomik anopheles
seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan resistensi terhadap insktisida
 Berbasis Pribadi, Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain : tidak keluar rumah antara
senja dan malam hari, bila terpaksa keluar sebaiknya mengenakan kemeja dan celana
panjang berwarna terang karena nyamuk lebih menyukai warna gelap, Pengobatan
profilaksis bila akan memasuki daerah endemik: Pada daerah dimana plasmodiumnya
masih sensitif terhadap klorokuin, diberikan klorokuin

Diagnosa Keperawatan:

 Hipertermia
 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan proses penyakit

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN MALARIA

Tetanus merupakan gangguan neurologis yang diesebabkan oleh tetanospasmin


dengan manifestasi klinik meningkatnya tinus otot dan spasme.

Klasifikasi:

 Tetanus Localited (tetanus local)


 Tetanus cephalic
 Tetanus generalized (tetanus umum)

Manifestasi Klinik:

 Trismus (kesukaran membuka mulut) karena sapsme otot mastikatoris


 Kaku kuduk karena ketegangan otot-otot etektor trunki
 Ketegangan otot dinding
 Kesukaran menelan, gelisah
 Panas biasanya tidak terlalu tinggi dan terdapat pada stadium akhir

Penatalaksanaan:

 Antibiotic (parenteral penicillin 1,2 juta unit /hari selama 10 hari, IM dan tetanus
pada anak dapat diberikan penicillin dosis 50.000 unit/KgBB/12 jam secara IM
diberikan selama 7-10 hari).
 Antitoksin dapat digunakan Human tetanus imunogglobulin (TIG) dengan dosis
3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM. Serta pemberian Tetanus Toksoid
(TT) yang pertama dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi
yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda.

Diagnosa Keperawatan:

 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


 Risiko Aspirasi
 Hambatan Pertukaran gas
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
 Hambatan mobitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuluskeletal
 Risiko Cedera

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN PERTUSIS

Pertusis merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang terutama


menyerang anak yang disebabkan oleh berdetellah pertusi (Haemophilus pertussis).

Fase Pertusis
 Fase kataralis (1-2 minggu) dengan gejala infeksi saluran nafas bagian atas dengan
timbulnya rinore, batuk dan panas yang ringan, anoreksia, batuk timbul mula-mula
malam, siang dan menjadi semakin berat, sekret banyak dan kental serta konjungtiva
kemerahan.
 Fase spamodik (2-4 minggu) dengan batuk hebat di tandai whoop (tarikan nafas
panjang dan dalam, berbunyi melengking), batuk 5-10 kali per hari atau 10-20 kali per
hari, selama serangan muka menjadi merah atau sianosis, mata tampak menonjol,
lidah menjulur keluar, tampak gelisah dan berkeringat, dapat terjadi perdarahan
subkonjungtiva dan epistsksis, akhir serangan sering kali memuntahkan lendir atau
sputum kental, selama serangan dapat sampai keluar kencing dan sesudah serangan,
anak terbaring kelelahan dan sesak nafas.
 Fase penyembuhan / konvalesens (1-2 minggu), ditandai dengan berhentinya bunyi
whoop dan muntah, batuk biasanya masih menetap kamudian menghilang dalam
waktu 2-3 minggu.

Manifestasi Klinis:

 Inspeksi dapat ditemukan muka pasien menjadi merah, mata tampak menonjol keluar,
wajah cemas, dan gelisah.
 Palpasi ditemukan Suhu tubuh meningkat dan ekspansi toraks.
 Perkusi ditemukan bunyi Resonan atau hiperresonan.
 Auskultasi terdengar ronki luas dan krepitasi kasar. Selain pemeriksaan fisik
dapatpula dilakukan pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan laboratorium, foto
toraks dan pemeriksaan sputum.

Penatalaksanaan:

 Antibiotik (Eritromisin dengan dosis 50 mg / kg BB / hari dibagi dalam 4 dosis)


untuk memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi dan dapat menggugurkan atau
menyembuhkan pertussis bila diberikan dalam stadium kataral, mecegah dan
menyembuhkan pneumonia. Dan Ampisilin dengan dosis 100 mg / kg BB / hari,
dibagi dalam 4 dosis). Obat lain juga dapat diberikan seperti Rovamisin,
kotrimoksazol, klorampenikol dan tetrasiklin, Kodein diberikan bila terdapat batuk-
batuk yang hebat sekali serta Luminal sebagai sedative.

