Anda di halaman 1dari 18

STEP 6

1. Apa hubungan pekerjaan suami sbg penjual sate dengan kasus yg ada di scenario?
Terdapat beberapa pekerjaan yang melibatkan paparan bahan berbahaya bagi kesuburan
seorang perempuan maupun laki-laki. Setidaknya terdapat 104.000 bahan fisik dan kimia
yang berhubungan dengan pekerjaan yang telah teridentifikasi, namun efeknya terhadap
kesuburan, 95% belum dapat diidentifikasi. Bahan yang telah teridentifikasi dapat
mempengaruhi kesuburan diantaranya panas, radiasi sinar-X, logam dan pestisida.
Sumber : consensus penangan infertilitas 2013 Himpunan endokrinologi reproduksi dan
fertilitas indonesia
2. Apa hubungan umur pasien dengan keluhan pasien di scenario?
PRIA
Umur mempengaruhi kesuburan dimana pada usia tertentu tingkat kesuburan seorang pria
akan mulai menurun secara perlahan-lahan.’ Kesuburan pria ini diawali saat memasuki
usia pubertas ditandai dengan perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12
tahun. Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20 tahun.
Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai
puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun
secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal
organ reproduksi.

WANITA
Penurunan kesuburan pada perempuan disebabkan beberapa hal. Semakin lanjut usia
perempuan, semakin tipis sisa cadangan sel telur yang ada. Karena, indung telur juga
semakin kurang peka terhadap hormon gonadotropin (hormon yang merangsang indung
telur mengeluarkan hormon estrogen dan hormon progesteron). Semakin lanjut usia istri,
semakin meningkat juga risiko untuk terjadinya infertilitas (Azhari, 2005). Fase
reproduksi merupakan waktu bereproduksi sehingga dapat mempunyai kemampuan untuk
hamil yang dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause. Pada fase
reproduksi, wanita mempunyai 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche
sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu
sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Diatas umur
35 tahun, kemampuan reproduksi wanita menurun drastis. Simpanan sel telur mulai
berkurang pada umur 35 tahun dikarenakan mulai terjadi ketidakseimbangan hormon
sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis dan kualitas sel telur yang
dihasilkan pun menurun. Hal ini mengakibatkan tingkat keguguran meningkat. Pada
kisaran umur 45 tahun sel telur sudah tidak berproduksi sehingga tidak terjadi menstruasi
lagi dan kesempatan hamil sudah jauh meningkat (Aizid, 2012).
Kelompok yang paling subur pada usia 20–29 tahun dengan tingkat 90 persen subur.
Setelah itu, pada usia30–34 tahun angka ketidaksuburan naik menjadi 14 persen, usia 35–
39 tahun meningkat lagi menjadi 20 persen, dan usia 40–44 tahun menjadi 25 persen.

Sumber : Najakhatus Sa’adah, Windhu Purnomo. 2016. Karakteristik dan Perilaku


Berisiko Pasangan Infertil di Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Cita Rumah Sakit
Putri Surabaya. Universitas Airlangga

