SGD LBM 3 Modul KB
SGD LBM 3 Modul KB
Sumber : dr. Suryani Yuliyanti, M.Kes. Faktor Demografi dan Non Demografi yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Penduduk
Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44139/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=9EE769239129B5DABAA716A67EC04854?sequence=3
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.Still birth dan
keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah kematian (naik
turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam faktor keadaan.
Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat
kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu wilayah.
c. Penelitian
Penelitian kematian penduduk biasanya dilakukan bersamaan dengan penelitian
kelahiran yang disebut dengan penelitian statistik vital.
d. Perkiraan (estimasi)
Tingkat kematian dapat diperkirakan menggunakan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan tidak langsung tersebut dilakukan dengan cara mengamati tahapan
kehidupan dari waktu ke waktu. Pendekatan tidak langsung ini memiliki tiga
kesulitan utama yaitu terbatasnya sumberdaya untuk memastikan data dan disertai
kesalahan pada sampling, tingkat mobilitas remaja yang tinggi menyebabkan remaja
terhindar dari sampling, dan tidak perkiraan struktur kematian yang tidak mudah
(Wood dan Nisbet, 1990).
b. Tingkat Kematian Menurut Umur ( Age Specific Death Rate ) adalah jumlah
kematian penduduk pada tahun tertentu berdasarkan klasifikasi umur tertentu.
c. Tingkat Kematian Bayi { Infant Death Rate (IDR) /Infat Mortality Rate (IMR)
Bayi (infant) merupakan orang yang berumur 0 (nol) tahun atau dalam kata lain anak-
anak yang masih belum sampai pada hari ulang tahunnya yang pertama. Angka
kematian bayi merupakan variable sosial ekonomis dan demografis yang sangat
penting karena data tersebut dapat menunjukan banyaknya fasilitas medis dan taraf
kehidupan penduduk.
Jumlah perempuan umur 15-49 tahun disebut juga “person years lived exposed to
risk” yaitu jumlah orang yang mempunyai risiko mengalami kematian karena
kehamilan/persalinan (sesuai definisi kematian ibu)
2) Maternal mortality ratio
Sumber ; Dra. Ita Mardiani Z, M.Kes. 2018. Fertilitas dan mortalitas. Ristekdikti
10. Bagaimana perbedaan pola mortalitas di negara berkembang dengan negara maju?
Adapula sumber lain yang membedakan suatu negara tergolong ke dalam kelompok negara
maju atau negara berkembang berdasarkan aspek kependudukannya. Suatu negara
dikelompokkan ke dalam kelompok negara berkembang, jika negara tersebut memiliki ciri-
ciri kependudukan sebagai berikut:
1) Tingkat pertumbuhan penduduk tinggi
2) Tingkat pendapatan, pendidikan dan pelayanan kesehatan yang rendah, ketimpangan
pendapatan yang mencolok, sehingga standar hidup pun rendah
3) Angka ketergantungan penduduk tinggi
4) Angka pengangguran baik nyata maupun terselubung tinggi
5) Tingkat produktivitas rendah
6) Ketergantungan pendapatan sangat bertumpu pada sektor pertanian dan ekspor bahan-
bahan mentah.
7) Pengelolaan informasi sangat terbatas dan pasar tidak sempurna
8) Aspek hubungan internasionalnya sangat rapuh
ciri-ciri kependudukan negara maju adalah sebagai berikut:
1) Tingkat pertumbuhan penduduknya rendah
2) Persebaran penduduk terkonsentrasi di daerah perkotaan
3) Tingkat kelahiran dan kematian penduduknya rendah
4) Tingkat buta huruf rendah
5) Tingkat harapan hidupnya tinggi
6) Pendapatan perkapitanya tinggi
7) Penduduk wanita berstatus kawin di atas 19 tahun dan banyak menggunakan alat
kontrasepsi.