Diagnosa Keperawatan:
 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b.d Mukus
 Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Dispnea
 Resiko Infeksi b.d vaksinasi tidak adekuat
 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d faktor biologis
 Nyeri Akut b.d Agens Cidera Biologis

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS PASIEN FLU BURUNG

Avian influenza atau yang lebihkita kenal dengan “flu burung” merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus Avian influenza dengan subtype H1 samapi H16 dan N1
sampai N9. Virus ini menyerang unggas diantaranya, ayam, kalkun, burung peliharaan dan
juga burung liar. Sebenarnya virus ini tidak menyerang manusia, akan tetapi karena adanya
subtype tertentu seperti H5N1,H7N7 yang sifatnya sangat pathogen menyebabkan virus ini
dapat menyerang manusi dan bahkan sampai menyebabkan kematian. Salah satu penyebab
penularan virus ini dari unggas kemanusia adalah melalui kontak langsung atau pun tidak
langsung dengan unggas yang sakit termasuk air liur dan tinja, udara dan alat alat peternakan
yang terkontaminasi dengan virus Avian Influenza. Gejala dari penyakit ini pun bervariasi.
Dari gejala ringan hingga berat.

Mekanisme penularan flu burung pada manusi melalui beberapa cara

1. Virus – unggas liar – unggas domestik -- manusia


2. Virus – unggas liar – unggas domestik – babi – manusia
3. Virus – unggas iar – unggas domestik – babi – manusia – manusia

Manifestasi Klinis Flu Burung

 Masa inklubasi influenza A (H5N1) hanya 48-72 jam, hal ini menjadi masalah dimana
terlalu singkatnya waktu yang dibutuhkan untuk membangkitkan respon imun
protektif. Masa infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari setelah
gejala timbul. Pada anak, masa infeksius sampai dengan 21 hari. Perkembangan
penyakit dalam waktu singkat ini menjadi berat jika terjadi peradangan paru paru
sampai terjadi distres pernafasan berat dalam satu minggu dari gejala awal.
 Gejala umumnya adalah demam, nyeri kepala, lesu, nyeri otot, batuk, dan pilek.
Gelaja saluran cerna seperti nyeri abdomen, diare, dan muntah juga ditemukan pada
beberapa pasien

Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Laboratorium: Dibagi manjadi pemeriksaan Hematologi untuk melihat


kelainan akibat virus influenza A/H5N1. Kedua , adalah pemeriksaan untuk melacak
ada atau tidaknya virus AI dalam tubuh penderita. Pemeriksaan tersebut berupa
serologik yang melacak virus AI didasarkan pada antibodi yaitu dengan mendeteksi
IgG dan IgM dari influenza A. dan mikrobiologik.
 Pemeriksaan Radiologik : Dilakukan terhadap semua pasien dengan dugaan AI untuk
melihat jaringan paru. Gambaran radiologis yang terlihat adalah perubahan unilateral
atau pun bilateral berupa konsolidasi fokal, segmental, atau lobar, infiltrat berbercak
atau efusi pleura.

Penatalaksanaan

 Tatalaksana Umum
Penderita dirawat diruang isolasi sambil melakukan pemeriksaan laboratorium
dan rontgen toraks. Perawatan diruang isolasi dimaksudkan karena takut adanya
transmisi melalui udara. Dalam perawatan perlu diperhatikan oksigen dan hidrasi
penderita. Pemberian oksigen dilakukan jika terdapat sesak napas dan cenderung
ke arah gagal napas dengan mempertahankan saturasi oksigen > 90%. Hidrasi
dapat dilakukan dengan memberikan cairan parental dan minum banyak dan
istirahat.
 Tatalaksana Khusus
Prioritas adalah pemberian obat obatan dan tatalaksana untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya kegagalan pernafasan. Pemberian obat obatan meliputi
anti-viral, antibiotik, dan antipiretik. Obat anti viral yang pernah digunakan untuk
terapi AI adalah oseltamivir, zamamivir, amantadine dan rimantadine. Obat
oseltamivir harus diberikan dalam 48 jam setelah awitan gejala. Didasarkan pada
replikasi virus yang mencapai puncaknya pada 48 jam.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN RUBELLA

Congenital Rubella Syndrome atau yang lebih dikenal denagan campak jerman
merupakan suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi virus rubella yang disebut
dengan German Measles.