3. Apa hubungan dokter menggali informasi tentang lifestyle dan Riwayat medis dari
pasien dengan keluhan?
Gaya hidup

 Konsumsi Alkohol
Alkohol dikatakan dapat berdampak pada fungsi sel Leydig dengan mengurangi
sintesis testosteron dan menyebabkan kerusakan pada membran basalis.
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi
hipotalamus dan hipofisis.
- Konsumsi satu atau dua gelas alkohol, satu sampai dua kali per minggu tidak
meningkatkan risiko pertumbuhan janin .
- Konsumsi alkohol tiga atau empat gelas sehari pada laki-laki tidak
mempunyai efek terhadap fertilitas.
- Konsumsi alkohol yang berlebihan pada laki-laki dapat menyebabkan
penurunan kualitas semen.
Minuman keras (miras) merupakan minuman yang didalamnya terdapat
kandungan alkohol seperti etanol berbahan psikoaktif yang menyebabkan
penurunan kesadaran dan gangguan pada kesehatan. Menurut Ress (2005),
kandungan etanol yang terdapat dalam minuman keras dan mengonsumsi
dalam dosis yang berlebihan dapat membahayakan motilitas spermatozoa
dan mengurangi kemampuannya untuk bergerak menjadi lambat atau tidak
melakukan perjalanan dalam garis lurus. Sel spermatozoa akan mengalami
kesulitan untuk menembus lender serviks atau kulit luar sel telur. Akibatnya
kemungkinan untuk membuahi sel telur juga tidak ada.
 Merokok
Rokok mengandung zat berbahaya bagi oosit (menyebabkan kerusakan oksidatif
terhadap mitokondria), sperma (menyebabkan tingginya kerusakan morfologi),
dan embrio (menyebabkan keguguran).
- Kebiasaan merokok pada perempuan dapat menurunkan tingkat fertilitas.
- Kebiasaan merokok pada laki-laki dapat mempengaruhi kualitas semen,
namun dampaknya terhadap fertilitas belum jelas. Berhenti merokok pada
laki-laki dapat meningkatkan kesehatan pada umumnya
Kebiasaan merokok merupakan salah satu gaya hidup yang akan semakin
menambah radikal bebas dalam tubuh sehingga lebih rentan mengalami
infertilitas. Mitokondria dan plasma merupakan tempat produksi radikal
bebas dalam tubuh. Proses produksi ini melibatkan enzim kreatinin kinase
dan diaphorase. Radikal bebas menyebabkan kerusakan DNA dan akhirnya
apopotosis sel sperma.
Pada perokok terdapat peningkatan level 8-hydroxydeoxyguanosine,
penanda biokimia dan kerusakan oksidatif DNA sperma, yang menyebabkan
terjadinya kerusakan DNA pada sperma. Spermatozoa tersebut mengalami
kelainan struktur kromatin berupa single/doublestrand DNA breaks
(Budiman, 2011). Amaruddin (2012) menyebutkan bahwa pria yang merokok 10-
20 batang per hari memiliki kecenderungan 7,2 kali untuk mengalami kualitas
sperma abnormal dibandingkan pria yang tidak merokok. Pria yang merokok
sebanyak 21–40 batang per hari memiliki kecenderungan mengalami kualitas
sperma abnormal 27,7 kali dibandingkan pria yang tidak merokok.
Pada wanita yang mengonsumsi rokok, ditemukan kadar estradiol yang
rendah dalam darah dan cairan folikular. Respons ovarium terhadap
clomifen pada wanita yang merokok juga rendah, selain menyebabkan
infertilitas juga menyebabkan aborsi dan angka keberhasilan kehamilan
rendah.
 Berat badan
- Perempuan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 29, cenderung
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan kehamilan.
- Faktor gaya hidup Wanita dengan berat badan yang berlebihan sering
mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat
mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan
untuk hamil
Pada wanita yang memiliki persentase lemak tubuh tinggi terjadi
peningkatan produksi androstenedion yang merupakan androgen yang
berfungsi sebagai prekusor hormon reproduksi. Androgen digunakan untuk
memproduksi estrogen di dalam tubuh dengan bantuan enzim aromatase.
Proses aromatisasi androgen menjadi estrogen ini terjadi di sel-sel granulosa
dan jaringan lemak. Semakin banyak persentase jaringan lemak tubuh,
semakin banyak pula estrogen yang terbentuk yang kemudian dapat
mengganggu keseimbangan hormon di dalam tubuh sehingga menyebabkan
gangguan menstruasi.
 Pria yang gemar mengenakan celana ketat juga dapat mengalami ganguan pada
motilitas sperma.