Sumber ; Dra. Ita Mardiani Z, M.Kes. 2018. Fertilitas dan mortalitas. Ristekdikti
Sumber ; Dra. Ita Mardiani Z, M.Kes. 2018. Fertilitas dan mortalitas. Ristekdikti
Penyebab kematian secara global (Say L et al, 2014 ) sekitar 28% disebabkan
oleh pendarahan hebat, 27 % oleh penyakit yang sudah ada sebelum kehamilan, 11%
oleh infeksi, 14% oleh hipertensi dalam kehamilan, 9% oleh persalinan macet, serta
aborsi yang tidak aman (8 %).
Penyebab kematian ibu di Indonesia 80% disebabkan oleh penyebab langsung
obstetrik seperti perdarahan, sepsis, abortus tidak aman, preeklampsia-eklampsia, dan
persalinan macet. Sisanya 20 % terjadi oleh karena penyakit yang diperberat oleh
kehamilan. Situasi kematian ibu di Indonesia tahun 2010-2013, penyebab perdarahan
juga masih tinggi walaupun cenderung menurun ( 35,1% menjadi 30,3% ) ,
sementara penyebab kematian ibu baik di dunia maupun di Indonesia masih berputar
pada 3 masalah utama ( perdarahan, preeklampsia-eklampsia dan infeksi ) ,
sehingga pencegahan dan penanggulangan masalah ini seharusnya difokuskan melalui
intervensi pada ketiga masalah tersebut, melalui peran petugas kesehatan.
c. Status Masyarakat
Variabel ini meliputi antara lain tingkat kesejahteraan, ketersediaan sumber
daya (misalnya jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan
yang tersedia), serta ketersediaan dan kemudahan transportasi. Status
masyarakat umumnya terkait pula pada tingkat kemakmuran suatu negara
serta besarnya perhatian pemerintah terhadap masalah kesehatan.
b. Status Reproduksi
Faktor-faktor status reproduksi antara lain usia ibu hamil ( usia dibawah 20
tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan
melahirkan), jumlah kelahiran (semakin banyak jumlah kelahiran yang
dialami oleh seorang ibu semakin tinggi risikonya untuk mengalami
komplikasi), jarak antara kehamilan, status perkawinan (perempuan dengan
status tidak menikah cenderung kurang memperhatikan kesehatan diri dan
janinnya selama kehamilan dengan tidak melakukan pemeriksaan kehamilan,
yang akan menyebabkan tidak terdeteksinya kelainan yang dapat
menyebabkan komplikasi)
Sumber ; Dra. Ita Mardiani Z, M.Kes. 2018. Fertilitas dan mortalitas. Ristekdikti
Secara profesional dokter dan bidan dalam praktek klinik mempunyai peran
menurunkan angka kematian ibu. Dokter dan bidan adalah garda terdepan dalam
mendeteksi kemungkinan risiko, mendorong program KB, melakukan asuhan
antenatal terfokus, pencegahan abortus tidak aman, pertolongan persalinan oleh
tenaga terampil, rujukan dini tepat waktu kasus gawat darurat obstetri dan
pertolongan segera – adekuat kasus gawat darurat obstetri di rumah sakit rujukan.
Penolong yang terampil pada saat sebelum, selama dan sesudah persalinan telah
terbukti mempunyai peran dalam menurunkan kematian ibu.
Berdasarkan trias penyebab kematian ibu (preeklampsia, perdarahan dan
infeksi) maka intervensi kunci yang dapat dilakukan oleh peran petugas kesehatan
adalah:
Preeklampsia-eklampsia:
o Pencegahan preeklampsia melalui penguatan asuhan antenatal yang
terfokus, antara lain dengan mendeteksi kemungkinan risiko, edukasi
pengenalan dini tanda bahaya kehamilan.
o Penatalaksanaan preeklampsia dan eklampsia dengan penatalaksanaan
awal dan manajemen kegawatdaruratan(d e n g a n p e n g g u n a a n
magnesium sulfat).