Manifestasi Klinis

 Gejala rubella hampir mirip dengan penyakit lain yang disertai ruam. G
 ejala klinis untuk mendiagnosa infeksi virus rubella yaitu Infeksi bersifat akut yang
ditandai oleh adanya ruam maculopapular, Suhu tubuh >37,2 ℃, Arthralgia/arthritis,
limfadenopati, konjungtivitis.
 Gejala klinis pada ibu hamil yaitu gangguan pendengaran tipe neurosensorik,
gangguan mata (katarak dan glaucoma), retardasi mental dan beberapa kelainan lain
diantaranya: Purpura trombositopeni (blueberry muffin rash) serta
hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain.
 microcephali, pada mata biasanya ditemukan tanda kelainan di bola mata berupa
adanya katarak dan peningkatan tekanan intraokuler atau biasa disebut glaucoma.
Pada telinga terdapat kelainan pendengaran yaitu ketulian yang dapat dideteksi setelah
usia masa pertumbuhan.
 Adanya kelainan berupa patent duktus arteriosus ditandai dengan adanya murmur
derajat I-IV. Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang seperti Isolasi virus,
pemeriksaan serologi, Pemeriksaan RNA virus (Polymerse Chain Reaction (PCR) dan
Reverse Transcription-Loop-Mediated Isothermal Amplication (RT-LAMP)).

Penatalaksanaan:

 Farmakologi dengan Aceteminophen atau ibuprofen dapat mengurangi demam dan


nyeri, Pemberian vaksin, melakukan pecegahan dirumah seperti Hindari kontak
dengan penderita sebisa mungkin, khususnya untuk ibu hamil yang belum menerima
vaksin MR atau MMR dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

Diagnosa Keperawatan:

 Nyeri akut bd agens cedera biologis


 Hipertermi bd sepsis, penyakit
 Kerusakan integritas jaringan
 Risiko infeksi dengan faktor risiko immunosupresi
 Risiko gangguan ibu-janin
 Duka cita berhubungan dengan kematian keluarga terderkat

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SCABIES

Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei.

Manifestasi Klini:

 gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur,


 adanya tanda: papula (bintil), pustula (bintil bernanah),
 ekskoriasi (bekas garukan),
 bekas-bekas lesi yang berwarna hitam dan dengan bantuan loup (kaca pembesar),
 bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel atau
plenthing/pustula).

Penatalaksanaan

 Secara umum: menjaga kebersihan dan mandi secara teratur setiap hari
 Secara khusus: obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain
Belerang endap (sulfur presipitatum), Emulsi benzil-benzoas, Gama benzena heksa
klorida (gameksan = gammexane), Krotamiton dan Permetrin.

Diagnosa Keperawatan:

 Kerusakan inregritas kulit bd agens cedera kimiawi


 Isolasi sosial berhubungan dengan gangguan kesehatan
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
 Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
 Yeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
 Ansietas berhubungan dengan stresor
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GONORE

Gonore merupakan penyakit menular seksual dikarenakan infeksi bakteri dari


Neisseria gonorrhoea, suatu diplokolus gram negative.

Manifestasi Klinis

 Pada laki-laki terjadi infeksi terutama pada area uretra yang akan mengakibatkan
Urethritis akut. Gejala awal berupa rasa nyeri dan rasa terbakar pada saat buang air
kecil, serta discharge mukoid. Beberapa hari kemudian, berubah menjadi banyak,
purulent dan kadang bersama sedikit darah segar. Selain itu, terdapat pula
Epididimitis terjadi biasanya unilateral dengan nyeri dan pembengkakan posterior
skrotum. Prostatitis dan seminal vesikulitis jarang terjadi, dengan gejala urgensi, rasa
tidak nyamann abdominal, hematuria, demam, dan nyeri saat ereksi. Bila mengenai
rectum akan memberikan presentasi nyeri, pruritus, discharge dan tetanus.
 Pada perempuan terdapat gejala mayor seperti vaginal discharge yang
biasanya berwarna putih keruh kekuningan, disuria, perdarahan internal menstrual
(spotting), dispareunia (nyeri saat berhubungan intim), dan nyeri abdomen bawah
ringan.

Pemeriksaan

 Pewarnaan gram
 kultur biakan,
 Tes definitive,
 Tes Thomson untuk mengetahui keparahan infeksi,
 Teknik imunoflurensi,
 Pemeriksaan fiksasi kompleme
 Tes enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).

Penatalaksanaan:

 Penisilin dan derivatnya dimana Penicilin terikat pada pada protein membran atau
enzim yang mensintesis merein seperti traspeptidase dan memutuskan pertumbuhan
serta metabolisme organisme.
 Ampicilin dan amoksilin dapat menjadi alternatif untuk yang alergi penicillin
 Pegobatan lainnya seperti golongan sefalosporin, spektinomisin, aminoglikosida,
tiamfenikol, azitromisin, sulfonamid dan trimetroprim.