 Olahraga
- Olahraga ringan-sedang dapat meningkatkan fertilitas karena akan
meningkatkan aliran darah dan status anti oksidan
- Olahraga berat dapat menurunkan fertilitas
o Olahraga > 5 jam/minggu, contoh: bersepeda untuk laki-laki
o Olahraga > 3-5 jam/minggu, contoh: aerobik untuk perempuan
Jumlah wanita yang berpartisipasi dalam olahraga dan aktivitas fisik terus
meningkat.Walaupun olahraga memiliki banyak keuntungan, tetapi dapat
menyebabkan beberapa gangguan pada atlet wanita apabila dilakukan secara
berlebihan.Latihan fisik yang berat dapat menimbulkan gangguan siklus
menstruasi.Gangguan yang terjadi dapat berupa tidak adanya menstruasi
(amenore), penipisan tulang (osteoporosis), haid tidak teratur atau perdarahan
intermenstrual, pertumbuhan abnormal dinding rahim, dan infertilitas.
Olahraga berlebihan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi hipotalamus yang
menyebabkan gangguan pada sekresi GnRH. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya menarche yang tertunda dan gangguan siklus menstruasi.Faktor utama
penyebab supresi GnRH atlet wanita adalah penggunaan energy yang berlebihan
yang melebihi pemasukan energy pada atlet.Faktor kekurangan nutrisi merupakan
faktor penting penyebab keadaan hipoestrogen pada atlet wanita.(Warren dkk,
2001).
Pada sebagian besar atlet wanita, sering terjadi gangguan makan yang berakibat
terjadinya ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi sehingga
terjadi defisiensi energi kronik. Ketidakseimbangan energi berhubungan dengan
menurunnya kadarestrogen, gangguan metabolisme dan terjadinya amenorrhoea
atau oligomenorrhea (De Cree C, 1998)
 Stress
- Perasaan cemas, rasa bersalah, dan depresi yang berlebihan dapat
berhubungan dengan infertilitas, namun belum didapatkan hasil penelitian
yang adekuat
- Teknik relaksasi dapat mengurangi stress dan potensi terjadinya infertilitas
- Berdasarkan studi yang dilakukan, perempuan yang gagal hamil akan
mengalami kenaikan tekanan darah dan denyut nadi, karena stress dapat
menyebabkan penyempitan aliran darah ke organ-organ panggul.
- Stres tersebut bersumber dari tuntutan lingkungan yang mengharuskan
pasangan suami isteri untuk memiliki anak. Bagi wanita, stresor berasal dari
suami yang cenderung menyalahkan. Sumber stres lainnya berasal dari biaya
pengobatan infertilitas yang cukup tinggi.
 Obat-Obatan
- Spironolakton akan merusak produksi testosteron dan sperma
- Sulfasalazin  mempengaruhi perkembangan sperma normal (dapat
digantikan dengan mesalamin)
- Kolkisin dan allopurinol dapat mengakibatkan penurunan sperma untuk
membuahi oosit
- Antibiotik tetrasiklin, gentamisin, neomisin, eritromisin dan nitrofurantoin
pada dosis yang tinggi berdampak negatif pada pergerakan dan jumlah
sperma.
- Simetidin terkadang menyebabkan impotensi dan sperma yang abnormal
- Siklosporin juga dapat menurunkan fertilitas pria

Sumber : consensus penangan infertilitas 2013 Himpunan endokrinologi reproduksi dan


fertilitas Indonesia
Sumber : Nurul Gusti Yani. 2016. HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
SIKLUS MENSTRUASI PADA ATLET KONTINGEN PON XIX JAWA BARAT DI
KONI SULAWESI SELATAN. UNIVERSITAS HASANUDIN

4. Apa yang dimaksud dengan infertile?

Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan kehamilan


sekurang-kurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual secara teratur tanpa
kontrasepsi,

Infertilitas adalah kebalikan dari fertilitas. Fertilitas sendiri didefinisikan sebagai


kemampuan pasangan suami isteri untuk memperoleh keturunan atau anak secara
biologis (Kasdu, 2002). Kebalikannya, infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan
suami isteri memperoleh keturunan secara biologis. Pasangan infertil ditujukan bagi
pasangan yang sudah berhubungan intim secara teratur, tidak menggunakan alat
kontrasepsi, dan telah menikah selama satu tahun tetapi isteri tidak pernah hamil.
Definisi ini didasarkan pada bukti bahwa 75% - 85% pasangan secara normal bisa hamil
dalam jangka waktu 12 bulan (Kaannegiesser, 1988).

Sumber : consensus penangan infertilitas 2013 Himpunan endokrinologi reproduksi dan


fertilitas Indonesia

5. Bagaimana Batasan2 infertilitas?


Infertilitas Adalah suatu keadaaan pasangan suami istri yang telah kawin satu tahun atau
lebih (WHO 2 tahun) dan telah melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat
tanpa memakai kontrasepsi tapi tidak memperoleh kehamilan atau keturunan.
Dari pengertian infertil ini terdapat tiga faktor yang harus memenuhi persyaratan yaitu
lama berusaha, adanya hubungan seksual secara teratur dan adekuat, tidak
memakai kontrasepsi.