Infeksi intrapartum:
o Pencegahan partus lama melalui penggunaan partograf.
o Penggunaan antiobiotik secara rasional.
o Manajemen ketuban pecah dini.
o Manajemen pasca persalinan.
Sumber : Maisuri T. Chalid . UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU:
PERAN PETUGAS KESEHATAN. Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
15. Mengapa angka kematian ibu di negara berkembang jauh lebih tinggi daripada di negara
maju?
Angka kematian ibu(AKI)di Indonesia masih tertinggi di antara Negara ASEAN dan
tren penurunannya sangat lambat. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia(SDKI)
2012 memberikan hasil yang mengejutkan, angka kematian ibu(AKI) meningkat 359
per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI
2007 yang mencapai 228 per 100 ribu, bahkan mundur ke belakang – hampir sama
dengan tahun 1991.3 Dalam hal ini, meningkatnya AKI ini menjadi tantangan besar bagi
bangsa Indonesia.
penurunan kematian ibu di beberapa negara, yang berhubungan dengan tingginya jumlah
persalinan yang ditolong oleh tenaga terampil ( 70- 90% ) , namun hal tersebut
tampaknya tidak terjadi di Indonesia, sebagai mana ditampilkan pada tabel 1, yang
menunjukkan ratarata persentase tenaga terampil yang mendampingi persalinan cukup
tinggi ( 83,1% ) , namun tidak diikuti oleh penurunan angka kematian ibu ( 359 per
100.000 kelahiran) pada tahun 2012.
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) tahun 2001, penyebab
langsung kematian ibu hampir 90 persen terjadi pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan. Sementara itu, risiko kematian ibu juga makin tinggi akibat adanya faktor
keterlambatan, yang menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu.
Ada tiga risiko keterlambatan, yaitu terlambat mengambil keputusan untuk
dirujuk ( termasuk terlambat mengenali tanda bahaya ) , terlambat sampai di fasilitas
kesehatan pada saat keadaan darurat dan terlambat memperoleh pelayanan yang memadai
oleh tenaga kesehatan
Berdasarkan data pada Fig. 4, tempat persalinan terbanyak terjadi di rumah bersalin,
klinik dan tempat praktek tenaga kesehatan/bidan ( 38% ) , sementara proporsi
persalinan di rumah masih tinggi(29,1%) dan rumah sakit (21,4%). Hal ini berarti
tingginya kematian ibu yang terjadi 90% pada saat proses persalinan dipengaruhi pula
oleh tempat persalinan yang masih cukup banyak terjadi di rumah dan atau fasilitas
kesehatan dengan sarana terbatas
Masalah kematian ibu yang tinggi di Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kondisi
geografis negara kepualuan dan medan yang sulit, ketidaksetaraan dalam memperoleh
informasi dan pendidikan, sumber daya manusia bidang kesehatan ( menyangkut
jumlah, kualitas dan distribusinya). Sebagai gambaran rasio tenaga dokter : kurang dari
2500 penduduk yang masih merata terutama di Indonesia Timur. Faktor lain adalah
kompleksnya pembiayaan masalah kesehatan, yang telah beberapa kali mengalami
perubahan mulai dari bentuk kartu miskin, jamkesda, jamkesmas, jampersal untuk ibu
bersalin, hingga JKN (jaminan kesehatan nasional) oleh BPJS.
c) Pemenuhan dan peningkatan daya saing sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
difokuskan pada efisiensi pengadaan obat dan vaksin dengan mempertimbangkan
kualitas produk; penguatan sistem logistik farmasi real time berbasis elektronik;
peningkatan promosi dan pengawasan penggunaan obat rasional; pengembangan
obat, produk biologi, reagen, dan vaksin bersertifikat halal yang didukung oleh
penelitian dan pengembangan life sciences; dan pengembangan produksi dan
sertifikasi alat kesehatan untuk mendorong kemandirian produksi dalam negeri;