Diagnosa Keperawatan:

 Hipertemia bd penyakit
 Nyeri akut bd agens cedera biologis
 Hambatan elimnasi urin bd Infeksi saluran kemih
 Risiko infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SIFILIS

Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema


Pallidum yang bersifat kronis dan melibatkan sistemik.

Manifestasi Klinis:

 Sifilis Primer, dimana lesi tidak disadari. Umunnya terdapat lesi tunggal. Pada laki-
laki dijumpai pada preputium,sulkus korona, glans/frenulum. Pada perempuan sering
pada labia, namun dapat juga terjadi pada fourchette, uretra/perineum.
 Sifilis sekunder, influenza (awal akan menyerupai inflenza yaitu sakit kepada,
lakrimasi, sekret dihidung, rasa tidak enak pada tenggorokan dan artralgia
generalisasi), limfadenopati, dan lesi kulit (menyerupai banyak penyakit kulit. Tanda
lesi generalisata tidak sakit dan tidak gatal, melibatkan kulit dan mukosa, berbentuk
makula, papul, pustular).
 Sifilis laten, tahap laten dapat berlanjut ke tahap tertier, dimana relaps biasa terjadi
selama 1 tahun pertama/stadium laten dini, kemudian setelah 1 tahun disebut laten
lanjut dan relaps jarang terjadi pada stadium ini.
 Sifilis tertier, tedapat 3 gambaran utama dalam stadium ini seperti sifilis lanjut
benigna (manifestasi stadium sekunder dan relaps lain selain kardiovaskular atau
sistem syaraf. Organ yang paling sering terlibat adalah kulit, membran mukosa, dan
tulang), sifilis kardiovaskular (Menyebabkan kerusakan dinding aorta berakibat
nekrosis otot dan jaringan elastik dan skar) dan Neurosifilis (Pada meningovaskular
adalah stroke ringan, pada pupil akan terlihat mengecil ireguler yang bereaksi normal
pada akomodasi tetapi tidak terhadap cahaya. Terdapat tanda arefleksia dan
kehilangan keseimbangan, nyeri dalam dan sensasi suhu).
 sifilis kongenital Terjadi pada bayi yang ditularkan ibu yang menderita sifilis. Kuman
masuk secara hematogen ke janin melalui plasenta dan selanjutnya kontak lagi dengan
genitalia ibu yang terinfeksi. Dapat ditularkan melalui ASI. Gambaran klinis pada
sifilis kongenital dapat dibagi 2 yaitu:
a. Sifilis kongenital dini, Timbul dan berkembang hinggal bayi berumur 2 tahun. Bayi
dengan BBLR atau lahir prematur, iritabel dan lemah, terdapat sekret purulen
bercampur darah di mukosa nasal, kulit kering dan berkerut. Dapat pula timbul
kondiloma lata berupa erupsi anular/corymbiform. Timbul bulla paling sering di
daerah ekstremitas, dan pustul di jari tangan, jari kaki dan rongga mulut, ulserarsi di
mulut, hidung, dan anus.
b. Sifilis kongenital lanjut, biasanya timbul setelah bayi berusia 2 tahun. Karakteristik
berupa keratitis interstitial, bersifat tidak menular dan tidak infeksius. Dibagi 2
kelompok yaitu maltorasi (stigmata) dan proses patogenik aktif.

Penatalaksanaan:

 Sifilis primer: Pemberian injeksi penicilin G benzatin IM, Doksisiklin 100 mg 2x


sehari selama 14 hari dan Eritromisin (tidak efektif pada wanita hamil).
 Sifilis sekunder: Pemberian injeksi penisilin 1x dalam seminggu selama 3 minggu,
doksisiklin selama 2 minggu.
 Sifilis tersier: Kurang dari 1 tahun (benzatin penicilin, doksisiklin, tetrasiklin,
eritromisin dan ceftriakson), lebih dari 1 tahung (benzatin penicilin, doksisiklin,
tetrasiklin), neurosifilis (penicilin G bersama benzatin, prokain penicilin bersama
probenezid).
 Sifilis kongenital: periode neonatal (penicilin), periode postneonatal (benzatin
penicilin).

Diagnosa Keperawatan:

 Hipertemia bd penyakit
 Nyeri akut bd agens cedera biologis
 Ketidaksemibangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd ketidakmampuan makan

Anda mungkin juga menyukai