Diagnosis infertilitas biasanya segera dilakukan ketika pasangan datang untuk konsultasi
pertama kali. Jika pasangan telah melakukan usaha untuk memperoleh kehamilan
selama kurang dari 1 tahun, maka pengajuan beberapa pertanyaan guna memastikan
permasalahan utama sangatlah bermanfaat, pertanyaan yang dapat diajukan antara lain
mengenai ketidakteraturan siklus menstruasi, riwayat adanya bedah pelvis, atau
orkidopeksi yang tidak bisa dihindari. Jika riwayat medis pasangan hasilnya normal,
maka pasien harus diberi penjelasan mengenai harapan peluang kehamilan kumulatif
selama satu periode waktu dan investigasi sebaiknya ditunda sampai pasangan telah
mencobanya selama periode satu tahun.

Sumber : Andini Saraswati.2015. INFERTILITY. Universitas Lampung

6. Apa saja klasifikasi infertilitas?


Secara medis, infertilitas dapat dibedakan menjadi infertilitas primer dan infertilitas
sekunder. Pasangan dipertimbangkan memiliki infertilitas primer bila pihak istri belum
pernah hamil sama sekali. Adapun infertilitas sekunder ditujukan bagi pasangan yang
gagal hamil setelah kelahiran anak pertama atau pihak istri pernah hamil meskipun
akhirnya terjadi keguguran (abortus) (Mullens, 1990).
Ada pula yang mengistilahkan infertilitas primer sebagai infertilitas tingkat pertama dan
infertilitas sekunder sebagai infertilitas tingkat kedua. Tingkatan infertilitas dapat pula
dibagi menjadi infertilitas ringan (mild infertility) dan infertilitas berat (severe infertility).
Sebagian kalangan membedakannya menjadi subfertile dan totally infertile.

Penentuan tingkatan infertilitas yang dialami didasarkan pada beberapa pertimbangan.


 Infertilitas ringan biasanya disebabkan oleh faktor endometriosis, gangguan
ovulasi, dan faktor hormonal.
 Infertilitas berat kemungkinan disebabkan oleh faktor imun (kekebalan),
kemampuan reseptivitas rahim yang lemah, pelekatan panggul akibat
endometriosis yang parah, kualitas sel telur yang menurun akibat kerusakan
ovarium, dan sebagainya.
 Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan (Unexplained Infertility) dapat diartikan
sebagai ketidak mampuan untuk hamil setelah 1 tahun tanpa ditemukannya suatu
abnormalitasmenggunakan prosedur pemeriksaan ginekologis rutin. Insidensi
infertilitas ini berkisar dari 10 persen sampai paling tinggi 30 persen di antara
populasi infertil dimana hal ini tergantung dari kriteria diagnostik yang
digunakan. Minimal, diagnosis infertilitas tak teridentifikasi menunjukkan analisis
semen yang normal, bukti objektif adanya ovulasi, rongga uterus yang normal,
serta patensi tuba bilateral

Sumber : Nurul Hidayah. 2007. IDENTIFIKASI DAN PENGELOLAAN STRES


INFERTILITAS. Universitas Ahmad Dahlan

7. Apa saja penyebab infertilitas?


Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-
55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa
infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita / istri.
Etiologi infertilitas dapat dibagi menjadi empat kategori utama: faktor pria, faktor wanita,
faktor kombinasi pria dan wanita, serta infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya
(unexplained factor) (Ratna, 2000). Pria dan wanita masing-masing menyumbang 40%
sebagai penyebab infertilitas, penyebab karena keduanya sebanyak 10% sedangkan
sisanya tidak diketahui penyebabnya (unexplained factor) (Kasdu, 2002). Williams dkk
(1992) menjelaskan bahwa 35% kasus infertilitas ditemukan pada pria, 35% pada wanita,
20% faktor keduanya dan 10% tidak diketahui penyebabnya.
Sumber : Nurul Hidayah. 2007. IDENTIFIKASI DAN PENGELOLAAN STRES
INFERTILITAS. Universitas Ahmad Dahlan
FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS PRIA
A. Faktor umum (umur, frekuensi senggama, lama berusaha) .
1) Umur
Umur mempengaruhi kesuburan dimana pada usia tertentu tingkat kesuburan
seorang pria akan mulai menurun secara perlahan-lahan. Kesuburan pria ini
diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan
organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun. Perkembangan organ
reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan
akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai
puncaknya pada umur 25 tahun.
Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-
lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal
organ reproduksi

2) Frekuensi sanggama.
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus berlangsung pada saat
ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3
hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin
jilka ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung. Sedangkan
ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga
bila kiotus dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan besar bisa terjadi
pembuahan.
Hal ini berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi
tidak bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali
dalam sebulan, maka tidak akan terjadi pembuahan, dengan arti kata tidak
akan terjadi kehamilan pada istri.

3) Lama berusaha
Penyelidikan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan
menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama. 57,0% dalam
tiga bulan pertama, 72.1 % dalam enam bulan pertama. 85,4% dalam 12
bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata~rata yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan.
Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur merupakan
faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan.

B. Faktor khusus (pre testiku1ar, pest testikular, testikular, reeksi imunologi dan
faktor lingkungan) .
a. Faktor Pre testikular
yaitu keadaan-keadaan diluar testis dan mempengaruhi proses
spermatogenesis.
1) kelainan endokrin.
Kurang lebih 2% dari infertilitas pria disebabkan karena adanya kelainan
endokrin antara lain berupa:
a) kelainan paras hipotalamus-hipopise seperti; tidak adanya sekresi
gonadotropin menyebabkan gangguan spermatogenesis
b) kelainan tiroid. menyebabkan gangguan metabo1isme androgen.
c) kelainan kelenjar adrenal, Congenital adrenal hyperplasi
menyebabkan gangguan spermatogenesis.
2) Kelainan kromosom. Misal penderita sindroma klinefelter, terjadi
penambahan kromosom X, testis” tidak berfungsi baik,sehingga
spermatogenesis tidak terjadi. 3. Varikokel, yaitu terjadinya pemanjangan
dan dilatasi serta kelokan-kelokan dari pleksus pampiriformis yang
mengakibatkan terjadinya gangguan vaskularisasi testis yang akan
mengganggu proses spermatogenesis;
3) Varikokel, yaitu terjadinya pemanjangan dan dilatasi serta kelokan-
kelokan dari pleksus pampiriformis yang mengakibatkan terjadinya
gangguan vaskularisasi testis yang akan mengganggu proses
spermatogenesis;
b. Faktor Post testikular
1) Kelainan epididimis den funikulus spermatikus, dapat berupa absennya duktus
deferens, duktus deferens tidak bersambung dengan epididimis, sumbatan dan
lain-lain
2) Kelainan duktus eyakulatorius, berupa sumbatan
3) Kelainan prostat dan vesikula seminalis, yang sering adalah peradangan,
biasanya mengenai kedua organ ini, tumor prostat dan prostatektomi
4) Kelainan penis / uretra. berupa malformasi penis, aplasia, anomali orifisium
uretra (epispadia ,hipospadia). anomali preputium (fimosis), dan lain-lain.
c. Faktor testikular
Atrofi testi primer;gangguan pertumbuhan dan perkembangan, kriptorkidism,
trauma, torsi, peradangan, tumor. Hampir 9% infertilitas pria disebabkan karena
kriptorkismus (testis tidak turun pada skrotum).
d. Reaksi imunologis Dalam hal ini analisis sperma biasanya tidak menunjukan
kelainan, kecuali terlihat adanya aglutinasi spermatozoa yang dapat ditentukan
dengan tes imunologis
e. Faktor lingkungan
1) suhu, memegang peranan penting pada spermatogenesis. Pada mamalia
spermatazoa hanya dapat diproduksi bila suhu testis 29- 30’C, sedikitnya. 1,5-
2.0 C· dibawah suhu dalam tubuh, kenaikan suhu beberapa derajat akan
menghambat proses spermatogenesis, sebaliknya suhu rendah akan
meningkatkan spermatogenesis pada manusia.
2) tempat/dataran tinggi. Atmosfer dataran tinggi (high altitude) juga
menghambat pembuatan spermatozoa.
3) sinar Rontgen, spermatogonia dan spermatosit sangat peka terhadap sinar
Rontgen, tapi spermatic dan sel sertoli tidak,banyak terpengaruh bahan kimia
dan obat-abatan tertentu dapat menghambat proses spermatogenesis, misal
metronidazol, simetidin dan lain-lain

Sumber : Masrizal Khaidir.2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya


Pada Pria. Psikm Fk Unand, Mahasiswa S2 Biomedik Fk Unand
8. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi infertilitas pada laki-laki dan
perempuan? Serta bagaimana mekanismenya pada laki dan perempuan?
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain:
Pada Perempuan
 Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang
menyebabkan
1) Kegagalan ovulasi.
2) Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
3) Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
4) Kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa
mencapai uterus.

 Sumbatan
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira-kira sepertiga dari
penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan :
1) Kelainan kongenital.
2) Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendixitis dan peritonitis
3) Infeksi tractus genitalis yang baik, misalnya gonore.
 Faktor Lokal
Keadaan-keadaan seperti :
1) Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovm.
2) Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma.
3) Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menghalangi
pertemuan sperma.
Pada Laki-laki
 Gangguan Spermatogenesis
Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :
- Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminal.
- Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa defek kepala
(caput) atau ekor (cauda) yang spesifik. Keadaan ini mungkin karena adanya
aplasia sel germinal, pengelupasan, atau suatu defek kongenital, atau beberapa
penyebab yang tidak dapat ditetapkan.
- Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dari 2 ml.
- Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar glukosa,
kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH-nya terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
 Obstruksi
- Sumbatan (oklusi) kongenital duktus atau tubulus.
- Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit peradangan
(inflamasi) akut atau kronis yang mengenai membran basalis atau dinding otot
tubulus seminiferus, misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi gognokokus.
Penyakit ini merupakan penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.
 Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi
- Faktor-faktor fisik misalnya hipospadia, epispidia, deviasi penis seperti pada
priapismus atau penyakit peyronie.
- Faktor-faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mencapai
atau mempertahankan ereksi.
- Alkoholisme kronik.
 Faktor Sederhana
Kadang-kadang faktor-faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat,
mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat
menyebabkan keadaan luar (panas) yang tidak menguntungkan untuk produksi
sperma yang sehat.

Mekanisme Infertilitas
 Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita di antaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH
tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yang mengakibatkan gangguan pada
ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas, di antaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak
dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk
uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walaupun
sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium mempengaruhi pembentukan
folikel. Abnormalitas servik mempengaruhi proses pemasukan sperma. Faktor
lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan
kromosom seks tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun
sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan,
infeksi juga menyebabkan inflamasi zigot yang berujung pada abortus.

 Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas di antaranya
merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada
abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi
masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu di
sekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya
ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebabkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

Sumber : dr. Mochamad Munir, Sp.OG (K). 2019. INFERTILITAS. Kementerian


kesehatan republic Indonesia

9. Bagaimana cara dx infertilitas pada laki dan perempuan?


Pemeriksaan Pasangan Infertil
Langkah pemeriksaan pasangan infertil dirancang dengan urutan seperti di bawah ini :
 Anamnesis
Pada pengumpulan data dengan anamnesis akan diketahui tentang keharmonisan
hubungan keluarga, lamanya perkawinan, hubungan seksual yang dilakukan, dan
lain-lain.

 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum untuk pasangan infertil meliputi pemeriksaan tekanan
darah, nadi, suhu tubuh, dan pernapasan. Juga dilakukan foto toraks pada kedua
pihak

 Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin (darah, urine lengkap,
fungsi hepar dan ginjal, gula darah). Pemeriksaan laboratorium khusus terhadap
suami meliputi pemeriksaan dan analisis sperma. Untuk pemeriksaan ini
diperlukan syarat yaitu tidak boleh berhubungan seks selama 3-5 hari, ditampung
dalam gelas, modifikasi dengan bersenggama memakai kondom yang telah dicuci
bersih, dan bahan yang ditampung harus mencapai laboratorium dalam waktu ½
sampai 1 jam, pemeriksaan setelah ejakulasi dalam waktu 2 jam di laboratorium.
Jumlah spermatozoa diharapkan minimal 20juta/ml. Pemeriksaan sperma untuk
mengetahui jumlah, volume, viskositas, bau, fruktosa, kemampuan menggumpal
dan mencair kembali.

 Pemeriksaan Terhadap Ovulasi


Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan ovulasi (pelepasan telur).
Tindakan ini dilakukan dengan anggapan bahwa pada pemeriksaan dalam tidak
dijumpai kelainan alat kelamin wanita. Untuk membuktikan terjadi ovulasi
(pelepasan telur), dilakukan pemeriksaan suhu basal badan. Progesteron yang
dikeluarkan oleh korpus luteum dapat meningkatkan suhu basal badan, yang
diukur segera setelah bangun tidur. Dengan terjadinya ovulasi, suhu basal badan
rendah atau meningkat menjadi bifasik. Waktu perubahan tersebut dianggap
terjadi ovulasi, sehingga harus dimanfaatkan untuk melakukan hubungan seks
dengan kemungkinan hamil yang besar.

 Pemeriksaan Terhadap Saluran Telur


Saluran telur (tuba fallopi) mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses
kehamilan yaitu tempat saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya
konsepsi (pertemuan sel telur dan spermatozoa), tempat tumbuh dan
berkembangnya hasil konsepsi, tempat saluran hasil konsepsi menuju rahim untuk
dapat bernidasi (menanamkan diri).
Gangguan fungsi saluran telur menyebabkan infertilitas, gangguan perjalanan
hasil konsepsi menimbulkan kehamilan di luar kandungan (ektopik) utuh atau
terganggu (pecah). Gangguan saluran tuba dapat ditandai dengan keluarnya cairan
tersebut kembali ke liang senggama.

 Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk dapat menetapkan kelainan pada
pasangan infertil meliputi hal berikut :
o Histeroskopi
Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat
optik ke dalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut
saluran telur dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam
rahim), lapisan dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena
pengaruh hormon, polip atau mioma dalam rahim) dan keterangan lain
yang diperlukan.

o Laparoskopi
Pemeriksaan laparoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat
optik ke dalam ruang abdomen (perut), untuk mendapatkan keterangan
tentang keadaan indung telur yang meliputi ukuran dan situasi
permukaannya, adanya graaf folikel, korpus luteum atau korpus albikans,
abnormalitas bentuk, keadaan tuba fallopi (yang meliputi kelainan anatomi
atau terdapat perlekatan); keadaan peritoneum rahim, dan sekitarnya
(kemungkinan endometritis dan bekas infeksi). Pengambilan cairan pada
peritoneum untuk pemeriksaan sitologi pewarnaan dan pembiakan.

o Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertil
terutama ultrasonografi vaginal yang bertujuan mendapatkan gambaran
yang lebih jelas tentang anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti
tumbuh kembang folikel de graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi
(pengambilan) telur (ovum) pada folikel graaf untuk pembiakan bayi
tabung. Ultrasonografi vaginal dilakukan pada sekitar waktu ovulasi dan
didahului dengan pemberian pengobatan dengan klimofen sitrat atau obat
perangsang indung telur lainnya.

o Uji pasca-senggama
Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan tembus spermatozoa dalam lendir serviks. Pasangan
dianjurkan melakukan hubungan seks di rumah dan setelah 2 jam datang
ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya
dilakukan pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai dalam lendir
tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu
hari ke 12, 13, dan 14, dengan perhitungan menstruasi hari pertama
dianggap ke-1. Namun hasilnya masih belum mendapat kesepakatan para
ahli.

o Pemeriksaan Hormonal
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, apabila belum dapat dipastikan
penyebab infertilitas dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk
mengetahui hubungan aksis hipotalamus, hipofise, dan ovarium. Hormon
yang diperiksa adalah gonadotropin (Folicle Stimulation Hormon (FSH)
dan Hormon Luteinisasi (LH)) dan hormon (esterogen, progesteron, dan
prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan
infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi). Semua
pemeriksaan harus selesai dalam waktu 3 siklus menstruasi, sehingga
rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu pasangan infertilitas
diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga kepastian
penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya.

Sumber : dr. Mochamad Munir, Sp.OG (K). 2019. INFERTILITAS. Kementerian


kesehatan republic Indonesia
PEMERIKSAAN INFERTILITAS PRIA
Pada umumnya dilakukan pemeriksaan berupa:
1) wawancara / anamnesis dan pemeriksaan fisik
2) pemeriksaan dasar Wawancara / anamnesis meliputi:
- lama menikah,
- usia pasangan,
- pekerjaaan,frekuensi; dan
- waktu melakukan hubungan seksual

3) Pemeriksaan lanjutan
- Riwayat perkembangan urologis, pembedahan, hubungan kelamin, kontak
dengan zat-zat toksik, penyakit infeksi alat reproduksi
- Pemeriksaan jasmani pada umumnya termasuk seks sekunder (penyebaran
rambut, ginekomastia dan lain-lain]
- Pemeriksaan khusus alat reproduksi (penis,letak lubang uretra, ukuran,
konsistensi testis, vas deferens, epididimis dan lain~lain)
- Pemeriksaan laboratorium rutin; urin, darah dan analisis sperma. Pemeriksaan
laboratorium khusus;kadar serum darah, FSH, LH, testosteron dan lain-lain
bila ada indikasi.
- Analisis sperma adalah suatu pemeriksaan yang penting untuk menilai fungsi
organ reproduksi pria. Untuk mengetahui apakah seseorang pria fertil atau
infertil. Karena itu mengambilnya dari tubuh harus dengan masturbasi atau
coitus interuptus (bersetubuh dan waktu eyakulasi persetubuhan dihentikan
dan mani ditampung semua). asal kondom itu yang khusus, bebas dari
spermatisida. Kondom biasa, biasanya telah diberi spermatisida, dan ini tak
dapat. Dipakai untuk analisa. Abstinensi juga faktor penting, dan yang terbaik
ialah sekitar 3 -4 hari. Paling baik jika semen diperiksa selambatnya sejam
sesudah eyakulasi. Jika sampel masih dipakai lebih dari 4 jam setelah
eyakulasi, agar disimpan dalam lemari es, dan untuk memeriksanya kembali
harus ditaruh dulu dalam suhu kamar. Yang dianalisa secara rutin ialah.
 Kualitas dan kuantitas spermatozoa
 Fungsi sakretoris kalenjar asesoris seks onia (Onny P3, 1987) .
Sumber : Masrizal Khaidir.2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya
Pada Pria. Psikm Fk Unand, Mahasiswa S2 Biomedik Fk Unand

10. Apa saja px laborat yang dapat dilakukan?


Pemeriksaan laboratorium rutin; urin, darah dan analisis sperma. Pemeriksaan
laboratorium khusus;kadar serum darah, FSH, LH, testosteron dan lain-lain bila ada
indikasi.

Sumber : Masrizal Khaidir.2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya


Pada Pria. Psikm Fk Unand, Mahasiswa S2 Biomedik Fk Unand

11. Apa saja tatalaksana pada pasien infertilitas?

Penatalaksanaan
Penanganan pasangan infertilitas atau kurang subur merupakan masalah medis yang
kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan
konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula.
Wanita
 Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital;
 Pemberian terapi obat, seperti:
o Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh
o Terapi penggantian hormon.
o Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal.
o Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat.
 GIFT (Gemete Intrafallopian Transfer);
 Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas;
 Bedah plastik misalnya penyatuan uterus bikonuate;
 Pengangkatan tumor atau fibroid; dan
 Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi.

Pria
 Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan
kualitas sperma meningkat;
 Agen antimikroba;
 Testosterone enantat dan testosteron spionat untuk stimulasi kejantanan
 HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme;
 FSH dan HCG untuk meningkatkan spermatogenesis (produksi sperma);
 Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus;
 Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik;
 Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
 Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi,
tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat; dan
 Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida.

Sumber : dr. Mochamad Munir, Sp.OG (K). 2019. INFERTILITAS. Kementerian


kesehatan republic Indonesia

12. Bagaimana edukasi untuk pasien infertilitas?


Edukasi untuk pencegahan :
1) Mengobati infeksi yang terjadi pada organ reproduksi. Diketahui bahwa infeksi
yang terjadi pada prostat maupun saluran sperma, dapat menyebabkan infertilitas
pada laki-laki.
2) Mengobati penyebab infertilitas pada perempuan
3) Menghindari bahan-bahan yang menyebabkan penurunan kualitas dan jumlah dari
sperma dan sel telur seperti rokok dan alkohol
4) Berperilaku hidup sehat

Sumber : consensus penangan infertilitas 2013 Himpunan endokrinologi reproduksi dan


fertilitas indonesia

Anda mungkin juga menyukai